You are on page 1of 16

STEP VII

REPORTING GENERALIZATION

LO 1 Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, dan Menjelaskan Macam


Pelayanan Kesehatan
Jenis pelayanan kesehatan adalah pelayanan publik yang mutlak
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar layak dalam kehidupan.
Jenis pelayanan kesehatan menurut UU NO 36 tahun 2009 tentang
kesehatan diantaranya adalah pelayanan kesehatan perorangan. Meliputi kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan yang lebih
mengutamakan kegiatan promosi kesehatan.
Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu penyakit.
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah suatu kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita sehingga dapat berfungsi kembali
dengan sesuai kemampuannya.
Menurut Pasal 1 ayat (1) UUPK, Praktik kedokteran adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam melaksanakan upaya
kesehatan. Tempat praktik dokter disebut sebagai sarana pelayanan kesehatan.
Sarana pelayanan kesehatan tersebut diantaranya:

a. Praktik Pribadi
Praktik perorangan/praktik mandiri adalah praktik swasta yang dilakukan
oleh dokter, baik umum maupun spesialis. Dokter mempunyai tempat praktik
yang diurusnya sendiri, dan biasanya memiliki jam praktik. Adakalanya dokter
dibantu oleh tenaga administrasi yang mengatur pasien, kadang juga dibantu oleh
perawat, ada juga yang benar-benar sendiri dalam memberikan pelayanan,
sehingga dokter tersebut menangani sendiri semua prosedur pelayanan kesehatan
yang diberikannya.

b. Praktik Bersama
Pratik bersama (klinik bersama) adalah tempat dokter umum dan dokter
spesialis melakukan praktik berkelompok dan biasanya dokter di klinik bersama
terdiri dari berbagai dokter yang memiliki keahlian berbeda (spesialisasi).

c. Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan
menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh
lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis
(Permenkes RI No.9, 2014) .
Jenis Klinik
1. Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter
umum. Berdasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha
ataupun perorangan.
2. Klinik Utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Spesialistik berarti
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang
dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis. Berdasarkan perijinannya klinik ini
hanya dapat dimiliki oleh badan usaha berupa CV, ataupun PT.

Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah:


Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar,
sementara pada klinik utama mencangkup pelayanan medis dasar dan
spesialis;
Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi, sementara pada
klinik utama pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis;
Layanan di dalam klinik utama mencangkup layanan rawat inap,
sementara pada klinik pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam hal
klinik berbentuk badan usaha;
Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau
dokter gigi, sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis
untuk masing-masing jenis pelayanan.

Adapun bentuk pelayanan klinik dapat berupa:


1) Rawat jalan;
2) Rawat inap;
3) One day care;
4) Home care;
5) Pelayanan 24 jam dalam 7 hari.

Perlu ditegaskan lagi bahwa klinik pratama yang menyelenggarakan


rawat inap, harus memiliki izin dalam bentuk badan usaha. Mengenai kepemilikan
klinik, dapat dimiliki secara perorangan ataupun badan usaha. Bagi klinik yang
menyelenggarakan rawat inap maka klinik tersebut harus menyediakan berbagai
fasilitas yang mencakup: (1) ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan; (2)
minimal 5 bed, maksimal 10 bed, dengan lama inap maksimal 5 hari; (3) tenaga
medis dan keperawatan sesuai jumlah dan kualifikasi; (4). dapur gizi dan (5)
pelayanan laboratorium klinik pratama (Permenkes RI No.9, 2014).

d. Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes No. 56 tahun 2014, Rumah Sakit dibagi menjadi
dua yakni Rumah Sakit Umum yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus yaitu
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit
atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit diatur pada UU No 44 tahun
2014 tentang Rumah Sakit dan Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang klasifikasi
rumah sakit. Rumah sakit umum dibagi menjadi 5 tipe/kelas yaitu A, B, C, D, dan
D Pratama.
a) Rumah Sakit Tipe A
Pelayanan yang diberikan berupa :
Kelompok pelayanan medis, meliputi 6 (enam) jenis pelayanan, yakni :
(1) pelayanan rawat jalan, (2) pelayanan rawat darurat, (3) pelayanan rawat inap,
(4) pelayanan bedah sentral, (5) pelayanan rawat intensif, dan (6) pelayanan
rehabilitasi medik.
Kelompok pelayanan penunjang medis, mencakup 3 (tiga) jenis pelayanan,
yakni : (1) pelayanan radiology dan imaging, (2) pelayanan laboratorium, dan (3)
pelayanan farmasi.
Kelompok penunjang non medik, mencakup 6 (enam) jenis pelayanan,
yakni (1) pelayanan gizi rumah sakit, (2) pelayanan pemulasaran jenazah, (3)
pelayanan binatu, (4) pelayanan pemeliharaan dan perbaikan sarana, (5) pelayanan
pelatihan dan pelatihan, dan (6) pelayanan sosial.
Dengan tenaga medis minimal terdiri dari 18 dokter umum, 4 dokter gigi umum, 3
dokter spesialis dasar, 3 dokter spesialis penunjang, 3 dokter spesialis lain, 1
dokter subspesialis, dan 1 dokter gigi spesialis.

