You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus adalah organisme yang kecil, bahkan lebih kecil dari pada bakteri yang bisa
menyebabkan TBC atau kolera. Virus tersebut begitu umum sehingga manusia
dapat terserang olehnya beruulang kali sepanjang hidupnya. Virus dapat
menyebabkan masu angin, demikian juga polio, campak, gondok, dan flu. Virus-
virus ini dapat tersebarkan oleh batuk, bersin/ sentuhan.

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) berbeda meskipun juga termasuk salah


satu virus. HIV tidak dapat menyebar dengan cara yang sama seperti virus-virus
pada umumnya. HIV hanya dapat disebarkan oleh hubungan seks, darah, jarum
kotor, dan alat-alat lain, serta dari seorang ibu kepada anaknya yang belum lahir
atau ibu yang menyusui bayinya.

Ada dua jenis virus pelemah system kekebalan manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 ditemukan di semua belahan dunia, sedangkan HIV-2 ditemukan paling
banyak di Afrika Barat. Karena penyebaran kedua virus ini dapat dicegah dengan
cara yang sama. Oleh karena itu, dalam makalah ini, penyusun akan membahas
HIV-1 dan HIV-2 secara bersama-sama sebagai HIV saja.

Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem
kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang
penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan
akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Manusia yang terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS,
melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus
HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

HIV berbeda karena belum ada vaksin untuknya. Tetapi dengnan mengubah
perilaku dapat juga menghentikan penyebaran penyakit ini. Misalnya, mencuci
tangan setelah dari kamar mandi akan merendahkan peluang penyebaran penyakit
kepada orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut kelompok III ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit berbasis lingkungan HIV/AIDS.

1
B. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi, sejarah, cara
penularan, tahapan infeksi, gejala, serta pencegahan dari HIV/AIDS (Human
Immunode Ficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom)

2
BAB II
ISI

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu


sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat
kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV.

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak, kemudian
merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui
bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa
kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan
tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal
dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Manusia yang terkena virus HIV,
tidak langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang
cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS
atau HIV positif yang mematikan.

(Gambar Virus HIV)

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah
putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem
kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4
dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar
antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang

3
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan


berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah
itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat
menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan
infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi
akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh
manusia. HIV merusak sel T CD4 secara langsung dan tidak langsung, padahal sel
T CD4 dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV
telah membunuh sel T CD4 hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200
per mikroliter (L) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan
akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut
menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan
akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4 di dalam
darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi


AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah
mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan
penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20
tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh
untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang
terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada
orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan
penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan
adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat
perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga
memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa
varian HIV.

HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang
akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.

4
Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu
berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan
hidup.

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan
menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi
berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
a. Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak
dikategorikan sebagai AIDS.
b. Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi
saluran pernafasan bagian atas yang tidak sembuh- sembuh)
c. Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang
berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC
paru-paru), atau
d. Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran
tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran
paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV
digunakan sebagai indikator AIDS.

Sejarah Penyakit HIV/AIDS

Penyakit ini sudah lama ada hanya saja belum disadari oleh para ilmuwan bahwa
kasuskasus yang ditemukan adalah kasus AIDS. Baru pada tahun 1981 Amerika
Serikat melaporkan kasuskasus penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan
dikalangan homoseksual, yang kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay
Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang
dihubungkan dengan kaum gay/homoseksual.

Kemudian pada tahun 1982, CDUSA (Centers for Disease Control) Amerika
Serikat untuk pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans
AIDS dimulai. Dan juga ditemukan penyebab kelainan ini adalah LAV
(Lymphadenophaty Associaterd Virus ) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut.

5
Pada tahun 1984 Gallo dan kawankawan dari National Institute of Health,
Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic
Virus type III) sebagai sebab kelainan ini. Pada tahun 1985 ditemukan Antigen
untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus itu atau
tidaknya seseorang. Pada tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of
Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai
pengganti nama LAV dan HTLV III. 15 April 1987, Kasus AIDS di Indonesia
pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda,
Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu
disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV
positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak ditemukan tahun 1978,
secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September
2009 sebanyak 18.442 kasus. Jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Data Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS kelompok


umur 20-29 tahun di Indonesia mencapai 49,07 persen.Berikutnya kelompok
umur 30-39 tahun dengan 30,14 persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus
atau 73,7 persen diderita pria dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara
penularan, kasus AIDS kumulatif tertinggi melalui hubungan heteroseksual (50,3
persen), pengguna napza suntik/ penasun (40,2 persen), dan hubungan
homoseksual (3,3 persen).Jumlah kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang
tersebar di 32 Provinsi di Indonesia. Penderita HIV positif terbanyak berada di
DKI Jakarta dari Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur (4553), Jawa
Barat (3077), Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914).

Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar
79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus.
Demikian laporan triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.

Penyebab

AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel

6
T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+
secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem
kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+
hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (L) darah,
maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang
disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis,
kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi
dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi
AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah
mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.

Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat
bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang
memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV
(seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya
memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga
lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang
terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis,
juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang
terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami
terhadap beberapa varian HIV.

HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang
akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.
Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu
berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan
hidup.

7
(HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan
kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut;
dilihat dengan mikroskop elektron.)

Cara Penularan

Bila seseorang telah seropositif terhadap HIV, maka dalam tubuhnya telah
mengandung HIV. Dalam jumlah besar HIV terdapat dalam darah, cairan vagina,
air mani serta produk darah lainnya. Apabila sedikit darah atau cairan tubuh lain
dari pengidap HIV berpindah secara langsung ke tubuh orang lain yang sehat,
maka ada kemungkinan orang lain tersebut tertular AIDS. Cara penularan yang
paling umum ialah: senggama, transfusi darah, jarum suntik dan kehamilan.
Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat, dll. Secara
teoritis mungkin bisa terjadi, namun resikonya sangat kecil.

a. Penularan lewat senggama :


Pemindahan yang paling umum dan paling sering terjadi ialah melalui seng
gama, dimana HIV dipindahkan melalui cairan sperma atau cairan vagina.
Adanya luka pada pihak penerima akan memperbesar kemungkinan penularan.
Itulah sebabnya pelaku senggama yang tidak wajar (lewat dubur terutama), yang
cenderung lebih mudah menimbulkan luka, memiliki kemungkinan lebih
besar untuk tertular HIV.

b. Penularan lewat transfusi darah :


Jika darah yang ditranfusikan telah terinfeksi oleh HIV , maka virus HIV
akan ditularkan kepada orang yang menerima darah,

8
sehingga orang itupun akan terinfeksi virus HIV. Risiko penularan melalui
transfusi darah ini hampir 100 %.

c. Penularan lewat jarum suntik :


Model penularan lain secara teoritis dapat terjadi antara lain melalui :
1) Penggunaan akupunktur (tusuk jarum), tatoo, tindikan.
2) Penggunaan alat suntik atau injeksi yang tidak steril, sering dipakai oleh
para pengguna narkoba suntikan, juga suntikan oleh petugas kesehatan
liar.

d. Penularan lewat kehamilan :


Jika ibu hamil yang dalam tubuhnya terinfeksi HIV , maka HIV
dapat menular ke janin yang dikandungnya melalui darah dengan melewati
plasenta. Risiko penularan Ibu hamil ke janin yang dikandungnya berkisar 20% -
40%. Risiko ini mungkin lebih besar kalau ibu telah menderita kesakitan AIDS
(full blown).

HIV tidak akan menular melalui bersalaman, berpelukan, berciuman, batuk, bersin,
memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, kamar
tidur, gigtan nyamuk, bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama, dan memakai
fasilitas umum misalnya kolam renang, toilet umum, sauna.

HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di
luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya
dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau
dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.

Gejala dan Tahapan Infeksi

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat
infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum
didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh.
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma
Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.

9
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,
berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,
merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang
diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi
tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.


Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat
menyebabkan berkembangnya AIDS. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit
AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih banyak dirusak oleh
Virus HIV.

Ketika manusia terkena Virus HIV belum tentu terkena AIDS. Untuk menjadi
AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi
AIDS yang mematikan. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV
dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang
bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan
AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

Ada beberapa tahapan ketika seseorang dikatakan terinfeksi HIV hingga terkena
AIDS. Tahapan-tahapan itu antara lain:
Tahap 1: Periode Jendela
a) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV
dalam darah
b) Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan

Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:


a) HIV berkembang biak dalam tubuh
b) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

10
c) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV
d) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)


a) Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar
limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya
tahan tubuhnya

Tahap 4: AIDS
a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

Cara Melindungi Diri Dari Penularan HIV/AIDS

Sampai saat ini belum ada jenis obat khusus untuk menyembuhkan orang yamg
terkena infeksi HIV/ AIDS. Hanya saja perkembangan virus ini dapat diperlambat.
Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat
memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan
tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS. Pengobatan dan perawatan yang ada
terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri
(VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-
saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi,
pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan
antiretroviral.

Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat
menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang
diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan
tubuh (immunodeficiency). Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan
infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara
memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh. Obat-obatan antiretroviral

11
memperlambat replikasi sel-sel, yaitu memperlambat penyebaran virus dalam
tubuh dengan cara mengganggu proses replikasi. Cara yang dilakukan antara lain
sebagai berikut :

a. Menghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)


HIV memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri.
Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara
mencegah proses pengembangbiakkan materi genetik virus tersebut.

b. Menghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)


Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim
reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja
dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.

c. Menghambat Protease (PI)


Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV
untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein
dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel
yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan
karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.

Setiap orang, khususnya remaja harus melindungi diri dari AIDS. Karena
kalau seorang remaja tertular HIV, maka keseluruhan cita-cita dan masa depan
remaja tersebut hancur lebur. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan
dengan cara ABC, ialah:

a. [A] : Abstinence) alias PUASA


Bagi remaja yang belum menikah. Jauhkan diri dari zina. Onani atau masturbasi,
merangsang diri sendiri sehingga puas (orgasmus) sebenarnya kurang baik.
Namun resikonya paling kecil. Jadi dalam keadaan yang benar-benar tidak kuasa
menahan diri dan tidak mampu berpuasa, onani dapat dijadikan jalan keluar. Asal
jangan menjadi kebiasaan. Jangan terlalu sering.

b. [B] : Be Faithful alias Setia Pasangan Hidup


Bagi mereka yang sudah menikah. Hanya bersenggama dengan pasangan setianya.
Sebagian besar satu suami dengan satu istri. Dalam keadaan khusus satu suami

12
dengan 2-4 istri, namun yang penting kesetiaan dari semua pihak, baik istri
maupun suami. Di sinipun, bila suami istri berpisah dalam waktu lama, onani
merupakan jalan keluar sementara yang paling tidak beresiko.

c. [C] Condom alias Kondom


Bagi mereka yang berada dalam keadaan-keadaan khusus, antara lain ialah para
suami atau remaja yang tidak kuat puasa atau setia (atau onani), dan masih
terdorong melakukan zina. Pemakaian kondom akan melindungi mereka dari
penularan PHS dan AIDS, dan melindungi istri atau pacar mereka dari penularan
penyakit. Bagi para pelacur, patut ditumbuhkan motivasi memakaikan kondom
pada pasangan kencan mereka. Dalam keadaan darurat, misalnya pasangan suami-
istri di mana salah satu menderita PHS, juga AIDS, pemakaian kondom amat
dianjurkan untuk mencegah pen ularan AIDS lebih lanjut kepada pasangannya.
Yang penting dalam pemakaian kondom ialah (sambil dipraktekkan) melindungi
keseluruhan penis dan dipakai sepanjang proses senggama untuk menghindari
sentuhan antara penis dan vagina.

Selain itu, perlindungan yang sangat penting ialah:


a) Hindari transfusi, dengan selalu berhati-hati. Bila terpaksa ditransfusi,
yakinkanbahwa darah yang ditransfusi adalah darah yang telah diperik
sa oleh unit Kesehatan Transfusi Darah (UKTD) PMI sebagai darah
bebas HIV (juga bebas hepatitis, malaria dan sifilis).
b) Hindari suntik-menyuntik. Sebagian besar obat sama atau lebih efektif
diminum daripada disuntikkan. Bila terpaksa disuntik, yakinkah jarum dan
tabung suntiknya baru dan belum dipakai untuk orang lain.
c) Berhati-hatilah dalam menolong orang luka dan berdarah. Gunakan
prosedur P3K yang baku dan aman.
d) Bila ada sesuatu tanda atau gejala yang meragukan, secepatnya periksa ke
dokter.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan mengenai penyakit HIV/AIDS


bahwa:
a. HIV merupakan sebuah virus berbahaya yang dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Selain itu, virus inilah yang menyebabkan AIDS.
b. AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penurunan kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain
yang mematikan.
c. Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui senggama, transfusi
darah, jarum suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain,
seperti ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoritis mungkin bisa terjadi,
namun resikonya sangat kecil.
d. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan dengan cara ABC, yaitu
Abstinence, Be faithful, Condom.

B. Saran

Sebagai insan yang yang berpendidikan sudah menjadi sebuah kewajiban untuk
berpartisipasi dalam memerangi HIV/ AIDS. Untuk memerangi hal itu dapat
dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk selalu menjaga diri agar terhindar dari
HIV/ AIDS.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://ramsaroza.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-hiv-human.html
http://luv-truelove.blogspot.com/2010/05/hiv-aids_09.html
http://pancarahmat.blogspot.com/2012/06/makalah-epidemologi-penyakit-
menular.html
Makalah Tentang HIV (Human Immunodeficiency Virus)

15
16

You might also like