You are on page 1of 21

B Apendisitis Akut

Cheryl Suseno (NIM: 102009152)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510

A
Email: cheryl311_cs@yahoo.com

Pendahuluan
Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan merupakan
salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendisitis akut merupakan radang
bakteri yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah h i p e r p l a s i a j a r i n g a n
l i m f e , f e k a l i t h , t u m o r a p e n d i k s d a n c a c i n g A s c a r i s d a p a t j u g a menimbulkan

I
penyumbatan.Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan
1
dengan n e g a r a b e r k e m b a n g .

Pembahasan
Anatomi dan Fisiologi Apendiks
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan
berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian proximaldan melebar pada
bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar dipersambungan dengan sekum. Selama

K
anak-anak, pertumbuhannya biasanya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam
intraperitoneal. Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan
berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiksterbanyak adalah
retrocaecal (74%) , pelvic (21%), patileal (5%), paracaecal (2%), subcaecal (1,5%) dan preleal (1%).
Apendiks mendapat vaskularisasi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari arteri
ileocolica. Arteri apendiks termasuk endarteri. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe
melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaeca. O l e h k a r e n a i t u , n y e r i
v i s c e r a l p a d a a p e n d i s i t i s b e r m u l a d i s e k i t a r umbilikus. Apendiks menghasilkan

lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan ke caecum. J i k a t e r j a d i h a m b a t a n , m a k a


a k a n t e r j a d i a p e n d i s i t i s a k u t . G A LT ( Gut Assoiated Lymphoid Tisuue) y a n g t e r d a p a t
pada apendiks menghasilkan Ig-A. Namun jika apendiks diangkat, tidak
m e m p e n g a r u h i s i s t e m i m u n t u b u h k a r e n a j u m l a h n y a yang sedikit sekali. 2

1
Gbr. Anatomi apendiks 2
Definisi
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai
cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya
adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor.
Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga
menimbulkan penyumbatan. 1

Anamnesis
Identitas pasien: nama, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan data lainnya.
Pada anamnesis penderita apendisitis, biasa akan didapatkan keluhan utama nyeri di sekitar
epigatrium yang menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di epigastrium yang dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang timbul atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Rasa nyeri umumnya meningkat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney.
Peningkatan ini bisa dikarena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Keluhan yang menyertai
biasanya antara lain rasa mual dan muntah, panas. Biasanya pasien akan tampak gelisah. 1,3,4

Pemeriksaan Fisik 3,5,6

Gbr. 4 quadrant abdomen 7 Gbr. 9 regi abdomen 8



Inspeksi

2

Tidak ditemukan gambaran spesifik

Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.

Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses periapendikuler.

Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan

Pada apendisitis akut, sering ditemukan adanya abdominal swelling sehingga kadang
ditemukan distensi perut.

Palpasi

Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan
lepas.

Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.

Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri. Biasanya di daerah perut kanan bawah dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri.

Nyeri tekan pada perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis apendisitis. Pada
penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini
disebut sebagai tanda Rovsing Sign. Apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan
juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut nyeri lepas atau
Blumberg Sign.

Perkusi

Pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.

Auskultasi

Biasanya normal

Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata
akibat apendisitis perforata

Rectal Toucher

Tonus musculus sfingter ani baik

Ampula kolaps

Nyeri tekan pada daerah jam 9 dan 12

Terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila
letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka

3
kemungkinan apendiks yang meradang terletak di daerah pelvis. Pemeriksaan ini
merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.

Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul
kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
apendiks yang meradang menempel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri.

Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang, kontak dengan
m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Uji ini
dilakukan dengan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji
obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui
letak apendiks.

Alvarado Score
Skor alvarado adalah suatu sistem skoring yang digunakan untuk mendiagnosis
appendisitis akut. Skor ini mempunyai 6 komponen klinik dan 2 komponen laboratorium
dengan total skor poin 10.
Characteristic Score
M Migration of pain RL Q 1
A - Anorexia 1
N Nausea and vomitting 1
T Tenderness in RL Q 2
R Rebound pain 1
(nyeri lepas)
E Elevated temperature 1
L- Leukocytosis 2
S- Shift of WBC to the left 1
(pergeseran ke kiri polimorfonuklear)
Total 10
Tabel 1. Skor penilaian apendisitis akut menurut Alvarado

4
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan dengan menjumlah setiap skor, kemudian
kemungkinan diagnosis apendisitis adalah berdasarkan pembagian interval nilai yang
diperoleh tersebut.
1. Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita apendisitis. Pasien ini dapat langsung
diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian perlu
dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi.
2. Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya apendisitis. Pasien ini
sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen ataupun CT
scan.
3. Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita apendisitis. Pasien ini tidak perlu
untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan catatan tetap
dilakukan follow up pada pasien ini.

