You are on page 1of 30

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. SULAIMAN MAHARADJA DIRADJA


TANGGAL 18 AGUSTUS 2016

KELOMPOK 1
HYGIENE INDUSTRI

KETUA KELOMPOK : Dieter Alyona


WAKIL KETUA KELOMPOK : Adrian Pratama
ANGGOTA KELOMPOK :
Angeline Fanardy
Annisa Nurditasari
Benedictus Aldwin Ainsley
Budi Hartono
Charlie
Frisca

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTRIAN TENAGA KERJA RI
PERIODE 15-20 AGUSTUS 2016
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bidang industri maupun perusahaan dan badan usaha lainnya telah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan kemajuan
teknologi modern, penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja, serta zat dan bahan-bahan
kimia juga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam kemajuan yang pesat ini.
Hotel, yang juga merupakan salah satu bentuk perusahaan atau badan usaha akomodasi
yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman, serta
fasilitas jasa lainnya bagi masyarakat umum yang akan menginap juga mengalami
perkembangan serupa guna meningkatkan pelayanan bagi masyarakat umum pengguna
fasilitas ini.
Di satu sisi, perkembangan ini membawa dampak positif seperti bertambahnya
jumlah lapangan kerja baru yang lebih besar, tetapi juga dapat mencetuskan berbagai
bahaya akibat kemajuan industri dan perusahaan yang begitu cepat seperti timbulnya
penyakit akibat kerja (PAK) dan adanya potensi kecelakaan kerja. Oleh karena itu,
diperlukan suatu kebijakan yang menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan kerja yang melibatkan manajemen, tenaga kerja, dan
lingkungan kerja yang terintegrasi demi mengurangi terjadinya penyakit dan kecelakaan
akibat kerja. Penerapan higiene dalam perusahaan diperlukan agar dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan juga sehat.
Menurut Sumakmur (1999), higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
higiene beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut, serta bila diperlukan berupa tindakan pencegahan agar pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Untuk itulah, setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam perusahaannya. Salah satu tahapan
penting dari sistem ini adalah penentuan potensi bahaya yang terdapat pada suatu
perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja. Dimana potensi bahaya ini
terdiri dari faktor fisik, kimia, dan biologi. Upaya-upaya juga perlu dilakukan guna
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, seperti dengan
melakukan substitusi atau eliminasi, technical engineering, administrative, serta
penggunaan alat pelindung diri (APD).

B. DASAR HUKUM
UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar
proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi
tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan
keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU
Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang
pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan
hukum NKRI.
Syarat keselamatan tempat kerja menurut pasal 3 ayat 1 UU no. 1 Tahun 1970:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban,debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,cuaca, sinar radiasi,
suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No.
14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: Tiap-tiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berarti setiap warga
negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga
kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan.
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus
dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus dipenuhi adalah:
1. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja, dan
3. Ada bahaya di tempat kerja.

UU Keselamatan Kerja bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-


undang ini, diharapkan kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang
membedakan dengan undang-undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk
mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja untuk
mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien,
dan proses produksi berjalan lancar.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya
para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan
benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga
menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh
produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
C. SEJARAH HOTEL PURI JAYA DAN PURI MEGA
(PT SULAIMAN MAHARADJA DIRADJA)
Hotel Puri Mega dioperasikan pada tahun 1993.Hotel tersebut berasal dari bangunan tua
Bioskop bernama Tawang. Setelah dijual oleh pemiliknya bangunan tersebut dijadikan
hotel yang dinamakan HOTEL PURI MEGA dengan jumlah kamar kurang lebih 63
kamar. Sampai tahun 1995, hotel mengalami peningkatan penjualan maka bertambah
kamar menjadi kurang lebih 78 kamar dengan harga yang relative murah. Melihat
perkembangan dari hotel tersebut, maka owner hotel ini mengembangkan perusahaannya
dengan mendirikan sebuah hotel di Jl. Percetakan Negara V no 5, dengan nama HOTEL
PURI JAYA . Dengan meningkatnya persaingan di dunia akomodasi hotel, maka nyaris
hotel ini disebut dengan Hotel Komersial. Namun dengan kegigihan pengelaola /
marketing hotel serta management hotel, maka berkembang menjadi Hotel Regensi
sampai dengan saat ini. Jumlah total karyawan hotel PURI JAYA ini berjumlah 157
orang.
Hotel ini memiliki visi misi, yaitu:
Memiliki para pelanggan setia yang membuat kita menjadi pilihan pertama
mereka.
Merekrut dan mempertahankan orang terbaik yang bermotivasi untuk
mendapatkan kesetiaan.
Memberi pelayanan terbaik kepada setiap tamu.
Memberikan kepuasan kepada customer dengan pelayanan terbaik.

