Professional Documents
Culture Documents
dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak lansung, yang akan mempengaruhi
struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut. Kebijakan
perdagangan internasional dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi
nasional, industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Akan tetapi, dalam praktek perdagangan internasional saat ini, kebanyakan pemerintah
melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan internasional menggunakan kebijakan
lainnya yang lebih rumit, yaitu kebijakan nontarif barrier (NTB). Hal ini dilakukan negara tersebut
untuk menyembunyikan motif proteksi atau sekedar mengecoh negara lainnya. Oleh karena itu,
sampai saat ini masih banyak negara yang memberlakukan kebijakan nontarif barrier walaupun
beberapa ahli beranggapan bahwa kebijakan nontarif barrier dapat menjadi penghalang untuk
tercapainya keterbukaan dalam perdagangan internasional.
3. Kartel-kartel Internasional
Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari
berbagai negara. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan
ekspor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan dan meningkatkan total
keuntungan mereka. Berpengaruh tidaknya suatu kartel ditentukan oleh hal-hal berikut:
a. Sebuah kartel internasional berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam
menentukan harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki subtitusi;
b. Peluang tersebut akan semakin besar apabila jumlah produsen, negara, atau pihak
yang terhimpun dalam kartel relatif sedikit
4. Dumping
Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah
pasaran, atau penjualan komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan menjadi
tiga golongan, yaitu:
a. Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah
kecenderungan terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik untuk
memaksimalkan keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang
lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga yang dipasangnya di pasar luar
negeri sengaja dibuat lebih murah;
b. Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek penjualan
komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga domestiknya.
Proses dumping ini pada umumnya berlansung sementara, namun diskriminasi
harganya sangat tajam sehingga dapat mematikan produk pesaing dalam waktu
singkat;
c. Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah harga atau
penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah daripada
produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin mengatasi surplus komoditi yang
sesekali terjadi tanpa menurunkan harga domestik.
5. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran lansung atau pemberian keringanan pajak
dan bantuan subsidi pada para eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau
pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka
memacu ekspor suatu negara. Analisis subsidi ekspor disajikan secara grafis pada grafik
berikut ini
Dalam kondisi perdagangan bebas, harga yang berlaku adalah Px=$3,5. Dalam
kondisi tersebut, negara 2 yang merupakan sebuah negara kecil akan memproduksi
komoditi X sebanyak 35 unit (AC), sebagian di antaranya yakni sebanyak 20 unit akan
dikonsumsi sendiri (AB), sedangkan sisanya 15 unit akan diekspor (BC). namun
setelah pemerintah negara 2 memberikan subsidi ekspor sebesar $0,5 untuk setiap unit
komoditi X yang diekspor, maka Px meningkat menjadi $4/unit bagi para produsen dan
konsumen domestik. Sementara itu harga yang dihadapi oleh produsen dan konsumen
luar negeri tetap. Berdasarkan tingkat harga baru Px=$4 tersebut, para produsen di
negara 2 akan meningkatkan produksi komoditi X hingga (GJ). sementara itu para
konsumen yang menghadapi harga yang lebih mahal akan menurunkan konsumsinya
menjadi 10 unit (GH), sehingga jumlah komoditi X yang diekspor juga meningkat
menjadi 30 unit (HJ). kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi konsumen domestik
sebesar $7,5 (luas bidang a+b), sedangkan produsen memperoleh keuntungan
tambahan sebesar $18,75 (luas bidang a+b+c). selain itu, pemerintah yang
memberikan subsidi akan memikul kerugian sebesar $15 (B+C+D). secara keseluruhan
kerugian yang dialami negara 2 (negara proteksi) mencapai $3,75 yang setara dengan
penjumlahan luas segitiga BHN = b = $2,5 dan CJM = d = $1,25.
C. Putaran Uruguay
Putaran Uruguay adalah babak 8 negosiasi perdagangan multilateral (MTN) dilakukan
dalam kerangka Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (GATT), mulai 1986-1994
dan merangkul 123 negara sebagai "pihak kontraktor". Putaran Uruguay mengubah GATT ke
Organisasi Perdagangan Dunia.
