You are on page 1of 28

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Neurologi, Kondisi Dan Terapi Untuk Pasien Dengan
Perawatan Kritis

Di Susun Oleh: Kelompok 4

Dhaniar Y 14641411

Nindar O 14631455

Arta Gilang 14631460

Muhaimin 14631462

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantar
impuls saraf ke sususnan saraf pusar, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk
memberi tanggapan rasangan. Dan neuron adalah unit terkecil dari sistem saraf pusat.
Penyakit saraf merupakan salah satu penyakit yang paling diwaspadai apalagi dengan
gejala-gejalanya yang sangat cepat. Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang dapat
menyerang sistem saraf manusia, yaitu sakit kepala, tumor otak, meningitis, aneurisma
otak, Parkinson dll.
Sistem persarafan pada manusia bukan hanya bertanggung jawab terhadap pengaturan
sistem-sistem tubuh yang lain dan kapasitas adaptif, tetapi juga berkenaan dengan aspek-
aspek kesadaran diri berperasaan dan bertindak.

Integritas atau keutuhan individu tercapai apabila tersedia informasi yang adekuat.
Apabila informasi tidak lengkap atau menyimpan karena kondisi lingkungan atau
kerusakan sistem perseptual sensoris, maka kemampuan untuk melakukan respon yang
adaptif dan tepat menjadi berubah. Apabila terjadi trauma atau penyakit yang mengenai
sistem persarafan, sebagian dari potensial adaptif seseorang hilang dan kemampuan untuk
berfungsi normal menjadi terganggu.

Respon yang tepat tergantung dari keutuhan jalan (pathways) yang menghubungkan
sistem input dan mekanisme output. Ekspresi normal seseorang yang juga dialati oleh
sistem persarafan dapat terganggu atau terpengaruh oleh aspek emosi, psikologis ataupun
gejala-gejala non spesifik seperti nyeri dan sebagainya. Gangguan dapat terjadi pada
setiap saat sepanjang input-output kontinum mengganggu kemampuan individu untuk
bertindak/berespon dalam mempertahankan kehidupan dan keutuhannya. Beberapa
macam gangguan yang muncul pada sistem neurologis membutuhkan perawatan yang
ketat dan intensif. Sebab dari beberapa kondisi dapat menimbulkan resiko kematian.

Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuh harus dipahami dan
dialami oleh setiap perawat untuk akan pengetahuan dan terampil dalam
pengiriman,arahan,atau konseling,pasien dalam penggunaan berbagai terapi. Hal ini
mencakup pemahaman kesehatan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan ?
2. Bagaimanakah kondisi medis neurologis yang membutuhkan perawatan kritis?
3. Bagaimanakah terapi untuk pasien yang membutuhkan perawatan neurologis kritis ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca maupun mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami :
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan ?
2. Kondisi medis neurologis yang membutuhkan perawatan kritis?
3. Terapi untuk pasien yang membutuhkan perawatan neurologis kritis ?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Anatomi-Fisiologi Sistem Persarafan

1. Sistem saraf
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada
tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.

2. Fungsi saraf
Fungsi saraf adalah sebagai berikut :

a) Menerima rangsangan (oleh indera)


b) Meneruskan impuls saraf ke sistem saraf pusat (oleh saraf sensorik)
c) Mengolah rangsangan untuk menentukan tanggapan (oleh sistem saraf pusat)
d) Meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke efektor (oleh saraf
motorik).
3. Sel Saraf
- Neuron
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke
akson.

b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus
yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput
mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat
jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann
yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk
neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut
neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang
tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier
dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
4. Susunan Saraf Manusia
a. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan
regulasi pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua
organ utama yang menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak
dan sumsum tulang belakang. Otak manusia merupakan organ vital
yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak. Sementara itu, sumsum
tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan
sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu membran
yang melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan
meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu
piameter, arachnoid, dan durameter. Piameter merupakan lapisan
membran yang paling dalam. Lapisan ini berhubungan langsung
dengan otak atau sumsum tulang belakang. Pada piameter banyak
terkandung pembuluh darah. Arachnoid merupakan lapisan yang berada
di antara piameter dan durameter. Adapun durameter adalah lapisan
membran yang paling luar. Durameter berhubungan langsung dengan
tulang. Pada daerah di antara piameter dan arachnoid, terdapat rongga
yang berisi cairan serebrospinal. Cairan ini berfungsi melindungi otak
atau sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan.

Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:


a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem
saraf pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara
piamater dan duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak.
Daerah di antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut
cairan serebrospinal. Dengan adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan
terhadap goncangan dan benturan dengan kranium. Kadangkala
seseorang mengalami infeksi pada lapisan meninges, baik pada
cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.

1) Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total
otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar
1,kilogram dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di
otak dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan
neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai
pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak
seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam
(lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan)
dinamakan girus. Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan
12 pasang saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak
yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak
depan, otak tengah, dan otak belakang (Gambar 9.10). Para ahli mempercayai
bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian
yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah
laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi
dalam penciuman (Campbell, et al, 2006: 578)

Gambar 9.10 Bagian-bagian dari otak manusia.

a) Otak depan

Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
Otak besar merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari
volume seluruh bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting
dalam penerjemahan informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga,
dan bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan
(hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan (Gambar 9.11). Setiap
belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.
Gambar 9.11 Otak besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer
otak kanan.

Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri,
serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni
atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian
kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan
bahasa atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak,
terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus
callosum. Talamus mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi
menuju otak besar. Talamus memilih data menjadi beberapa kategori,
misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan
suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu talamus
menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.

Hipotalamus mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan


berbagai macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh,
tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga
dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh
obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain.
Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi
sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti
siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian
yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat
banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan
kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang
mudah kita amati dari model torso.

Gambar 9.12 Pembagian fungsi otak yang berada dibelahan (hemisfer) otak besar.

Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap


informasiyang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.

a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.


b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan
dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia (Gambar 9.12).

b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil
pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada
otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata.
Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol
pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami
penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan
neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons
varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot.
Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak
sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas.
Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti
proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan
posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di
bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui jaringan saraf yang disebut
pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang menghubungkan antara otak
dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata. Medula
oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan
penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula
oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata
sering disebut sebagai sumsum lanjutan.

Gambar 9.13 Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata

Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur


sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan
dalam pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil
seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya
yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang
masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma
yang berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata
membentuk unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).

2) Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari


sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-
ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher,
hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera
ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan
bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota
gerak bawah (kaki).

Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem


saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang
atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari
dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi sumsum
tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7
pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen
koxigeus

Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.

Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk
bagian belakang torax atau dada.
Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk
daerah lumbal atau pinggang.
Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk
os sakrum (tulang kelangkang).
Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk
tulang koksigeus (tulang tungging)

b. Sistem saraf Perifer

Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak
sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang
belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot,
misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas
serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan
dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara
kerjanya, yaitu sebagai berikut.

1) Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita.
Ketika Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang
mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot
kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang
keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang
belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal
tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang
saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.

a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini


merupakansaraf sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf
tersebut merupakan saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf
tersebut merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik.
Agar lebih memahami tentang jenis-jenis saraf kranial.

2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)

Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di
bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut
jantung, perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran
keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak
dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi
hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus

dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh


yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan
pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom
ini dibedakan menjadi dua.

a) Sistem Saraf Simpatik

Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf


ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada
beberapa yang malah menghambat kerja organ tubuh. Fungsi
memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar
pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang
menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan,
menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.

b) Sistem Saraf Parasimpatik

Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika


dibandingkan dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki
fungsi, antara lain menghambat detak jantung, memperkecil pupil
mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan,
merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni.
Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan
keadaan yang normal.
BAB 3

KONDISI MEDIS NEUROLOGIS YANG MEMBUTUHKAN PERAWATAN KRITIS

1. Sindrome Guillain-Barre (GBS)


Penyebab
Sindrom ini merupakan kelainan paralitikyang sangat jarang namun berkembang
secara cepat dari sistem saraf perifer. Disebabkan oleh respon imun terhadap antigen
infeksi yang menimbulkan reaksi inflamasi.
Tanda dan gejala klinis
Kelemahan motorik khususnya pada ekstremitas bawah,nyeri panggul,punggung.
Hilangnya fungsi motorik bisa terjadi selama 2 sampai 3 minggu
Prognosis
Selama fase akut pasien harus tetap dirawat di lingkungan perawatan kritis.
Manajemen medis berfokus pada pencegahan komplikasi dan menyokong fungsi
tubuh. Penggunaan steroid seperti decadron atau metilprenidsolon bisa membantu
karena efek anti inflamasinya. Steroid juga melindungi membran saraf dari kerusakan
lebih jauh dan membantu proses penyembuhan. Pemberian imunoglobulin juga
menguntungkan sebagai pengobatan modalitas.