D. ALUR PRODUKSI
Seluruh tamu yang akan menginap di Hotel Puri Jaya akan diarahkan oleh Secuity ke
bagian resepsionis di Lobby. Kemudian akan dijelaskan tipe kamar, fasilitas, beserta
harganya. Bila tamu yang akan menginap sendiri, harus berusia minimal 18 tahun ke atas
Bila tercapai kesepakatan, tamu diwajibkan menunjukkan identitas diri
(KTP/SIM/Paspor) dan melakukan pembayaran di awal sesuai dengan harga kamar yang
tertera, kemudian tamu akan diberikan kunci kamar. Tamu juga akan dijelaskan
mengenai hal hal seperti breakfast, jam check-out, dan voucher parkir kendaraan inap.
Kemudian tamu yang sudah menyelesaikan administrasi, diantar oleh petugas
hotel untuk menuju kamar yang sudah dipesan. Bila Tamu membawa barang
banyak/berat akan dibantu oleh petugas security untuk membawanya ke dalam kamar.
Breakfast secara prasmanan akan diberikan apabila tingkat okupansi hotel lebih dari 10%
total kamar, namun bila tidak tercapai akan diberikan secara ala carte. Apabila tamu akan
melakukan check out, tamu wajib mengembalikan kunci hotel ke bagian resepsionis.

E. LANDASAN TEORI
TEORI TENTANG HOTEL
Menurut Sulastiyono (2006), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelolah oleh
pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk
tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan
jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tampa adanya perjanjian
khusus.
Sedangkan Menurut Lawson (1976), hotel adalah tempat tiggal umum untuk
wisatawan dengan memberikan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta
akomodasi dengan syarat pembayaran.
Menurut Pendit (1999) mengatakan bahwa hotel merupakan perusahaan yang
menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan makanan dan
fasilitas lainnya untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat kenyamanan dan komersial.
Bentuk susunan tata ruang, dekorasi, sanitasi, hygiene, estetika, keamanan dan
ketentraman yang dapat memberikan keamanan pribadi untuk para tamu.
Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industry bahwa, yang utama
hotel terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak/lokasinya ditengah kota dengan jenis
tamu yang menginap sebagaian besar adalah untuk urusan bisnis atau turis.
2. Residential Hotel, adalah yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk
apartemen dengan kamar-kamarnya, dan disewakan secara bulanan atau tahunan.
Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya
hotel, seperti restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan
kebersihan kamar.
3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat
wisata, dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas
konfensi untuk tamu-tamunya.

TEORI HIGIENE PERUSAHAAN


Higiene perusahaan adalah spesialisasi kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan
pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-faktor pengganggu kesehatan karyawan
yang bersifat medis. Higiene perusahaan lebih mengarah pada:
a. Ditujukan terhadap masyarakat tenaga kerja yang lebih mudah didekati dan
diperiksa kesehatannya secara periodik daripada masyarakat umum,
b. Khusus memperhatikan lingkungan kerja,
c. Bersasaran meningkatkan produktivitas,
d. Didukung oleh undang-undang dalam ruang lingkup ketenagakerjaan.

Penerapan higiene perusahaan ini hanya dapat dilaksanakan secara tepat jika semua
keaktifan dalam suatu perusahaan dikenal dengan jelas, termasuk pemakaian macam-
macam mesin dan alat-alat, perkakas, dan sebagainya. Atas dasar ini dapat dibuat
dugaan tentang bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja dan masyarakat
luas. Dugaan sekedarnya ini harus dibuktikan ketepatanya dengan pengukuran-
pengukuran yang sesuai. Dengan demikian, diperoleh penilaian lingkungan kerja
yang objektif. Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah
penentuan hazard (potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi
faktor risiko bagi tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia, dan biologi.

