Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Jinayah Syiasah
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)
Oleh :
FARID FAUZI
NIM. 1110045100018
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahman dan rahim-Nya
kita diberikan pilihan untuk hidup dan bersikap sewajarnya manusia yang berfikir,
tanpa lupa akan tunduk terhadap perintah dan larangan-Nya. Shalawat serta salam
kepada Nabi kita Muhammad SAW, semoga kita menjadi pengikut beliau yang
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang, baik
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah. Dra. Hj. Maskufa, M.Ag
5. Kedua orang tua penulis, Ayah Drs. H. Kosasih S.A.P dan Ibu Sry yuningsih
S. Pd.I, atas semua yang telah diberikan dan dikorbankan, termasuk motivasi
vi
dan masukan yang diberikan keduanya kepada penulis dalam penyelesaian
6. Alya Hikmah Fauziyah selaku adik yang selalu memberi dukungan khususnya
Pidana Islama ngkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan motivasi
M.Fadillah (Bedil), Masrur Fuadi (Mas Mukey), Edo Fahmi (Edos), dan
10. Kepada sahabatku yang setia menamaniku dalam pembuatan skripsi, Syahuri,
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberi mereka balasan yang
jauh lebih besar dari apa yang mereka lakukan dan berikan, khususnya kepada penlis,
umumnya kepada semua pihak, baik yang menyangkut penulisan skripsi ini atau hal
lainya.
vii
Peulis berharap semoga skripsi ini Allah jadikan waslah yang dapat
memberikan manfaat khususnya terhadap diri saya sendiri, umumya bagi pembaca
sekalian.
Farid Fauzi
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA .......................................................................................... 43
A. Pengertian Hukum Islam ..................................................................... 43
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sanksi Tindak Pidana Narkotika
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ............................. 54
C. Persamaan Dan Perbedaan Sanksi Terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika Menurut Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 ........................................................... 61
x
BAB I
PENDAHULUAN
secara komprehensif, terus menerus dan aktif dengan melibatkan para ahli, pihak
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sitetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
digunakan tidak sesuai menurut indikasi medis atau standar pengobatan, akan
pelajar, remaja, pejabat negara, elit politik, bahkan para aparat keamanan dan
1
M. Arief Hakim, Bahaya Narkoba-Alkohol: Cara Islam Mencegah, Mengatasi, dan
Melawan, (Bandung: Nuansa, 2004), hlm. 31.
1
2
dan saksama.
Masyarakat Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat
membawa akibat lebih jauh lagi, yaitu gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu bangsa negara
dan dunia.2
penyalahgunaannya.
2
M. Arief Hakim, Bahaya Narkoba-Alkohol, hlm. 31.
3
upaya pemberian sanksi pidana bagi pengguna dan pengedar yang menyalahi
pelaku tindak pidana narkotika. Disamping itu undang-undang tersebut juga telah
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan para penyalahguna
khusus, Pskiater (ahli kejiwaan) menganggap bahwa tidak tepat apabila pecandu
narkotika diberikan sanksi pidana yang berupa penjatuhan pidana penjara, karena
apabila memang itu yang diterapkan, maka yang terjadi adalah pecandu narkotika
dapat mengalami depresi berat yang berpotensi tinggi mengganggu mental karena
3
Moeljatno. Kitab undang-undang hukum pidana, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita, 2004)
4
tidak mendapatkan bantuan dalam bentuk perawatan oleh pihak ahli dalam bidang
psikologis (rehabilitasi).4
pisikolog, hal tersebut bertujuan untuk memberikan pelajaran dan perawatan agar
mencantumkan ketentuan pidana sebanyak 39 Pasal dari 150 Pasal yang diatur
kepada masyarakat agar tidak terjerumus dalam tindak pidana narkotika, telah
ditetapkan ancaman pidana yang lebih berat, minimum dan maksimum mengingat
4
Siswo Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: FH. UII, 1990), hlm. 9.
5
Ibid. hlm. 9.
5
harus diterapkan. 6
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika ini. Pelaku tindak pidana ini
dalam hukum Islam dimasukan ke dalam katagori jarimah tazir hal ini
kesehatan akal dan jiwa bahkan menyebabkan kematian, perbuatan pidana ini
mengandung zat kimia alkohol yang akan merusak kesehatan manusia. Dalam hal
ini, berbagai hasil penelitian menemukan bahwa semakin tinggi kandungan kadar
kesehatan.8
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, hlm. 27.