2. Status Epileptikus (SE)


Penyebab
Kelainan neurologis seperti trauma,epilepsi,ketidakseimbangan elektrolit,hipoksia,
dan tumor otak dapat mengarah ke kejang, yang mana terjadi pelepasan listrik
abnormal dan berulang pada otak. SE didiagnosis ketika kejang tidak reda setelah
pngobatan. Kejang berulang ini terjadi sangat sering dan berulang hingga fungsi otak
tidak bisa kembali normal selama serangan.

Tanda dan gejala khusus


Kejang umumnya bisa grandmal (tonik-klonik) dengan hilangnya kesadaran dan
kejang ritmik. Kejang parsial bisa disertai gangguankesadaran simpel ataupun
kompleks.
Intrerpretasi hasil tes
Elektroensepalogram(EEG) bisa mendeteksi keberadaan aktifitas kejang.
EKG untuk memonitor adanya disritmia dan gagal jantung
Prognosis
Kejang berulang bisa dicegah dan dikendalikan dengan terapi pengobatan. Kadang
kala, tindakan bedah dilakukan untuk menghilangkansumber kejang di otak jika
masalah sulit ditangani secara medis. Dampak kejang dapat berkurang 75%
pascaoperasi.

3. Kecelakaan serebrovaskular (CVA)


Penyebab
Stroke adalah suatu bentuk kerusakan neurologis yang disebabkan oleh sumbatan atau
interupsi darah ke otak. Ada 2 jenis stroke yaitu iskemik dan hemoragik.
Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan yang menyumbat pembuluh
darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah ke otak.
Tanda dan gejala khusus
Gejala yang ditimbulkan meliputi hemiparesis,afasia,dan hemianopsia. Manajemen
medis pada stroke iskemik meliputi penanganan komplikasi seperti odema atau
kejang.terapi yang diberikan berupa pemberian trombolitik yang bekerja mengurai
fibrin dalam gumpalan darah. Penanganan modalitas lain meliputi endaeterektomi
karotis,embolektomi, atau angioplasti. Medikasi seperti steroid ,barbiturat, dan
antihipertensi.
Prognosis
Derajat pemulihan beragam menurut tingkat keperahan stroke yang diderita.
Kerusakan residual seperti paralisis dan kesulitan bicara bisa mengurangi kualitas dan
gaya hidup pasien.

4. Stroke Hemoragik
Penyebab
Rnam hingga tujuh persen kejadian CVA terjadi akibat SAH atau perdarahan
subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecahnya aneurisma otak atau AVM
(malformasi anteriovenosa). Hipertensi, merokok, alcohol, dan stimulant adalah faktor
risiko dari penyakit ini. SAH bias berakibat pada koma atau kematian. Pada
aneurisma otak, dinding pemuluh darah melemah yang bias terjadi congenital atau
akibat cidera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri.
AVM adalah massa berupa pembuluh darah arteri dan vena yang saling berikatan
sehingga menjadi terhubung dan memintaskan darah dari sirkulasi otaknormla dari
arteri ke vena dan menjadi jalan pintas dari system kapiler. AVM pada umumnya
congenital dan bias ditemukan pada saluran gastrointestinal, saraf tulang, ginjal, dan
system integument. Di kulit, ini terlihat seperti noda kecil. AVM disuplai dari
induknya berupa satu atau lebih arteri otak. Induk ini semakin melebar, membesar
dan cenderung untuk ppecah. AVM juga menjadi penyebab dari iskemia kronik dan
atrofi otak oleh karena aliran darah yang abnormal yang mana diarahkan menjauh dari
sirkulasi normal.

Tanda dan Gejala Khusus


AVM yang tidak pecah bias jadi hanya memunculkan gejala sakit kepala, pusing,
sampai sinkop.
Dengan SAH, pasien mungkin mengalami apa yang disebut sebagai
peringatan kebocoran, sampai onset tiba-tiba dari sakit kepala, dan muntah selama
berminggu-minggu sebelum mengalami SAH mayor. Dengan adanya peringatan
tersebut sejumlah kecil darah keluar dari aneurismma otak ke dalam ruang
subaraknoid. Darah ini mengiritasi meninges menyebabkan sakit kepala,, kaku leher,
dan fotofobia. Bagaimanapun juga, pasien biasanya tidak memeriksakan diri dan
menganggap gejala terseebut sementara dan tidak parah.

