You are on page 1of 3

Hambatan Mobilitas Fisik

Yang berhubungan dnegan gangguan neuromuscular

Definisi

Keterbatasan gerakan fisik

Pengkajian

1. Riwayat penyakit atau disfungsi neuromuscular


2. Status musculoskeletal, meliputi koordinasi, gaya berjalan, ukuran dan keatan otot, tonus otot,
ROM, dan mobilitas fungsional sebagai berikut :
0= mandiri penuh
1= memerlukan penggunaan peralatn atau alat bantu
2= memerlukan bantuan, pengawasan, atau pengajaran dari orang lian
3= memerlukan bantuan dari orang lian dan peralatan atau alat bnatu
4= ketergantungan: tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas
3. Status neurologic, meliputi tingkat kesadaran, kemmapuan motorik, kemampuan sensori

Batasan karakteristik

1. Penurunan kekuatan, pengendalian, mssa ketahanan otot


2. Gangguan koordinasi
3. Ketidakmampuan bergerak yang bertujuan berpindah dalam lingkungan fisik, termasuk
mobilitas di tempat tidur, perpindahan, ambulasi
4. Keterbatasan ROM
5. Keenganan untuk mencoba bergerak

Diagnosis medis yang berhubungan (dipilih)

Sklerosis lateralamiotrofik, paralis serebral, distrofi muscular, miastenia gravis, penyakit Parkinson,
poliomyelitis, arthritis rheumatoid, cedera medulla spinalis (paraplegia, kuadriple gia), stoke, tetanus

Hasil yang diharapkan

1. Px mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi


2. Px tidak memperlihatkan adanya komplikasi, seperti kontraktur, stasis vena, pembentukan
thrombus, atau kerusakan kulit
3. Px mencapai tingkat mobilitas tertinggi (berpindah secara mandiri, mandiri di kursi roda,
berjalan dengan alat bantu tertentu seperti walker, tongkat, brace)
4. Px atau pasangan melakukan program mobilitas
5. Px atau pasangan membuat rencana untuk menggunakan sumber-sumber guna membantu
mempertahankan tingkat fungsional, seperti ahli terapi fisik, program rehabilitasi stroke,
American heart association, nationalmultiple sclerosis society, dan sebagainya

Intervensi dan rasional

1. Lakukan latihan ROM untuk sendi jika tidak merupakan kontradikasi, minimal satu kali setiap
pergantian tugas jaga. Tingkatkan dari pasif ke aktif sesuai toleransi. Tindakan ini mencegah
kontraktur sendi dan atrofi otot.
2. Miringkan dan atur posisi px setiap 2 jam pada saat pasien di tempat tidur. Tentukan jadwal
memiringkan badan untuk pasien yang kebergantungan, posisikan pada sisi tempat tidur dan
pantau frekuensi memiringkan badan. Tindakan ini mencegah kerusakan kulit dengna
mengurangi tekanan
3. Tempatkan sendi pada posisi fungsional, gunakan gulungan trokanter sepanjangn paha, gunakan
sepatu karet yang ujung atasnya tinggi, letakkan bnatl kecil dibawah kepala, dan sebaginya.
Tindakan tersebut mempertahankan sendi pada posisi fungsional dan mencegah deformitas
muskoleskeletal
4. Identifikasi tingkat fungsional dengan menggunakan skala mobilitas fungsional. Komunikasikan
tingkat keterampilan pasien kepada semua staf untuk menunjang kontinuitas dan menjaga
tingkat kemandirian yang teridentifikasi
5. Beri dorongan mobilitas mandiri dengan membantu pasien menggunakan palang bertingkat dan
penghalang sisi tempat tidur, gunakan tungkai yang tidak terkena untuk menggerakkan tungkai
yang terkena, dan lakukan aktivitas perawatan diri tersebut sambil mneyisiri rambut, member
makanan, emngganti balutan, dan sebagainya. Tindaakan ini mneingkatkan tonus otot dan
harga diri pasien
6. Letakkan barang-barang pada tempat yang mudah dijangkau lengan yang tidak terkna bila satu
sisi mengalami kelemahan atau paralisis untuk meningkatkan kemandirian pasien.
7. Pantau dan catat setiap hari semua bukti komplikasi mobilitas (kontraktur, stasis vena,
thrombus, pneumonia, infeksi saluran kemih). Pasien dengan riwayat penyakit atau disfungsi
neuromuscular mungkin lebih cenderung mengalmai komplikasi.
8. Lakukan program medis untuk mengelola atau mencegah komplikasi, contoh, heparin profilaktik
untuk thrombosis vena. Tindakan ini meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
9. Berikan mobilisasi progresif untuk keterbatasan kondisi pasien (mobilitas tempat tidur ke
mobilitas kursi sampai ke berjalan) untuk mempertahankan tonus otot dan mnecegah
komplikasi imobilitas.
10. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk mnegembangkan program mobilitas untuk membantu rehabilitas
deficit musculoskeletal.
11. Anjurkan untuk hadir pada sesi terapi fisik dan dukung aktivitas di bangsal dengan mneggunakan
peralatan dan teknik yang sama. Minta perencanaan mobilitas tertulis dan gunakan sebagai
referensi. Semua anggota tim perawatan kesehatan harus member penguatan dalam
keterampilan beljaar dengan cara yang sama.
12. Ajarkan pasien dan anggota keluarga atau teman tentang latihan ROM, pemindahan, inspeksi
kulit, dan program mobilitas untuk membantu mempersiapkan pemulangan pasien.
13. Demostrasikan program mobilitas dan catat tanggalnya. Beri kesempatan kepada pasien dan
keluarga atau teman untuk mengulangi demonstrasi program mobilitas dan catat tanggalnya.
Tindakan ini meyakinkan kontinuitas perawatan dan penggunaan teknik yang tepat.
14. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber untuk melakukan program mobilitas, seperti program
rehabilitas, American Heart Association, National Multiple Sclerosis Society. Program ini
membantu memberikan pendekatan yang komprehensif terhadap rehabilitasi yang
berhubungan dengan gangguan neuromuscular

Dokumentasi

1. Pengungkapan keluhan pasien tentang kehilangan mobilitas dan status kemampuan fungsional
saat ini
2. Tujuan yang ditentukan oleh pasien
3. Observasi status mobilitas pasien, adanya komplikasi, da respons terhadap program mobilitas
4. Pengajaran dan demostrasi ketrammpilan yang dibutuhkan dalam melakukan program mobilitas
5. Respons pasien terhadap intervensi keperawatan
6. Evaluasi maisng-masing hasil yang diharapkan

You might also like