b) Rumah Sakit Tipe B


Pelayanan medik yang diberikan sama dengan pelayanan medik rumah sakit tipe
A, hanya saja jumlah tenaga medis yang berbeda. Tenaga medisuntuk tipe B
minimal terdiri dari 12 dokter umum, 3 dokter gigi umum, 3 dokter spesialis
dasar, 2 dokter spesialis penunjang, 1 dokter spesialis lain,1 dokter subspesialis,
dan 1 dokter gigi spesialis.
c) Rumah Sakit Tipe C
Pelayanan medik yang diberikan masih sama hanya saja jumlah tenaga medis
yang berbeda. Tenaga medis untuk tipe C minimal terdiri dari 9 dokter umum, 2
dokter gigi umum, 2 dokter spesialis dasar, 1 dokter spesialis penunjang, dan 1
dokter gigi spesialis.

d) Rumah Sakit Tipe D Umum


Pelayanan medik yang diberikan pada tipe D lebih sedikit dibanding tipe yang lain
yaitu, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik umum, pelayanan spesialis
dasar, dan pelayanan spesialis penunjang. Tenaga medis minimal untu tipe D
adalah 4 dokter umum, 1 dokter gigi umum,dan 1 dokter spesialis.

e) Rumah Sakit Tipe D Pratama


Tipe D pratama diselenggarakan di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan
juga pada daerah kabupaten atau kota yang memang belum memiliki rumah sakit.
Yang mengawasi klinik pratama adalah gubernur atau bupati ataukepala dinas
kesehatan, dimana pengawas berhak untuk memberiperingatan tertulis dan juga
mencabut izin klinik jika didapati klinik tersebut melakukan pelanggaran.Rumah
Sakit Kelas D pratama minimal harus memiliki 4 (empat) orang dokter umumdan
1 (satu) orang dokter gigiyang mempunyai surat izinpraktik di rumah sakit
tersebut.

LO 2 Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, dan Menjelaskan Syarat


Pelayanan Kesehatan
1. Syarat klinik pratama (sarpras, perijinan dan ketenagaan)
a. Prasarana Klinik meliputi :
Instalasi sanitasi
Instalasi listrik
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat
inap, dan
sistem gas medis
sistem tata udara
sistem pencahayaan
prasarana lainnya sesuai kebutuhan
.
b. Perizinan meliputi :
Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan
izin operasional. Izin mendirikan sebagaimana dimaksud diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. Izin operasional sebagaimana
dimaksud diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus
melengkapi persyaratan. Syarat dari perizinan sendiri diatur dalam :
Pasal 25
- Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan
izin operasional.
- Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
- Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Pasal 26
Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus
melengkapi persyaratan :
- Identitas lengkap pemohon
- Salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali
untuk kepemilikan perorangan
- Salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain
yang disahkan oleh notaris, atau bukti surat kontrak minimal untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun
- Dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL
untuk Klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
- Profil Klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian,
lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian,
laboratorium, serta pelayanan yang diberikan
- Persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.
- Pada ayat (2) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6
(enam) bulan, dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan
apabila belum dapat memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1). (3) Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) habis dan pemohon tidak dapat memenuhi
persyaratan, maka pemohon harus mengajukan permohonan izin
mendirikan yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 27
Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara Klinik harus
memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.
- (2) Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian, dan laboratorium
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 24.
- (3) Persyaratan administrasi meliputi izin mendirikan dan
rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
- (4) Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.

Pasal 21 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


028/Menkes/ Per/I/2011 Tentang Klinik disebutkan :
(1) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat
izin dari pemerintah daerah kabupaten/ kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/ kota setempat.
(2) Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkann rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah klinik memenuhi
ketentuan persyaratan klinik dalam Peraturan ini.
(3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan: a) surat
rekomendasi dari dinas kesehatan setempat; b) salinan/fotokopi
pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan; c)
identitas lengkap pemohon; d) surat keterangan persetujuan lokasi
dari pemerintah daerah setempat; e) bukti hak kepemilikan atau
penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak
minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan; f) dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); g)
profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi
kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan
peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan h) persyaratan
administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Izin klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum
habis masa berlaku izinnya.
(5) Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam waktu 3 (tiga) bulan
sejak permohonan diterima harus menetapkan menerima atau
menolak permohonan izin atau permohonan perpanjangan izin.
(6) Permohonan yang tidak memenuhi syarat ditolak oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dengan memberikan alasan penolakannya
secara tertulis.