Interpretasi Hasil Tes


Diagnose penyebab SAH, yaitu aneurisma, atau AVM,dibuat berdasarkan tes CAT
scan, keluhan pasien, dan pungsi lumbal. CAT scan akan mendeteksi perdarahan atau
gumpalan di ruang subaraknoid yang mana MRI tidak bias melakukannya. Jika dan
hanya jika, CAT scan negative maka spinal tap akan dilakukan untuk mengukur
hitung sel darah merah pada cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal bias jadi
terlihat berdarah setelah terjadi SAH dan hitung sel darah merah lebih dari 1000 mm.
Setelah didiagnosa, angiogram serebral diindikasikan untuk mengidentifikasi
penyebab SAH. Tindakan bedah bias dilakukan untuk mengendalikan perdarahan.
Keputusan pembedahan tergantung pada ukuran dan lokasi sumber masalah, yang
bias berada sangat dalam di struktur otak yang mana upaya pengendalian bias
menimbulkan deficit neurologi yang lebih parah. Usia pasien, kondisi keseluruhan
dan riwayat cedera dan perdarahan sebelumnya, dipertimbangkan sebelum
memutuskan apakah akan dilakukan opreasi atau tidak. Jika dilakukan operasi,
kraniotomidilakukan untuk mengekspos dan melokalisasi area aneurisma atau AVM.
Jika permasalahannya adalah aneurisma, klip bedah ditempatkan pada leer
atau batangnya guna mengisolasi dan mengeliminasi, serta menghilangkan seluruh
area yang lemah. Pembedahan dianjurkan dilakukan dalam periode 4 jam setelah
pecah. Pasien SAH tingkat 1 atau 2 berdasarkan kategori Hunt and Hess
Classification System of Subarachnoid Hemorrhage memiliki hasil pasca operasi
yang lebih baik dibandingkan derajat yang lebih serius. Deskripsi dari Hunt and Hess
Classification System of Subarachnoid Hemorrhage dijelaskan sebagai berikut

5. Tumor Otak
Penyebab
Ini adalah pertumbuhan abnormal yang terjadi di otak baik diberupa lesi metastatic
atau jinak. Penyebab yang memicu pertumbuhannya belum diketahui dengan jelas.
Jenis tumor otak yang paling umum diidentifikasi sebagai glioblastoma multiformis.
Astrositoma daan meningioma dikategorikan setelah glioblastoma.

Tanda dan Gejala Khusus


Jika massa otak besar, papiledema akan bias Nampak saat pengkajian dalam 70-75
kasus tumor otak dikarenakan peningkatan tekanan intracranial akibat tumor yang
menekan saraf optic. Sakit kepala hebat dan kebutaan bias berkembang dengan cepat
jika tekanan tidak tertangani.

Interpretasi Hasil Tes


Biasanya diagnosis dilakukan menggunakan CAT scan.

Prognosis
Glioblastoma sebaca klinis sayngat agresif dengan tingkat bertahan hidup sangat
jarang dan tidak lebih dari 2 tahun.
Lesi ootak yang jinak biasanya dihilangkan dengan sukses lewat pembedahan. Tumor
otak yang invasive tidak bias dihilangkan 100% lewat kraniotomi. Bagaimanapun,
pembedahan akan mengurangi massa tumor, yang akan mereduksi tekanan pada
struktur sekitarnya dan memperlambat proses pertumbuhan tumor.
Radiasi bias digunakan untuk menanganni tumor pada batang otak, thalamus, dan
hipotalamus dibandingkan pembedahan, karena apabila tindakan bedah dilakukan
pada area yang sulit dijangkau seperti ini, deficit neurologis berat bias terjadi. Tujuan
dari terapi radiasi adalah untuk memperlambat atau menghilangkan pertumbuhan sel
tumor tanpa merusak jaringan otak yang normal.
Radiasi stereotoksik adalah suatu proses dimana kateter yang menampung radioaktif
diimplaantasikan ke dalam bantalan tumor sebagai bentuk bedah radiasi
(radiosurgery). Penempatan kateter intracranial dilakukan di ruang operasi dan pasien
dirawat sehari semalam di unit perawatan intensif. Hari berikutnya, radiasi non ion
dosis tinggi tunggal atau implantasi benih radionuklida, diarahkan dengan Gamma
Knife ke lesi otak yang berukuran kecil. Gamma knife adalah sinar foton energy tinggi
eksternal yang diarahkan dari akselerator linier.
Bedah radiasi dilakukan di bawah anestesi local dan tanpa insisi bedah. Dengan
demikian, ini menjadi perawatan alternative untuk lansia, pasien yang lemah
kondisinya, dan pasien yang menolak dilakukan pengangkatan bedah mikro.
Steroid, bagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, digunakan pra dan
pascaoperasi untuk mengeliminir edema otak yang ditimbulkan oleh tumor otak.
Tampaknya, hipertermia regional menjadi salah satu hal yang di pertimbangkan
dalam menanganan untuk menghancurkan sel tumor otak. Daerah bagian dalam tumor
otak kebanyakan bersifat hipoksik, memiliki Ph asam dan sedikit darah, membuatnya
ultrasensitive terhadap hipertermia.

