You are on page 1of 12

APRESIASI DAN KRITIK ARSITEKTUR

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

KARYA FAUZI
1103110001

DOSEN PEMBIMBING :
MUHAMMAD JONI, SE AK, ST ,MT

MATA KULIAH :
APRESIASI KRITIK DAN SARAN ARSITEKTUR

PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
ACEH
APRESIASI DALAM ARSITEKTUR

Kata apesiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation dengan penterjemahan sebagai
appraisement (penilaian harga), generous esteem (penghargaan yang sangat tinggi), a
symphatetic literary essay (karya tulis yang penuh perhatian), increase in value (peningkatan
nilai). Secara umum, apresiasi diterjemahkan sebagai penilaian atau penghargaan terhadap
sesuatu. Jadi apresiasi arsitektur berarti : penilaian atau penghargaan terhadap arsitektur. Untuk
dapat menilai dan menghargai arsitektur, tentunya perlu modal pengetahuan yang tidak
sederhana. Ketidak sederhanaan pengetahuan ini setara dengan kerumitan yang melekat pada
arsitektur itu sendiri. Selain ilmu, seseorang yang berapresiasi dengan arsitektur membutuhkan
alat, yaitu segenap indera yang dimiliki dan paling memungkinkan untuk digunakan dalam
menilai atau menghargai arsitektur.
Indera manusia yang berhubungan dengan arsitektur terbagi menjadi berbagai kelompok,
yaitu indera pelihat, pendengar, pencium dan peraba. Dengan penglihatan dapat dirasakan nuansa
ruang dan dinamisitas bentuk arsitektur, pendengaran dan penciuman turut serta memperkuat ke-
khasan arsitektur, sedangkan perabaan selain memperjelas ketajaman tekstur juga untuk
merasakan suhu dan kelembaban tertentu. Menikmati arsitektur tidak hanya dapat dilakukan
dengan melihat gambar-gambar saja, namun perlu diserap ke dalam segenap budi dan daya tubuh
hingga muncul berbagai apresiasi. Karena menyangkut budi daya manusia itulah maka sebuah
karya arsitektur harus dapat diapresiasi unsur estetikanya.
Estetika merupakan salah satu faktor penting dalam perwujudan arsitektur yang telah
diteliti oleh berbagai filsuf selama berabad-abad. Perdebatan mengenai estetika berkenaan dengan
rasa akan keindahan. Sesuatu yang estetis juga memiliki konteks tertentu berkaitan dengan sudut
pandang orang yang berapresiasi. Pandangan estetik dari masyarakat dalam lingkungan tropis
tentu akan berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah dengan iklim 4 musim. Pandangan
estetik dari masyarakat agraris juga akan berbeda dengan masyarakat industrialis. Setiap konteks
memiliki cara tertentu dalam menampilkan estetika dan menrealisasikannya ke dalam sebuah
karya. Karya realis yang paling mudah dirasakan adalah fenomena yang menyangkut bentuk.
Bentuk arsitektur dipahami sebagai wujud dari sebuah fenomena penciptaan tempat bagi
manusia untuk berbudaya. Bentuk merupakan gubahan hasil pemikiran manusia dalam mengelola
bahan alam sehingga menghasilkan perwujudan yang khas. Masyarakat primordial menggubah
gua-gua alam menjadi tempat yang layak ditinggali. Masyarakat vernakular menggubah elemen
alam dengan kesederhanaannya agar dapat digunakan sebagai pelingung kegiatan manusia,
masyarakat tradisional memberi sentuhan adat dan budaya dari unsur alam dengan segala
kebijakannya. Masyarakat modern melakukan inovasi teknologi untuk dapat mendayagunakan
unsur alam menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam dunia modern yang kita alami sekarang,
faktor industri telah mempengaruhi penciptaan karya arsitektur dengan segala keterukurannya.
Berkembangnya keterukuran bentuk dari pengetahuan bangsa Yunani menghasilkan ilmu
geometri yang berpengaruh besar bagi modernisasi.
Geometri adalah perayaan kemenangan manusia dalam menguasai bentuk. Segala