1. Faktor Fisik
a. Kebisingan
Bising adalah suara yang dapat menurunkan pendengaran, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang
tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,
musik, dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau
menghalangi gaya hidup. Jenis-jenis kebisingan antara lain:
1. Berdasarkan sifat dan spektrum, frekuensi bunyi, bising dapat
dibagi atas:
i. Kebisingan kontinu dengan frekuensi yang luas (steady
state, wide band noise). Misalnya suara kipas angin, dapur
pijar, dll.
ii. Kebisingna kontinu dengan spektrum kebisingan sempit
(steady state, narrow band noise). Bising ini relatif tetap,
namun hanya memiliki frekuensi tertentu saja, misalnya
gergaji sekuler, katup gas, dll.
iii. Kebisingan intermiten, bising ini tidak terjadi terus menerus
melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas
pesawat terbang.
iv. Kebisingan impulsif / impact (impulsiveness), memiliki
perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat, dan mengejutkan pendengarannya, misalnya:
pukulan, tembakan bedil atau meriam atau ledakan.
v. Kebisingan impusif berulang, sama dengan bising impulsif,
hanya disini terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin
tempa di perusahaan.
2. Akibat paparan kebisingan
Terpapar kebisingan terdiri dari 85 dB selama 8 jam dan 40 jam
seminggu maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi
pendengaran yang dapat terjadi secara sementara atau permanen.
3. Pencegahan
i. Identifikasi sumber umum penyebab kebisingan, seperti
mesin, sistem ventilasi, dan alat-alat listrik. Tanyakan
kepada pekerja apakah mereka memiliki masalah yang
terkait dengan kebisingan.
ii. Melakukan inspeksi tempat kerja untuk pajanan kebisingan.
Inspeksi mungkin harus dilakukan pada waktu yang
berbeda untuk memastikan bahwa semua sumber
kebisingan teridentifikasi.
iii. Terapkan rule of thumb sederhana jika sulit untuk
melakukan percakapan, tingkat kebisingan mungkin
melebihi batas aman.
iv. Tentukan kebisingan berdasarkan tata letak dan identifikasi
para pekerja yang mungkin terekspos kebisingan.
Identifikasi kontrol kebisingan yang ada dan evaluasi
efektivitas pengendaliannya.
v. Setelah tingkat kebisingan ditentukan, alat pelindung diri
seperti penutup telinga (earplug dan earmuff) harus
disediakan dan dipakai oleh pekerja di lokasi yang
mempunyai tingkat kebisingan tidak dapat dikurangi.
Dalam kebanyakan kasus, merotasi pekerjaan juga dapat
membantu mengurangi tingkat paparan kebisingan.
4. Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound
level meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan
frekuensi dari 20 20000 Hz.

b. Pencahayaan
Pencahayaan yang baik memungkinan pekerja bisa melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu.
Intensitas cahaya dapat diukur dengan luxmeter.
Sifat pencahayaan
o Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai
jenis pekerjaan
o Pencegahan kesilauan arah sinar
o Warna
o Panas cahaya
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
o Iritasi, mata berair dan mata merah
o Penglihatan ganda
o Sakit kepala
o Ketajaman mata menurun
o Akomodasi dan konvergensi menurun

c. Iklim dan Suhu


Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah
yang signifikan pada tenaga kerja sebelum atau sesudah terpapar panas
yang memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada
hipotalamus akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi dengan tujuan untuk
mempertahankan suhu tubuh sekitar 36-37 derajat celcius. Namun apabila
paparan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kelelahan dan akan
menimbulkan efek heat stress (Erwin, 2004).
Mentri tenaga kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk
lingkungan fisik tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah
NAB iklim kerja dengan menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB)
diadopsi dari wet bulb globe temperature index (WBGTI) dikeluarkan oleh
ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat
kerja adalah sbb:
Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat Celcius, sedang 26,7
derajat Celcius dan berat 25 derajat Celcius.
Jika perbadingan kerja 50% dan istriahat 50% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 31,4 derajat Celcius, sedang 29,4 derajat
Celcius dan berat 27,9 derajat Celcius.
Jika perbadingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 32,2 derajat Celcius, sedang 31,1 derajat
Celcius dan berat 30 derajat Celcius.

d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan. Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui
kaki atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat
pengangkut seperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan/tangan
adalah getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada
gerinda, bor tangan, dan gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran:
Level (m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemaparan (jam)
Efek getaran:
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000 Hz dapat
menyebabkan white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada alat-alat dalam
sehingga menyebabkan sakit dada, LBP, dan gangguan
penglihatan.
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration
acceleration meter.

e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X, dan neutron
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound, dan microwave
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:
1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan, tidak
tergantung dosis. Contoh: karsinogen, teratogen, mutagen
2. Efek nonstokastik: tergantung frekuensi dan dosis. Contoh:
katarak, kerusakan non malignan kulit
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter
personal.