6. Aneurisma Otak
Penyebab
Aneurisma, biasanya berbentuk seperti kantong kecil buah beri yang terlokalisir,
merupskan dilatasi abnormal arteri akibatnya lemahnya dinding pembuluh darah.

Tanda dan Gejala Khusus


Pasien mungkin mengeluh beberapa gejala spesifik seperti kaku kuduk, sakit kepala,
muntah, fotofobia, nyeri di belakang mata dengan pupil yang berdilatasi, dan ptosis di
area tersebut. Bagaimanapun juga, mungkin mengalami KOlapstak responsif secara
tiba-tiba, yang mana dalam kasus seperti ini kesuksesan intervensi bedah
dipertanyaakan.
Interpretasi Hasil Tes
Aneurisma bias diidentifikasi lewat CAT scan jika ada onset tiba-tiba dari gejala.

Prognosis
Perbaikan secara pembedahan aneurisma otak melalui klip bedah dapat berhasil jika
riwayat pecahnya aneurisma pasien bisa diidentifikasi dan dikejar. Cangkok pintas
menggantikan segmen yang mengalami aneurisma.
7. Trauma Kepala
Penyebab
Bisa disebabkan karena trauma yang kuat atau benda tumpul, terpenetrasi atau cidera
karena peluru. Kondisi ini bisa terjadi pada luka tembak, luka pukulan, tongkat,
kecelakaan motor.

Tanda dan Gejala Khusus


Temuan kajian menunjukkan kebocoran CSF berupa otorhea atau rhinorrhea dan
ekimosis pada prosesus mastoideus serta mata rakun.

8. Konkusio
Penyebab
Cedera otak dengan kehilangan kesadaran yang berlangsung selama beberapa detik
hingga 1 jam.

Tanda dan Gejala


Penderita mungkin mengalami kebingungan, iritabilitas, disorientasi dan beberapa
saat amnesia pascatrauma. Pasien mungkin mengeluhkan sakit kepala, kelelahan,
pusing, ketidakmampuan untuk konsentrasi, dan gangguan ingatan.

Interpretasi Hasil Tes


Diagnosis digerakkan berdasarkan pada gejala; durasi waktu hilangnya kesadaran,
jika terjadi; sifat dari cedera dan CAT Scan

Prognosis
Pasien hanya dirawat dirumah sakit untuk observasi selama periode 24 jam dengan
instruksi pulang untuk segera mencari pertolongan apabila gejala pascakonkusio
menetap atau bertambah buruk.

9. Kontusio
Penyebab
Pasien mengalami lebam pada otak dengan sedikit perdarahan parenkim superfisial
yang sebagian besar terjadi di area temporal.

Tanda dan Gejala Khusus


Kontusio bisa bertambah ukurannya dan derajat keparahannya beberapa hari setelah
cedera yang diiringi dengan perdarahan dan edema otak yang terjadi, menimbulkan
perburukan gejala peningkatan tekanan intrakranial.

Interpretasi Hasil Tes


Diagnosis dibuat dari CAT scan, gejala yang muncul, dan pemeriksaan fisik dan
neurologis.

