Professional Documents
Culture Documents
Penggunaannya :
1. Persiapan alat :
Ampul BCG
Pelarut
Gergaji Ampul
Semprit untuk BCG + jarum
Kapas lembab dan plastik
Efek samping :
1. Reaksi normal
Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm.Setelah 2 3
minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan
garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan
ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut
tengah 3-7 mm.
2. Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam, kadang juga
terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan
penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
3. Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin terjadi
lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau
kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
. Cara Mempersipakan Vaksin Campak
1. Cara melarutkan vaksin campak
Cek label flakon vaksin beberapa cc yang dibutuhkan.
Ambillah semprit 5 cc dan jarum oplos yang steril.
Semprit dan jarum hanya digunakan untuk oplos vaksin untuk menyuntik.
Buka ampul / plakon pelarut yang diperlukan.
Sedot pelarut kedalam semprit.
Bersihkan tutup plakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut dalam vaksin campak.
Kocoklah sampai vaksin benar benar telah bercampur.
Imunisasi polio merupakan vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari poliomyelitis
atau infeksi polio, kondisi yang dapat membahayakan dan mengancam nyawa penderitanya.
Setidaknya ada dua jenis imunisasi polio yang perlu Anda ketahui dan wajib diberikan kepada
anak. Pertama, OPV atau imunisasi polio oral yang merupakan poliovirus yang sudah
dilemahkan. Dan yang kedua adalah IPV atau imunisasi polio suntik yang menggunakan
poliovirus yang sudah dimatikan atau dinonaktifkan dan kemudian diberikan melalui suntikan.
IPV diberikan empat kali pada saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 hingga 18 bulan. Dosis
penguat atau booster diberikan saat usia diantara 4 hingga 6 tahun. Sedangkan OPV diberikan
sejak anak berusia 0-59 bulan. Bahkan, jika pada saat Pekan Imunisasi Nasional anak sudah
mendapatkan polio lengkap, anak tetap harus mendapatkan imunisasi polio oral atau tetes. Hal
ini berguna untuk membersihkan virus polio liar yang ada di dalam usus secara serempak.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
2.
Tujuan Khusus
a.
Tercapainya cakupan Imunisasi
dasar lengkap
(IDL)
pada bayi
sesuai target RPJMN.
b.
Tercapainya
Universal
Child Immunization
/UCI
(Prosentase
minimal
80%
bayi
yang mendapat IDL
disuatu desa/kelurahan)
di seluruh desa/kelurahan
- 34 -
c.
Tercapainya target Imunisasi
lanjutan
pada
anak umur di bawah
dua tahun (baduta)
dan
pada
anak
usia
sekolah
dasar
serta
Wanita Usia Subur (WUS).
d.
Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang
dapat dicegah dengan Imunisasi.
e.
Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang
akan berpergian ke daerah endemis penyakit tertentu.
f.
Terselenggaranya pemberian
Imunisasi
yang aman serta
pengelolaan limbah medis (
safety
injection
practise and waste
disposal management
).
C.
Kebijakan
Berbagai kebijakan telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan
penyelenggaraan Imunisasi yaitu:
1.
Penyelenggaraan
Imunisasi
dilaksanakan oleh pemerintah, swasta
dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan
antara pihak terkait.
2.
Mengupayakan pemerataan
jangkauan pelayanan Imunisasi
dengan
melibatkan berbagai sektor terkait.
3.
Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.
4.
Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui
perencanaan program dan anggaran terpadu.
D.
Strategi
1.
Peningkatan cakupan Imunisasi
program
yang tinggi dan merata
melalui:
a.
penguatan
PWS dengan
memetakan
wilayah berdasarkan
cakupan dan analisa masalah untuk menyusun kegiatan dalam
rangka mengatasi permasalahan setempat.
b.
menyiapkan
sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga
yang terampil, logistik (vaksin, alat suntik,
safety box
dan
cold
chain
terstandar), biaya dan sarana pelayanan.
c.
terjaganya kualitas dan mutu pelayanan.
d.
pendekatan keluarga sebagai upaya untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
Imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.