You are on page 1of 30

BAB III

PERALATAN APP

3.1 Meter Listrik

3.1.1 Meter Analog

KWh meter adalah alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk menghitung

besar pemakaian daya konsumen. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi

medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakkan piringan yang

terbuat dari aluminium. Putaran piringan tersebut akan menggerakkan counter

digit sebagai tampilan jumlah KWh nya.

Gambar 3.1 KWh Meter Analog


(Sumber : Buku Pengukuran Listrik Udiklat Pandaan 2006)

Ditinjau dari segi cara bekerjanya maka pengukur ini memakai prinsip azas

induksi atau azas Ferraris. Dan pada umumnya alat pengukur ini digunakan untuk

mengukur daya listrik arus bolak balik.

Pada alat ini dipasang sebuah cakeram alumunium (Alumunium Disc) yang

dapat berputar pada sebuah kutub magnit listrik (Electromagnet). Magnit listrik

ini diperkuat oleh kumparan tegangan dan kumparan arus. Dengan

17
18

adanya kuat medan magnit yang berubah-ubah maka pada cakeram

alumunium ditimbulkan suatu arus bolak-balik, yang menyebabkan cakeram tadi

mulai berputar dan menggerakkan pesawat hitungnya.

kWh meter mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus faktor kerja,

kali waktu yang tertentu (UI Cos t) yang bekerja padanya selama jangka waktu

tertentu tersebut. Hal ini berdasarkan bekerjanya induksi megnetis oleh medan

magnit yang dibangkitkan oleh arus melalui kumparan arus terhadap disc (piring

putar) kWh meter, dimana induksi megnetis ini berpotongan dengan induksi

mgnetis yang dibangkitkan oleh arus melewati kumparan tegangan terhadap disc

yang sama.

Koppel putar dapat dibangkitkan terhadap disc karena induksi magnetis

kedua medan magnit tersebut diatas bergeser fasa sebesar 900 satu terhadap

lainnya (azas Ferrari). Hal ini dimungkinkan dengan konstruksi kumparan

tegangan dibuat dalam jumlah besar gulungan sehingga dapat dianggap

inductance murni.

(a) (b)

Gambar 3.2 (a) Prinsip Meter penunjuk Energi Listrik. (b)Arus-arus


Eddy pada Piringan
(Sumber : Buku Teori Dasar KWh Meter Udiklat Pandaan 2006)
19

Terdapat dua kumparan yang saling menghasilkan induksi (). Induksi 1

(1) ditimbulkan oleh arus I mengalir di kumparan Arus dan besarnya

penyimpangan sudut tergantung oleh beban. Induksi 2 (2) ditimbulkan oleh arus

yang mengalir di kumparan Tegangan dan arus tersebut lagging 900 terhadap

tegangannya dikarenakan kumparan induksi murni.

Sin = Cos

2
Gambar 3.3 Arah Induksi Kumparan Arus dan Tegangan
(Sumber : Buku Teori Dasar KWh Meter Udiklat Pandaan 2006)

Dengan mengambil persamaan moment alat ukur type induksi :

T = KW 1. 2 Sin .(3.1)

V
Karena 1 sebanding dengan arus (I) dan 2 sebanding dengan , serta
W

Sin=Cos . Sehingga persamaan (3.1) menjadi

V
TD = W.I. Cos = V.I. Cos (3.2)
W

Dengan demikian, maka terhadap piringan logam terdapat momen gerak TD yang

berbanding lurus terhadap daya beban. Apabila karena pengaruh momen TD

Piring logam berputar dengan kecepatan n, maka sambil berputar piringan

tersebut memotong garis garis fluksi magnet m (akibat adanya magnit


20

permanen) sehingga menyebabkan terjadinya arus arus putar (Arus Foucault)

didalam piringan logam yang berbanding lurus terhadap n m.

Arus arus putar yang terjadi pada piringan logam D akibat adanya 1, 2 dan

m seperti dalam gambar (b)

Arus arus putar yang memotong garis garis fluksi m menyebabkan piringan

logam mengalami momen redaman TD yang berbanding lurus dengan n. m2.

Sehingga apabila TD dalam keadaan setimbang dengan momen rendaman Td

dapat dituliskan

Kd. V.I. Cos = Km.n. m2 ...........................................................................(3.3)

atau dapat juga dituliskan sebagai berikut


n= . V I Cos .(3.4)
2

Kd, Km = konstanta

Sehingga didapat kecepatan n dari piringan logam adalah berbanding lurus dengan

V.I.Cos , maka jumlah putaran piringan untuk jangka waktu tertentu sebanding

dengan energi yang diukur pada jangka waktu tersebut. Kemudian untuk

mendapat angka hasil pengukuran dari piringan tadi harus ditransformasikan lagi

ke alat register.