Pemeriksaan Penunjang 3,4


1. Pemeriksaan Lab
Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat.
Pemeriksaan darah
Leukositosis pada kebanyakan kasus apendisitis akut terutama pada kasus dengan
komplikasi. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-20.000/ml dan neutrofil di atas 75%. Pada apendicular infiltrat, LED akan
meningkat. Pada test CRP (C- Reactive Protein) biasanya ditemukan jumlah
serum yang meningkat.
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri di
dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala
klinis yang hampir sama dengan apendisitis.
Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.

5
Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan. Nilai ini berguna untuk membantu
membedakan antara apendisitis atau kehamilan ektopik dini.
2. Pemeriksaan radiologis
Foto polos abdomen
Pada penderita apendisitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi
misalnya peritonitis, dan lainnya, tampak:
1. scoliosis ke kanan
2. psoas shadow tidak tampak
3. bayangan gas usus kanan bawah tidak tampak
4. garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
5. 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
Pada pemeriksaan ini juga dilakukan untuk membedakan apendisitis dengan
obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
USG (Ultrasonografi)
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik dan
sebagainya. Biasanya pada pemeriksaan ini ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks.
Barium Enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui
anus. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan komplikasi-komplikasi dari
apendisitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
CT Scan
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan tanda-tanda dari apendisitis. Selain itu, juga
dapat menunjukkan komplikasi dari apendisitis seperti bila terjadi abses.
Pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit
serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum.

6
Laparoskopi
Pemeriksaan ini merupakan suatu tindakan dengan menggunakan kamera
fiberoptic yang dimasukkan ke dalam abdomen, apendiks dapat divisualisasikan
secara langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila
pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada apendiks, maka
pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan apendiks yang dikenal
sebagai appendectomy.

Diagnosis Kerja 4
Diagnosis apendisitis ditegakkan bila memenuhi berdasarkan Pierce dan Neil:

gambaran klinis yang mengarah ke appendisitis.

laboratorium : lekositosis ringan, lekosit > 13.000 /dl biasanya pada perforasi, terdapat
pergeseran ke kiri (netrofil segmen meningkat).

USG untuk massa appendix dan jika masih ada keraguan untuk menyingkirkan kelainan
pelvis lainnya.

laporoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum
dilakukan apendiktomi pada wanita muda.

CT scan pada usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin.

Gbr. Apendisitis 9

Diagnosa klinis intra apendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi beberapa
tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan apendiks, yaitu:

1. Apendisitis Akut Sederhana


Gejalanya diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati / daerah pusat, mungkin disertai
dengan kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada fase ini

7
seharusnya didapatkan adanya leukositosis. Pada fase ini apendiks dapat terlihat normal,
hiperemi atau udem, tak ada eksudet serosa.

2. Apendisitis Akut Supurativa


Ditandai dengan adanya rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik
McBurney, adanya defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans
muskuler dapat teIjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda periotnitis umum,
seperti demam tinggi. Bila perforasi barn terjadi, Leukosit akan pergi ke jaringan-jaringan
yang meradang tersebut, maka mungkin kadar leukosit di dalam darah dapat turun, sebab
belum sempatnya tubuh merespon kebutuhan leukosit yang tiba-tiba meninggi.
Namun setelah tubuh sempat merespon kebutuhan ini maka jumlah leukosit akan meninggi
di dalam darah tepi. Apendisitis akut supurativa ini kebanyakan terjadi karena
adanyaobstruksi. Apendiks dan meso apendiks udem, hiperemi, dan di dalam lumen terdapat
eksudat fibrinopurulen.

3. Apendisitis Akut Gangrenosa


Tampak apendiks udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu, dinding apendiks
berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitamann. Pada apendiksitis akut gangrenosa ini
bisa terdapat mikroperforasi.

4. Apendisitis Akut Perforasi


Pada dinding apendiks telah teIjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi oleh
jaringan nekrotik.
5.Apendisitis Akut Abses
Abses akan timbul di fossa iliaka kanan lateral dekat caecum, retrocaecal dan pelvis.
Mengandung pus yang sangat banyak dan berbau.

