You are on page 1of 7

3.

2 Pembahasan
3.2.1 Hama Tanaman Kubis
A. Plutella xylostella
Plutella xylostella merupakan hama yang menyerang pertanaman kubis dengan
klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Ulat kubis banyak memakan daun muda dan daun tua. Jenis kerusakan oleh ulat
kubis ini sangat khas dimana daun menampilkan jendela putih tidak teratur, jarang
lebih besar dari 0,5 cm yang kemudian memecah ke lubang bentuk (Kalshoven,
1981).
Stadium telur antara 3-6 hari. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera
menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan
tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari
instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai
pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa
berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa.
Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari. Larva P.
xylostella berukuran kecil, sekitar 0,33 inci ketika tumbuh penuh. Tubuh larva
melebar di bagian tengah dan meruncing ke arah anterior dan posterior dengan dua
proleg pada segmen terakhir (posterior) membentuk huruf-V (Kalshoven, 1981).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sanitasi lahan untuk mengurangi sumber
hama ini, penggunaan agensia hayati yaitu berupa parasitoid telur hama tersebut,
dengan menggunakan insektisida sintetis atau kimia, dan dapat juga menggunakan
pestisida berbahan alami.
B. Crocidolomia pavonana
Crocidolomia pavonana merupakan salah satu hama tanaman kubis dengan sistem
klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Spesies : Crocidolomia pavonana
Ulat krop kubis sering menyerang titik tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung
kubis dimana ulatnya kecil berwarna hijau. Telur berukuran 5 mm dan biasanya
berkumpul antara 10-300 butir dalam satu daun. Telur berwarna hijau cerah dan
muda, berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan pada bagian bawah daun
(Ahmad, 2007). Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan
meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Larva instar ketiga sampai
kelima berpencar dan menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik
tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa
krop kecil. Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus dan secara
berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun
saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan benang-
benang sutera. Ulat krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak dapat dipanen
sama sekali. (Ahmad, 2007).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sanitasi lahan, pergiliran tanam dengan
tanaman bukan inang, penggunaan agensia hayati yaitu Bacillus thuringiensis yang
dapat menekan pertumbuhan hama ini, dengan menggunakan insektisida kimia atau
sintetik, dan dapat juga menggunakan insektisida nabati atau alami.

3.2.2 Hama Tanaman Cabai


A. Thrips sp.
Thrips sp. Merupakan salah satu hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
cabai yang memiliki klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thipidae
Genus : Thrips
Spesies : Thrips sp.
Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan
dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga
menjadi perantara penyebaran virus. Ukuran tubuh betina antara 0,99-1,35 mm
dengan variasi warna coklat muda sampai dengan coklat tua. Pada bagian kepala
terdapat sepasang antena yang terdiri atas tujuh ruas. Pada ruas kedua dan ketiga
terdapat organ sensori yang berbentuk kerucut bercabang seperti garpu. Antena
segmen ketiga berwarna kuning, demikian pula segmen keempat dan kelima namun
hanya setengahnya yang berwarna kuning. Stadium yang menyerang adalah imago
yaitu dengan cara meraut kemudian menghisap cairan tanaman (Lewis 1973).
Kerusakan yang ditimbulkan pada daun cabai berupa bercak keperakan
(Prabaningrum & Moekasan 1996). Selain itu, Vos (1994) menyatakan bahwa
serangan berat pada tanaman cabai dapat menyebabkan bercak keperakan menjadi
kecoklatan dan daun mengeriting dengan arah ke atas.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu tidak menanam dalam skala yang terlalu
luas, dengan penyemprotan insektisida sintetik atau kimia secara berkala, selain itu,
dapat juga menggunakan insektisida alami.