rumusan dan keteraturan dapat dicari hingga menciptakan ketetapan yang mempermudah
kegiatan manusia dalam berarsitektur. Degan adanya geometri, sebuah bentuk dapat dihitung
hingga menghasilkan perwujudan yang dapat dipertanggung jawabkan secara struktural.
Perhitungan struktur ini menyebabkan perkembangan teknologi yang menginovasi penciptaan
bentuk arsitektur secara lebih radikal, baik dari skala dan bentangannya. Teknologi inilah yang
membuat arsitektur pada saat ini tidak pernah terlepas dari logika struktur dan konstruksi, bahkan
aktualisasi perpaduan antara struktur/konstruksi dan keindahan dalam bentuk tektonik menjadi
sebuah pembahasan tersendiri yang cukup menarik.
Tektonika merupakan hasil budaya manusia dalam memahami arsitektur dan
memadukannya dengan teknologi struktur dan konstruksi. Hunian bagi manusia diawali dengan
memanfaatkan potensi alam dari gua-gua di pegunungan, kemudian perkembangan
pengetahuannya menyebabkan manusia membuat tempat tinggal dengan dari bahan kayu maupun
tanah. Semakin berkembangnya pengetahuan manusia menyebabkan budaya yang menyentuh
elemen hunian dengan unsur estetika. Berbagai teknik sambungan konstruksi dan bentuk struktur
ditemukan hingga memperkaya kazhanah arsitektur di dunia. Terciptalah bentuk-bentuk arsitektur
dengan keanekaragamannya. Bentuk tersebut mewujudkan pernaungan yang bukan hanya sekedar
layak untuk ditinggali, namun lebih dari itu juga mampu meningkatkan harkat kehidupan manusia
dalam berbudaya. Bentuk-bentuk tersebut telah memberi manusia tempat dalam melakukan
kehidupan sehari-hari yang disebut dengan ruang.
Ruang adalah materi yang dapat berpadu dengan kegiatan manusia. Materi yang tidak
dapat berpadu disebut sebagai batas ruang (enclosure). Setiap ruang yang dibuat akan memiliki
karakteristik tertentu. Budaya manusia telah menetapkan ruang dalam penggolongan dan
pemahamannya sendiri. Ruang bagi masyarakat empat musim dipandang sebagai sebuah
kekosongan yang diciptakan tersendiri agar manusia dapat beraktifitas tanpa terganggu ganasnya
alam. Ruang bagi masyarakat dua musim merupakan pengejawantahan rasa syukur dan lebur
dengan alam semesta. Kebudayaan telah membawa manusia memahami ruang dengan pikir dan
rasa yang tinggi, bahkan kebudayan tersebut telah menciptakan arti tersendiri dari arsitektur yang
dipahami dengan keberadaan makna.
Makna arsitektur dicari dalam proses perancangan dan diungkapkan dalam pembicaraan
yang penuh perhatian. Perhatian ini secara khusus terlingkup dalam paham fenomenologi, di
mana sebuah proses perancangan dibawa kepada ekspresi murni yang menggambarkan arti
konsep esensi dan formula yang mengaturnya. Esensi membuat arsitektur dapat dikenali dalam
intuisi yang berhubungan dengan akar murni dalam realisme pembuktian diri yang asli.
Aktualisasinya dengan cara membuat kembali dan kembali kepada basis. Paham
fenomenologi ternyata bukanlah satu-satunya tolok ukur dalam menilai kebenaran arsitektur.
Beberapa paham lain juga perlu dipelajari agar apresiasi dapat berjalan secara obyektif. Paham-
paham tersebut dalam sejarah telah mengisi berbagai pemikiran dunia tentang arsitektur yang
terdefinisikan melaui ebrbagai filsafat.
Filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan kuno yang telah dikembangkan sejak
beberapa abad sebelum masehi. Banyak filsuf menghasilkan pemikiran-pemikiran yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, termasuk di dalam arsitektur. Sejak awal
perkembangannya pemahaman tentang arsitektur dipengaruhi filsafat tradisional barat, kemudian
dalam era modern muncul filsafat-filsafat baru yang cukup deras. Paham rasionalis
mempengaruhi cara pandang terhadap arsitektur agar dapat terwujud dengan logika. Paham