Bagian-bagian KWh meter :

1. Register atau pencatat berfungsi untuk mencatat atau menghitung energi

yang terpakai oleh pelanggan.

2. Kumparan tegangan berfungsi untuk membangkitkan fluks tegangan.

3. Kumparan arus berfungsi untuk membangkitkan fluks arus.


21

4. Magnet permanen berfumgsi sebagai pengereman dan menahan putaran

ikutan dari piringan alumunium.

5. Piringan alumunium adalah sebagai tempat integrasi fluks tegangan dan

fluks arus serta terjadinya arus foucault sehingga timbul momen putar

pada piringan.

6. Kotak terminal yaitu sebagai tempat penyambungan kabel.

3.1.2 Meter Elektronik

Meter elektronik adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur energi

listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan. Layar LCD biasanya digunakan untuk

tampilan layar pada meter elektronik, yang menampilkan diantaranya jumlah

energi yang terpakai, beban maksimum pemakaian, energi reaktif, dan lain-lain.

Fungsi utama meter elektronik adalah dapat mengirimkan data hasil pembacaan

dari jarak jauh pada waktu yang telah diatur atau pada saat administrator

membutuhkan data tersebut, menggunakan koneksi yang telah ditentukan

sebelumnya. Meter elektronik harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum

didistribusikan kepada pelanggan.

Meter elektronik yang digunakan di PLN berdasarkan edaran direksi PT

PLN (Persero) No. 027.E/012/DIR/2004 tentang fitur dan protokol kWh Meter

Elektronik terbagi atas tiga kelas akurasi meter elektronik, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggan TT (daya > 30 MVA) : kelas akurasi 0,2.

2. Pelanggan TM (daya >200 kVA) : kelas akurasi 0,5.


22

3. Pelanggan TM (daya, 200 kVA) : kelas akurasi 1,0 atau lebih baik.

Beberapa fitur atau keutamaan meter elektronik adalah sebagai berikut:

1. Mengkukur beberapa parameter listrik.

2. Mengukur daya/energi di empat kuadran aktif dan reaktif.

3. Mengukur kVA Max Demand serta mencatat waktu dan tanggal

kejadiannya.

4. Merekam data hasil pengukuran antara lain energi aktif (kWh), energi

reaktif (kVARh), besaran arus (A), tegangan (V), faktor daya (Cos Phi)

dengan interval waktu 15, 30, 45, dan 60 menit atau sesuai dengan kebutuhan

(programmable).

5. Desain dan arsitektur yang lebih baik dan efisien.

6. Dapat dibaca atau diprogram secara remote ataupun local.

Gambar 3.4 Fitur Pengukuran Meter Elektronik


(Sumber : Jurnal Meter Elektronik Jajang Surya 2008)
23

Gambar 3.5 Kuadran Pengukuran


(Sumber : Jurnal Meter Elektronik Jajang Surya 2008)

Pada kuadran 1: jika energi aktif (kWh) bernilai positif dan energi reaktif
Meter
(kVARh) bernilai positif, maka kondisi pemakaian listrik normal.

Pada kuadran 2 : jika energi aktif (kWh) bernilai negatif dan energi reaktif

(kVARh) bernilai positif, maka kondisi beban terbalik / sifat beban induktif.

Pada kuadran 3 : jika energi aktif (kWh) bernilai negatif dan energi reaktif

(kVARh) bernilai negatif, maka kondisi beban terbalik / sifat beban kapasitif.

Pada kuadran 4 : jika energi aktif (kWh) bernilai positif dan energi reaktif

(kVARh) bernilai negatif, maka kondisi beban kapasitif.

Meter elektronik bekerja berdasarkan prinsip elektronis. Sinyal arus dan tegangan

diteruskan ke sinyal prosesor modul, meliputi modul-modul :

a. Transformer modul

b. Power supply modul

c. Analog to digital modul


24

d. Register processor modul

e. Display modul

f. Mass memory modul

g. Input / output modul

h. Communication modul

Prinsip kerja kWh Meter digital dikontrol oleh sebuah mikrokontroler

dengan tipe AVR90S8515 dan menggunakan sebuah sensor digital tipe ADE7757

yang berfungsi untuk membaca tegangan dan arus serta untuk mengetahui besar

energi yang digunakan. Yaitu besaran arus maupun tegangan perfasa diubah

senilai dengan level sinyal oleh sensor arus dan tegangan, selanjutnya arus dan

tegangan analog perfasa diubah menjadi sinyal digital dan nantinya akan diproses

untuk mendapatkan besaran seperti arus, tegangan, daya aktif, daya reaktif, dan

faktor daya. Selanjutnya nilai besaran tersebut dapat disimpan dalam memory

yang ada dalam kWh Elektronik tersebut. Kemudian data pemakaian akan

ditampilkan pada LCD dot metric.