Putaran diberlakukan pada tahun 1995 dan telah diimplementasikan selama periode
sampai 2000 (2004 dalam kasus negara berkembang pihak kontraktor) di bawah arahan
administratif baru dibuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Putaran Uruguay tentang
Perjanjian Pertanian, yang dikelola oleh WTO, membawa perdagangan pertanian lebih lengkap
di bawah GATT. Putaran Uruguay menyebabkan perubahan pembatasan kuantitatif untuk tarif
dan penurunan tarif secara bertahap. Perjanjian tersebut juga memberlakukan aturan dan
disiplin pada subsidi ekspor pertanian, subsidi domestik, dan sanitasi dan phytosanitary (SPS)
tindakan.
Hasil dari Putaran Uruguay antara lain :
1. Soal tarif. Negara-negara anggota sepakat untuk menurunkan tarif yang selama ini
masih diberlakukan untuk produk-produk industri dari rata-rata 4.7% menjadi 3 %,
sedangkan proporsi produk yang dibebaskan dari tarif akan ditingkatkan dari 20-22 %
menjadi 40-45 %. Tarif untuk beberapa sektor tertentu dihapuskan sama sekali misalnya
untuk sektor farmasi, peralatan, konstruksi, perlengkapan medis, produk kertas, dan
baja.
2. Soal kuota, Tingkat tarif untuk produk pertanian turun untuk negara berkembang dari
menjadi 24% dan untuk negara industri menjadi 36%. Sedang tarif untuk tekstil turun
menjadi 25%.
3. Soal tindakan anti-dumping. Putaran Uruguay menetapkan ketentuan yang lebih tegas
dan cepat, meskipun tidak melarang penggunaan politik dumping.
4. Mengenai subsidi, volume pertanian yang disubsidi dikurangi hingga 21% dalam periode
6 tahun. Sedangkan subsidi pemerintah untuk kegiatan riset industri yang bersifat
penelitian dasar dibatasi 50% dari total biaya riset terapan.
5. Mengenai ketentuan pengaman khusus, negara-negara masih dimungkinkan untuk
meningkatkan tarif atau melakukan restriksi untuk perdagangan tertentu guna meredam
lonjakan impor yang diperkirakan dapat memukul perindustrian domestik, kecuali dalam
bidang kesehatan.
6. Mengenai hak cipta, Putaran Uruguay menetapkan bahwa hak cipta memiliki masa 20
tahun, namun ada kelonggaran membayar royalty selama 10 tahun untuk sektor industri
farmasi selama 10 tahun.
7. Mengenai perdagangan sektor jasa, dalam hal ini Amerika gagal memperoleh akses
untuk jasa perbankan di negara Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara
berkembang lainnya. Selain itu Amerika juga gagal memaksa Perancis dan juga negara
anggota Uni-Eropa lain agar mengahapuskan hambatan-hambatan masuknya film-film
dan acara Amerika secara bebas.
8. Mengenai industri lain pada umumnya, Amerika dan negara Eropa lain sepakat
membatasi subsidi pemerintah bagi subsidi pemerintah bagi pesawat terbang sipil,
pembukaan pasar telepon jarak jauh, dan pembatasan subsidi bagi produsen baja, dan
Amerika juga membicarakan tentang pembukaan pasar chip semikonduktor di Jepang.
9. Mengenai aspek-aspek investasi yang berkenaan dengan perdagangan. Putaran
Uruguay sepakat menghilangkan berbagai persyaratan bagi para investor luar negeri,
misalnya untuk membeli suku cadang lokal atau mengadakan ekspor senilai impornya.
10. Rencana pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, negara peserta Putaran
Uruguay sepakat untuk membentuk WTO menggantikan GATT.
Struktur Pasar:
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli. Pasar
memiliki struktur tersendiri yang membuat dirinya khas dan berbeda dibandingkan
dengan pasar lainnya. Hal ini menjadi pembatas yang cukup nyata terhadap produk
luar yang akan masuk ke dalam negeri.