7
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayat), (Bandung; Pustaka Setia, 2000),
hlm. 96.
8
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hlm. 87.
6
maka orang yang meminumnya lambat-laun disadari atau tidak akan menambah
Pada zaman klasik, cara mengonsumsi hal-hal yang memabukkan ada yang
diolah dalam bentuk minuman sehingga para pelakunya disebut peminum. Pada
zaman modern, benda yang memabukkan dapat dikemas menjadi aneka kemasan
berupa benda padat, cair, maupun gas, bahkan ada yang dikemas menjadi bentuk
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu, hal ini
anugerah dari Allah, dan harus dipelihara sebaik-baiknya. Pada masa kini
narkotika, ganja, dan obat-obatan) membawa mudharat atau efek buruk bagi
yang jika banyak bisa memabukkan, maka meskipun sedikit tetap haram, dan itu
adalah khamar, hukumnya sama seperti minuman keras yang terbuat dari air
hukuman had.12
9
Mardani, Penyalahguaan Narkoba Dalam Perspekif Hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 88-89.
10
Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 74-76.
11
Ahmad Djazuli, Fikih Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 95-96
12
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm.
430.
7
khamar, ganja, kokain, heroin, obat-obatan dan semacamnya. Hanya saja karena
bahan-bahan yang dikonsumsi tidak dengan jalan diminum, seperti ganja, kokain,
tazir.13
: : :
(( .
Dari Ibnu 'Umar ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Telah
dilanat khamr atas sepuluh hal : 1. khamr itu sendiri, 2. pemerasnya, 3.
yang minta diperaskan, 4. penjualnya, 5. pembelinya, 6. pengantarnya, 7.
pemesannya, 8. yang memakan harganya, 9. peminumnya, dan 10. yang
menuangkannya". (HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1121, no. 3380).14
Berdasarkan uraian di atas, penulis perlu melakukan kajian yang spesifik
menarik dibahas, karena meskipun telah terdapat aturan hukum dan sanksi yang
13
Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, hlm. 74-76.
14
Abdur Rahman I. Doi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: Melton Putra,
1992), hlm.71.
8
jelas, namun pada kenyataannya penyalahgunaan narkotika ini masih tetap marak
Hal ini yang menarik penulis untuk mengetahui dan mengkajinya lebih
dalam, dengan mengangkatnya sebagai sebuah kajian ilmiah dengan judul Sanksi
1. Identifikasi Masalah
nakotika?
narkotika tersebut?
9
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
sebagai berikut :
2009 ?
narkotika tersebut?
10
1. Tujuan Penelitian
hukum islam.
2. Manfaat Penelitian
pembaca.
11
hukum di Indonesia.
D. Review Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber, Penulis akan
Buku karangan Abdur Rahman I. Doi, Tindak Pidana dalam Syariat Islam,
Membahas ketentuan tindak pidana dan sanksi tindak pidana khamar dalam
Syariat Islam.16
15
Mardani, Penyalahguaan Narkoba Dalam Perspekif Hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).
16
Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam,( Jakarta, PT. Melton Putra,
1992).
12
Islam. Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas tindak
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
tertulis.17
yaitu penelitian yang objek utamanya adalah buku-buku dan literatur yang
2008 oleh PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta dan Undang-Undang Nomor
17
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Raka Sarasin, 1989), hlm.
43.
13
2. Sumber Data
Islam, diterbirkan pada tahun 1992 oleh PT. Melton Putra, Jakarta, dan
18
Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011)
19
Abdul Wahab Khallaf, Ushul Al-Fiqh, (Libanon: Daar El-Kutub al-Ilmiyah, 2003)
14
4. Pengolahan Data
F. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab mempunyia sub-
narkotika.
yang disampaikan.
BAB II
A. Pengertian Narkotika
bidang kesehatan, hal tersebut yang menjadi alasan bahwa mengapa narkotika
sampai saat ini masih diproduksi dan masih dibutuhkan bagi penggunanya.
merumuskan:
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
undang-undang ini.