Diagnosis Differential 1,3,10

Diagnosis appendisitis memiliki kemiripan dengan diagnosa penyakit lainnya, karena itulah
pada sekitar 15-20% kasus terjadi kesalahan diagnosis klinis. Penyakit yang memiliki gejala mirip
antara lain:
Gastroenteritis
Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan terbatas
tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang menonjol dibandingkan
apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena hitung normal.

8
Limfedenitis Mesenterika
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut, terutama kanan
disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama kanan.
Infeksi Panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi
daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya
disertai keputihan dan infeksi urin. Pada gadis dapat dilakukan pemeriksaan melalui dubur jika
perlu untuk diagnosis banding. Rasa nyeri pada pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.
Gangguan alat kelamin perempuan
Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus
menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu dalam 24 jam, tetapi
mungkin dapat mengganggu selama dua hari, pada anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih
dahulu.
Kehamilan di luar kandungan
Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal
selama kehamilan trimester pertama.
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak menentu Ruptur tuba,
abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan timbul nyeri mendadak difus di
pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri dan penonjolan rongga Douglas didapatkan pada
pemeriksaan vaginal dan didapatkan pada kuldosintesis.
Divertikulosis Meckel
Divertikulum Meckel adalah sebuah kantong pada dinding bagian bawah dari usus yang hadir pada
saat lahir / bawaan. Penyebabnya merupakan jaringan tersisa dari struktur di saluran pencernaan
bayi yang belum lahir yang tidak sepenuhnya diserap sebelum kelahiran. Pada penderita perut tidak
nyaman atau nyeri mulai dari ringan sampai parah dan biasa melewati darah dalam tinja. Gambaran
klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedaan sebelum operasi hanya teoritis dan
tidak perlu, sejak diverticulosis Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang rnirip pada
apendisitis akut dan diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.

9
Gbr. Meckel divertikulum 10
Ulkus Peptikum yang Perforasi
Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap turun ke daerah
usus bagian kanan (Saekum).
Batu Ureter
Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis retrocecal. Nyeri menjalar
ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau demam atau leukosotosis membatu. Pielography
biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.
Ileus paralitik
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut. Ileus
Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya
amiloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologi
seperti penyakit Parkinson.
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna, infeksi, obstruksi
atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Penyakit Crohn
Penyakit Crohn adalah peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh
ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus
besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai
anus, dan bahkan kulit sekitar anus. Pada beberapa dekade yang lalu, penyakit Crohn lebih sering
ditemukan di negara barat dan negara berkembang. Terjadi pada pria dan wanita, lebih sering pada

10
bangsa Yahudi, dan cenderung terjadi pada keluarga yang juga memiliki riwayat kolitis ulserativa.
Kebanyakan kasus muncul sebelum umur 30 tahun, paling sering dimulai antara usia 14-24 tahun.
Penyakit ini mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara
daerah yang terkena. Pada sekitar 35 % dari penderita penyakit Crohn, hanya ileum yang terkena.
Pada sekitar 20%, hanya usus besar yang terkena. Dan pada sekitar 45 %, ileum maupun usus besar
terkena.
Penyebabnya belum diketahui namun ada kemungkinan disebabkan oleh adanya kelainan fungsi
sistem pertahanan tubuh, infeksi, makanan.
Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun, nyeri kram perut, demam, nafsu
makan berkurang dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik biasa ditemukan benjolan dan
rasa penuh pada perut bagian bawah biasanya lebih ke sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi
adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula), dan kantong berisi nanah
atau abses.
Gejala penyakit ini berbeda pada tiap penderita, namun ada 4 pola yang umumnya terjadi yaitu:
peradangan berupa nyeri dan nyeri tekan di perut kanan bawah; penyumbatan usus akut yang
berulang yang menyebabkan kejang hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan
muntah; peradangan dan penyumbatan usus parsial
menahun yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan
menahun; serta pembentukan saluran abnormal (fistula)
dan kantung infeksi berisis nanah (abses) yang sering
menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang
terasa nyeri dan berat badan menurun.
Gbr. kolonoskopi normal dan Crohn 11

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram


perut yang terasa nyeri dan diare berulang
terutama pada penderita yang juga memiliki
peradangan sendi, mata dan kulit. Apabila diagnosis masih belum pasti, dapat dilakukan
pemeriksaan kolonoskopi dan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan dengan CT
Scan, bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses,
nemun tidak digunakan secara rutin sebagai diagnosis awal.