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


A. Tahap Pra-Konstruksi dan Konstruksi
a. Jenis dampak : kebisingan, polusi udara,
dan gangguan lalu lintas
b. Prameter yang dipantau : keluhan masyarakat
c. Cara pemantauan : dengan melakukan dengar
pendapat, keluhan dan tanggapan masyarakat
B. Tahap Operasi: Buangan Limbah Cair Medis dan Non Medis
a. Jenis dampak : pencemaran dan penurunan kualitas
air tanah dan sumur
b. Parameter yang dipantau : kualitas air tanah/sumur
penduduk sesuai SK Menkes no. 416/1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air
c. Cara pengujian kualitas air bersih: sampel dengan
mengambil sampel air bersih untuk diuji dilaboratorium
(setiap 6 bulan)

Persyaratan Surat Izin Klinik :


A. Persyaratan Umum
1. Surat permohonan
2. Fotokopi IMB, IG/HO
3. Daftar sarana alat dan obat-obatan
4. Profil klinik yang meliputi struktur organisasi kepengurusan,
tenaga ketenagaan, sarana prasarana dan peralatan serta
pelayanan yang diberikan
5. Fotokopi rekomendasi dokumen lingkungan
(UKL/UPL,SPPL)
6. Surat kerjasama pengelolaan limbah medis dengan institusi
yang telah mendapat izin dari Menteri Lingkungan Hidup

B. Persyaratan Khusus
1. Dokter penanggung jawab merupakan dokter umum ataupun
dokter gigi
2. Tenaga teknis kefarmasian
3. Tenaga administrasi/tenaga lain

c. Bangunan dan Ruangan diatur dalam :


Pasal 8
- Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak
bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
- (2) Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
- (3) Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

Berdasarkan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1295/Menkes/Per /XII/2007:
Pasal 10
Persyaratan Klinik Kedokteran :
a. Setiap dokter yang berpraktik di Klinik Kedokteran harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP)
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Bagi praktik yang dibuka 24 jam harus :
- Mempunyai dokter jaga yang setiap saat berada ditempat
- Mempunyai tenaga keperawatan minimal 3 (orang) orang yang
setiap saat berada ditempat.
c. Bangunan/ruangan sebagai berikut :
- Mempunyai bangunan fisik yang permanen dan tidak bergabung
dengan tempat tinggal.
- Mempunyai ruang pendaftaran/ruang tunggu, ruang konsultasi
kedokteran minimal 3x4 m2 dengan fasilitas tempat cuci tangan
dengan air yang mengalir, ruang administrasi, ruang emergency,
ruang tindakan, kamar mandi/WC dan ruang lainnya yang
memenuhi persyaratan kesehatan
- Ventilasi yang menjamin peredaran udara yang baik dilengkapi
dengan mekanis (AC, kipas angin, exhaust fan) dan penerangan
yang cukup.
- Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi
- Mempunyai sarana pembuangan limbah dan limbah harus dikelola
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Bangunan radiologi harus sesuai peraturan yang berlaku.

Persyaratan bagi Klinik Kedokteran Gigi


Klinik kedokteran gigi merupakan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kedokteran gigi yang dilaksanakan oleh
lebih dari satu orang dokter gigi, dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Dipimpin oleh seorang dokter gigi /dokter gigi spesialis yang
mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik sebagai
penanggung jawab pelayanan.
b. Masing-masing dokter gigi /dokter gigi spesialis mempunyai Surat
Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Bangunan/ruangan sebagai berikut :
- Mempunyai bangunan fisik yang permanen dan tidak bergabung
dengan tempat tinggal.
- Mempunyai ruang pendaftaran /ruang tunggu, ruang konsultasi
kedokteran gigi minimal 3x4 m2 dengan fasilitas tempat cuci
tangan dengan air yang mengalir,ruang administrasi, ruang
emergency, kamar mandi/WC dan ruang lainnya yang
memenuhi persyaratan kesehatan;
- Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi;
- Ventilasi yang menjamin peredaran udara yang baik dilengkapi
dengan mekanis (AC, kipas angin, exhaust fan) dan penerangan
yang cukup.
- Mempunyai sarana pembuangan limbah dan limbah harus
dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memiliki Peraturan Internal, Standar Prosedur Operasional dan
Peraturan Disiplin yang tidak bertentangan dengan Standar
Kompetensi, Standar Profesi dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
e. Memiliki izin fasilitas pelayanan kesehatan, izin penyelenggaraan
dan izin peralatan kedokteran sesuai dengan ketentuan peratuan
perundang-undangan yang berlaku
f. Memasang papan nama fasilitas pelayanan kesehatan dan daftar
nama dokter yang berpraktik di klinik tersebut.

