You are on page 1of 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi peternakan unggas (Ras, Buras dan Puyuh) saat ini, seiring bertambahnya populasi
dan pengaruh perubahan cuaca yang tidak menentu di setiap tahunya. Hal ini berdampak pada
kesehatan unggas terhadap masuknya berbagai agen infeksi penyakit. Salah satu agen infeksius
tersebut, yang sering menginfeksi menyebabkan penyakit pernafasan pada unggas ras, buras dan
puyuh, dikarenakan infeksi bakteri maupun virus. Infeksi saluran pernafasan menyebabkan
kerugian dikarenakan pengaruh penyakit menyebabkan stres, penurunan produksi dan kematian
pada unggas.
Perlunya dilakukan pencegahan dan pengobatan agar agen infeksi penyakit dapat dihindari.
Pengobatan merupakan salah satu alternatif yang sering digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan pada unggas. Pengobatan saat ini dalam penerapanya masih kurang didukung
dengan identifikasi terhadap infeksi penyebab penyakit saluran pernafasan, sehingga nantinya
diharapkan didapatkan diagnosa yang tepat.
Berdasarkan hal diatas maka perlunya dilakukan pemeriksaan pada unggas yang menunjukan
gejala terinfeksi penyakit saluran pernafasan, untuk di isolasi dan di identifikasi. Dengan
dilakukanya pengujian mikrobiologi yang terdapat pada sampel unggas yang menderita
gangguan pernafasan diharapkan dapat diketahui agen infeksius pada penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana melakukan diagnosa penyakit berdasarkan pemeriksaan gejala klinis yang
tampak dan didukung dengan pemeriksaan mikrobiologi sampel ?
2. Bagaimana melakukan isolasi dan identifikasi bakteri dari sampel unggas yang menderita
gangguan pernafasan sebagai pendukung diagnosa lapangan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui diagnosa suatu kasus penyakit berdasarkan pemeriksaan gejala klinis yang
tampak dan didukung dengan pemeriksaan mikrobiologi pada sampel.
2. Dapat melakukan isolasi dan identifikasi bakteri dari sampel unggas yang menderita
gangguan saluran pernafasan sebagai pendukung diagnosa lapangan.
1.4 Manfaat
Pemeriksaan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan
diagnosa penyakit bakterial berdasarkan hasil uji laboratorium yang tepat.

PEMBAHASAN

ASPERGILUS SP

Berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis, semua isolat jamur Aspergillus sp.

dapat dikelompokkan menjadi dua spesies, yaitu Aspergillus spesies 1 dan spesies 2. Isolat

Aspergillus spesies 1 memiliki warna koloni hijau, konidia kehijauan dengan bintik

kehijauan pada permukaannya (Gambar 2A) sedangkan spesies 2 memiliki warna koloni

hitam, konidia hitam dengan bintik- bintik hitam di atas permukaannya (Gambar 2B).

Kedua koloni Aspergillus tersebut membentuk susunan yang konsentris. Secara

mikroskopis terlihat kedua spesies jamur memiliki hifa yang tidak bersekat dan konidia

berbentuk bulat, berdiameter 0-4,5 m yang bergerombol dan menempel pada vesikel.

Jamur Aspergillus sp. tergolong dalam Kingdom: Fungi, Phylum : Ascomycota,

Kelas : Ascomycetes, Ordo : Eurotiales, Famili : Trichocomaceae, dan Genus Aspergillus

(Alexopus et al., 1996). Gandjar et al. (1999) melaporkan bahwa diameter koloni jamur

Aspergillus sp. pada medium PDA dapat mencapai 4-5 cm dalam 7 hari. Lapisan konidia

yang lebat berwarna coklat tua hingga hitam. Kepala konidia berbentuk bulat, dinding

konidiofor tipis berwarna putih dapat juga berwarna kecoklatan. Sementara itu, Barnelt

(1960) menyatakan bahwa cici- ciri jamur Aspergillus memiliki koloni berwarna kuning

kehijauan dan panjang konidiofor mencapai 300 - 500m.

You might also like