Prognosis
Area perdarahan yang lebih luas memerlukan intervensi bedah untuk mengurangi ICP
dan edema otak, serta untuk mengevakuasi hematoma.
BAB 4

TERAPI PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN NEUROLOGIS KRITIS

Obat-obatan untuk Mempertahankan Tekanan Darah


Obat Cara Kerja Obat Kegunaan
Natrium ni- Antihipertensi bekerja Menurunkan TD. Berguna untuk me-nurunkan
troprusida, langsung pada sel otot TD dengan cepat selama krisis hipertensi. juga
N itropress, halus pembuluh darah digunakan untuk menghasilkan hipotensi
Nipride untuk menghasilkan terkontrol selama anestesi untuk mengurangi
va-sodilatasi perifer. perdarahan. Monitor lab enzim dan gunakan
dengan hati-hati pada pasien ' dengan
gangguan hati

Hidralazin Antihipertensi meme- Menurunkan tekanan darah


(Apresoline) ngaruhi langsung otot
halus vaskular dan me-
nyebabkan vasodilatasi

Propranolo Penghambat beta Menurunkan tekanan darah


(Inderal) antihipertensi

Obat yang umum digunakan pada pasien dengan gangguan saraf


Obat Kerja Obat Kegunaan Tindakan Pencegahaan
Fenitoin Mengganggu kejang Tidak kompatibel dengan
(Dilantin) transmisi ion semua cairan kecuali NSS.
untuk mencegah Monitor adanya Niat untuk
kejang bunuh diri pada pasien.
Amati hipersensitivitas
seperti demam, ruam kulit,
pembengkakan limfenodi
bisa. menyebabkan gagal
girrjal, nekrosis hepar
rhabdornyolosis. yang mana
sernuanya bisa berakibat
fatal. Monitor TIV dan EKG
terus-menerus selama
pernberian secara I Monitor
CBC untuk adanya
agranulosltosi dan anemia
aplastik. Monitor albumin se
rum dan enzim hepar
sebefum den sesudah terapi
setidaknya sebulan sekali
Furosemid Diuretik loop Mengurangi edema Bisa menyebabkan
(Lasix) nonos-motik otak dan menge- hipoklemia. Monitor kadar
luarkan kelebihan kalium serum selama
Na dan H20 dari memasukan obat, Monitor
area edema dan tekanan darah untuk adanya
neuron yang hipotensi akibat penurunan
cedera. Digunakan volume cairan. Ada risiko
sebagai usaha peningkatan toksisitas
untuk menurunkan digitotsin jika secara
ICP bersamaan mendapatkan
terapi digoksin. Kaji
pendengaran: bisa
menyebabkan ototoksisitas
dengan dosis IV tinggi

Manitol Cairan kristaloid Terapi lini pertama Harus memasang indwelling


(Osmitrol) hi-pertonis. untuk mengurangi kateter untuk mernonitor
Mengurangi ICP setelah cedera cairan yang keluar.
viskositas darah, otak. Digunakan pada trauma awal
me-ningkatkan bersamaan dengan kristaloid
Mu-an darah otak IV untuk mem iki
dan metabolisme hipovolemia. Ekspansi
oksigen. volume bisa terjadi
Mengurangi sementara. Monitor TTV,
diameter arteri UA, dan tekanan PA sebelum
serebral. dan setiap jam selama
Pemberian. Amati tanda
kelebihan cairan misainya
peningkatan CVP, bunyi
dengkuran, dan dispnea.
Amati tanda dehidrasi seperti
membran mukosa clan kulit
kering, CVP Tendaft dan
turgor kulit tidak elastis.

Pentobarbital Menginduksi Membantu Bergantung total pada


(Nembutal) koma barbiturat mengurangi ICP perawat untuk membantu
dan mengurangi karena respirasi dan sirkulasi.
Tiopental ICP. Terapt lini memperlambat Memerlukan ventilasi
(Sodium kedua jika metode metabolisme Otak mekanis untuk oksigenasi,
Pentothal) sedasi lain tidak yang juga bantu TD dengan
bisa menurunkan penggunaan terapi
mengendalikan kebutuhan otak vasopressor seperti dopamin
sikap gelisah atau akan oksigen dan don Levophed biasanya
meningkatnya glukosa. dengan kateter uteri;
ICR juga memerlukan monitor tekanan
digunakan PA yang dikurangi secara
sebagai anti bertahap. Monitor DVT, PE,
konvulsan pneumonia, dan infeksi.
Jangan keliru dengan
fenobarbital.

