Professional Documents
Culture Documents
Pemeriksaan AVPU:
Alert
A stands for ALERT, which is how most healthy people usually are.
When someone unknown walks into the room, healthy people usually look to see who it is;
their eyes are focused on the person, and they follow them as they move. They'll usually
speak, even if it's just to say who are you?
Being alert doesn't necessarily mean that you know or understand what's going on around
you, or where you are, or what time it is, or even who you are. Knowing all of those things is
described as being 'orientated (or oriented, if you work in the U.S. Orientated is a more
British/Canadian usage).
Being alert just means that the patient is reacting reasonably to normal environmental
stimuli, and you can usually tell that just by looking at them for a few seconds.
So, if you were to apply the fill-in-the-blanks sentence I gave you, we would say: The
patient is responding to normal stimulus by reacting normally - which is unnecessarily
complicated, so when our patients are normal we just say that they are alert, and everyone
knows what we mean.
Verbal
Imagine that you walk into a room and there is a patient there lying supine, with their eyes
closed. As you walk in, they dont move or open there eyes, so you say Hello Sir, did you
call for paramedics?
At that point the patient opens their eyes and says Huuuhh??
2. Mengapa pasien sianosis dan dicurigai ada fraktur impresi os. Frontal?
Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membrane mukosa berwarna kebiruan
akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah perifer. Penyebab dari
Fraktur impressi:
Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan
tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area
yang kecal. Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan
penekanan atau laserasi pada duremater dan jaringan otak, fraktur
impresi dianggap bermakna terjadi, jika tabula eksterna segmen
yang impresi masuk dibawah tabula interna segmen tulang yang
sehat.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/130/jtptunimus-gdl-trimanings-6499-3-babii.pdf
Fraktur Tengkorak
Pukulan pada tengkorak menyebabkan fraktur jika toleransi elastic dari tulang
terlampaui. Fraktur kepala dapat melukai jaringan pembuluh darah dan saraf-saraf dari
otak, merobek durameter yang mengakibatkan perembesan cairan serebrospinal, dimana
dapat membuka suatu jalan untuk terjadinya infeksi intrakranial. Adapun macam-macam
dari fraktur tengkorak adalah :
1. Fraktur Linear :
Retak biasa pada hubungan tulang dan tidak merubah hubungan dari kedua fragmen.
2. Comminuted Fraktur :
Patah tulang tengkorak dengan multipel fragmen dengan fraktur yang multi linear.
3. Depressed Fraktur :
Fragmen tulang melekuk kedalam.
4. Coumpound Fraktur :
Fraktur tengkorak yang meliputi laserasi dari kulit kepala, membran mukosa, sinus
paranasal, mata, dan telinga atau membran timpani.
5. Fraktur dasar Tengkorak :
Fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak, khususnya pada fossa anterior dan tengah.
Fraktur dapat dalam bentuk salah satu linear, comminuted atau depressed. Sering
menyebabkan rhinorrhea atau otorrhea.
http://studysport.blogspot.com/2012/02/syok-dan-trauma-kepala.html
3. Apakah ada hubungan antara trauma kapitis dengan obstruksi jalan napas?
No. 2
Perlu anatomi cranium!
Tengkorak dibentuk oleh tulang-tulang yang saling berhubungan satu sama
lain dengan perantaraan sutura. Tulang tengkorak terdiri dari tiga lapisan yaitu
tabula eksterna, diploe dan tabula interna. Pada orang dewasa ketebalan dari tulang
tengkorak bervariasi antara tiga milimeter sampai dengan 1,5 centimeter, dengan
bagian yang paling tipis terdapat pada daerah pterion dan bagian yang paling tebal
NORMA VERTIKALIS
Tengkorak dilihat dari atas tampak separti oval dengan bagian occipital lebih
besar dibandingkan dengan bagian frontal. Dari aspek/pandangan ini terlihat tiga
sutura yaitu sutura coronal yang menghubungkan antara bagian belakang tulang
frontal dan bagian depan tulang parietal, sutura sagital yang merupakan garis
median tengkorak dan menghubungkan tulang parietal kanan dan kiri, sutura
lambdoid yang menghubungkan bagian belakang tulang parietal dan bagian atas
tulang occipital.
Pertemuan antara sutura coronal dan sutura sagital dinamakan bregma, yang
pada anak-anak masih berbentuk celah yang dinamakan fontanel anterior.sedangkan
pertemuan antara sutura sagital dan sutura lambdoid dinamakan lambda yang
diambil dari Yunani Z, pada anak-anak daerah ini dinamakan fontanel posterior.