Dispepsia

11
Dispepsia merupakan salah satu gangguan pada saluran pencernaan khususnya lambung.
Dispepsia dapat berupa rasa nyeri atau tidak enak di perut bagian tengah ke atas. Rasa nyeri
tidak menentu, kadang menetap atau kambuh. Dispepsia umumnya diderita oleh kaum
produktif dan kebanyakan penyebabnya adalah pola atau gaya hidup yang tidak sehat.
Gejalanya bervariasi mulai dari nyeri ulu hati, mual-muntah, rasa penuh di ulu hati,
sendawa yang berlebihan bahkan bisa menyebabkan diare dengan segala komplikasinya.

Secara umum, dispepsia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu dispepsia yang organik dan fungsional.
Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia
lebih dari 40 tahun. Dispepsia disebut dispepsia organik apabila penyebabnya telah
diketahui secara jelas. Sementara dispepsia fungsional tidak jelas penyebabnya. Pada
dispepsia fungsional biasanya tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, lab, radiologi, dan endoskopi.

Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di
epigastrium yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus
berupa rasa panas di dada (heart burn) dan regusgitasi asam lambung.

Etiologi 12-14

Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor
pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radangapendiks, diantaranya :

Faktor Obstruksi
Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid submukosa, 35%
karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya1% diantaranya sumbatan oleh
parasit dan cacing.

Gbr. Obstruksi fekalit Gbr. Apendiks meradang Gbr. Koloni bakteri


akibat obstruksi meningkatkan tekanan

Faktor Bakteri

12
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.Bakteri
yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus, Lacto-
bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.

Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya
yang memudahkan terjadi apendisitis.

Faktor ras dan diet
F a k t o r r a s b e r h u b u n g a n d e n g a n k e b i a s a a n d a n p o l a m a k a n a n sehari-
hari.

Manifestasi Klinik 1,3,4
Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :

Ta n d a a w a l n y e r i d i e p i g a s t r i u m a t a u r e g i o u m b i l i c u s d i s e r t a i m u a l
d a n anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C.
Bilasuhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.

Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan
peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya
defans muskuler.

Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan
kiri (Rovsings Sign) dan nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumbergs Sign) batuk atau mengedan.

Klasifikasi Apendisitis ada 2 :


a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis/parsial, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah
bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.

Patogenesis 1,3,4,12

13
Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan oleh bakteria
yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus.
Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama u k u s t e r s e b u t m a k i n b a n y a k , n a m u n e l a s t i s i t a s d i n d i n g a p e n d i k s
m e m p u n y a i keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di
dalam s e k u m a k a n m e n i n g k a t . K o m b i n a s i t e k a n a n t i n g g i d i s e k u m d a n
p e n i n g k a t a n flora kuman di kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus
radang dimukosa apendiks. Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit,
yang meliputi semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus
setempat yang menghambat pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal
apendiks.Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami
hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi
menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena
terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat
berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor. Bila sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium
ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi perforasi (apendisitis perforata). Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan
jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut
kanan b a w a h . P a d a s u a t u k e t i k a o rg a n i n i d a p a t m e r a d a n g a k u t l a g i d a n
d i n y a t a k a n mengalami eksaserbasi akut.
Apabila peroforasi berlanjut dapat menjadi apendisitis infiltrat fixed. Perforasi
yang terjadi pada daerah ganggren sehingga nanah dan produksi infeksi mengalir ke
dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis generalisata serta abses sekunder.
Bila mekanisme pertahanan tubuh cukup baik, tubuh berusaha melokalisir tempat
infeksi tersebut dengan cara membentuk walling off oleh omentum, usus halus,
sekum, kolon dan peritoneum, yaitu membentuk gumpalan masa phlegmon yang

14
melekat erat satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan ini tubuh berhasil melokalisir
daerah infeksi secara sempurna.
Apabila apendisitis infiltrat sembuh dengan adanya gejala hilang timbul maka
dicurigai terjadinya apendisitis kronik.
Mekanisme terjadinya apendisitis dapat diliat pada bagan di bawah ini.

Fekalit Penyumbatan
sekret mukus

Mukus >>

Obstruksi
Lumen Apendiks

Gangguan
aliran mukus
dari apendiks-
sekum
Bendungan Edema,
mukus diapedesis
Peningkatan
Tekanan bakter, dan
intraluminal Ggn aliran limfe ulserasi
mukosa
Obstruksi Obstruksi
arteri vena Apendisitis
akut
Infark ddg
apendiks Edema >>
Nyeri
epigastrium
Bakteri
Ganggren menembus
ddg
apendiks
Apendisitis
gangrenosa
Peradangan Apendisitis Nyeri
peritoneum supuratif Perut kanan
akut bawah


Faktor Risiko 12,13

15
Beberapa faktor risiko seseorang dapat terkena apendisitis antara lain:

Kecenderungan familiar.
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ apendiks yang
terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang memudahkan terjadi
apendisitis. Selain itu, faktor ras dan diet juga berpengaruh.

