You are on page 1of 4

Azotobacter peningkat hasil tanaman dan penyubur tanah

Azotobacter merupakan bakteri gram-negatif aerob nonsimbiotik yang berfungsi sebagai


penambat N bebas sehingga bakteri ini mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan azotobacter bagi pertanian sebagai biofertilizer dan
biopestisida. Biofertilizer adalah pupuk hayati yang dimana dalam kinerjanya menggunakan mokroba hidup
yang berfungsi memfasilitasi kebutuhan hara bagi tanaman, sedangkan biopestisida adalah pengendali
hama penyakit yang di kendalikan lewat mikroorganisme untuk menangkal serangan musuh.

Biofertilizer secara garis besarnya berfungsi untuk :

1. Penyedia unsure hara bagi tanaman


2. Pemantap agregat tanah
3. Perombak senyawa agrokimia
4. Pengurai bahan organic dan pembentuk humus
5. Pengontrol organism pengganggu tanaman
6. Peningkat unsure hara di dalam tanah

Penelitian tentang azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dalam pase vegetative
yang di mana dalam penelitian tersebut di dapatkan peningkatan hasil panen pada tanaman dengan
pemberian dosis pupuk kimia 50 % dan sisanya menggunakan biofertilizer, dalam penelitian ini azotobacter
di kombinasikan dengan rizhobium sebagai fatner yang memfiksasi N dan di ikat oleh azotobacter.
Penelitian ini lebih efesien di banding dengan menggunakan pupuk kimia 100%.( S.A. Mahfouz and M.A.
Sharaf-Eldin. 2007)

Mikroorganisme azotobacter dapat di peroleh dari linbah pisang dan pupuk kandang yg di mana
kedua bahan tersebut sangat mudah untuk di dapat. Di lihat dari fungsinya yang sangat berguna bagi
tanaman para petani sudah banyak yang mulai menggunakan biofertilizer ini sebagai pupuk untuk tanaman
mereka dan sedikit demi sedikit meninggalkan pupuk kimia yang selain berbahaya dan juga dapat
menghemat pengeluaran dalam bertani.

Penggunaan biofertilizer ini tidak biisa langsung di aplikasikan setelah di buat, namun ada proses
lagi dalam penggunaannya yaitu harus di permentasi dulu selama 6 bulan untuk mendapat hasil yang kita
inginkan. Dalam penelitian yang menggunakan limbah pisang dam pupuk kandang di jelaskan bahwa limbah
pisang lebih unggul dalam meningkatkan bakteri p-solubiliser dan pupuk kandang burfungsi sebagai
stabilisai agregat tanah, namun penggunaannya dalam dosis aplikasi moderat hanya 3 % (Antonio Roldan
dkk. 2008)
Azotobacter dalam bidang pertanian tidak hanya dapat sebagai biofertilizer tetapi juga dapat di
jadikan sebagai ladang bisnis bagi paara pengusaha. Di India penjualam biofrtizer azotobacter sangat laris
dalam penjualannya pada para petani yang merupakan langkah maju demi penyelamatan lingkungan
dengan perlahan merubah pupuk yang di pakai petani di Negara tersebut yang mendapat dukungan dari
pemerintahan di sana. (Santosh K. Sethi1 and Siba P. Adhikary.2012)

Azotobacter dengan berbagai kelebihannya tidak berhenti sampai biofertilizer tetapi dia
juga dapat berfungsi sebagai biopestisida. Dalam penelitian di bahas bahwa azotobacter sebagai
anti jamur fussarium sp yang dapat memberikan layu pada tanaman. Dalam penelitiannya pada
tanaman sereaal jagung, sorgum dan gandrum di dapat hasil bahwa azotobacter dapat
menurunkan pengaruh fusarium sampaai dengan 50% dan pada tanaman jagung sebesar 100%
dengan pengobatan A. cigricans. (Chennappa dkk. 2016)