NORMA FRONTALIS
Dilihat dari depan tengkorak tampak oval dengan bagian atas lebih lebar dari
pada bagian bawah. Bagian atas dibentuk oleh os. Frontal yang konveks dan halus
sedangkan bagian bawah sanagat irreguler.
Diatas kedua cavum orbita terdapat tonjolan yang melengkung dinamakan
arcus superciliare yang tampak lebih menonjol pada pria dibandingkan dengan pada
wanita dan diantara kedua arcus terdapat bagian yang menonjol yang disebut
glabela.Dibawah glabela terdapat nasion yang merupakan pertemuan antara sutura
internasal dan sutura frontonasal.
Cavum orbita menyerupai segi empatdimana pada sisi atas (supra orbita
margin) dibentuk oleh os. Frontal yang pada 1/3 medialnya terdapat supra orbital
norch yang merupakan tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf supra orbita.
Sisi lateral dibentuk oleh prosedur frontal os. Zygomaticum dan proccesus
zygomaticum os.Frontale. Sisi bawah atau posterior orbital margin dibentuk oleh os.
Zygomaticum dan os.maksila. Sisi medial dibentuk oleh bagian atas os. Frontal dan
bagian bawah os. Lacrimal.
Pada normal frontalis tampak :
Os. Frontale dengan :
- tuberculum frontale, tonjolan pada kening dikanan kiri.
- arcus superciliaris, tonjolan yang melengkung diatas mata kanan dan kiri
- Glabela
Os. Nasale
Os. Maksilare, dengan :
- fossa canina, cekungan di kanan kiri hidung
- jagum alveolare, tonjolan yang didalamnya terdapat akar
gigi spina nasalis anterior.
- Os. Maksila dan os. Nasale membatasi apertura nasalis
anterior atau apertura piriformis.
Os. Zygomaticum
Os. Mandibula dengan bagian-bagian : ramus mandibula, pars alveolare,
protuberantia mentalis, tuberculum mentale, basis mandibulla dan angulus
mandibulla.
NORMA OCCIPITALIS
Tengkorak dilihat dari belakang menyerupai potongan roti dengan lengkung
pada bagian atas dan samping, datar pada bagian bawahnya. Sutura lambdoid dapat
tampak seluruhnya. Pada norma occipitalis tampak :
- Os. Occipital dengan bagian-bagian protuberantia occipitalis eksterna, linea nuchae
superior, linea nuchae inferior dan inion
- Os. Parietale
- Os. Temporalis
NORMA OCCIPITALIS
Tengkorak dilihat dari belakang menyerupai potongan roti dengan lengkung
pada bagian atas dan samping, datar pada bagian bawahnya. Sutura lambloid dapat
tampak seluruhnya.
Pada norma occipitalis tampak :
- os.Occipital dengan bagian-bagian protuberantia occipitalis eksterna, linea nuchae
superior, linea nuchae inferior dan inion.
- Os.Parietale
- Os.Temporalis
NORMA LATERALIS
Pada aspek ini tampak :
- Os.frontale, disini tampak linea temporalis superior dan linea temporalis inferior
yang berjalan mulai dari procesus zygomaticum melintasi sutura coronale sampai
ke os.parietale.
NORMA OCCIPITALIS
Tengkorak dilihat dari belakang menyerupai potongan roti dengan lengkung pada
bagian atas dan samping, datar pada bagian bawahnya. Sutura lambloid dapat
tampak seluruhnya.
Pada norma occipitalis tampak :
- os.Occipital dengan bagian-bagian protuberantia occipitalis eksterna, linea nuchae
superior, linea nuchae inferior dan inion.
- Os.Parietale
- Os.Temporalis
NORMA LATERALIS
Pada aspek ini tampak :
- Os.frontale, disini tampak linea temporalis superior dan linea temporalis inferior
yang berjalan mulai dari procesus zygomaticum melintasi sutura coronale sampai
ke os.parietale.
- Os.Zygomaticum denagn procesus frontalis yang berhubungan os.frontale dan
procesus temporalis yang berhubungan dengan os temporalis
- Os.temporale dengan procesus zygomaticus yang berhubungan dengan
os.occipital, os.parietal dan os.sphenoidale procesus mastoideous yang menonjol
ke candal aucticus eksternus.
- Os.parietale dengan tuberculum parietale, linea temporalis superior dan linea
temporalis inferior.