Faktor ras
b e r h u b u n g a n d e n g a n k e b i a s a a n d a n p o l a m a k a n a n sehari-hari.


Komplikasi 12,15,16
Pada beberapa keadaan apendisitis akut agak sulit di diagnosis sehingga tidak ditangani pada
waktunya dan terjadi komplikasi misalnya:

Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak mau makan, tidak bisa melukiskan
nyerinya, sehingga dalam beberapa jam kemudian terjadi muntah-muntah, lemah dan
letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga apendisitis diketahui setelah terjadi
komplikasi.

Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah nyeri perut mual dan muntah.
Pada wanita hamil trimester pertama juga terjadi mual muntah. Pada kehamilan lanjut
sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di
perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan.

Pada usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sering terjadi terlambat
diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami perforasi.
Beberpa komplikasi yang dapat terjadi :

Perforasi 15

Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi


appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi
(sekitar 38,3oC), nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan
kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun
sampai menghilang karena ileus paralitik. Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam
pertama. Pada apendiktektomi yang dilakukan pada pasien usia kurang dari 10 tahun
dan lebih dari 50 tahun, ditemukan 50%nya telah mengalami perforasi.


Peritonitis 12

16
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan
yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus
menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam,
lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus
menghilang.


Massa Periapendikuler (apendikal abses) 16

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh omentum.
Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi
peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis,
dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan
keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa
berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal.


Penatalaksanaan 3,17-19

Perawatan Kegawatdaruratan: 3

Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi
atau septicemia.

Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun
melalui mulut.

Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.

Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan
lakukan pengukuran kadar hCG
Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia dan
pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.

Antibiotik Pre-Operatif

Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam
menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.

Pemberian antibiotik spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob diindikasikan.

Antibiotik pre-operatif harus diberikan dalam hubungannya dengan pembedahan.

17
Antibiotik yang diberikan antara lain dengan pemberian antibiotik intravena diberikan untuk
antisipasi bakteri patogen, antibiotik initial diberikan termasuk generasi ke 3 cephalosporins,
ampicillin-sulbaktam, dan metronidazol atau klindaisin untuk kuman anaerob. Pemberian
antibiotik postops harus di ubah berdasarkan kulture dan sensitivitas. Antibiotik tetap
diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit. Setelah memperbaiki keadaan
umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan pipa nasogastrik perlu di lakukan
pembedahan sebagai terapi definitif dari appendisitist perforasi.

Tindakan Operasi17-19
Terapi bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Apendiktomi terbuka
merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks. Insisi dilakukan melewati titik Mc
Burney. Letak titik McBurney adalah 1/3 lateral garis imajiner yang menghubungkan Spina
Iliaka Anterior Superior (SIAS) dan umbilikus

Gbr. Titik Mc Burney 17


Dilakukan di seksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal untuk membuat
suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum apendiks
dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa yang terkena
dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan inversi pada ujungnya,
kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup.
Laparoskopik apendiktomi lebih disukai. Prosedurnya, port placement terdiri dari pertama
menempatkan port kamera di daerah umbilikus, kemudian melihat langsung ke dalam
melalui 2 buah port yang berukuran 5 mm. Ada beberapa pilihan operasi, pertama apakah 1
port diletakkan di kuadran kanan bawah dan yang lainnya di kuadran kiri bawah atau
keduanya diletakkan di kuadran kiri bawah. Sekum dan apendiks kemudian dipindahkan
dari lateral ke medial. Berbagai macam metode tersedia untuk pengangkatan apendiks,
seperti dectrocauter, endoloops, stapling devices.
Laparoskopik apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya
lebih bagus dari segi kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah. Beberapa penelitian

18
juga menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga mempersingkat masa rawatan di
rumah sakit. Kerugian laparoskopik apendiktomi antara lain mahal dari segi biaya dan juga
pengerjaannya yang lebih lama, sekitar 20 menit lebih lama dari apendiktomi terbuka.
Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat dengan peningkatan pengalaman.
Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi adalah pada pasien dengan perlengketan intra-
abdomen yang signifikan.


Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis
dan antibiotika.