Menurut M. Ridha Maroef, narkotika adalah:
1. Bahwa narkotika ada dua macam, yaitu narkotika alam dan narkotika
ganja, hashish, codein, dan cocaine. Narkotika alam ini termasuk dalam
1
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana
asional, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 78
17
18
didalamnya zat-zat (obat) yang tergolong dalam tiga jenis obat yaitu:
disalahgunakan.
baik padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat (narkotik)
di antara ulama.3
karena zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf sentral atau saraf pusat
2
M. Ridha Maroef, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2008) hlm. 34
3
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer jilid 2, (terj. Asad Yasin), (Jakarta: Gema
Insani, 1995), hlm. 792
4
Masruhi sudiro, Islam Melawan Narkotika, (Yogyakarta: CV. Adipura, 2000), hlm.13
1811
`
19
dengan cara menghisap atau menyuntikan zat tersebut secara terus menerus ke
dalam badan.5
merupakan suatu bahan yang menimbulkan rasa, menghilangkan rasa nyeri dan
sebagainya.6
B. Jenis-Jenis Narkotika
manusia, namun ada beberapan jenis atau golongan narkotika yang tidak
dibenarkan penggunaannya dalam berbagai hal, melihat dari bahan dasar yang
1. Narkotika Alami
Bahan dasar yang terdapat dalam jenis ini tidak melalui proses
sebagai terapi pengobatan, hal ini yang menjadikan resiko besar jika
digunakan. Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka.
5
Jeanne Mandagi, M. Wresniwiro. Masalah Narkoba dan zat adiktif lainnya serta
penanggulangannya, (Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara, 1999), hlm. 3
6
Soedarto, Makalah Seminar Narkotika dan Hukum Pidana, (Sumatera Utara: Fakultas
Hukum, Universitas Sumatera Utara, 1997). hlm. 7.
1911
`
20
1. Candu
7
Masruhi sudiro, Islam Melawan Narkotika, (Yogyakarta: CV. Adipura, 2000), hlm. 14
2011
`
21
2. Morfin
dan disuntikkan.
3. Heroin (putau)
4. Codein
disuntikkan.
2111
`
22
5. Demerol
6. Kokain
bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
8
http://empret21.blogspot.com/2012/11/jenis-narkotika-dan-penjelasan.html dari sumber
www.bnn.go.id diunduh pada tanggal 10 Desember 2014.
2211
`
23
1. Habitual
2. Adiktif
3. Toleran
dinaikkan.9
9
Ahmad Abidin, Narkotika Membawa Malapetaka bagi Kesehatan, (Bandung: Sinergi
Pustaka Indonesia, 2007), hlm. 3-6.
2311
`
24
Setiap perbuatan yang kita lakukan pasi ada efek yang terjadi setelahnya,
hal tersebut juga demikian terhadap para pengguna atau penyalahguna narkotika.
Penggunaan yang tidak diimbangi dengan pengawasan yang sangat ketat dapat
memberikan efek yang buruk baik untuk dirinya dan lingkungan disekitarnya.
1. Depresan
10
Haryanto,S.Pd. Dampak Penyalahgunaan Narkotika, (online)
http://belajarpsikologi.com/ dampak penyalahgunaan narkotika, diunduh pada tanggal 10
Desember 2014.
2411
`
25
2. Stimulan
3. Halusinogen
seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu
ada juga yang diramu di laboratorium. Yang paling banyak dipakai adalah
pusat (SSP) dan organ-organ tubuh lainnya seperti jantung, paru-paru, hati
dan ginjal.
2511
`
26
eksim.
seksual.
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya.
2611
`
27
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat
sangat kuat untuk mengkonsumsi (sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga
berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua,
terganggunya sistem pada susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem
sistem saraf ini yang akan mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam
11
http://empret21.blogspot.com/2012/11/jenis-narkotika-dan-penjelasan.html dari sumber
www.bnn.go.id diunduh pada tanggal 11Desember 2014
2711
`
28
pikiran), afektif (alam perasaan, mood, atau emosi), psikomotor (perilaku), dan
aspek sosial.
2811
`
BAB III
Secara umum makna dari kata pidana hanyalah sebuah alat yaitu alat
Pada hakekatnya sejarah hukum pidana adalah sejarah dari pidana dan
dimana ada masyarakat disitu ada tindak pidana dan ada hukuman yang mengatur
didalamnya.
