You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)


memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat. Hal ini tercantum dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang mengatur
bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat tersebut juga diperkuat
dengan dicantumkan hal yang sama dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU No. 39 Tahun 1999) yang berbunyi
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal ini secara
implisit menegaskan bahwa Pemerintah berkewajiban untuk menjamin hak rakyat
Indonesia agar mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.
Sehubungan dengan itu, Sony Keraf sebagaimana yang dikutip dalam Nopyandri,
juga menegaskan bahwa ada hubungan erat antara penyelenggaraan pemerintah yang baik
dengan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Penyelenggaraan pemerintah yang baik
akan mempengaruhi dan menentukan pengelolaan lingkungan hidup yang baik, dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik mencerminkan tingkat penyelenggaraan
pemerintahan yang baik.
Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi pada saat sekarang ini adalah sampah.
Sampah menjadi salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh negara- negara di dunia,
khususnya di Indonesia. Sampah adalah materi yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau harus dibuang sehingga tidak mengganggu kenyamanan hidup. Sampah
merupakan salah satu masalah penting yang harus segera dicari solusinya. Pemerintah
memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat bagi warga
negara. Salah satu cara untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat tersebut
adalah dengan melaksanakan pengelolaan sampah. Oleh karena itu, dalam rangka
menyelenggarakan pengelolaan sampah diperlukan payung hukum dalam bentuk
Undang-Undang, sehingga dibentuklah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah (UU No. 18 Tahun 2008).
Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja,
tapi di seluruh dunia. Negara-negara maju telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut, begitupun bagi pemerintah daerah dimanan persampahan
merupakan masalah yang serius. Produksi sampah yang terus menerus meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya
hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan
hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan
ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan
kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah
memerlukan pengelolaan. Perkembangan laju volume timbunan sampah di kota
Bandar Lampung megalami peningkatan setiap tahunnya. Volume timbunan
persampahan tergantung pada volume jenis sampah yang dihasilkan diantaranya
sampah pemukiman atau perumahan, sampah pasar, sampah industri dan penyapuan
jalan atau fasilitas umum.
Berdasarkan uraian tersebut, pemerintah daerah khususnya pemerintah
kabupaten/kota berhak untuk membuat suatu peraturan daerah yang berkenaan dengan
pengelolaan sampah.

BAB II
ANALISIS UNDANG UNDANG NO. 18 TAHUN 2008

A. Pengertian Sampah
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengertian
pengelolaan sampah tersebut terdapat dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 18 Tahun 2008.
Penjelasan UU No. 18 tahun 2008 menyebutkan bahwa pembentukan undang-
undang pengelolaan sampah diperlukan dalam rangka:
1. Kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan.
2. Ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.
4. Kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
daerah dalam pengelolaan sampah.
5. Kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-undang ini dan
pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah dan pemerintah daerah memegang peranan


