You are on page 1of 12

REFERAT

Melasma

Disusun oleh:

Maria Maureen Ridwan NIM 00000001681

Victor Febriant NIM 07120120116

William Jean Paul Harry Solichin NIM 07120120089

Pembimbing: Dr. dr. Hannah K. Damar, SpKK

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE

Rotasi Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin Periode 30 Oktober - 2 December 2017
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Pendahuluan
Melasma merupakan kelainan kulit yang berupa bercak - bercak kehitaman
dan kecoklatan (hiperpigmentasi) pada wajah, sehingga dapat mengganggu
penampilan seseorang. Hal ini umumnya disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet
yang umumnya bersifat simetris dan memiliki predileksi tempat pada pipi, dahi,
daerah diatas bibir, hidung, dan dagu; namun dapat juga ditemukan pada lengan.
Melasma juga lebih mudah untuk diindentifikasi menggunakan sinar ultraviolet (UV)
dan terdapat sebanyak 30% pada wanita Asia di usia pertengahan.1-3
Kasus melasma banyak disebabkan oleh paparan UV pada wajah dan
umumnya ditemukan pada wanita walau 10% kasus terjadi pada pria. Melasma yang
juga sering disebut sebagai flek dapat terjadi pada berbagai kelompok masyarakat,
suku, serta warna kulit manusia apa saja. Melasma dapat lebih jelas atau lebih sering
ditemukan pada orang dengan warna kulit cokelat atau hitam seperti orang Asia,
Timur Tengah, India dan Amerika Selatan.4-5
Selain paparan sinar matahari yang mengandung UV, penggunaan bahan
kimia yang berlebihan selayaknya dalam bentuk kosmetik serta obat - obatan dapat
menimbulkan efek samping terhadap kulit terutama pada wajah; sehingga dapat
berpotensi timbulnya melasma. Jenis bahan kimia yang patut diperhatikan antara lain;
merkuri, senyawa bismuth, fenol, hidrogen perksida. Walau demikian, sinar matahari
diketahui sebagai pencetus utama timbulnya melasma, maka kasus tersebut sering
ditemukan pada pasien dengan tinggi paparan sinar matahari. Secara singkat, paparan
sinar matahari pada kulit menyebabkan proses melanogenesis yakni pembentukan
melanin yang menyebabkan hiperpigmentasi.6-7
Tujuan dari penulisan referat ini ialah untuk mengenali kasus melasma secara
mendalam antara lain; definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosisnya. Diharapkan melalui
pembahasan referat ini dapat membawakan wawasan bagi para tenaga medis serta
pasien yang hendak mengetahui penyakit ini lebih dalam.
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Kata melasma berasal dari bahasa Yunani yang dapat diartikan sebagai "black
spot" yang artinya titik hitam, kloasma merupakan hipermelanosis kutaneous yang
ditandai oleh makula hiperpigmentasi pada area wajah yang terpapar sinar matahari.
Terkadang kasus melasma juga didapatkan pada leher dan dagu.5,8
Melasma yang juga dikenal dengan nama kloasma atau mask of pregnancy.
Melasma merupakan hipermelanosis yang didapatkan (acquired). Karakteristik
melasma merupakan lesi makula tidak merata berwarna cokelat muda sampai cokelat
tua, bersifat simetris9 dan menyebar dengan lambat dengan pola menyerupai
topeng.5,8-10

2.2 Etiologi
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
beberapa faktor resiko yang dianggap berperan pada patogenesis melasma antara lain;
1. Genetik; dilaporkan sebanyak 20-70% kasus yang memiliki hubungan dengan
keluarga
2. Sinar ultra violet; dapat memicu proses pembentukan pigmen melanin.
Spektrum sinar UV dapat merusak gugus sulfhidril pada epidermis. Gugus
sulfhidril memiliki fungsi menghambat enzim tirosinase melalui pengikatan
ion Cu dan mencegah proses melanogenesis. Maka, dengan kerusakan gugus
sulfhidril akibat sinar UV, proses melanogenesis dapat berlangsung tanpa
hambatan.
3. Hormon; seperti estrogen, progesteron, dan MSH (Melanin Stimulating
Hormone) berperan dalam terjadinya melasma. Dalam kehamilan, melasma
biasanya timbul pada trimester ke-3. Penyakit ini ditemukan sebanyak 75%
pada wanita hamil. Pada pemakaian pil kontrasepsi, melasma dapat timbul
dalam 1 bulan sampai 2 tahun setelah dimulainya pemakaian pil.
4. Obat-obatan; seperti hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan
minosiklin juga dapat berperan dalam timbulnya melasma. Obat ini ditimbun
di lapisan dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang
melanogenesis
5. Ras; melasma banyak dijumpai pada golongan kulit berwarna gelap
6. Kosmetika; penggunaan parfum, zat pewarna, atau bahan - bahan tertentu
dapat menyebabkan kulit sensitif terhadap sinar matahari (fotosensitivitas) dan
bila terpapar sinar matahari dapat mengakibatkan timbulnya hiperpigmentasi
pada wajah.
7. Idiopatik6,8,12