empiris merupakan pemikiran yang mengarahkan arsitektur agar dapat terwujud dari keberhasilan
kegiatan percobaan. Paham strukturalis berusaha mencari kembali makna kehadiran arsitektur
sebagai sebuah sistem. Paham pragmatis menetapkan bahwa arsitektur selayaknya dibuat
berdasarkan model. Paham fenomenologi memandang pengalaman sebagai aspek penting dalam
berarsitektur. Paham intuitif melihat pentingnya rasa dari seorang arsitek dalam mewujudkan
karya. Setiap paham memiliki sudut pandang tersendiri dalam menilai dan mewujudkan
arsitektur. Paham-pahm tersebut berguna sebagai pegangan dalam menilai karya arsitektur baik
dariperwujudannya maupun konsepnya. Perwujudan merupakan aspek teraga (tangibe), sedagkan
konsep merupakan aspek yang tidak teraga (intangible).
Aspek tangible dan intangible telah mewarnai perwujudan arsitektur berdasarkan sudut
pandang yang digunakan oleh arsitek. Seseorang yang ingin berapresiasi dengan karya arsitek
tertentu selayaknya menempatkan diri dalam sudut pandang yang sama dengan arsitektnya.
Seorang arsitek yang menghasilkan karya dengan aspek tangible dalam sudut pandang struktural
tentu tidak akan dapat diapresiasi oleh seseorang dengan penilaian intangible yang berada dalam
sudut pandang eksotisme. Seseorang yang selalu berapresiasi dengan penilaian intangible dalam
sudut pandang paradoksial (perlawanan azas) juga tidak akan pernah dapat melakukan apresiasi
secara tepat pada karya arsitektur yang menggunakan aspek tangible olah geometri. Demikianlah
pentingnya sudut pandang sebagai konteks yang harus dipegang secara bersama antara karya
arsitektur dan orang yang berapresiasi dengannya. Setiap orag memiliki pemikiran tersndiri dalam
menilai yang dipengaruhi oleh pandangan-pandangan tertentu. Segenap pandangan manusia
terjabarkan dalam permasalahan yang menyakngkut persepsi.
Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari lingkungan. Persepsi
dari sebuah apresiasi arsitektur tidak hanya terpengaruh indera manusia, namun juga penafsiran
pengalamnnya (the interpretation of experience). Ketika seseorang berapresiasi dengan arsitektur,
maka secara psikologis terjadi sebuah stimulus (rangsangan). Individu menjadi sadar akan adanya
stimuli melalui sel saraf reseptor (indera). Jika sejumlah penginderaan dikoordinasikan dalam
pusat saraf yang lebih tinggi (otak) maka manusia bisa mengenali dan berapresiasi dengan sebuah
obyek arsitektur. Dalam proses pemikiran yang lebih lanjut individu akan mencari hubungan
obyek dengan suatu gejala atau peristiwa. Seseorang yang berapresiasi dengan hasil karya arsitek
perlu untuk memiliki persepsi yang sama dari hasil pembelajaran pengalaman-pegalaman
manusia. Keselarasan persepsi itulah yang akan menjadi tolok ukur keberhasilan desain
arsitektur. Jika persepsi tidak selaras, maka bisa dimungkinkan tujuan desain akan berbeda
dengan segala sesuatu yang dialami oleh penguna. Untuk menilai pengalaman perseptual dan
berbagai fenomena arsitektur lainnya perlu dilakukan pembelajaran melalui evaluasi karya
arsitektur yang telah digunakan.
Evaluasi terhadap karya arsitektur yang telah dipakai biasa disebut dengan post
occupancy evaluation (evaluasi pasca huni). Kegiatan ini didefinisikan sebagai pengujian
efektifitas sebuah lingkungan binaan bagi kebutuhan manusia. Pengujian dalam evaluasi pasca
huni diarahkan pada penilaian terhadap efektifitas arsitekturnya sendiri maupun efektifitas
program dan tujuan dirancangnya arsitektur etrhadap kebutuhan pengguna. Kegiatan yang
menyangkut evaluasi pasca huni dapat berupa eksperimen, studi lapangan, studi teoritis dan
penelitian aplikatif.