Bila terjadi abses apendiks, maka dahulu diobati dengan antibiotik iv, massanya
mungkin mengecil, atau abses mungkin memelukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari.

Pencegahan
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian appendicitis.
Upaya pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan
antara lain:
1. Diet tinggi serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens
timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi
serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan. Serat
dalam makanan mempunyai kemampuan mengikat air, selulosa, dan pektin yang
membantu mempercepat sisi-sisa makanan untuk diekskresikan keluar sehingga tidak
terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada dinding kolon. Sering makan
makanan berserat dan menjaga kebersihan.
2. Defekasi yang teratur
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran feces. Makanan yang
mengandung serat penting untuk memperbesar volume feces dan makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan
keteraturan pola aktivitas peristaltik di kolon.
Frekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi feces yang lebih padat
sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon.
Pengerasan feces memungkinkan adanya bagian yang terselip masuk ke saluran

19
appendiks dan menjadi media kuman/bakteri berkembang biak sebagai infeksi yang
menimbulkan peradangan pada appendiks.

Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat terjadi
pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendix
perforasi atau apendix gangrenosa.

Epidemiologi
Kelainan ini merupakan kedaruratan bedah paling sering di negara-negara Barat. Jarang
terjadi pada usia di bawah 2 tahun, banyak pada dekade kedua dan ketiga, tetapi dapat
terjadi pada semua usia.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun
dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap
100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan
perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat.
Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada
pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini
menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan
laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya
menjadi 3:2.
Penutup
Dari pengertian diatas dapat simpulkan bahwa apendiks adalah termasuk ke dalam salah satu organ
sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum yang berfungsi sebagai
imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit (massa
keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh, ulserasi mukosa oleh parasit E.Histolytica
dan infeksi bakteri juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun dapat
mempengaruhi terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah serat
dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon biasa dan terjadilah apendisitis. Cara untuk mengatasi apendisitis adalah dengan melakukan
pembedahan untuk mengangkat apendiks. Hindari konsumsi makanan yang menstimulasi (kopi,
alkohol, rokok), dan minum air 6-8 gelas/hari.

Daftar Pustaka
1. Robbins CK. Dasar patologi penyakit. Ed. 5. Jakarta: EGC; 1999. hlm462-507

20
2. Anonim. Digestive disorders health center. 22 Mei 2011. Diunduh dari:
http://www.webmd.com/digestive-disorders/picture-of-the-appendix [20 Mei 2011]

3. Sabiston. Buku ajar bedah. Bagian 1. Jakarta: EGC; 1995. hlm 496-9

4. Grace PA dan Borley NR. At a glance ilmu bedah. Ed 3. Jakarta: Erlangga; 2007. hlm 28-
9,106-7.

5. Willms JL, Scheneiderman H, dan Algranati PS. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC; 2005. hlm
553.

6. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. hlm. 58-9.

7. Heller JL. Abdominal quadrants. 10 juli 2009. Diunduh dari:


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19578.htm [19 Mei 2011]
8. Sahaja. The abdominal wall. 17 Desember 2008. Diunduh dari:
http://anatomytopics.wordpress.com/2008/12/17/17-the-abdominal-wall-the-inguinal-
region-the-histology-of-the-lymphatic-node-gastrulation-early-differentiation-of-the-
intraembryonic-mesoderm/
9. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartzs Principles of Surgery. 9 th Ed.
USA: McGrawHill Companies;2010.
10. Dugdale DC. Meckel's divertikulum. 11 November 2010. diunduh dari:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000234.htm [20 Mei 2011]
11. http://www.unboundedmedicine.com/2007/08/12/the-appeareance-of-crohns-disease/
12. Price dan Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta:
EGC; 2006.
13. Subanada, Supadmi, Aryasa, dan Sudaryat. Beberapa Kelainan Gastrointestinal yang
Memerlukan Tindakan Bedah. Dalam: Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2007.
14. http://www.cgh.com.sg/Health_Library/Health_Information/Pages/HealthLibraryDetails.asp
x?DID=235
15. Syamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC;1997.

16. Ahmadsyah dan Kartono. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI;1995.

17. Noor BA et al. Penatalaksaan apendisitis. Maret 2011. Diunduh dari: http://generalsurgery-
fkui.blogspot.com/2011_05_01_archive.html 20 Mei 2011

18. http://www.medbroadcast.com/test_and_procedure_info_details.asp?TPid=1&Type=1
19. http://www.laparoscopicexperts.com/lap_appendectomy.html

21

You might also like