Tindak pidana selalu bertalian erat dengan nilai dan norma dalam
tindak pidana tidak mungkin bisa, karena tindak pidana memang tidak mungkin
diminimalisir intensitasnya.
suatu kehidupan masyarakat adalah hal ini disebabkan karena tidak semua
1
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya
Bakti,2005), hlm. 98
2
Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1980), hlm 83.
3
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 23.
29
30
kebutuhan manusia dapat dipenuhi secara sempurna. Disamping itu, manusia juga
cenderung memiliki kepentingan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain,
Namun demikian, tindak pidana juga tidak dapat dibiarkan tumbuh dan
sebagai alat hukum, diperlukan permahaman terhadap alat hukum itu sendiri.
Pemahaman terhadap pidana sebagai alat hukum merupakan hal yang sangat
penting untuk membantu memahami apakah dengan alat hukum tersebut tujuan
syarat-syarat tertentu.4
pidana dan ia merumuskan bahwa apa yang dimaksud dengan hukuman adalah
suatu perasaan tidak enak (sangsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis
4
Sudarto, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (AlumniBandung, 1984), hlm. 2.
5
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-komentarnya
lengkap pasal demi pasal, (Bogor: Politeia, 1996), hlm. 35
6
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana. .hlm. 42.
31
suatu pengertian umum, sebagai suatu sanksi yang menderitakan dan sengaja
suatu perbuatan manusia yang memenuhi perumusan delik, melawan hukum dan
suatu tindakan yang dilarang atau dicela oleh masyarakat dan dilakukan oleh
seseorang yang bersalah yang dapat dikenakan sanksi pidana. Unsur kesalahan
7
Komariah E. Sapardjaja, Ajaran Melawan Hukum Materiil dalam Hukum Pidana
Indonesia, Studi Kasus Tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam Yurisprudensi,
(Bandung: Alumni, 2002), hlm. 22
8
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Hukum Pidana, (Jakarta: Kantor Pengacara dan
Konsultan Hukum Prof Oemar Seno Adji dan Rekan,2002), hlm. 155.
32
Penyalahgunaan Narkotika
Penggunaan narkotika pada saat ini sangat bermacam jenis dan cara
narkotika.
narkotika.
orang.
ketergantungan.
ketergantungan.10
dalam undang-undang yang berlaku dan sudah disahkan oleh pemerintah, jadi
dalam setiap perbuatan melanggar hukum pasti ada balasan hukum yang setimpal
dalam Pasal 10 KUHP, yang terbagi dalam dua bagian yaitu hukuman pokok dan
hukum tambahan.11
bahwa tidak tepat apabila pecandu narkotika diberikan sanksi pidana yang berupa
penjatuhan pidana penjara, karena apabila memang itu yang diterapkan, maka
yang terjadi adalah pecandu narkotika dapat mengalami depresi berat yang
10
Prof. Moeljatno. Kitab undang-undang hukum pidana, Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita, 2004)
11
Laden Marpaung, Asas Teori-Praktik Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet
ke 2, hlm. 107-110
36
pidana penjara dan jenis pidana denda terhadap perbuatan-perbuatan tindak pidana
prekusor narkotika
prekusor narkotika.
12
Siswo Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: FH. UII, 1990), hlm. 9.
37
tiap pasal yang dilanggar ditambah dengan 1/3 (satu pertiga) Penerapan
2. Ancaman sanksi pidana bagi orang yang tidak melaporkan adanya tindak
pidana narkotika (Pasal 131) sanksi yang dikenakan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan pidana dendan paling banyak Rp. 50.000.000,-
4. Ancaman sanksi pidana bagi pecandu narkotika yang tidak melaporkan diri
(Pasal 134 ayat 1) sanksi yang dikenakan dengan pidana kurungan paling
lama 6 (enam) bulan dan pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,-
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan pidana denda paling
sanksi yang dijatuhkan pidana penjara 5-15 Tahun atau 3-10 tahun, dan
pidana denda antara Rp. 1000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai Rp.