1. pengertian apresiasi menurut para ahli


Kata apesiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation dengan penterjemahan sebagai
appraisement (penilaian harga).
Menurut Generous Esteem apresiasi merupakan penghargaan yang sangat tinggi
Menurut A Symphatetic Literary Essay apresiasi merupakan karya tulis yang
penuh perhatian
Menurut Increase In Value apresiasi merupakan peningkatan nilai.

Secara umum, apresiasi diterjemahkan sebagai penilaian atau penghargaan terhadap


sesuatu. Jadi apresiasi arsitektur berarti : penilaian atau penghargaan terhadap arsitektur. Untuk
dapat menilai dan menghargai arsitektur, tentunya perlu modal pengetahuan yang tidak
sederhana. Ketidak sederhanaan pengetahuan ini setara dengan kerumitan yang melekat pada
arsitektur itu sendiri. Selain ilmu, seseorang yang berapresiasi dengan arsitektur membutuhkan
alat, yaitu segenap indera yang dimiliki dan paling memungkinkan untuk digunakan dalam
menilai atau menghargai arsitektur

2. pengertian kritik menurut para ahli

Menurut Wayne Attoe (Architecture and Critical Imagination) Bentuk yang paling dikenal
dari sebuah kritik adalah komentar dan penilaian dalam koran, majalah dan profesional
jurnal. Selain itu sejarahwan juga merupakan salah satu bentuk dari kritik, kritik mereka
cenderung memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi di masa lampau atau menunjukan
kejadian mana dimasa lalu yang layak untuk diberikan perhatian. Ketika sejarahwan
memberitahukan untuk lebih selektif dalam memperhatikan dan memberitahukan apa
makna dari salah satu peristiwa penting, mereka lebih menjadi penerjemah dibanding
documenter. Bentuk lain dari kritik yang berkaitan dengan arsitektur salah satunya ialah
pengajar di akademi yang membahas tentang kritik desain

3. pengertian arsitektur menurut para ahli

Menurut Vitruvius: Bangunan yang baik harus memiliki tiga aspek yaitu keindahan/estetika
(Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan/fungsi (Utilitas).
Menurut Brinckmann: Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk. Arsitektur adalah
penciptaan ruang dan bentuk.

Menurut Djauhari Sumintardja: Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun manusia untuk
kepentingan badannya (melindungi diri dari gangguan) dan kepentingan jiwanya (kenyamanan,
ketenangan, dll).

Menurut Benjamin Handler: Arsitek adalah seniman struktur yang menggunakan struktur secara
estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu sendiri.

Menurut Banhart CL. Dan Jess Stein: Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan
termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk
bangunan; proses membangun; bangunan dan kumpulan bangunan.

Menurut Van Romondt : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang
berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau juga ruang yang
terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-lain

Menurut JB. Mangunwijaya (1992) : Arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya) yang berarti
ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara,
harsya, yana)

Menurut Amos Rappoport (1981 ) : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih
dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur
kehidupan sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur
Menurut Francis DK Ching (1979) : Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan
ruang, bentuk, teknik dan fungsi

Arsitektur adalah seni dalam merancang bangunan yang mampu mewadahi manusia dan bisa
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi manusia itu sendiri.

Contoh apresiasi dan kritik arsitektur pada bangunan Opera House di Guangzhou

Location: Guangzhou, Guangdong province, People's Republic of China


Client: Gluangzhou Municipal Government
Architect: Zaha Hadid
Facade engineering: KGE Engineering (Zhuhai, China)
Structural engineers: SHTK (Shanghai, China); Guangzhou Pearl River Foreign Investment Architectural
Designing Institute
Construction management: Guangzhou Construction Engineering Supervision Co. Ltd. (Guangzhou,
China)
Size: 70 000 m2
Costs: 220 milion $
Year: 2003-2010

Seperti kerikil dalam aliran dihaluskan oleh erosi, Guangzhou Opera House berdiri dalam
harmoni yang sempurna dengan lokasi di tepi sungai. The Opera House adalah jantung dari
perkembangan kebudayaan Guangzhou. Desain batu kembarnya yang unik meningkatkan nilai kota
dengan cara menghadapkannya ke Sungai Pearl, menyatukan bangunan budaya yang berdekatan dengan
menara keuangan internasional di Zhujiang kota baru Guangzhou. Auditorium 1.800 kursi dari Opera
House merupakan teknologi akustik yang sangat terbaru, dan ruang multifungsi 400 kursi yang lenih
kecil dirancang untuk pertunjukan seni, opera, dan konser. Desain berkembang dari konsep
pemandangan alam dan interaksi yang menarik antara arsitektur dan alam; terlibat dengan prinsip-prinsip
erosi, geologi, dan topografi. Desain Guangzhou Opera House sangat dipengaruhi oleh lembah-lembah
sungai dan cara mereka diubah oleh erosi. Lipat baris dalam lanskap ini menentukan wilayah dan zona
dalam Opera House, memotong ngarai dramatis interior dan eksterior untuk sirkulasi, lobi dan kafe, dan
memungkinkan cahaya alami untuk menembus jauh ke dalam gedung. Transisi halus antara unsur-unsur
yang berbeda dan tingkat yang berbeda melanjutkan analogi lanskap ini. Cetakan khusus glass-fibre
reinforced gypsum (GFRC) telah digunakan untuk interior auditorium untuk melanjutkan bahasa
arsitektur fluiditas dan kelembutan.

