You are on page 1of 3

APENDISITIS

1. Pengertian

Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4


inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap
infeksi. Appendisitis adalah peradangan pada apendiks (usus buntu). Apendisitis
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apndisitis pada waktu yang bersamaan
dalam hidup mereka. Pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita dan remaja lebih
sering pada orang dewasa. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapapun, paling sering
terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun


terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi
yang terjadi pada lumen apendiks yang biasanya disebabkan karena danya timbunan
tinja yang keras, penyakit cacing, tumor primer pada dinding apendiks. Faktor resiko
yang mempengaruhi terjadinya apendisitis dibedakan menjadi empat faktor, yaitu faktor
biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Faktor
biologi diantaranya usia, jenis kelamin, ras sedangkan untuk faktor lingkungan terjadi
akibat obstruksi lumen akibat infeksi bakteri, virus, parasit, cacing, benda asing dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Faktor pelayanan kesehatan juga menjadi resiko
apendisitis baik dilihat dari pelayanan kesehatan yng diberikan layanan kesehatan baik
dari fasilitas maupun non-fasilitas, selain itu faktor perilaku seperti asupan rendah serat
yang dapat mempengaruhi defekasi yang menyebabkan obstruksi lumen sehingga
menjadi resiko apendisitis yang lebih tinggi ( Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

3. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat,


kemungkinan oleh massa yang keras dari feses, tumor atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intratraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, terlokasisasi di kuadran kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus (Smeltzer &
Bare, 2002).
4. Manifestasi Klinis

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan. nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney (kuadran kanan bawah).
Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai. Tanda rosving dapat timbul dengan melakukan
palpasi pada area kuadran bawah kiri yangsecara paradoksial menyebabkan nyeri yang
terasa dikuadran kanan bawah kiri. Apabila apendiks telah ruptur nyeri menjadi
menyebar (Smeltzer & Bare, 2002).

5. Evaluasi diagnostik

Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes laboratorium dan sinar-x.
Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningktn jumlah darah putih.
Jumlah leukosir mungkin lebih besar dari 10.000mm3 dan pemeriksaan ultrasound dapat
menunjukkan densitas kuadran kanan bawah (Smeltzer & Bare, 2002).

6. Penatalaksaaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik


dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan risiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah (Smeltzer & Bare, 2002).

7. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang


menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens
lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24jam setelah
awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi,
penampilan toksik dan nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer & Bare, 2002).

8. Intervensi Keperawatan

Tujuan keperawatan mencakup menghilangkan nyeri, mencegah kekurangan volume


cairang, mengurangi ansietas, menghilangkan infeksi karena potensial atau gangguan
aktual saluran gastrointestinal dan mendapatkan nutrisi yang optimum.

Pada praoperatif, perawat menyiapkan pasien untuk pembedahan. Infus intravena


digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan mengganti cairan yang hilang.
Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu. Terapi antibiotik dapat
diberikan untuk mencegah infeksi.
Pada pascaoperatif, pasien ditempatkan pada posisi semifowler. Posisi ini
mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen, yang membantu mengurangi
nyeri. Opioid, biasanya sulfat morfin diberikan untuk menghilangkan nyeri. Cairan
peroral biasanya diberikan bila mereka dapat mentoleransi. Pasien dapat mengalami
dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena. Makanan dapat
diberikan sesuai keinginan pada hari pembedahan bila dapat ditoleransi (Smeltzer &
Bare, 2002).
Apabila apendektomi tidak mengalami komplikasi, pasien dapat dipulangkan
pada hari itu juga bila suhu dalam batas normal dan area operatif terasa nyaman.
Penyuluhan saat pulang untuk pasien dan keluarga sangat penting. Pasien
diinstrusikan untuk membuat janji untuk menemui ahli bedah yang akan
mengangkat jahitan antara hari ke lima atau hari ketujuh. Perawatan insisi dan
pedoman aktivitas didiskusikan. Aktivitas normal biasanya dapat dilakukan dalam
2-4 minggu. Pasien dan keluarga dapat diajarkan untuk merawat luka dan
melakukan penggantian balutan sesuai program. Perawat kesehatan di rumah
mungkin diperlukan untuk membnatu perawatan ini dan memantau pasien terhadap
adanya komplikasi dan penyembuhan luka (Smeltzer & Bare, 2002).

You might also like