2. Faktor Biologis
Maksud dan tujuan higiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan atau industri dari risiko bahaya khususnya faktor fisik,
kimia, dan biologis yang mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses
produksi. Sasaran suatu kegiatan higiene perusahaan adalah faktor lingkungan
dengan jalan identifikasi bahaya dan pengukuran agar tahu secara kualitatif dan
kuantitatif bahaya yang sedang diahadapi atau yang mungkin timbul, dan dengan
pengetahuan yang tepat tentang risiko faktor bahaya tersebut diselenggarakan
tindakan korektif yang merupakan prioritas utama waktu itu serta selanjutnya
upaya pencegahan yang bersifat menyeluruh.
Wewenang dan tanggung jawab dalam bidan higiene industri perusahaan
dibagi antara berbagai sektor yaitu pada sektor ketenagakerjaan atas dasar higiene
industri merupakan spesialisasi dalam keselamatan dan kesehatan kerja, pada
sektor kesehatan oleh alasan higiene perusahaan tidak berdiri sendiri melainkan
banyak kaitannya dengan higiene usaha umum serta pada lingkungan hidup
karena lingkungan kerja adalah satu aspek dalam lingkungan pemukiman.
Masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum harus dilindungi
dari pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan oleh beroperasinya suatu
perusahaan. Semua sektor penyebab gangguan kesehatan dan penyakit serta
gangguan umum lainnya yang mungkin mengenai pekerja dapat pula
menyebabkan hal serupa kepada masyarakat sekitar suatu perusahaan dan
masyarakat umum. Seperti hawa panas yang keluar dari pabrik atau asap yang
mengandung aneka zat kimia melalui cerobong asap. Higiene industri dengan
kompetensinya dalam hal identifikasi, pengukuran, evaluasi dan pengendalian
faktor yang bersifat fisik, kimia, dan biologi dapat sangat berperan dalam upaya
menyelenggarakan perlindungan kepada penduduk yang berada di luar
perusahaan.
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
penyakit yang disebabkan virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu
pekerjaan yang memiliki risiko kontaminan khusus. Biological hazard adalah
semua bentuk kehidupan atau makhluk hidup dan produknya yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor biologis dikategorikan
menjadi:
Mikroorganisme dan toksinnya
Arthropoda (crustacea, arachnid, insecta)
Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi
Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, fern) dan hewan
invertebrata (protozoa, ascaris)
Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:
Inhalasi/pernapasan
Ingesti/saluran pencernaan
Kontak dengan kulit
Kontak dengan mata, hidung, mulut
Program pengendalian faktor biologi di tenpat kerja pada umumnya berupa:
Administrasi kontrol
Alat Pelindung Diri
Dilarang makan dan minum di tempat kerja
Menjaga kebersihan perseorangan
Disinfeksi atau dekontaminasi secara teratur terhadap lantai, dinding,
peralatan, dll
Program imunisasi bagi tenaga kerja
Memasang label tanda bahaya di tempat yang berisiko terpapar faktor
biologi
Melakukan training atau edukasi tentang K3 dan efek akibat terpapar
faktor biologi
Melakukan pengelolaan terhadap limbah

3. Faktor Kimia
a. Klasifikasi:
Berdasarkan bentuknya:

Partikulat: setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di


udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan
jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di udara. Partikel
dapat diklasifikasikan sebagai debu di udara (airborn dust), kabut, asap
(fume) yang mempunyai ukuran 0,5 mikron.

Non partikulat seperti gas adalah bahan oksigen, nitrogen atau karbon
dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal. yang kedua
yaitu uap air yaitu bentuk gas dari cairain pada suhu dan tekanan ruangan
cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari kemampuan
penguapannya.

b. Pengaruh Bahan Kimia

Iritasi adalah suatu keadaan yang dapat menumbulkan bahaya apabila tubuh
kontak dengan bahan kimia. Iritasi dibagi menjadi melalui kulit apabila terjadi
kontak antara bahan kimia dengan kulit. Melalui mata yaitu antara bahan
kimia dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai
kerusakan permanen. Iritasi melalui saluran pernapasan oleh karena bahan
kimia berupa bercak cair, gas atau uap.
Asfiksia adalah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses oksigenasi
dalam jaringan tubuh. Terdiri dari simple asphyxiation karena berhubungan
dengan kadar oksigen di udara yang digantinkan dan didominasi oleh gas
seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hidrogen atau helium yang kadar
tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup. Yang kedua yaitu chemical
asphyxiation karena dapat mempengaruhi dan menganggu kemampuan tubuh
untuk mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon
monoksida.
Kehilangan kesadaran dan mati rasa
Biasa disebabkan oleh paparan tinggi dari etil dan propil alokohol, metil etil
keton, asitilen hidrokarbon etil, dan isopropil eter.
Keracunan tubuh
Kanker
Kanker mungkin baru muncul setelah 4 40 tahun dan biasa disebabkan
aresnik, asbestos, kromium, nikel yang dapat menyebabkan kanker paru.
Paru-paru kotor (pneumoconiosis) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
mengendapnya partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan
adanya reaksi dari jaringan paru yang biasa disebabkan oleh silika, asbestos,
batu bara, berilium.