Calvaria cap dilihat dari dalam (internal surface) :
Pada bagian depan terdapat cristal frontalis, tempat melekatnya falks cerebri,
berlanjut kearah atas mebentuk sulkus sagitalis yang makin kebelakang makin lebar,
sulkus ini tempat berjalannya sinus sagitalis superior. Dikedua sisi lateralnya
terdapat lekukan-lekukan kecil yang terbentuk karena gralunasi arachnoid dan
10 | A Y U S . I . S A F I T R I
disebut juga granural foveolea.
Arteri dan vena meningea media bercabang kedepan kurang lebih 1 cm
dibelakang sutura coronaria. Cabang parietal terbagi dua, kedepan dan kebelakang
pada sisi dalam dari os.parietal, cabang-cabang kecil ke frontal dan occipital. Sekitar
3,5 cm didepan sutura lambdoidea terdapat foramen parietal yang merupakan
tempat lewatnya vena emisaria.
Cranial base didlihat dari dalam (internal surface )
Dasar tengkorak dibagi menjadi beberapa fossa yaitu fossa anterior, fossa
media dan fossa pasterior. Dari aspek ini tampak jelas cetakan dari otak. Pada dasar
tengkorak durameter melekat erat dan masuk kedalam foramen-foramen.
Fossa anterior dasar tengkorak terdiri dari :
- lempeng cribiforme os.ethmoidal, pada bagian depannya terdapat bagian yang
menonjol keatas disebut crista gali.
- Bagian orbita os.frontal, merupakan bagian terbesar dariu fossa anterior, pada
bagian depan medial terdapat sinus frontalis, bagian belakang berbatasan
langsung dengan lesser wing of sphenoid bone.
- Os.sphenoid, terdiri dari greater dan lesser wing yang menyatu pada sisi lateral
fisura orbitalis superior
Fossa media dasar tengkorak :
- Lebih dalam dibandingkan dengan fossa anterior
- Pada bagian sentral terdapat carnalis optikus tempat lewatnya nervus optikus,
arteri ophtal milk dan meningens.
- Pada bagian depan terdapat sella tursica yang merupakan tempat hipofisis.
- Pada sisinya terdapat fissura orbitalis superior, bagian tengah lebih lebar berisi
n.opticus, v.ophtalmicus, n.occulomotor, n.trochleas dan beberapa pembuluh
darah kecil.
- Foramen rotundum yang berjalan kearah depan menuju fossa pterigo palatina
dan berisi maksilaris (V 2).
- Foramen ovale, berjalan kearah bawah menuju fossa infra temporal dan berisi
n.mandibulla (V 3).
- Foramen spinosum, terletak posterolateral dari foramen ovale dan berisi arteri
meningea media.
- Foramen lacerum, terletak postero medial dari foramen ovale dan berisi arteri
carotis interna.
Fossa posterior dasar tengkorak :
- merupakan fossa yang paling besar dan dalam diantaranya fossa-fossa lainnya
berisi cerebelum, pons dan medulla oblongata.
- Foramen magnum, merupakan tempat peralihan dari medulla spinalis.
- Foramen juglare, merupakan tempat erjalannya n.glosopharingeous. Dibagian
posterior terdapat sullkus sigmoid yang berisi sinus signoid yang berlanjut
menjadi v.jugularis interna.
- Canalis hipoglosusu, terletak lateral dari foramen magnum dan berisi
n.hipogrosus.
- Meatus acusticus interna terletak bagian depan dari foramen jugulare dan di
11 | A Y U S . I . S A F I T R I
bagian atasnya terdapat canalis fascialis yang merupakan tempat lewatnya
n.fascialis.
Perbedaan tulang tengkorak pada pria dan wanita dewasa
Tengkorak wanita sedikit lebih lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan
dengan pria, dindingnya lebih tipis. Glabela, arkus superciliare dan procesus mastoideous
kurang menonjol dibandingkan pria, dan sius-sius paranasal lebih kecil.
Bentuk wajah lebih bulat, tulang wajah lebih halus dan gigi-gigi pada maksila dan
mandibulla lebih kecil.
Ketebalan tulang pada pria semakin tua semakin bertambah tebal, sedangkan pada
wanita semakin tua semakin bertambah tipis.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1985/1/bedah-iskandar54.pdf
Fraktur maksilofasial yang hebat selain terjadi perdarahan dapat jugaterjadi obstruksi
saluran nafas bagian atas. Hal ini harus secepatnya diatasi denganintubasi selanjutnya
trakeotomi sesudah melakukan terapi pada saluran nafas, pernafasan dan terapi cairan.