B. Bactrocera sp.
Merupakan salah satu hama yang menyerang cabai dengan sistem klasifikasi sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera sp.
Lalat buah betina meletakkan telur pada kulit buah yang sudah matang atau setengah
matang (Endah, 2003). Seekor imago lalat buah betina meletakkan telur antara 1-10
butir di satu buah dan dalam sehari mampu meletakkan telur sampai 40 butir
(Kardinan, 1998). Siklus hidup hama lalat buah dimulai dari stadia telur, larva, pupa,
dan dewasa (Holometabola). Lalat buah betina mempunyai ovipositor yang runcing
pada ujung tubuhnya yang berfungsi untuk memasukkan telurnya ke dalam buah.
Jumlah telur yang diletakkan perhari bervariasi antara 240 butir. Telur yang
diletakkan di dalam buah cabai rawit, kemudian menetas menjadi larva (belatung).
Larva selama hidupnya akan hidup, makan, dan berkembang di dalam buah cabai.
Larva lalat buah mempunyai tiga tingkat instar. Larva berwarna putih kekuningan dan
sering diikuti dengan masuknya bakteri dan jamur, sehingga buah cabai dengan cepat
mengalami pembusukan dan kemudian akan berjatuhan di tanah. Apabila buah cabai
dibelah, pada daging buah terdapat larva kecil dengan ukuran 410 mm dan biasanya
bila larva disentuh, akan meloncat-loncat (tidak berjalan). Larva instar akhir akan
menjatuhkan dirinya ke tanah untuk membentuk pupa di dalam tanah. Lalat buah
dewasa biasanya berukuran 16 mm. Warnanya sangat bervariasi mulai dari warna
kuning cerah, oranye kehitaman, cokelat, atau kombinasinya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan membersihkan atau sanitasi lahan, pengguaan
parasitoid Biosteres sp. dan Opius sp (Braconidae). Dapat juga menggunakan
predator berupa semut, laba-laba, kumbang stafilinid dan cocopet (Dermaptera).
Pengabutan atau pengasapan juga dinilai efektif untuk mengendalikan hama ini serta
penggunaan insektisida yang dicampur dengan zat penarik (atraktan).
C. Aphis gycine
Merupakan salah satu hama cabai dengan sistem klasifikasi sebagai berikut.
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis glycine
Aphis gycine disebut juga sebagai kutu daun dengan panjang tubuhnya antara 1-2
mm, memiliki warna tubuh yang bervariasi tergantung pada spesies dan lingkungan
hidupnya. Warna tersebut antara lain kuning, kuning kemerah-merahan, hijau, hijau
gelap, hijau kekuning-kuningan, dan hitam suram. Kutu daun ada yang memiliki
sayap dan ada pula yang hidup tanpa sayap. Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur
yang menetas pada umur 3-4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan
hidup selama 14-18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai
bereproduksi pada umur 5-6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago
kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya. Gejala yang ditimbulkan
akibat serangan hama ini adalah daun menjadi Nampak keriting, kerdil, dan
mengalami klorosis karena cairan daun dihisap. Hama ini menyukai pucuk-pucuk
daun muda.
Pengendalian dapat dilakukan dengan tanam serentak tidak lebih dari 10 hari,
pergiliran tanaman bukan inang, dan penggunaan agensia hayati Entomophtora sp
yang serangannya dapat mecapai 100%.
IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Hama yang menyerang pertanaman kubis sebagian besar berasal dari ordo
Lepidoptera.
2. Tanaman cabai memiliki banyak hama yang menyerangnya dengan berbagai
gejala yang ditimbulkan berbeda antara hama satu dengan hama yang lain.
3. Berbagai teknik pengendalian telah dikembangkan untuk mengendalikan hama-
hama tanaman hortikultura salah satunya dengan memanfaatkan agensia hayati.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. 2007. Laporan Hama Ulat Crop (Crocidolomia pavonana Zell.)


(Lepidoptere : Pyralidae) pada Kubis (Brassica oleracea L.).
http://repository.ipb.ac.id/. Diakses 27 April 2015.

Endah H. 2003. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Jakarta.

Kardinan A. 1998. Pengaruh Cara Aplikasi Minyak Suling Melaleuca Bracteata dan
Metil eugenol terhadap Daya Pikat lalat Buah Bactrocera dorsalis. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia 4(1): 38-45.

Lewis T. 1973. Thrips: Their Biology, Economic, and Economic Importance.


Academic Press. London.

Prabaningrum L, Moekasan TK. 1996. Hama-hama tanaman cabai merah dan


pengendaliannya. Di dalam: Duriat AS, Hadisoeganda AWW, Soetiasso TA,
Prabaningrum L (ed.), Teknologi Produksi Cabai Merah. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayur.

Vos JGM. 1994. Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Cabai (Capsicum spp.) di
Dataran Rendah Tropis. Universitas Wageningen. Belanda.

You might also like