4. Kebersihan Umum (Sanitasi Industri)


Prinsip dasar sanitasi terdiri dari :
Serangkaian proses untuk menjaga kebersihan dan merupakan hal penting
yang harus dimiliki oleh industri dalam menerapkan Good Manufacturing
Practices (GMP)
Dilakukan untuk mencegah penykit pada tenaga kerja dan lingkungan sekitar
Konsumen terhindar dari penyakit
Meningkatkan mutu dan umur simpan produk
Mengurangi biaya recall
Sanitasi industri meliputi
a. Water supply :dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu
domestik dan proses produksi
b. Pembuangan kotoran dan sampah yang dibagi menjadi dua, yaitu domestik
dan sampah industri.
Manajemen khusus diperlukan dalam pengelolaan sampah agar dapat diolah
kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat atau dibuang ke alam dalam bentuk
yang tidak berbahaya.
c. Sanitasi makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain seperti sanitasi makanan,
kebersihan peralatan dan fasilitas, kantin dan ruang makan, serta keracunan
makanan.
d. Pencegahan dan pembasmian vektor dan rodent
Vektor adalah binatang yang berperan dalam pemindahan penyakit dari
sumbernya ke manusia. Masing-masing vektor membawa penyakit tertentu
yang dapat menurunkan produktivitas bila mengenai tenaga kerja. Oleh
karena itu diperlukan untuk mengendalikan vektor.
e. Penyediaan fasilitas kebersihan
Hal-hal yang termasuk fasilitas kebersihan seperti WC, tempat cuci, tempat
mandi, tempat baju kerja / loker, ruang makan dan kantin.

5. Pengolahan Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendari lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah
mengandung bahan pencemar bersifat racun dan bahaya yang dikenal dengan
limbah B3 (bahan bercaun dan berbahaya). B3 banyak dijumpai seperti
insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak,
sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak
lagi untuk menyebutnya satu per satu.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain
mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan
radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Adanya batasan
kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu ruang dan waktu
tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah
demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan
lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan
berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya.
Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika,
kimia maupun biologi. Limbah air memiliki tiga karakteristik ini, sedangkan
limbah gas yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya
limbah padat. Berbeda dengan limbah pada yang menjadi penilaian adalah
karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristik kimia dan biologi mendapat
penilaian dari sudut akibat. Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan
limbah air dan limbah gas dilihat dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam sistem prosesnya. Ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan
kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan
sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses
dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur,
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dap[at didaur ulang, seperti plastik,
tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan
berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian
dibuang dan dibakar.
BAB II
PELAKSANAAN

A. TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN


Pengamatan dilaksanakan pada Hari Kamis, 18 Agustus 2016 pukul 09.00 hingga pukul
11.00 WIB.