10.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) atau Rp. 500.000,- (lima ratus juta
rupiah atau Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah), yang terdapat dalam
pasal 137 ayat (1) dan (2). Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 tahun
2003 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, telah disusun secara limitatif
pencucian uang, antara lain : tindak pidana korupsi, tindak pidaa narkotika,
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).
depan persidangan
39
ancaman pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun, serta pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- (seratus juta
8. Ancaman sanksi pidana bagi PPNS, Penyidik Polri, Penyidik, BNN yang
tidak melaksanakan ketentuan tentang barang bukti (Pasal 140 ayat 1), di
mana bagi PPNS untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88 dan Pasal 89,
yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun. Kewajiban PNS menurut Pasal 88 dan Pasal
tersebut beserta berita acaranya kepada Penyidik BNN atau Penyidik Polri,
Negeri setempat, Menteri dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
pada Pasal 140 ayat (2) Penyidik Polri atau Penyidik BNN yang melakukan
Negeri setempat, Menteri dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,
penguasaanya.
hukum dan dikenakan ancaman sanksi pidana berupa pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak lima ratus ribu rupiah.
10. Ancaman sanksi pidana bagi saksi yang memberikan keterangan tidak benar
(satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
11. Ancaman sanksi pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan
tindak pidana (Pasal 144), dimana dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun
mempunyai tujuan untuk membuat jera pelaku tindak pidana, agar tidak
12. Ketentuan pidana bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di luar
13. Putusan pidana denda yang tidak dapat dibayar oleh pelaku tindak pidana
narkotika.
42
hukum Allah dan yang seakar kata dengannya. Dalam literatur barat
kehidupan setiap muslim dalam segala aspeknya.1 Dari definisi ini arti
arti dari kata hukum. Sebenarnya tidak ada arti yang sempurna tentang
1
Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law, (Oxford: University Press, 1964),
hlm. 1.
2
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), hlm. 32.
43
44
(sekumpulan aturan, baik yang berasal dari aturan formal maupun adat,
yang diakui oleh masyarakat dan bangsa tertentu sebagai mengikat bagi
anggotanya).
tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku
hukum Islam mencakup hukum syariah dan fiqh, karena arti syariah dan
atau tazir5
3
AS. Honrby, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, (Britain:
Oxford University Press, 1986), hlm. 478.
4
Amir Syarifuddin, Pengertian dan Sumber Hukum Islam, dalam Falsafah Hukum
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 14.
5
Ahmad Hanafi,MA, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997),
hlm. 1.
45
dan yang wajib dilaksanakan secar hak karena Allah.7 Dalam jarimah
hudud ini sanksi yang dijatuhkan tidak boleh ditambah atau dikurang
6
Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Kitab Al-Tarifat, (Jakarta; Dar Al-Hikmah), hlm. 176.
7
Ibid, hlm. 88.
8
Abdurrahman I. Doi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: Melton Putra,
1992), hlm. 19.
46
berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, dan tidak termasuk
manusia.9
belum ditentukan oleh syark, tidak ada batas minimal dan ada batas
9
M Nurul Irfan, Fiqh Jinayat, (Jakarta, Amzah, 2013), hlm .139-140.
10
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm.
9.
11
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 151.
47
Persamaan yang terkategori dalam qiyas antara lain adalah cara perbuatan
tersebut.
a. Al Ash dalam hal ini adalah khamr, karena sesuatu yang ada hukumnya
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
b. Al Faru (cabang) dalam hal ini adalah narkotika, karena tidak ada
patokan ketetapan hukum bagi al-faru atau cabang dalam hal ini
narkotika.
12
Ahmad Hanafi, MA, Asas-asas hukum pidana islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1997),
hlm. 33.
13
Abdul Wahab Khalaf, kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta, Rajawali, 1989),
Cet.Ket.I, hlm. 90.
48
adalah memabukkan.14
14
Noer Iskandar Al Barsany, Ilmu ushul fiqh, ( Jakarta, Rajawali, 1989), Cet. Ke I,
hlm.67-68.
15
Fathhurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
hlm. 125.
49
harus ada demi ketentraman kehidupan manusia. Apabila tujuan ini tidak
dunia dan di akherat. Kebutuhan hidup yang primer ini hanya bisa dicapai
yaitu lima tujuan utama hukum Islam yang telah disepakati bukan hanya
mal),17 Segala usaha dan upaya untuk melaksanakan lima pokok tujuan
hukum Islam tersebut merupakan amal sholeh yang wajib dilakukan oleh
umat Islam.
melaksanakan apa yang baik dan yang paling layak menurut kebiasan dan
pencegahan (al radu wa zajru), pengajaran dan pendidikan (al ishlah wat
tahdzib).
keselamatan atau kerusakan dari salah satu dari pokok tujuan hukum Islam
terhadap agama, kejahatan terhadap jiwa atau diri, kejahatan terhadap akal,
Hukum Islam
18
Fathhurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, hlm. 125.
