You are on page 1of 5

2.Kegiatan perawatan medis telah mengalami transfomasi dari charity kea rah business oriented.

Dengan demikian, hubungan perawatan medis juga mengalami perubahan karakteristik. Begitu
pula, perubahan bentuk penyedia jasa medis dari individu kea rah korporasi maka perubahan ini
pun mempengaruhi subyek hokum yang berhubungan dengan hokum. Pada masa modern ini,
penyedia jasa perawatan medis tidak semata dimonopoli oleh dokter, tetapi kebutuhan teknologi
medis yang canggih telah menempatkan rumah sakit sebagai pihak penyedia jasa medis juga. Pada
akhirnya rumah sakit berkedudukan sebagai pihak yang melakukan kontrak dalam perawatan
medis. Hal ini disampaikan Ellen Picard:18

Kedudukan rumah sakit sebagai pihak dalam kontrak medis merupakan akibat rumah sakit yang
berpean, baik sebagai penyedia alat, makanan, maupun akomodasi dan orang-orang yang
mempunyai keahlian medis yang digunakan oleh rumah sakit dalam perawatan medis tersebut.
Pada system kesehatan yang modern penyediaan jasa kesehatan menjadi lebih terorganisasi. Oleh
karena itu, kehadiran rumah sakit sekaligus untuk menjawab hal tersebut. Selanjutnya, rumah sakit
menjadi bagian industrialisasi dari pelayanan jasa di bidang medis.

Bertolak pada pengaturan N.B.W. Belanda, pihak yang menjadi penyedia jasa perawatan medis
meliputi dua jenis, yaitu badan hokum atau orang.

Dalam perpektif hubungan hukum, rumah sakit adalah badan hukum dan tidak semata fasilitas
kesehatan. Rumah sakit sebagai badan hukum diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu pendiri
rumah sakit, pengelola (manajemen rumah sakit), dan pelaksana pelayanan kesehatan. Ketiga
pihak tersebut tunduk pada peraturan internal sebagai konstitusi mereka, yaitu hospital bylaw.

Ada tiga pihak yang saling terhubung dalam rumah sakit, yaitu pendiri, direktur rumah sakit dan
manajemen, serta tenaga kesehatan yang melaksanakan perawatan medis.
Hubungan hukum dokter dengan rumah sakit dapat dibedakan dalam dua bentuk, yakni :

Pertama, dokter dirumah sakit berkedudukan sebagai pihak yang mengadakan hubungan kerja
dengan rumah sakit sebagai badan hukum

Pada kedudukan ini, status rumah sakit dan dokter tidak dapat dipersamakan dengan hubungan
majikan karyawan. Pada status majikan karyawan, seorang majikan akan memiliki control
penuh kepada karyawan. Rumah sakit tidak akan dapat melakukan kontrol secara penuh kepada
dokter sebab dokter mempunyai kebebebasan profresi dan diskresi dalam melaksanakan
pekerjaannya . oleh karena itu , hubungan pekerjaan antara rumah sakit dan dokter pada situasi
demikian adalah contract of service. Contract of service dibuat antara rumah sakit (badan hukum)
dan dokter.

Kedua, dokter rumah sakit berkedudukan sebagai dokter yang bekerja untuk dirinya
sendiri

Pada status dokter seperti ini, dokter bertindak sebagai penyedia jasa medis yang bekerja untuk
dirinya sendiri serta menggunakan fasilitas dan staff yang dimiliki oleh rumah sakit. keduddukan
dokter seperti ini bertindak sebagai independent contractor. Dokter menggunakan sarana, alat, dan
sumber daya manusia rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis dalam rangka kepentingan
dokter sebagai penyedia jasa medis. Pekerjaan dokter merawat pasien bukan lahir dari adanya
hubungan hukum kerja dokter dengan rumah sakit, melainkan berawal dari hubungan perikatan
dokter sebagai penyedia jasa medis dengan pengguna jasa medis, yaitu pasien/pihak yang
mewakili. Sebagai penyedia jasa medis, kewajiban dokter tidak semata melaksanakan keahlian
nya, tetapi juga menyediakan peralatan medis dan rawat inap serta menjamin keselamatan alat
yang akan digunakan kepada pasien. Oleh karena itu, pada kedudukan ini, dokter bekerja merawat
pasien bukan dimaksudkan dalam rangka kepentingan rumah sakit, melainkan untuk kepentingan
dirinya sebagai pihak yang berkontrak dengan pasien dibidang penyediaan peralatan medis.

Kewenangan melakukan perbuatan hukum bagi para pihak untuk mengadakan perikatan dibindang
kontrak medis juga bergantung pada aspek kecakapan para pihak dalam mengadakan kontrak.
Kecakapan melakukan kontrak dalam N.B.W. apabila telah mencapai usia 18 tahun atau telah
menikah sebagaimana diatur didalam article 1: 233 N.B.W Namun, khusus dalam kontrak
perawatan medis ,article 7: 477 N.B.W mengatur bahwa untuk anak yang telah berumur 16 tahun
mempunyai kemampuan hukum untuk masuk dalam kontrak perawatan medis untuk dirinya
sendiri kemampuan hukum dimaksud juga meliputi akseptasi dan menyatakan keputusan nya
dalam kontrak perawatan medi

3. Ruang lingkup prestasi yang terkandung di dalam hukum perawatan medis

Masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok (Pasal 11 UUK)

1. Kesehatan keluarga
2. Perbaikan gizi
3. Pengemanan makanan dan minuman
4. Kesehatan lingkungan
5. Kesehatan kerja
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. Penyuluhan kesehatan
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. Pengamanan zat adiktif
12. Kesehatan sekolah
13. Kesehatan olahraga
14. Pengobatan tradisional
15. Kesehatan mantra

Hukum kesehatan di Indonesia beum seluruhnya memenuhi ruang lingkup yang ideal,
sehingga yang diperlukan adalah :

1. Melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang undang yang sudah ada untuk
dikaji sudah cukup atau belum
2. Perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga kesehatan saja tetapi
juga kalangan penegak hukumdan masyarakat
3. Perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah masalah kesehatan
guna pembentukan perundang undangan yang benar.
Daftar Pustaka

Dr Pujiono Eko, S.H., Keadilan dalam perawat medis. 2017. PT citra aditya bakti

You might also like