You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikofarmaka adalah obat yang bekrja secara selektif pada susunan saraf
(SSP) dan mmpunyai efek utama terhadap aktifitas mental dan perilaku (mind
and behaiviour altering drugs),digunakan untuk terapi gangguan psiatrik
/psychoterapeutic medication (maslim ,2001)
Psikofarmaka mempunyai keunggulan efek terapeutikcepat dalam
menurunkan tanda dan gejala klien gangguan jiwa tetapi mempunyai kerugian
resiko adiksi.Oleh karena itu untuk mendapatkan penyembuhan secara efektif
perlu adanya kombinasi antara psikofarmakoterapi (psikofarmaka)dengan
psiko terapi .Sedangkan psiko terapi mempunyai keunggulan tidak aditif tetapi
kerugiannya lambat dalam efek terapeutiknya (Romadhon,2003).
Pemakaian obat-obatan untuk suatu penyakit sangat bervariasi .Ada yang
memakai satu jenis obat (mono drug therapy),ada juga campuran lebih dari
satu jenis obat (multiple drug therapy).tidak jarang kita jumpai satu resep obat
mengandung beberapa jenis obat yang efek terapeutiknya sama meskipun
dengan dosis lebih kecil (Sugianto,2003)
Golongan obat psikofarmaka yang banyak dipergunakan adalah obat
tidur ,obat penenang ,dan anti depresan .Penggunaan jenis obat ini perlu
pengawasaan yang ketat karena seringkali menimbulkan efek samping seperti
ketergantungan psikologis dan fisik yang dap
at mengakibatkan keracunan obat,depresi dan kehilangan sifat menahan
diri ,gangguan paru-paru ,gangguan psikomotoris ,dan iritatif (mudah
gelisah ,marah dan ansietas bila obat dihentikan ). Oleh karena itu diperlukan
adanya kerja sama antara tim medis ,klien ,dan keluarga untuk mencapai
keberhasilan terapi psikofarmaka klien gangguan jiwa.Mengingat gangguan
jiwa adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut (kronis menahun )
.selain itu juga terapi pada klien gannguan jiwa memerlukan waktu relatif
lama ada yang berbulan bulan bahkan ada yang bertahun-tahun .hal ini
dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan /relaps (Hawari ,
2003)
Pentingnya peran keluarga dalam keberhasilan perawatan klien gangguan
jiwa terutama dalam terapi psikofarmaka dapat dipandang dalam beberapa
segi :
Pertama,keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkunganya .keluarga merupakan institusi pendidikan
utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai,keyakinan
,sikap,dan ,perilaku (Clement &Buchanan,1982:71,dalam keliat,1996)
Kedua jika keluarga dipandang sebagai satu system ,maka gangguan yang
terjadi pada salah satu anggota dapat mempengarui seluruh sistem.Sebaliknya
,disfungsi keluarga dapat pula meupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan jiwa pada anggota (Keliat,1996)
Ketiga ,berbagai pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur
hidup tetapi hanya fasilitas yang membantu klien dan keluarga
mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah
,menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif
(Keliat,1996).
Keempat,dari beberapa penelitian menunjukan bahwa salah satu factor
penyebab kambuh gangguan jiwa adalah keluarga yang tudak tahu cara
menangani perilaku klien di rumah (Keliat 1996).
Dari keempat pernyataan tersebut diatas ,dapat disimpulkan bahwa
keluarga berperan penting dalam peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan
proses penyesuaian kembali setiap klien.Oeh karena itu ,keluarga sangat
dibutuhkan dalam proses pemulihan dan pencegahan kekambuhan kembali
klien gangguan jiwa (Keliat,1996)
Keberhasilan pengobatan (psikofarmaka )banyakkterkaitan antra
perawat ,klien dan keluarga.tidak jarang klien mengalami gangguan ijiwa
dapat kambuh kembali setelah pulang kerumah.salah satu penyebabnya adalah
kurangnya dukungan keluarga dalam pengobatan.hal ini berdamak pd individu
sendiri dan keluarga seperti meningkatnya masa peawatan lebih lama,social
ekonomi terganggu dan hal-hal yang lain merugikan klien maupun keluarga .
Pada umumnya telah diketahui bahwa klien yang gagal memakan
memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh.hasil
penelitian menunjukan 25%sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit
jiwa tidak memakan obat secara teratur (Sullinger,1988 dan keliat,1996).
Apalagi klien dengan gangguan jiwa kronis sukar mengikuti aturan makan
obat karena ada gangguan realitas dan ketidak mampuan mengambil
keputuasn. Di rmah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat
dan pemantauan pemberian obat.Akan tetapi keluarga juga berperan dalam
meningkatkan ketaatan klien dalam menjalani terapi psikofarmaka.pada
halselama ini umumnya klien yang disalahkan.dengan keterbatasan
klien,dapatkah kita harapkan ia dapat mematuhi aturan terapi psikofarmaka
memakan obat secara teratur tanpa pemantauan dari keluarga maupun perawat
(Keliat,1996)

You might also like