penting dalam melaksanakan UU No. 18 Tahun 2008. Sebagai pelaksanaannya,
Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP
No. 81 Tahun 2012). Peraturan Pemerintah ini dibentuk dengan tujuan untuk
melindungi kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, menekan terjadinya
kecelakaan dan bencana yang terkait dengan pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga, serta mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Tujuan tersebut tercantum di dalam Penjelasan peraturan pemerintah
tersebut. PP No. 81 Tahun 2012 juga memberikan landasan bagi penyelenggaraan
pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah. Dengan lahirnya PP No. 81
Tahun 2012, maka pemerintah daerah berkewajiban untuk segera membentuk
peraturan daerah terkait dengan pengelolaan sampah.
Sebelum lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah (Permendagri No. 33 Tahun 2010) yang menjadi landasan bagi pemerintah
daerah dalam pengelolaan sampah. Pasal 2 Permendagri No. 33 Tahun 2010
menyebutkan bahwa Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan
penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja
tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang sekurang-kurangnya memuat (1) target
pengurangan sampah; (2) target penyediaan sarana dan prasana pengurangan dan
penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan tempat pembuangan
akhir; (3) pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi
masyarakat; (4) kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah
daerah dan masyarakat; dan (5) rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi
yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang,
dan penanganan akhir sampah.
Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 dinyatakan definisi sampah
sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk
padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut
pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah
tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut
tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit.
Menurut Slamet, sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh
yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan
Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna
lagi dan dibuang ke lingkungan.
Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada
sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada
setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang
disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa
dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar
datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya
pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan
menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip
dengan jumlah konsumsi.
Sampah atau limbah padat diantaranya adalah benda-benda yang berbentuk
plastik, aluminium, besi, kaleng, botol/beling/kaca, dan lain sebagainya. Sedangkan
limbah cair adalah rembesan cairan hasil pembusukan sampah biasa disebut lindir dan
dapat mencemari air tanah dan sungai.
Beberapa dampak apabila sampah tidak dikelola dengan baik adalah sebagai
berikut (Suwerda, 2012:6) :
1. Sampah dapat menjadi sumber penyakit, lingkungan menjadi kotor. Hal ini akan
menjadi tempat yang subur bagi mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi
kesehatan manusia, dan juga menjadi tempat sarang lalat, tikus dan hewan liar
lainnya.
2. Pembakaran sampah dapat berakibat terjadinya pencemaran udara yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat, dan memicu terjadinya pemansan global.
3. Pembusukan sampah apat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi
kesehatan. Cairan yang dikeluarkan dapat meresap ketanah, dan dapat
menimbulkan pencemaran sumur, air tanah, dan yang dibuang ke badan air akan
mencemari sungai.
4. Pembuangan sampah kesungai atau badan air dapat menimbulkan pendangkalan
sungai, sehingga dapat memicu terjadinya banjir.
Peningkatan produksi sampah telah menimbulkan masalah pada lingkungan
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk perkotaan. Sementara, lahan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah juga makin terbatas. Kondisi ini makin memburuk
manakala pengelolaan sampah di masing-masing daerah masih kurang efektif, efisien,
dan berwawasan lingkungan serta tidak terkoordinasi dengan baik. Jika pengelolaan
sampah belum dilaksanakan dengan baik maka akan menjadi sumber masalah, baik
sosial maupun lingkungan yang muncul dimasyarakat. Munculnya berbagai penyakit
akibat pencemaran air, tanah, dan polusi udara hanya sebagian kecil akibat dari
buruknya pengelolaan sampah tersebut.
Pemerintah bertanggung jawab dalam pengumpulan ulang dan pembuangan
sampah dari pemukiman secara memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus
diprioritaskan dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk
operasionalisasi pengelolaan persampahan, menjadikan pada beberapa daerah kegiatan
pengelolaan sampah ini tidak seperti yang diharapkan. Hal ini makin diperkuat dengan
belum diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola
sampah dari barang tesebut.
Beberapa kondisi umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
perkotaan selama ini, di mana sampah rumah tangga oleh masyarakat dikumpulkan
dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan atau kontainer yang disediakan oleh
pemerintah. Dari sini sampah diangkut oleh truk ke landfill yang umumnya kurang
terkontrol, dimana para pemulung mencari barang-barang yang dapat didaur ulang.
Menurut ketentuan umum pasal 1 angka (1) undang-undang nomor 18 tahun
2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan
sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga berdasarkann ketentuan umum pasal 1 angka 1, sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Kondisi tersebut terjadi pada Kota Bandar Lampung dengan semakin
bertambahnya timbunan sampah yang ada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk, sarana dan prasarana yang masih minim untuk
mengangkut sampah, dan juga budaya masyarakat yang masih belum sadar untuk
menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya upaya yang harus
dilakukan oleh masyarakat adalah dengan lebih menjaga lingkungan dan lebih bisa
memanfaatkan sampah organik maupun anorganik dalam skala rumah tangga menjadi
barang yang berguna. Agar tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman untuk
masyarakat.
Selain itu sistem persampahan yang ada di Kota Bandar Lampung saat ini masih
menggunakan sistem pengelolaan sampah di kota-kota lain, dimana proses
pengelolaannya dimulai dari asal limbah menuju tempat pembuangan sementara
kemudian berakhir ditempat pembuangan akhir dengan menggunakan sitem open
dumping (membuang langsung ke Tempat Pemrosesan Akhir). Adapun letak dari
tempat pembuangan sampah di Kota Bandar Lampung hanya di Teluk Betung Barat
atau lebih dikenal dengan TPA Bakung dengan luas wilayah 14,1 Ha. Rata-rata
produksi sampah di Kota Bandar Lampung tiap orang perhari adalah 1-2 kg.
Sistem pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung, dimana daerah pelayanan
meliputi 20 kecamatan dan 126 kelurahan yang ada di Kota Bandar Lampung.
Cakupan pelayanan saat ini mencapai 75% (Selayang Pandang Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung).
Permasalahan yang ada di Kota Bandar Lampung adalah tidak semua sampah
terangkut ke tempat pembuangan. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam
membuang sampah tidak sesuai dengan tempat dan waktu pembuangan sampah.
Sebagian sampah yang tidak terangkut petugas oleh masyarakat ada yang dibuang
dengan cara ditimbun, dibuang kekali, dibakar dan berbagai cara lainnya. Selain itu
tidak adanya pegaturan hukum yang tegas membuat masyarakat tidak peduli dengan
sampah, dan mereka masih terus melakukan pembuangan sampah secara sembarangan
sehingga akhirnya menyebabkan pencemaran lingkungan. Untuk mencegah kebuntuan
sistem pengelolaan sampah, perlu dikembangkan metode-metode lain. Salah satu
metode yang sangat mungkin dikembangkan adalah implementasi prinsip 3R.
Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
telah mengatur mengenai cara pengelolaan sampah rumah tangga. Cara pengelolaan
yang dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah dengan menerapkan prinsip 3R
yaitu meliputi kegiatan pengurangan/pembatasan timbulan sampah (reduce),
pemanfaatan kembali sampah (reuse) dan pendauran ulang sampah (recycle). Prinsip
3R harus diterapkan dan menjadi alternatif pemecahan untuk mengurangi
permasalahan tingginya timbulan sampah di TPS (Tempat Penampunga Sementara)
dan keterbatasan daya tampung TPA (Tempat Penampungan Akhir) Penanganan
permasalahan sampah yang kurang tepat dapat mengancam aspek keindahan kota dan
pencemaran lingkungan serta masalah kesehatan. Timbulnya permasalahan sampah
saat ini tidak terlepas dari perilaku warga masyarakat sebagai penghasil sampah.
Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak warga masyarakat yang belum
melakukan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dengan baik, mulai dari
memilah sampah, menyimpannya, dan membuang sampah pada tempatnya, sehingga
banyak kita temui sampah yang tidak terangkut.
Permasalahan di atas muncul sebagai akibat dari belum dilakukannya
pengelolaan sampah sesuai prinsip 3R di sumber sampah. Pengelolaan sampah
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Selain itu kurang optimalnya pengelolaan
sampah akibat kurang koordinasi antar intansi yang menangani permasalahan sampah.
Melihat kecenderungan itu, maka opsi reduksi sampah perlu diketengahkan.
Reduksi sampah atau bahkan sampai menyelesaikannya dapat dilakukan dari
sumbernya, yaitu pada skala kawasan, ini merupakan implementasi dari prinsip-
prinsip 3R dan P yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle
(mendaur ulang), dan mengolah sampah untuk dijadikan bahan yang lebih bermanfaat
seperti kompos. Penanganan permasalahan sampah pun tidak dapat hanya dilakukan
oleh sekelompok orang saja. Kerjasama yang baik antara pemerintah, LSM dan
masyarakat luas menjadi persyaratannya. Pemerintah merupakan penanggungjawab
utama dalam pengelolaan dan perumusan kebijakan, baik secara langsung atau tidak
langsung. Oleh karenanya pemerintah harus memiliki penguasaan atas informasi
berkenaan dengan sumber produksi sampah, proses pengelolaan dan bagaimana hasil
pengelolaan dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan daerah.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Sampah merupakan
bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah
penginapan, hotel, rumah makan, industr, puingan bahan bangunan dan besi-besi tua
bekas kendaraan bermotor, sampah merupakan hasil sampingan dari aktifitas manusia
yang sudah terpakai. Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah tertentu
sebanding dengan jumlah penduduk atau tingkat konsumsi terhadap barang maka
semakin besar volume sampah yang dihasilkan setiap harinya, pembuangan sampah
yang tidak diurus dengan baik akan mengakibatkan masalah besar, karena
penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan
mengakibatkan pencemaran tanah juga akan berdampak ke saluran air tanah.
Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran air,
tersumbatnya saluran air dan banjir.