B. LOKASI PENGAMATAN
Pengamatan dilaksanakan di PT Sulaiman Maharadja Diradja (Hotel Puri Jaya).

C. DOKUMENTASI PENGAMATAN
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. FAKTOR BAHAYA FISIKA


a. Kebisingan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung tanpa alat ukur, terdapat beberapa titik
kebisingan seperti pada front office, dapur, ruang genset dan ruang pompa.Pada front
office terdapat kebisingan yang bersumber dari Air Conditioner (AC). Bising berupa
bising kontinu dengan intensitas yang rendah. Pada dapur, sumber kebisingan berasal
dari mesin freezer dan cooler yang bersifat kontinu dengan intensitas sedang.
Sedangkan pada ruang genset dan ruang pompa didapatkan kebisingan yang
bersumber dari pompa air yang beroperasional 24 jam dengan intensitas cukup besar.
Saat dilakukan kunjungan, petugas operasional ruang genset dan ruang pompa tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) / pelindung telinga, sementara petugas
tersebut siap siaga selama jam kerja di sebelah ruangan tersebut.
b. Pencahayaan
Pencahayaan pada front office, coffee shop (ruang makan tamu) menggunakan lampu
pijar 20 Watt dengan jumlah berkisar 10 20 buah per ruangan. Pengamatan terhadap
pencahayaan dilakukan tanpa menggunakan alat ukur, dan didapatkan hasil berupa
kurangnya pencahayaan pada beberapa tempat, seperti front office, coffee shop (ruang
makan tamu), lorong menuju dapur, dan koridor tangga antar lantai pada gedung baru
hotel. Sementara pencahayaan pada tempat lainnya dan kamar tamu dirasakan baik.
c. Suhu / Iklim Kerja
Suhu pada lorong dapur dan lorong hotel secara umum dirasakan cukup panas dan
lembab khususnya bagian dapur, meskipun tidak diukur secara objektif. Ruang dapur
hanya memiliki 3 ventilasi yang langsung berhubungan dengan bagian luar hotel
dengan 1 buah exhaust fan. Ruang genset dirasakan sangat panas meskipun mesin
genset dalam keadaan tidak beroperasi. Minimnya ventilasi dan tidak beroperasinya
exhaust fan diduga menjadi salah satu faktor pendukung timbulnya keadaan ini.
d. Getaran
Sumber getaran dengan intensitas ringan didapatkan berasal dari mesin pompa.
Meskipun getaran tersebut hanya dirasakan pada saat dioperasikan.
e. Radiasi
Pada hasil pengamatan, tidak ditemukan adanya sumber radiasi.

B. FAKTOR BAHAYA KIMIA


Dari hasil pengamatan tidak didapatkan adanya penggunaan bahan-bahan kimia yang
berbahaya secara signifikan. Tetapi, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan
bahan kimia lain yang sering digunakan seperti penyemprotan pestisida oleh bagian pest
control tanpa menggunakan APD (sarung tangan dan masker). Bahan pestisida yang
digunakan tidak diketahui, karena pihak hotel hanya berperan di bagian operasionalnya
saja, sementara pestisida diperoleh dari pihak penyedia jasa dari luar hotel.
Bagian house keeping juga tidak menggunakan APD (sarung tangan) saat
membersihkan kamar yang akan dipakai oleh tamu baru padahal menggunakan cairan
pembersih pada saat membersihkan lantai. Pihak hotel mengatakan bahwa cairan
pembersih yang digunakan diakui adalah bahan yang aman dan tidak menimbulkan
iritasi. Pada ruang genset juga didapatkan ventilasi yang sangat minimal dan dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja apabila terjadi kebocoran gas.

C. FAKTOR BAHAYA BIOLOGI


Setelah melakukan pengamatan walk through survey di Hotel Puri Jaya milik PT
Sulaiman Maharadja Diradja, didapatkan adanya beberapa kemungkinan terdapatnya
faktor bahaya biologi, yaitu kurang baiknya infrastruktur dan kebersihan ruang makan
karyawan, serta kurangnya penggunaan APD pada tenaga kerja pengangkut sampah. Pada
saat memasuki ruang makan karyawan, letaknya cukup dalam dan bersebelahan dengan
dapur. Ruang makan karyawan memiliki ventilasi yang sangat minim dan tidak ada
jendela kaca yang memungkinkan masuknya cahaya matahari. Keadaan ini dapat
menyebabkan suasana ruang makan menjadi lembab dan memudahkan tumbuhnya
kuman-kuman dan virus yang dapat menginfeksi karyawan. Hal kedua yang kami
dapatkan adalah kurang bersihnya dispenser di ruang makan karyawan. Tampak mulut
pipa air kotor dan berlumut yang memungkinkan kondisi tumbuhnya kuman dan terbawa
ke dalam air minum. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan potensi penyebaran penyakit
menular seperti diare, yang ternyata merupakan salah satu top 10 disease di hotel ini.
Sumber air bersih yang digunakan hotel ini berasal dari PAM. Karyawan banyak
menggunakan air untuk keperluan mencuci tangan, wudhu, dll. Hotel ini memiliki sistem
pengelolaan limbah yang cukup baik dan septic tank yang rutin dibersihkan serta berada
jauh dari pipa air PAM. Namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi kontaminasi
bila sistem limbah dan septic tank mengalami kebocoran.
Dalam hal penampungan sampah, Hotel ini memiliki TPS yang letaknya di
belakang hotel. Ada hal yang kami amati bahwa petugas mengangkut sampah tanpa
menggunakan masker dan sarung tangan. Hal ini berpotensi menyebabkan banyaknya
kuman yang terbawa di tangan pekerja dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
infeksi saluran cerna seperti demam tifoid. Hotel ini menggunakan AC 2 pk di berbagai
ruangan dan rutin diservis.Hal ini baik karena dapat mencegah infeksi saluran napas atas
yang disebabkan Legionella, sp yang sering terjadi karena penggunaan AC sentral yang
jarang dibersihkan.