LO 3 Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, dan Menjelaskan Macam


Layanan Klinik Pratama
Pelayanan yang diberikan pada Klinik Pratama adalah pelayanan medik
dasar. Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 6 tahun
2007, pelayanan medik dasar adalah pelayanan kesehatan individual yang
dilandasi ilmu klinik (clinical science), merupakan upaya kesehatan perorangan
yang meliputi aspek pencegahan primer (health promotion dan specific
protection), pencegahan sekunder meliputi deteksi dini dan pengobatan, serta
pembatasan cacat dan pencegahan tertier berupa rehabilitasi medik yang secara
maksimal dilakukan oleh dokter, dokter gigi termasuk dokter keluarga.
Dalam melakukan tugasnya dokter harus melakukan tindakan yang
mengutamakan keselamatan pasien yaitu Patient safety. Patient safety adalah
pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial psikologis, cacat, kematian)
terkait dengan pelayanan kesehatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem di
mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk:
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (DepKes, 2008).
Beberapa jenis pelyanan yang diberikan klinik pratama antara lain:

1. Home care
Home care adalah salah satu jenis perawatan jangka panjang yang
diberikan oleh tenaga profesional maupun non profesional yang telah
mendapatkan pelatihan, yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk
penyakit terminal.
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan perawatan
kesehatan di rumah (home care), diantaranya :
a. Adanya kasus-kasus penyakit terminal, dimana dianggap tidak
efektif dan tidak efisien lagi apabila pasien dirawat di institusi
pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang
secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapai kesembuhan.
b. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan
pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan
perawatan yang relatif lama. Misalnya pasien pasca stroke yang
mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan
rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama.
c. Banyak orang yang merasakan bahwa dirawat inap di institusi
pelayanan kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena
seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal karena
terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan pihak rumah sakit.
d. Lingkungan di rumah yang dirasakan lebih nyaman bagi sebagian
pasien
dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat
mempercepat
kesembuhan.

2. One day Care


One day care merupakan salah satu fasilitas yang ada di klinik pada
umumnya. Konsep utamanya adalah memberi pelayananan senyaman
dan seprima mungkin terhadap pasien walaupun hanya sehari yaitu 24
jam. Kriteria pasien-pasien yang bisa dirawat secara one day care
terbagi dua yaitu :
a. One day care untuk kasus bedah antara lain :
- Reposisi close fractur anak anak antara lain cruris,
antebrachii,humerus.
- Amputasi tipe satu jari
- Phymosis yang butuh sirkumsisi
- Cedera Otak Ringan
b. One day care untuk kasus non bedah :
- Asma Attack
- Gastritis
- GEA non dehidrasi atau ringan
- Psikosomatis
- Vertigo ringan
- Cefalgia

3. Rawat Jalan
Rawat jalan adalah pelayanan terhadap orang yang masuk rumah
sakit,
untuk keperluaan observasi diagnose, pengobatan, rehabilitasi medik
dan pelayanan kesehatan lainya tanpa tinggal diruang rawat inap. Jenis
pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum dapat dibedakan
atas 4 macam yaitu :
a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk
menangani pasien yang butuh pertolongan segera dan mendadak.
b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital
outpatient services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan
paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani
pasien-pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk
diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap
ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.
d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni
memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang
sama.

Pada bidang kedokteran gigi jenis pelayanan medik dasar yang dapat diberikan
antara lain:
1. Pelayanan darurat dasar (mengurangi rasa sakit)
2. Pembersihan karang gigi
3. Ekstraksi
4. Fissure sealent
5. Restorasi tumpatan
6. Perawatan saluran akar
7. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut
8. Menghilangkan traumatic oklusi
9. Pelayanan bedah minor (insisi abses, tumor kecil jinak)
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar (1995). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan
Depkes RI. 2008. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Jakarta: Depkes RI
Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
028/Menkes/Per/I/2011
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419
/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
Proposal pengajuan pembangunan klinik pratama Unsoed tahun 2014
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1295/Menkes/Per /XII/2007
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran
UU NO 36 tahun 2009 tentang kesehatan

You might also like