Contoh apresiasi dan kritik arsitektur pada bangunan taman mini Indonesia indah di jakarka
timur

Sejarah dari Museum Taman Akuarium Air Tawar TMII (Taman Mini Indonesia Indah) dibangun
sejak tahun 1992 dan diresmikan pada tanggal 20 april 1994 . Taman Akuarium ini merupakan taman
biota air tawar terbesar dan terlengkap ke dua di dunia serta terbesar di asia. Menyimpan 6.000 ekor 126
spesies, terdiri atas beragam jenis, baik dari berbagai perairan indonesia maupun belahan dunia lain,
meliputi tanaman air, reptilia, crustacea, dan ikan. Taman akuarium ini dilengkapi museum,
perpustakaan, auditorium, akuarium nusantara, pojok reptilia, lorong gurame, dan ruang karantina yang
dibangun di bagian belakang untuk pengembangbiakan koleksi dan menampung hasil dari petani yang
dapat diperjualbelikan kepada pengunjung, masyarakat umum, penampung ikan, dan eksportir.
Taman akuarium juga membuka kesempatan bagi para mahasiswa dan masyarakat umum untuk
melakukan penelitian dan observasi berkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan peluang bisnis
ikan hias. Beberapa koleksi istimewa yang berasal dari air tawar asli indonesia antara lain arwana/siluk
(scleropages formosus), hiu gergaji (pristis microdon), tapah (wallago leerii), ikan sumpit, ikan buntal
yang dapat menggelembung seperti balon, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga koleksi jenis ikan tamu
yang mempesona antara lain arapaima (arapaima gigas), piranha (serrasaimus) dari sungai Amazon di
Amerika, ikan buta, ikan kupu-kupu, ikan chinese high fin (myxocyprinus asiaticus asiaticus) dari sungai
yangtze-Cina, serta kelompok ikan kecil guppy, molly, dan platy.

Bangunan ini menempati area tanah seluas 5.500 m2 dilengkapi dengan 21 akuarium dinding dan
50 lebih akuarium lepas. Taman Akuarium Air Tawar merupakan salah satu bangunan kebanggaan
bangsa Indonesia yang di bangun di kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Cipayung ,
Jakarta Timur. Bangunan ini mempunyai Tema Indonesia dan Dunia Air Tawar, fakta lain mengenai
bangunan ini adalah merupakan aquarium terbesar kedua di dunia. Terlihat segar dan sangat indah semua
itu di karenakan bangunan ini didominasi oleh warna hijau. Terletak di atas danau buatan yang
menambah keeksotisan bangunan tersebut.

Gambar Tampak Depan Museum Akuarium Air Tawar yang di ambil dari seberang danau yang
berada tepat di depan bangunan akuarium air tawar tersebut. Terlihat sangat indah dan kokoh dari
bangunan nya tersebut walaupun bangunan ini sudah lama berdiri pada tahun 1992.
Dari gambar ini bisa terlihat fasad bangunan yang di cat finishing dengan menggunakan warna-
warna yang berani dan mencolok, gunanya untuk menarik minat pengunjung dari dewasa maupun anak-
anak agar tertarik untuk berkunjung ke dalam museum Akuarium Air Tawar.

Dari gambar di atas ini memperlihatkan struktur atap bagian dalam bangunan museum akuarium
air tawar. Bangunan Taman Aquarium Air Tawar terdiri atas dua lantai seluas 5.500 m2.
Selain itu, TAAT juga dilengkapi dengan ruang karantina untuk menampung dan merawat ikan-
ikan yng sakit. Ruang karantina teresebut juga digunakan untuk pengembangbiakan ikan dan perternakan
pakan alami. Di tempat ini, pengunjung akan mendapat informasi tambahan tentang membudidayakan
ikan.

Benar adanya jika tempat ini dikatakan sebagai museum. Karena tempat ini memiliki koleksi
yang beragam dan dilengkapi fasilitas yang mendukung kegiatan di tempat ini. Pada TAAT terdapat
museum sebagai tempat piranti penunjang peraga ikan-ikan air tawar. Di sini, pengunjung bisa melihat
morfologi ikan secara mendetail dalam bentuk poster dan miniatur ikan.
Pada TAAT terdapat fasilitas penunjang, seperti auditorium sebagai ruang serbaguna dan tempat
pemutaran film dokumenter. Adanya perputakaan sebagai pusat informasi mengenai biota air tawar yang
membantu kita untuk lebih memahami akan koleksi yang ada.

Selain itu TAAT juga dijadikan salah satu tempat penelitian dan observasi oleh para peneliti.
Banyak dari kalangan akademisi yang melakukan penelitian di tempat ini. Baik untuk tugas perkuliahan,
tugas akhir, skripsi dan sebagainya.

Untuk menunjang sarana tersebut, TAAT menyediakan wahana konsultasi penyelesaian skripsi
dan laporan penelitian dengan bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang
mengakomodasi penelitian yang berhubungan dengan biota hayati air tawar. Dengan konsep wahana ini,
TAAT juga sekaligus dapat menjadi pangkalan data tentang biologi dan keanekaragaman biota air tawar

You might also like