D. KEBERSIHAN
Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan tingkat kebersihan sudah cukup baik.Jumlah
tempat sampah sangat memadai dan mudah ditemukan. Sampah juga dibedakan
berdasarkan sampah organik dan anorganik. Pada lingkungan kerja di lapangan parkir
rutin disapu dan lantai hotel juga rutin dibersihkan dengan karbol. Fasilitas air bersih
yang baik namun kurang baik pada ruang makan karyawan. Sarana untuk mencuci tangan
tersedia di tempat-tempat penting dan dilengkapi dengan sabun dan tissue. Untuk
higienitas per orang, Hotel ini menetapkan pencucian seragam secara rutin dengan
laundry setiap hari. Linen yang dipakai pada kamar tamu disimpan dalam satu ruang
penyimpanan tetapi didapatkan beberapa paket linen yang tidak terbungkus rapi sesuai
keadaan seharusnya.
E. PETUGAS HIGIENE
Berdasarkan hasil pengamatan pada Hotel Puri Jaya milik PT Sulaiman Maharadja
Diradja, terdapat petugas higiene berjumlah 18 orang yang dibagi dalam 3 shift, 5 orang
pada pagi hari, 2 orang pada siang hari, dan 1 orang pada malam hari dengan bagian
pekerjaan yang berbeda seperti petugas linen, housemen, gardener, dan room boy.
Petugas yang bekerja umumnya tidak memakai sarung tangan karet dan hanya memakai
masker saja, kecuali pada saat general cleaning yang dilakukan sebulan sekali. APD yang
disiapkan oleh pihak hotel hanya sarung tangan lateks dan masker, sedangkan sepatu boot
hanya diperuntukkan bagi gardener. Para petugas memiliki ruang istirahat yang cukup
layak dan bersih.

F. PENGOLAHAN LIMBAH
Pihak hotel telah menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang cukup baik, tetapi
terkadang limbah cair sering meluap karena pompa air yang sering tersumbat. Limbah
cair dimasukkan ke bak penampungan dan dilakukan penyaringan yang dilakukan oleh
mesin STP. Hasil penyaringan terakhir dibuang langsung ke sungai. Untuk limbah cair,
dilakukan pemeriksaan parameter laboratorium secara berkala setiap bulan sekali.
Parameter yang diperiksa yaitu BOD, COD, zat padat tersuspensi, dan pH dengan hasil di
dalam batas normal. Mesin STP diperiksa berkala setiap dua minggu sekali.
Limbah padat memiliki tempat pembuangan khusus di TPS yang tertutup di
belakang hotel. TPS ini cukup memadai, terdiri dari 2 bagian terpisah yaitu tempat
sampah kering dan basah yang tertutup pintu besi. Pembuangan sampah dilakukan oleh
petugas sampah swasta setiap harinya pada malam hari. Di hotel ini terdapat 5 buah
septic tank yang menampung 135 kamar yang tersebar di beberapa area hotel. Aliran dari
septic tank ini akan diolah mesin STP bersama limbah cair.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Komponen Permasalahan Saran