Nuryati. 2008. Trauma Maxillo Facial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
12 | A Y U S . I . S A F I T R I
Accessory respiratory muscle
2. LISTEN:
Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi
larings (Stridor inspirasi) atau stinggin trakea (stridor ekspirasi)
Hoarnes, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang membutuhkan
napas pendek untuk bicara menandakan telah terjadi gagal napas
3. FEEL:
Aliran udara dari mulut/ hidung
Posisi trakea terutama pada pasien trauma, Krepitasi
Catatan : Pada kaus henti jantung, RJP berdasarkan AHA 2010, Look, listen Feel
dihilangkan. Pada Kasus trauma Look, Listen Feel tetap dilakukan
Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan berdasar
prioritas (triage) Hal ini tergantung pada pengalaman penolong dan fasilitas yang ada.
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ?
Jika ada obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
13 | A Y U S . I . S A F I T R I
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
.
Penilaian ulang ABC harus dilakukan lagi jika kondisi pasien tidak stabil
Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas
dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang mungkin
ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in-line
harus dikerjakan.
http://www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf
14 | A Y U S . I . S A F I T R I
Perry, P (2010) Fundamentals of Nursing: Fundamental Keperawatan. ed 7. Jakarta:
Salemba Medika
10. Bagaimana cara melakukan triple airway manuver? Indikasi dan Kontraindikasi?
Head tilt
1. Satu tangan diletakkan pada dahi penderita.
2. Tekan ke belakang sehingga kepala menengadah ke belakang.
Chin lift
1. Jari jemari salah satu tangan diletakkan di bawah rahang, lalu secara hati-hati
diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan.
2. Ibu jari tangan yang sama dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka
mulut.
3. Ibu jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri bawah dan secara bersamaan
dagu dengan hati-hati di angkat.
4. Manuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher.
5. Manuver ini berguna pada korban trauma karena tidak membahayakan penderita
dengan kemungkinan patah ruas tulang leher atau mengubah patah tulang tanpa
cedera sumsum tulang menjadi cedera sumsum tulang.
Jaw trust
1. Berlutut di atas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala
korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.
2. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak,
gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal
ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian
bawah dengan kedua ibu jari.
Indikasi
Diinsikasikan untuk klien tidak sadar dimana jalan napasnya tidak adekuat.
Kontraindikasi dan Perhatian
Pada pasien trauma yg tidak sadar atau pasien yang diketahui atau dicurigai mengalami
cedera/trauma leher, maka kepala dan leher harus dipertahankan dalam posisi netral
15 | A Y U S . I . S A F I T R I
tanpa hiperekstensi leher. Gunakan jaw thrust atau chin-lift utk membuka jalan napas pd
situasi tsb.
Positioning saja mungkin belum/tidak mencukupi untuk mencapai, mempertahankan
dan memelihara jalan napas agar tetap terbuka. Intervensi tambahan, seperti suction atau
intubasi, mungkin diperlukan.
Initial Assesment dan Resusitasi dalam Advenced trauma life Support (ATLS) Manual
untuk Peserta Kursus. Jakarta : American College of Surgeons;2005
http://kimmymooow.blogspot.com/2013/04/makalah-pemberian-oksigen-kdpk.html
16 | A Y U S . I . S A F I T R I
Initial Assesment dan Resusitasi dalam Advenced trauma life Support (ATLS) Manual
untuk Peserta Kursus. Jakarta : American College of Surgeons;2005
17 | A Y U S . I . S A F I T R I
13. Tindakan yang dilakukan selain definitif airway?
Algoritme Airway
Keperluan Segera Airway Definitif
Kecurigaan cedera servikal
Oksigenasi/Ventilasi
Apneic Bernafas
Intubasi orotrakeal Intubasi Nasotrakeal
dengan imobilisasi atau orotrakeal
servikal segaris Cedera dengan imobilisasi
maksilofasial berat servikal segaris*
Tambahan farmakologik
Intubasi orotrakeal
Airway Surgical
* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman
Initial Assesment dan Resusitasi dalam Advenced trauma life Support (ATLS) Manual
untuk Peserta Kursus. Jakarta : American College of Surgeons;2005
14. Bagaimanakah proses penyebab SpO2 dari 92% menjadi 89%? Apa dampaknya?
Hipoksemia
18 | A Y U S . I . S A F I T R I
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam
darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal
PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang dan
berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2, yaitu:
Hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%
Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89%
Hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2 kurang dari 75%.
Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia
diatas 60 tahun maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat
disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan
berada ditempat yang tinggi.
Referensi
Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember
2005. www.MedDzik.org
Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003
Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif. Jakarta. 2002
19 | A Y U S . I . S A F I T R I