2.3 Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras tertuama penduduk yang tinggal di daerah
tropis. Melasma lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pada laki-laki dengan
perbandingan 24:1, terutama tampak pada wanita usia subur dengan riwayat langsung
terkena pajanan sinar matahari. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain-lain. Biasanya
melisma akan banyak dijumpai pada usia 30-44 tahun.6 Melasma lebih sering tampak
pada orang dengan kulit berwarna coklat atau hitam. 5

2.4 Patogenesis
Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen, antara lain;
oxyhaemoglobin (dalam darah) dan karoten.15 Akan tetapi, diantaranya terdapat yang
paling berperan terhadap pigmen, yaitu pigmen melanin. Pada penyakit dengan
kelainan pigmentasi, maka sebagian besar disebabkan oleh gangguan pada melanosit.
Hal ini dapat dilihat pada individu dengan pigmen kulit yang sedikit atau tanpa
pigmen melanin, yang mengalami kerusakan kulit akibat sinar matahari atau beberapa
jenis keganasan kulit.6,13
Kelainan pigmentasi dapat berupa perubahan warna kulit menjadi putih
(hipopigmentasi), perubahan warna kulit menjadi lebih gelap (hiperpigmentasi).2 Pada
pembahasan penyakit melasma maka akan lebih ditekankan mengenai pembahasan
hiperpigmentasi yang disebabkan oleh peningkatan produksi melanin, peningkatan
jumlah sel yang memproduksi melanin atau keduanya.6,13
Patogenesis dari melasma masih banyak yang belum diketahui, tetapi ada beberapa
factor yang diketahui mempengaruhi proses ini :
1. Peningkatan produksi melanosom karena hormone atau karena sinar
ultraviolet. Melasma dianggap merangsang melanosit atau pigmen yang
memproduksi sel hormon wanitan yaitu esterogen dan progesterone untuk
menghasilkan lebih banyak pigmen melanin saat kulit terkena sinar matahari.
Perempuan dengan jenis coklat muda yang tinggal di daerah dengan paparan
sinar matahari yang intens, sangat rentan untuk mengembangkan kondisi ini.
Kenaikan melanosom ini juga disebabkan karena bahan farmakologik seperti
perak dan psoralen
2. Penghambatan dalam Malpighian cell turn over, keadaan ini dapat terjadi
karena obat sitostatik.6

2.5 Gambaran klinis


Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat tua berbatas
tegas dengan tepi tidak teratur dan sifatnya simetris. Perjalanan penyakit ini kronis
dan akan mengalami eksaserbasi bila terkena matahari.15 Melasma sering terjadi pada
pipi dan hidung yang disebut pola malar. Pola mandibular terdapat pada dagu,
sedangkan pola sentrofasial di pelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan
atau kebiru-biruan terutama pada tipe dermal.6