B. Jenis Jenis Sampah

Berdasarkan bahan asalnya, sampah itu dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
organik dan anonorganik, di negara yang sudah menerapkan penggelolaan sampah
secara terpadu, tiap - tiap jenis sampah diterapkan sesuai dengan jenisnya.
Untuk mempermudah pengangkutan ke TPA (tempat pembuangan sampah
akhir), sampah dipilah berdasarkan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Sampah Rumah Tangga
Sampah basah ialah Sampah jenis ini dapat diurai (degradable) atau biasa
dikatakan membusuk. Contohnya ialah sisa makanan, sayuran, potongan hewan,
daun kering dan semua materi yang berasal dari makhluk hidup.
a. Sampah kering ialah Sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng
bekas dan sampah kering nonlogam seperti kayu, kertas, kaca, keramik, batu-
batuan dan sisa kain.
b. Sampah lembut Contoh sampah ini adalah debu dari penyapuan lantai rumah,
gedung, penggergajian kayu dan abu dari rokok atau pembakaran kayu.
c. Sampah besar adalah Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang
besar-besar seperti meja, kursi, kulkas, televisi, radio dan peralatan dapur.
2. Sampah Komersial. Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar,
pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel dan kios.
Demikian pula dari institusi seperti perkantoran, tempat pendidikan, tempat ibadah
dan lembaga-lembaga nonkomersial lainnya.
3. Sampah Bangunan. Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk
pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu-bata dan
genting.
4. Sampah Fasilitas Umum, Sampah ini berasal dari pembersihan dan penyapuan
jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
Contohnya ialah daun, ranting, kertas pembungkus, plastik dan debu.

Dari beberapa jenis jenis sampah yang telah diuraikan diatas adapun menurut
beberapa ahli atau sarjana berpendapat atau mengelompokan jenis jenis sampah
sebagai berikut :
Menurut Gelbert dkk. sampah dikelompokan berdasarkan asalnya, sampah padat
dapat digolongkan sebagai:
1. Sampah Organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,perikanan atau yang
lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2. Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral
dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak
terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
Karakter sampah dapat dikenali sebagai berikut :
a. Tingkat produksi sampah
b. Komposisi dan kandungan sampah
c. Kecendrungan perubahannya dari waktu ke waktu. Karakter sampah
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran serta gaya hidup dari
masyarakat perkotaan.
Sementara menurut Daniel terdapat tiga jenis sampah, diantaranya :
1. Sampah organik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara
alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah jenis ini juga
biasa disebut sampah basah.
2. Sampah anorganik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara
biologis. Proses penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut di
tempat khusus, misalnya plastik, kaleng dan styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa
disebut sampah kering.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3): limbah dari bahan-bahan berbahaya
dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-lain.
Selanjutnya menurut Alex lebih menjelaskan jenis-jenis sampah lebih rinci sebagai
berikut :
1. Berdasarkan sumbernya :
a. Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai
menjadi tanah.
b. Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
c. Sampah rumah tangga: sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga, sampah
yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas dan plastik.
d. Sampah konsumsi: sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
e. Sampah perkantoran: sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran dan
pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan logam.
f. Sampah industri: sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri dari
sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
g. Sampah nuklir: sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan torium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan juga manusia.
2. Berdasarkan jenisnya :
a. Sampah organik: buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran dan
sebagainya.
b. Sampah anorganik: sisa material sintetis seperti plastik, logam, kaca, keramik
dan sebagainya.
3. Berdasarkan bentuknya :
a. Sampah padat : segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan sampah
cair.
b. Sampah cair: bahan cairan yang telah digunakan lalu tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah

Kemudian di dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah, diatur beberapa jenis jenis sampah yaitu sebagai berikut :
1. Sampah rumah tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa
kegiatan sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga Yaitu sampah rumah tangga yang bersala
bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari
sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah
makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah spesifik Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga
yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun
seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang mengandung
limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah
yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode
(sampah hasil kerja bakti).
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan
Sampah mengharapkan pemerintah kota/kabupaten dapat membentuk semacam
forum pengelolaan sampah skala kota/kabupaten atau provinsi. Forum ini
beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat,
organisasi lingkungan/persampahan, pakar, badan usaha dan lainnya.Hal-hal yang
dapat difasilitasi forum adalah: memberikan usul, pertimbangan dan saran terhadap
kinerja pengelolaaan sampah, membantu merumuskan kebijakan pengelolaan
sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
Sampai saat ini, belum ada kebijakan nasional mengenal persampahan itu sendiri
masih bersifat sosialisasi.
Melihat di perkotaan penanganan pengelolaan sampah sudah sangat mendesak,
diharapkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dapat
diimplementasikan. Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya
dan beracun) dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya
telah diatur dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada Ketentuan umum Pasal 1 ayat (22) yang
berbunyi : Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang disebut limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.Dinas Kebersihan
Kabupaten Klungkung sejauh ini hanya mengelola sampah domestik saja, sementara
untuk sampah khusus seperti B3 dan sampah medis dikelola tersendiri oleh
perusahaaan/lembaga penghasil sampah tersebut.