Propolot Anestesi urnum. Sedasi untuk pasien Amati tanda bradikardi dan
(Diprivan) Sedatif untuk dengan ventilasi hipotensi. Monitor TTV akan
kontrol kejang mekanis adanya depresi pernapasan;
setelah jika berlangsung tebih dari 60
penggunaan menit bisa mengarah pada
benzodiazepin apnea. Harus tersedia
tidak berhasil peralatan intubasi jika pasien
tidak memakai ventilator.
Monitor tanda asidosis
metabolik, hiperkalemia, dan
rhabdomyolosis, serta gagal
ginjal, jantung, dan hepar.
Ganti kateter IV setiap 12
jam di ICU akibat potensial
tumbuhnya bakteri pada
selang dan vial. Gunakan
vena yang besar pada lengan
karena sensasi seperti
tersengat dan panas bisa
muncul di lokasi
administrasi. Jangan
diberikan jika larutannya
terpisah; seharusnya
berwarna putih susu dan tak
tembus cahaya

Diazepam Sedatif. Kejang mengurangi Sediakan bantuan pernapasan


. (Valium) Menekan CNS gelisah pada pasien jika pemberiannya lewat IV.
dengan yang mengalami Monitor TTV secara berkala.
Lorazepam melepaskan pe-ningkatan ICP Gunakan dengan hati-hati
(Ativan) neurotransmiter atau mencoba pada pasien dengan gagal
inhibitor. Juga mencopot ventilasi ginjal berat. Bisa mengarah
meningkatkan rnekanis pada ketergantungan fisik
relaksasi otot dan psikis jika digunakan
skeletal dengan jangka panjang. Bisa
mengurangi bertambah parah dengan
aktivitas jalur flumazenil.
aferen spinal

Obat-obatan yang Digunakan untuk Menangani Penderita Stroke


Obat Cara kerja Obat Kegunaan
Nimodipin (Nimotop) Penghambat kanal kalsium Meningkatkan defisit
(calcium channel blacker) neurologis akibat spasme
yang menembus sawar darah setelah terjadi perdarahan
otak dan bekerja sebagai subaraknoid. Juga digunakan
vasodilator perifer potensial. untuk menangani sakit kepala
Berikatan dengan jaringan otak migrain dan kejang iskemik.
dan memiliki kelarutan yang Berikan dengan hati-hati
tinggi dalam lemak. pada pasien dengan gang-
guan hati.
Labetalol (Nor- Efek penghambat beta (beta- Menurunkan tekanan darah.
modyne dan Mocker). Menurunkan tekanan Ambil nadi apik sebelum
Trandate) darah lewat vasodilasi, pemberian dan tahan
menurunkan tahanan perifer pemberian jika < 60.TTV
awal dan evaluasi
laboratorium atas fungsi hati
dan ginjal. Monitor adanya
ruam kulit, edema, dan
takikardia. Kaki rasa pusing
dan hipotensi

Naloxone (Narcan) Antagonis narkotik yang Membalikkan keadaan


berefek keba-likan dari oplat depresi pernapasan dan CNS.
Digunakan pada overdosis
narkotik atau ketika sumber
depresi pernapasan tidak
diketahui
Adderall XR Amfetamin yang berfungsi Menstimulasi pernapasan dan
sebagai neurotransmiter CNS dengan bekerja
eksitatori utama di otak. langsung pada korteks otak
Meningkatkan pelepasan do- dan RAS. Akibatnya terjadi
pamin dan norepineprin peningkatan aktivitas
sinaptik di otak. Melepaskan motorik, rasa lelah
norepineprin dari ujung akhir berkurang, peningkatan
saraf suasana hati, dan peningkatan
kesadarandar kewaspadaan.
Berguna untuk menangani
narkolepsi
BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem persarafan bekerja sebagai sistem elektrik dan konduksi yang bekerja mengatur
dan mengendalikan semua kegiatan tubuh.Sistem Persarafan dapat terganggu atau
terpengaruh oleh aspek emosi, psikologis, ataupun gejala-gejala non spesifik seperti
nyeri dan sebagainya.Konsep asuhan keperawatan dari gangguan neurologis terdiri dari 5
tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks. Beberapa
gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas hidup sehari-hari
bahkan berbahaya.Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses
keperawatan yang sangat menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.

B. Saran
Diharapkan pada mahasiswa keperawatan dapat memahami makalah ini dan menambah
wawasan dengan cara membaca lebih banyak lagi tentang gangguan neurologi.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca B Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Penerbit Salemba

Stilwell, Susan B. 2002. Pedoman Keperawatan Kritis, Ed 3. Jakarta: EGC

Terry et all. 2011. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

You might also like