Klasifikasi
Melasma dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan histopatologi,
dan pemeriksaan dengan sinar wood.
1. Berdasarkan gambaran klinis :
a. Bentuk sentrofasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,
bawah hidung, serta dagu (63%)
b. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
c. Bentuk mandibular meliputi daerah dibula (16%)
2. Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar wood
a. Tipe epidermal, melisma tampak lebih jelas dengan sinar wood
dibandingkan dengan sinar biasa
b. Tipe dermal, dengan sinar wood tak tampak warna kontras dibanding
dengan sinar biasa
c. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedamng lainnya
tidak jelas
Tipe-tipe ini akan sukar dinilai karena adanya warna kulit yang gelap, dengan
sinar wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa akan jelas
terlihat. Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi, tipe
dermal lebih sulit diobati dibanding tipe epidermal.
3. Berdasarkan pemeriksaan histopatologis
a. Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna coklat, melamin terutama
terdapat pada lapisan basal dan suprabasal. Kadang-kadang di seluruh
stratum korneum dan stratum spinosum
b. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan, terdapat makrofag
bermelamin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan
bawah, pada dermis bagian atas terdapat focus-fokus infiltrate.6
2.6 Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dengan
sinar wood dapat dilakukan untuk menentukan tipe melasma, pemeriksaan
histopatologik juga dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang.6

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan histopatologis
Terdapat 2 tipe hipermelanosis :
a. Tipe epidermal
Melanin terutama terdapat pada lapisan basal dan suprabasal. Kadang-
kadang diseluruh stratum korneum dan stratum spinosum. Sel-sel yang
padat mengandung melanin adalah melanolanosit,1 sel-sel lapisan
basal, dan suprabasal, juga terdapat keratinosit dan sel-sel stratum
korneum.
b. Tipe dermal
Terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis
bagian atas dan bawah, pada dermis bagian atas terdapat focus-fokus
infiltrate.

2. Pemeriksaan mikroskop electron


Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas
melanosit meningkat.

3. Pemeriksaan dengan sinar wood


a. Tipe epidermal
Warna lesi tampak lebih kontras
b. Tipe dermal
Warna lesi tidak bertambah kontras
c. Tipe campuran
Lesi ada yang bertambah kontras ada yang tidak6

2.8 Diagnosis banding


1. Post inflammatory hyperpigmentation (PIH)
Pada penyakit ini keluhan utama yang timbul berupa bercak hitam, bintik
hitam, perubahan warna kulit dan noda. Pasien dengan PIH mempunyai
riwayat klinikal atau subklinikal atau riwaya trauma kutaneus inflamasi. PIH
ialah hasil dari respon patofisiologi dari inflamasi kutaneus seperti akne,
dermatitisatopik, liken planus, dan psoriasis5

2. Efelid
Makula hiperpigmentasi berwarna cokelat terang yang timbul pada kulit yang
sering terkena matahari. Dan pada musim panas jumlahnya akan bertambah
lebih besar dan gelap.5
2.9 Komplikasi
Okronosis eksogen (exogenous ochronosis) yaitu, warna hitam bertambah
setelah penggunaan hydroquinone konsentrasi tinggi, disebabkan adanya timbunan
pigmen didalam dermis seperti yang terdapat pada okronosis.13

2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur
serta kerja sama yang baik anatara penderita dan dokter yang menanganinya.
Kebanyakan penderita berobat untuk alsan kosmetik. Pengobatan dan perawatan kulit
harus dilakukan secara teratur karena melasma bersifat kronis residif.15
Penatalaksaan melasma meliputi :
Pencegahan
a. Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya
melasma adalah perlindungan terhadap sinar matahari. Hal ini biasanya
dilakukan dengan cara konvensional, misalnya dengan memakai topi lebar
atau payung, atau dengan menggunakan tabir surya (sunscreen).
b. Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya,
penghentian pemakaian pil kontrasepsi, menghentikan kosmetika yang
berwana atau mengandung parfum.15
Pengobatan
Terapi yang sering digunakan pada melasma meliputi obat-obat bleaching
(pemutih), tabir surya dan bila perlu bedah kimia.
a. Pengobatan Topikal :
1. Bleaching
Hydroquinone 2-5% dalam bentuk krim (dosis makin besar iritasi
makin besar). Krim tersebut dipakai pada malam hari disertai pemakaian
tabir surya pada siang hari. Umumnya tampak perbaikan dalam 6-8
minggu dan dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping adalah dermatitis
kontak iritan atau alergik. Setelah penghentian penggunaan hidroquinon
sering terjadi kekambuhan. Formula Kligman : Krim yang mengandung
Hydroquinone 5% + Tretinoin 0,1% + dexamethason 0,1%.
2. Tabir surya
Sebaiknya berbentuk opaque (bahan fisik : mengandung titanium
dioxyde dan zinc oxyde) atau dipaki tabir surya dengan SPF > 30. Tanpa
penggunaan tabir surya yang opaque terapi akan gagal.
3. Asam Retinoat (retinoid acid/tretinoin)
Asam retinoat 0,1% terutam digunakan sebagai terapi tambahan atau
terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari. Efek
samping berupa eritema, deskuamasi, dan fotosintesis.
4. Asam azeleat (Azeleic acid)
Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk dipakai. Pengobatan
dengan asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik.
Efek sampingnya rasa panas dan gatal.
b. Pengobatan Sistemik :
1. Asam askrobat / Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi mejadi
melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah
pembentukan melanin.
2. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril yang berpotensi
menghambat pembentukan melanin.
Tindakan Khusus :
a. Bedah kimia
- Larutan glicolic acid 20-50% 3-4 minggu sekali
- Solusio Jessner : Asam salisilat 14g, resorsinol 14gr
Asam laktat (85%) 14 gr, etanol ad 100ml.