C. Sumber Sumber Sampah


Berdasarkan pengertian sampah dan jenis jenis sampah terdapat pula sumber-
sumber sampah yang mengakibatkan pencemaran udara oleh bau busuk dan
pencemaran lingkungan. Ada beberapa ahli atau pendapat mengenai sumber sumber
sampah Menurut Gelbert dkk. sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai
berikut:
a. Sampah permukiman, yaitu sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah
kebun/halaman, dan lain-lain.
b. Sampah pertanian dan perkebunan. Sampah kegiatan pertanian tergolong bahan
organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan
selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.Untuk sampah
bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar
tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik
penutup tempat tumbuhtumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan
dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.
c. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung. Sampah yang berasal dari
kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik
maupun anorganik. Sampah organik, misalnya: kayu, bambu, triplek. Sampah
anorganik, misalnya: semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca,dan
kaleng.
d. Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari daerah
perdagangan seperti: toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri
dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan
dan restoran. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah
dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis(bolpoint, pensil, spidol,
dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari
laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai
bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus
memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.
e. Sampah dari industri. Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian prosesproduksi
(bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan
produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk
pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun
memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

D. Tahapan-tahapan Serta Proses Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah juga semakin berkembang sejalan dengan perkembangan
jenis sampah yang akan dikelola. Beberapa cara dalam tahapan tahapan serta proses
pengelolaan akhir sampah yang dilakukan masyarakat berdasarkan UU N0.18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatankegiatan berikut:
1. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
2. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak
dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang
sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di
sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur
dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan
sampah ini adalah :
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah.
b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk.
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau digunakan ulang.
d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang.
e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
3. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang
mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis
dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke
TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan
memindahkan sampah dari sumber, TPS atua tempat pengolahan sampah
terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan
jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan
alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil
pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.
4. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah terpadu.
5. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahanm penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahaan,
dan pemrosesan akhir sampah.
6. Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.

Kewenangan berdasarakan Undang Undang No. 18 Tahun 2008 tentang


pengelolaan sampah yaitu :
1. Wewenang pemerintah pusat dalam pasal 7 yaitu dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah, pemerintah mempunyai kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan;
c.Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antar daerah,
kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
d. Menyelenggarakan koordnasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja
pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah;
e. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam
pengelolaan sampah.

2. Wewenang pemerintah provinsi dalam pasal 8 yaitu dalam menyelenggarakan


pengelolaan sampah, pemerintah provinsi mempunyai kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai
dengan kebijakan pemerintah ;
b. Memfasilitasi kerja sama antar daerah dalam satu provinsi, kemitraan,
dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
c. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja
kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah;
d. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antar
kabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.

3. Wewenang pemerintah kabupaten/kotadalam pasal 9 ialah ;


Pasal 9 ayat (1) dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah,
pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan ;
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah
yang dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan
sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhi sampah;
e. melakukan pemantaua dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam)
bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir
sampah; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.

BAB III
PENUTUP

Presiden Republik Indonesia membuat dan menetapkan perundangan khusus tentang


pengelolaan sampah yaitu Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Pasal 28H Ayat (1), Pasal 33 Ayat (3) dan Ayat (4) UUD 1945 selanjutnya menjadi prinsip
tujuan dibentuknya Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah sebagaimana tertuang
dalam Pasal 1 angka (1) UU No. 18 Tahun 2008 sebagai berikut: sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. UU No. 18 Tahun
2008 menyatakan mengenai beberapa hal khusus selanjutnya diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) dan Peraturan Daerah (Perda).
Demi mendukung pemerintah lebih lanjut, Pasal 47 Ayat (2) UU No. 18 Tahun 2008
menetapkan agar setiap pemerintah daerah untuk membuat Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Sampah paling lambat 3 tahun terhitung sejak UU No. 18 Tahun 2008 ini serta
Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2012 tentang penggelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis rumah tangga sebagai penguat atau pendukung.
Dengan adanya peraturan tentang pengelolaan sampah di Indonesia, diharapkan
masyarakat Indonesia lebih tertib dalam mengelola sampah sehingga tercipta lingkungan yang
bersih dan asri serta terbebas dari penyakit berbasis lingkungan.

You might also like