19
Satria Efendi M. Zein, Kejahatan Terhadap Harta Dalam Perspektif hukum Islam.
hlm. 107.
51
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Menurut Imam Syafii bahwa sanksi hukuman bagi peminum
tidak ada dalil yang berasal dari Rasulallah SAW yang menyatakan bahwa
beliau pernah mencambuk para peminum khamr lebih dari empat puluh
- :
( -
, , , ,
, ( : .
)
) :
Menurut Riwayat Muslim dari Ali Radliyallaahu 'anhu, tentang kisah
Walid Ibnu Uqbah: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mencambuknya
empat puluh kali, Abu Bakar (mencambuk peminum) empat puluh kali,
dan Umar mencambuk delapan puluh kali. Semuanya Sunnah dan ini
(yang delapan puluh kali) lebih saya (Ali) sukai. Dalam suatu hadits
disebutkan: Ada seseorang menyaksikan bahwa ia melihatnya (Walid Ibnu
Uqbah) muntah-muntah arak. Utsman berkata: Ia tidak akan muntah-
muntah arak sebelum meminumnya.20
20
Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam, (
Terjemah Bulughul Maram), penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami, (Jakarta, al
Birr Press, 2009 ), hlm, 450.
52
Menurut Imam Syafii bahwa sisa 40 (empat puluh) kali dera lagi
lain dari Ahmad bin Hanbal bahwa bahwa hukuman hudud atas tindak
pidana minum khamr ini adalah 40 (empat puluh) kali dera. Akan tetapi
tidak ada halangan bagi penguasa untuk menjatuhkan sanksi bagi pelaku
itu. Jadi sanksi hukuman hudud bagi peminum khamr (minuman keras)
Quran tentang hukum tersebut. Selain itu, riwayat yang ada tidak
menyebutkan dengan pasti adanya ijma para sahabat tentang hukuman atas
puluha) kali dera baru ditetapkan pada masa khalifan Umar bin Khatab
bagi peminum khamr. Ali bin Abi Thalib menyarankan agar hukumannya
21
Abdul Qodir Audah, At Tasyri al Jinaij Al islamy Moqorronan bin Qonunil
Wadhi (Ensiklopedia Hukum Pidana Islam III), (Bogor : kharisma Ilmu , 2008),
Cet.Ke.IV, hlm 54.
22
Abdul Qodir Audah, hlm. 67-68.
53
memfitnah (qadzaf).
( ) , ( :
,
,
) ,
,
Dari Muawiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda tentang peminum arak: "Apabila ia minum, cambuk-lah
dia, bila minum lagi, cambuk-lah dia, bila ia minum untuk yang ketiga
kali, cambuk-lah dia, lalu bila ia masih minum untuk keempat kali,
pukullah lehernya." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Lafadznya menurut
Ahmad. Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits
itu mansukh. Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Zuh.23
Menurut, hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi
hukuman mati.
peminum khamr yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk
23
Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam, penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami, (Jakarta, al Birr Press, 2009), hlm, 450.
54
tazir dari yang paling ringan sampai yang paling berat adalah hukuman
dikenakan jarimah tazir, hal ini dikarenakan hukum narkotika tidak disamakan
ilat-nya..
tetapi kemudian hal tersebut dapat mempengaruhi akal sehat. Hal demikian harus
24
Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, penj. Drs. Asad Yasin, Jilid 2, (Gema
Insani Press, Jakarta, 1995), hlm.792.
25
Dr. Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, hlm.797.
55
dihindari, agar terhindar dari malapetaka yang lebih besar.26 Dijelaskan dalam Q.s
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakan-lah: "
yang lebih dari keperluan." Demikian-lah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (Q.S. Al-Baqarah: 219)
Dari penjabaran diatas, bahwa penyalahguna narkotika dan khamr saja
keuntungan. Sebagai mana dijelaskan dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan
Artinya:Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khamr (minuman
keras/segala sesuatu yang memabukkan), bangkai, babi, dan berhala,27
An-Nawawi menjelaskan,Menjual khamr adalah transaksi yang tidak sah
baik penjualnya adalah muslim atau non muslim. Demikian pula meski penjual
dan pembelinya non muslim atau seorang muslim mewakilkan kepada non
Transaksi jual beli dalam kasus di atas adalah transaksi jual beli yang tidak
sah tanpa ada perselisihan di antara para ulama syafiiyyah. Sedangkan Al-Imam
26
Muhibbin Noor, Tegakkan Hukum dan Lawan Korupsi, (Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra, 2013), hlm. 313
27
Diriwayatkan Muslim dalam Shahih Muslim, kitab al-Masaqati, Bab Tahrimi al-
Khamri wal Maitati, hadits nomor 1581 (baca: Sayyid Sabiqq, Fiqih Sunnah, jilid 3 terj. M. Ali
Nursyidi), Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2009, hlm. 222.