Epidermal melasma :
Tabir surya opaque pagi hari, hydroquinone dan tretinoin malam hari. Hasil
pengobatan mulai terlihat setelah 2 bulan dan melasma hilang selama 6 bulan
pengobatan.
Dermal melasma :
Hasil pengobatan minimal, terapi pilihan dengan kosmetika opaque. Terapi
laser tidak menjanjikan. Pengobatan melasma bersam penggunaan kontrasepsi oral
mengurangi keberhasilan pengobatan. Pengobatan melasma pada masa kehamilan
dan menyusui tidak dianjurkan.11,13
2.11 Prognosis
Ketika melasma muncul selama kehamilan, prognosis untuk perbaikan spontan
setelah melahirkan sangat baik. Namun, dalam banyak kasus melasma bertahan
bahkan setelah stimulus homonal telah dihilangkan. Walaupun pengobatan dapat
membantu, peningkatan pigmentasi biasanya dapat kembali setelah kulit terkena sinar
matahari. Dalam semua kasus, melasma adalah kondisi jinak tanpa kecenderungan
untuk transformasi ganas.8 Bila faktor-faktor penyebab dapat dihilangkan, prognosis
baik.14
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar,R.S.2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. EGC,


Jakarta,h.279-280.

2. Rashmi S, Pooja A, Vijay K, et al. Melasma Update. Indian Dermatology Online


Journal. 2014 Oct-Dec; 5(4): 426-435

3. James WD, Berger TG. 2006.Andrews Disease of The Skin Clinical Dermatology,
10th Edition.Elsivier,Philadelphia, pp.854-855.

4. Fitzpatrick,R,Rokhsar,C, 2005. The Treatment of Melasma with Fractional


Photothermolysis a Pilot Study, Journal American Society dor Dermatology
Surgery,Inc.

5. Wolff, Klaus. 2009. Pigmentary Disorders. In : Fitzpatricks Color Atlas


and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th Edition.McGraw-Hill,USA, pp.344-346.

6. Soepardiman, Lily. 2006. Kelainan Pigmen. Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah


Mochtar, Aisah Siti. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 4.Balai Penerbit
FKUI,Jakarta,h.289-292.

7. Sawitri, Dwi Muriastutik et al. 2005. Melasma. Dalam: Pedoman Diagnosis dan
Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. RSU.Dr.Soetomo,
Surabaya, h.109-111

8. Sandeep C, Nikita CP. Melasma aetiology and treatment review. 2017. PRIME
International Journal of Aesthetic and Anti-Ageing Medicine. May 2017

9. Laperee H, Boone B, Schepper SD et al. Hypomelanoses and Hypermelanoses.


In:Armando A, James ST, Apra S, editors. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008.p.622

10. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta, pp.35-45.
11. Maryam Z. 2017. Melasma: A Brief Overview of Classification and Treatment
Modalitites. Aesthetics Journal. July 2016

12. Siregar,R.S.2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. EGC,


Jakarta,h.279-280.

13. Michelle R, Amit G. 2015. Melasma: clinical diagnosis and management options.
Australasian Journal of Dermatology. Vol 56(3), August 2015. p 151-163.

14. Abdullah, Benny.2009.Dermatologi. Airlangga University Press, Surabaya.

You might also like