Azotobacter sp. dapat dijumpai di perkebunan kelapa sawit, jambu mete, karet, dan pertanian
rakyat. Isolat Azotobacter sp. memiliki kemampuan sintesis IAA yang berbeda, demikian pula
kemampuannya dalam meningkatkan jumlah benih yang berkecambah dan pertumbuhan sorgum. Isolat
yang potensial sebagai penghasil IAA ialah isolat 116(2) yang diisolasi dari Sikka (Flores, NTT). Isolat yang
membantu perkecambahan benih, yaitu isolat D1/2, 107, dan 113 masing-masing berasal dari Muba
(Sumsel), Manggarai dan Ngada, serta Sikka Flores. Isolat yang memiliki karakteristik penghasil IAA,
membantu perkecambahan benih, dan meningkatkan pertumbuhan sorgum relatif tinggi ialah isolate D1/2
(Sumsel), sedangkan isolat 113 (Sikka, Flores) memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan
tanaman.Potensi isolat terseleksi perlu dikembangkan dengan mengkaji lebih lanjut kemampuannya dalam
memfiksasi N dan melakukan formulasi pembuatan pupuk hayati dengan mikroba lain yang bersinergi
dengan Azotobacter sp. Untuk mendapatkan informasi ekologi perlu dilakukan analisis komunitas mikroba,
khususnya pada perakaran tanaman sebagai respon inokulasi Azotobacter sp. (Widiastuti. 2010)
Dari pembahasan di atas ternyata mikroorganisme memiliki banyak manfaat dan salah satu
mikroorganisme yang bermanfaat adalah azotobacter yang memiliki fungsi sebagai biofertilizer dan
biopestisida. Dengan banyaknya petani yang menggunakan mikroorganisme sebagai sarana pendukung
pertanian mereka mudah mudahan dapat meminimalisir penggunaan bahan kimia yang berkelanjutan.
Karena dapat berimbas pada tanah, air dan bahkan pada manusia itu sendiri sebagai konsumen hasil
pertaniannya.
Berdasarkan pengalaman tersebut maka banyak petani membuat larutan mikroorganisme local
dengan cara fermentasi yang sangat sederhana. Untuk melakukan fermentasi dibutuhkan bantuan 3
bahan utama yaitu:
1. Karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber energy. Bahan ini dapat
dipenuhi oleh air cucian beras, nasi bekas (basi), singkong, kentang, gandum bahkan SORGHUM.
2. Glukosa. Bahan ini juga sumber energy. Ia dapat diperoleh dari gula merah, gula pasir, molasses,
air gula, air kelapa atau air nira.
3. Sumber Bakteri. Bahan yang bisa dipakai diantaranya buah-buahan busuk, sayur busuk, rebung,
bonggol pisang, urine hewan. Bakteri yang dikandung antara lain: Rhizobium sp, Azosprillum sp,
Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan bakteri pelarut fosfat.
Ketiga bahan utama tersebut kemudian dicampur dalam satu wadah tertutup rapat yang proses
disebut fermentasi. Setelah 1 3 minggu, bahan mengeluarkan bau alcohol yang tajam. Itulah tanda
fermentasi berhasil dan MOL sudah jadi. Aktivitas mikroorganisme pun selesai.
DAFTAR PUSTAKA

1. G. S. Nagananda, Arijit Das, Sourav Bhattacharya and T. Kalpana.2010. In vitro Studies on the
Effects of Biofertilizers (Azotobacter and Rhizobium) on Seed Germination and Development of
Trigonella foenum-graecum L. using a Novel Glass Marble containing Liquid Medium. Kalpana
Department of Plant Biotechnology, Genohelix Biolabs, Jain University, 1273, Bull Temple Road,
Chamarajpet, Bangalore-560019, Karnataka, India

2. Hanumanthu Nagaraja, Gurikar Chennappa, Somashekharaiah Rakesh, Manjunath


Krishnappa Naik1, Yatgal Sharanappa Amaresh1, and Marikunte Yanjarappa
Sreenivasa.2016. Antifungal activity of Azotobacter nigricans against trichothecene-
producing Fusarium species associated with cereals. Department of studies in
Microbiology, Manasagangotri, University of Mysore, Mysore-06, Karnataka, India
1Department of Plant Pathology, College of Agriculture, University of Agricultural Sciences,
Raichur584104, Karnataka, India

3. Happy Widiastuti*, Siswanto, dan Suharyanto.2010. Karakterisasi dan Seleksi Beberapa Isolat
Azotobacter sp. untuk Meningkatkan Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman1Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Jl. Taman Kencana No. 1 Bogor 16151
4. Mara del Carmen Rivera-Cruz a, Antonio Trujillo Narca b, Georgina Co rdova Ballona a, Josef
Kohler c, Fuensanta Caravaca c, Antonio Roldan.2008. Poultry manure and banana waste are
effective biofertilizer carriers for promoting plant growth and soil sustainability in banana crops.
CSIC-Centro de Edafologa y Biologa Aplicada del Segura, Department of Soil and Water
Conservation, P.O. Box 164, Campus de Espinardo, 30100 Murcia, Spain
5. S.A. Mahfouz and M.A. Sharaf-Eldin.2007. Effect of mineral vs. biofertilizer on growth, yield, and
essential oil content of fennel (Foeniculum vulgare Mill.). Medicinal and Aromatic Plants
Department, National Research Centre, Cairo-12622, Egypt
6. Santosh K. Sethi1 and Siba P. Adhikary. 2012. Cost effective pilot scale production of biofertilizer
using Rhizobium and Azotobacter. P G Department of Biotechnology, Utkal University,
Bhubaneswar 751 004, India.

You might also like