56
non muslim untuk menjualkan atau membelikan khamr. Pendapat ini jelas
pandapat yang keliru karena menyelisihi banyak hadis shahih yang melarang jual
beli khamr. Jual beli khamr atau memproduksinya dan semisalnya adalah suatu
hal yang hukumnya haram dilakukan non muslim sebagaimana haram dilakukan
oleh muslim.
maupun illegal logging dapat dijatuhi pidana mati. Bukan hanya karena modus
negatif yang meluas dan sistematik bagi halayak, menjadi titik tekan yang paling
Nomor 2-3/PUUV/2007.
memuat pidana mati. Bahwa ancaman pidana mati bagi pengedar diatur dalam
Pasal 114 ayat (2) dan Pasal 119 ayat (2). Adapun bunyi pasal tersebut adalah:
Pasal 114 ayat (2): dijelaskan bahwa dalam hal perbuatan menawarkan untuk
ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup,
atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
57
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 119 ayat (2): dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
Dalam pasal 114 ayat 2 tersebut menjelaskan bahwa sanksi tindak pidana
narkotika adalah pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Sedangkan dalam pasal 119 ayat 2 sanksinya adalah pidana mati, pidana penjara
seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). Yakni bahwa sanksi pidana tersebut sangat
dinamis yaitu adanya sanksi mimimum khusus (paling singkat 6 (enam) tahun
pada pasal 114 ayat 2 dan paling singkat 5 (lima) tahun pada pasal 119 ayat 2) dan
juga maksimum khusus (pidana mati). Dalam pasal tersebut juga terdapat kata
atau dan kata dan yakni bahwa pasal tersebut dapat dijatuhkan secara
58
komulatif atau alternatif yang diimplikasikan dengan kata dan maupun kata
atau.28
pemidanaan yang dilakukan kepada kejahatan yang luar biasa (extra ordinary
orang manusia sama saja dengan membunuh seluruh umat yang dianalogikan
Sesungguhnya, hukuman terhadap orang-orang yang memerangi Allah
dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, adalah mereka [1]
dibunuh atau [2] disalib, [3] dipotong tangan dan kaki mereka dengan bersilang,
[4] atau dibuang (keluar daerah). Yang demikian itu, (sebagai) suatu penghinaan
untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang besar.
(QS. Al-Maidah: 33)
Demikian pula dalam hadits :
( ) , ( :
,
28
Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Penjelasannya,
(Bandung: Citra Umbara, 2010), hlm. 50
59
,
) ,
,
Dari Muawiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda tentang peminum arak: "Apabila ia minum, cambuklah dia; bila minum
lagi, cambuklah dia; bila ia minum untuk yang ketiga kali, cambuklah dia; lalu
bila ia masih minum untuk keempat kali, pukullah lehernya." Riwayat Ahmad dan
Imam Empat. Lafadznya menurut Ahmad. Tirmidzi menuturkan pendapat yang
menunjukkan bahwa hadits itu mansukh. Abu Dawud meriwayatkannya secara
jelas dari Zuhry.29
Disamping itu hukuman mati tersebut mempertimbangkan dampak buruk
yang sangat besar bagi individu, masyarakat maupun bangsa secara keseluruhan,
maka terhadap pengedarnya dan produsen dapat dikenakan hukuman yang berat,
bahkan dihukum mati. Hal ini sesuai kaidah ushul fiqh yang berbunyi:
Artinya: Menolak kemafsadatan didahulukan dari pada mengambil
kemaslahatan.
Artinya: Bahwa segala bentuk bahaya harus dihilangkan dan disingkirkan.
29
Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam, (Jakarta, al
Birr Press, 2009), hlm.450.