Fisika Bising -. Kebisingan AC di front office. -. Maintenance AC serta
-. Kebisingan freezer dan cooler peralatan listrik dapur perlu
di dapur dilakukan secara berkala agar
tidak menimbulkan kebisingan.
-. Menyarankan pekerjanya
menggunakan ear plug atau ear
muff sebagai APD
-. Membuat kartu kendali
Pencahayaan Kurangnya pencahayaan pada -. Lampu yang digunakan dapat
front office, ruang makan tamu, diganti dengan daya yang
dan lorong hotel. sedikit lebih tinggi tetapi juga
hemat energi.
-. Khusus pada bagian lorong
tangga hotel, perlu ditambahkan
pegangan pada tepi tembok,
serta pemberian batas-batas
jelas di antar anak tangga untuk
menghindari jatuh.
-. Untuk beberapa bagian yang
masih kurang pencahayaannya
dapat ditambah dengan jendela
Iklim / Suhu -. Dapur yang panas dan -. Ventilasi yang sudah ada di
lembab. dapur dapat dibersihkan, serta
-. Ruang genset yang panas. jendela kaca pada bagian atas
dapur juga dapat dibuka agar
udara mengalir dengan baik.
-. Ventilasi pada ruang genset
dapat ditambahkan agar aliran
udara lebih baik.
Getaran -. -.
Radiasi -. -.
Kimia Bahan -. Cairan pestisida -. Pekerja seharusnya
-. Cairan pembersih lantai menggunakan sarung tangan
Sifat -. Neurotoksik dan masker minimal
-. Iritatif, basa menggunakan masker jenis N-
Penyimpanan Tempat penyimpanan pestisida 95 saat menggunakan pestisida
dan cairan pembersih lantai serta sarung tangan lateks saat
biasa membersihkan lantai.
-. Penyimpanan harus dilakukan
pada lemari yang terkunci serta
diberi label sesuai dengan sifat
zat kimia yang dikandungnya.
Gas genset Genset yang berada di ruang -.Pekerja sebaiknya tidak berada
tertutup di dalam ruangan saat genset
menyala dan ventilasi ditambah
-. Tidak meletakkan genset di
ruang tertutup.
Biologi Penampungan air Mulut pipa air dispenser kotor Membersihkan dispenser /
minum karyawan dan berlumut mengurasnya minimal 1x per
minggu
Ruang istirahat / -. Tidak ada jendela kaca. -. Buat jendela kaca yang
ruang makan -. Ventilasi kurang memadai. menghadap ke arah matahari
karyawan -. Suasana ruangan lembab dan terbit.
panas -. Menambah jumlah ventilasi
untuk pertukaran udara.
-. Menyalakan AC di waktu
istirahat.
Pekerja -. Tidak menggunakan APD. -. Mewajibkan pekerja
pengangkut -. Sangat rentan terpapar kuman menggunakan masker, sarung
sampah saluran cerna. tangan, dan sepatu boot karet.
-. Menghimbau pekerja untuk
selalu membersihkan tangan
sesudah mengangkut sampah
dan mengganti pakaian sehari.
Kebersihan Penyediaan air Terdapat sumber air bersih yang kualitasnya dijamin oleh PAM
Umum Perlengkapan Tersedianya tempat cuci tangan bersih yang disertai sabun dan
fasilitas ringan tissue pada tempat-tempat umum
Higienitas SDM Seragam kerja pegawai dicuci rutin
WC WC cukup memadai dan bersih
Tempat sampah Sangat memadai dan tersebar merata di lingkungan hotel tapi
sebaiknya dipisahkan antara sampah basah dan kering.
Higiene Pemeliharaan Jadwal kebersihan terbagi 3 Penambahan jumlah tenaga
industri fasilitas industri shift/hari dengan total pekerja kerja agar pelayanan hotel
hanya 18 orang untuk 135 kamar dapat berjalan baik.
dan operasional hotel lain.
Pencegahan dan -. General cleaning. -. Sebaiknya general cleaning
pembasmian -. Pemakaian APD yang kurang dilakukan > 1x / bulan.
vektor penyakit sesuai. -. Penggunaan APD (sarung
-. Alat kebersihan yang kurang tangan lateks dan masker)
sesuai. tiap membersihkan fasilitas
hotel terutama jika
menggunakan cairan kimia
pembersih.
-. Lantai berkarpet lebih baik
dibersihkan menggunakan
vacuum cleaner agar terbebas
dari tungau
-.tempat sampah ditutup
Pengolahan Pembuangan limbah cair yang -. Pompa limbah cair harus
Limbah terganggu. ditinjau kembali kegunaannya
karena sering mengalami
sumbatan dan mengakibatkan
limbah cair meluap.
-. Sebaiknya hasil pengolaan
limbah cair dapat digunakan
kembali untuk kebutuhan
sehari-hari dengan berdiskusi
pada ahli pengolahan limbah.
-. Sebaiknya pada daerah
limbah dipasang guarding
atau pembatas agar
pengunjung tahu tempat
pembuangan limbah.
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Penilaian walk through survey yang ditemukan pada PT Sulaiman Maharadja Diradja khususnya
pada Hotel Puri Jaya, didapatkan faktor-faktor bahaya yang belum sesuai dengan K3.
Diantaranya yaitu faktor fisik berupa kebisingan, biologi, pencahayaan, suhu serta faktor kimia.
Pada kebersihan umum secara keseluruhan sudah cukup baik. Sedangkan petugas hotel belum
menggunakan APD meskipun bersentuhan langsung dengan sumber bahaya. Pengolahan limbah
belum cukup baik karena masih terdapat limbah cair yang meluap.

SARAN
Dilakukan pemeriksaan ulang serta mengundang ahli K3 dalam bidang jasa pelayanan untuk
meningkatkan pelayanan serta menjaga mutu kualitas. Serta bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait untuk membantu mengendalikan faktor bahaya yang ada.

You might also like