3 Kartel-kartel Internasional
Kartel internasional adalah sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari
berbagai negara. Mereka sepakat untuk membatasi outputnya dan juga
mengendalikan ekspor komoditi tersebut dengan tujuan memaksimalkan dan
meningkatkan total keuntungan mereka. Berpengaruh tidaknya suatu kartel
ditentukan oleh hal-hal berikut:
a. Sebuah kartel internasional berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam
menentukan harga jika komoditi yang mereka kuasai tidak memiliki subtitusi;
b. Peluang tersebut akan semakin besar apabila jumlah produsen, negara, atau
pihak yang terhimpun dalam kartel relatif sedikit
4. Dumping
Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran,
atau penjualan komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Dumping diklasifikasikan
menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Dumping terus-menerus atau international price discrimination adalah
kecenderungan terus-menerus dari suatu perusahaan monopolis domestik untuk
memaksimalkan keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga
yang lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga yang dipasangnya di pasar
luar negeri sengaja dibuat lebih murah;
b. Dumping harga yang bersifat predator atau predatory dumping praktek
penjualan komoditi di bawah harga yang jauh lebih murah ketimbang harga
domestiknya. Proses dumping ini pada umumnya berlansung sementara, namun
diskriminasi harganya sangat tajam sehingga dapat mematikan produk pesaing
dalam waktu singkat;
c. Dumping sporadis atau sporadic dumping adalah suatu komoditi di bawah harga
atau penjualan komoditi itu ke luar negeri dengan harga yang sedikit lebih murah
daripada produk domestik, namun hanya terjadi saat ingin mengatasi surplus
komoditi yang sesekali terjadi tanpa menurunkan harga domestik.
5. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran lansung atau pemberian keringanan pajak dan
bantuan subsidi pada para eksportir atau calon eksportir nasional, dan atau
pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka
memacu ekspor suatu negara. Analisis subsidi ekspor disajikan secara grafis pada
grafik berikut ini :
Dalam kondisi perdagangan bebas, harga yang berlaku adalah Px=$3,5. Dalam
kondisi tersebut, negara 2 yang merupakan sebuah negara kecil akan memproduksi
komoditi X sebanyak 35 unit (AC), sebagian di antaranya yakni sebanyak 20 unit
akan dikonsumsi sendiri (AB), sedangkan sisanya 15 unit akan diekspor (BC).
namun setelah pemerintah negara 2 memberikan subsidi ekspor sebesar $0,5 untuk
setiap unit komoditi X yang diekspor, maka Px meningkat menjadi $4/unit bagi
para produsen dan konsumen domestik. Sementara itu harga yang dihadapi oleh
produsen dan konsumen luar negeri tetap. Berdasarkan tingkat harga baru Px=$4
tersebut, para produsen di negara 2 akan meningkatkan produksi komoditi X
hingga (GJ). sementara itu para konsumen yang menghadapi harga yang lebih
mahal akan menurunkan konsumsinya menjadi 10 unit (GH), sehingga jumlah
komoditi X yang diekspor juga meningkat menjadi 30 unit (HJ). kondisi ini
mengakibatkan kerugian bagi konsumen domestik sebesar $7,5 (luas bidang
a+b), sedangkan produsen memperoleh keuntungan tambahan sebesar $18,75
(luas bidang a+b+c). selain itu, pemerintah yang memberikan subsidi akan
memikul kerugian sebesar $15 (B+C+D). secara keseluruhan kerugian yang
dialami negara 2 (negara proteksi) mencapai $3,75 yang setara dengan
penjumlahan luas segitiga BHN = b = $2,5 dan CJM = d = $1,25.
Putaran Uruguay
Putaran Uruguay adalah babak 8 negosiasi perdagangan multilateral (MTN)
dilakukan dalam kerangka Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan
(GATT), mulai 1986-1994 dan merangkul 123 negara sebagai "pihak kontraktor".
Putaran Uruguay mengubah GATT ke Organisasi Perdagangan Dunia.
Putaran diberlakukan pada tahun 1995 dan telah diimplementasikan selama periode
sampai 2000 (2004 dalam kasus negara berkembang pihak kontraktor) di bawah
arahan administratif baru dibuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Putaran
Uruguay tentang Perjanjian Pertanian, yang dikelola oleh WTO, membawa
perdagangan pertanian lebih lengkap di bawah GATT. Putaran Uruguay
menyebabkan perubahan pembatasan kuantitatif untuk tarif dan penurunan tarif
secara bertahap. Perjanjian tersebut juga memberlakukan aturan dan disiplin pada
subsidi ekspor pertanian, subsidi domestik, dan sanitasi dan phytosanitary (SPS)
tindakan.