30
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 164-165
60
sebagai berikut:
Untuk melindungi dari akal, jiwa, keturunan dan harta maka dengan
maslahat dari pemeliharaan tersebut. Sudah sewajarnya apabila pasal 114 ayat (2)
31
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Yang Praktis, hlm 164-165
61
dan 119 ayat (2) diterapkan atau diaplikasikan, karena bahwa kejahatan tersebut
yang luar biasa. Dampak yang ditimbulkan narkotika dengan sifatnya yang
1. Analisis Persamaan
a. Definisi Narkotika
adalah melihat dari berapa banyak dan sesering apa para pelaku
dikenakan atau dijatuhkan mulai dari sanksi yang ringan sampai sanksi
masyarakat
tersebut.
2. Analisis Perbedaan
a. Definisi Narkotika
dapat dimaklumi jika kedua sumber hukum Al-Quran dan hadis hampir
populer saat itu adalah zat atau benda yang disebut dengan al-khamr.
tentang Narkotika.
(
, : . ,
,
: ,
)
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pernah didatangkan seorang yang telah minum arak,
lalu memukulnya dengan dua pelepah kurma sekitar empat puluh kali.
Perawi berkata: Abu Bakar juga melakukan demikian. Pada masa
Umar, ia bermusyawarah dengan orang-orang, lalu Abdurrahman
Ibnu 'Auf berkata: Hukuman paling ringan adalah delapan puluh kali.
Kemudian Umar memerintahkan untuk melaksanakannya. Muttafaq
Alaihi.33
32
Muhammad Amin Summa, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba dalam
Perspektif Hukum Islam, Makalah Seminar, tanggal 16 September 2000.
33
Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam, ( Jakarta, al
Birr Press, 2009 ), hlm. 450.
64
dari tiap-tiap pasal yang dilanggar ditambah dengan 1/3 (satu pertiga).
65
tingkat kesalahannya.
bagi seluruh warga negara Indonesia dan warga negara asing yang
agama, kebersihan fisik dan batin. terapi lahiryah, zikir, taubat dan
PENUTUP
A. Kesimplulan
67
68
B. Saran-saran
bukan saja merugikan dirinya sendiri tapi juga merugikan orang lain,
Abdurrahman I. Doi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta: Melton Putra,
1992.
Abidin, Ahmad, Narkotika Membawa Malapetaka Bagi Kesehatan, Bandung:
Sinergi Pustaka Indonesia, 2007.
Adji, Indriyanto Seno, Korupsi dan Hukum Pidana, Jakarta: Kantor Pengacara
dan Konsultan Hukum Prof. Oemar Seno Adji dan Rekan,2002.
Al Barsany, Noer Iskandar, Ilmu Ushul Fiqh Cet. Ke 1, Jakarta, Rajawali, 1989.
Al Qordowi, Abdurraman Ysuf, Naariyyah Maqid as-Syar'ah 'Inda Ibni
Taimiyah wa Jumhr al-Uliyyin, Mesir, Jmi'ah al-Qhirah, 2000.
Al Quran, Tajwid Terjemah dan Transliterasi Latin, Jakarta : Pena Pundi
Aksara, 2002.
Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta:Sinar Grafika, 2009.
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra
Aditya Bakti,2005.
As Ahiddiqy, Muhammad Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1993.
Asmawi, Teori Maslahat dan Relevansinya Dengan Perundang-Undangan
Pidana Khusus di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama, 2010.
Asqolany, Al Hafizd Ibnu Hajar, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam,
Terjemah Bulughul Maram, penj. Dailami, Hamim Thohari Ibnu M,
Jakarta, al Birr Press, 2009..
Audah, Abdul Qodir, At Tasyri al Jinaij Al Islamy Moqorronan bin Qonunil
Wadhi (Ensiklopedia Hukum Pidana Islam III), Bogor : Kharisma Ilmu
, 2008, Cet.Ke.IV
Az Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.
Djamil, Fathhurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997.
Djazuli, A, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta: Kencana,
2007.
Djazuli, Ahmad, Fikih Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
69
70
Doi, Abdur Rahman I., Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta: Melton
Putra, 1992.
Hakim, M. Arief, Bahaya Narkoba-Alkohol: Cara Islam Mencegah, Mengatasi,
dan Melawan, Bandung: Nuansa, 2004.