3.2 Trafo Arus (CT)

Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk

mentransformasi besaran arus pada instalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT,

dan TM) yang berskala besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan

teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.

Penggunaan CT untuk pengukuran (Metering) dan untuk proteksi (Relai)

dibedakan pada kelas dari CT tersebut. Terminal Sekunder CT yang memiliki


25

kelas misalnya 0.1, 0.2, 0.5, 1 adalah untuk pengukuran (Metering). Sedangkan

terminal sekunder CT yang memiliki kelas misalnya 5P10, 5P20, TPX, TPY, TPX

adalah untuk proteksi (Relai). Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan

proteksi adalah trafo arus metering teliti untuk daerah kerja 100-200% In dan

cepat jenuh. Sedangkan trafo arus proteksi kelas ketelitiannya rendah dan tidak

cepat jenuh.

Gambar 3.6 Kurva Saturasi Trafo Arus


(Sumber : www.academia.edu/6467234/BAB_III diambil pada 27 April 2014
jam 20.31)

Tabel 3-1. Batas Kesalahan Arus dan Pergeseran


Fasa

(Sumber : Buku Teori Dasar KWh Meter Udiklat Pandaan 2006)


26

Transformator arus adalah suatu alat listrik yang berfungsi untuk mengubah

besar arus tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu lainnya (di lilitan

sekunder) melalui suatu kopling elektromagnetis.

Transformator arus ini banyak digunakan didalam bidang pengukuran-

pengukuran listrik untuk memperoleh besaran ukur bagi amperemeter, kWh

meter, Watt meter dan sebagainya. Karena meter-meter umumnya hanya dapat

dilewati besaran ukur (arus) yang kecil sedangkan arus yang mengalir ke jaringan

distribusi adalah besar, maka besar arus pada belitan primer transformator arus

lebih besar dari pada besar arus di lilitan sekundernya.

Jadi transformator arus yang dipergunakan pada meter meter akan

mengubah arus primer yang besar menjadi arus sekunder yang lebih kecil

sehingga pengukuran dapat dilakukan.

Jenis-Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer dibagi menjadi

jenis kumparan dan jenis batang/bar. Jenis Kumparan (Wound) Biasa digunakan

untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang besar, atau pengukuran yang

membutuhkan ketelitian tinggi. Belitan primer tergantung pada arus primer yang

akan diukur, biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan belitan primer akan

mengurangi faktor thermal dan dinamis arus hubung singkat.


27

Gambar 3.7 Trafo Arus Tipe Kumparan


(Sumber : www.academia.edu/6467234/BAB_III diunggah pada 27 April 2014
jam 20.32)

Jenis Bar Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup

tinggi sehingga memiliki faktor thermis dan dinamis arus hubung singkat yang

tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling ekonomis diperoleh pada arus

pengenal yang cukup tinggi, yaitu 1000A.

Gambar 3.8 Trafo Arus Tipe Batang


(Sumber : www.academia.edu/6467234/BAB_III diunggah pada 27 April 2014
jam 20.31)
3.2.1 Prinsip Kerja Trafo Arus

Gambar 3.9 Prinsip Kerja Trafo Arus


(Sumber : anak-elektro-ustj.blogspot.com diunggah pada 29 April 2014
jam 14:38)
28

Pada gambar 3.9 dijelaskan tentang prinsip kerja dari trafo arus yang pada

dasarnya prinsip kerja dari trafo arus sendiri itu sama dengan trafo tenaga. Jika

ada arus I1 mengalir pada kumparan primer maka akan timbul gaya gerak magnet

N1I1 yang mengakibatkan terbentuknya fluks pada inti besi. Fluks tersebut

menginduksi kumparan sekunder sehingga timbul gaya gerak listrik pada

kumparan sekunder. Pada saat kumparan sekunder dalam kondisi tertutup maka

akan mengalir arus I2. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada

kumparan sekunder. Apabila trafo arus tersebut ideal atau tidak memiliki rugi-rugi

maka akan didapat rumus :

I1.N1 = I2.N2

Dimana : N1 = jumlah lilitan primer

N2 = jumlah lilitan sekunder

I1 = arus pada lilitan primer

I2 = arus pada lilitan sekunder

Gambar 3.10 Rangkaian Ekivalen Trafo Arus


(Sumber : Buku O&M trafo arus tahun 2009)

Pada gambar rangkaian ekivalen trafo arus dapat dilihat tegangan pada

terminal sekunder (V2) tergantung pada impedansi peralatan (Z2) yang terhubung

pada terminal sekunder, dan didapat rumus sebagai berikut :


29

V2 = I2 . Z2

Dalam prakteknya trafo arus selalu mengandung fluks () yang dibutuhkan

untuk membangkitkan gaya gerak listrik E2 :

E2 = 4,44 . B . A . f . N2 (Volt)

Gaya gerak listrik yang telah dibangkitkan yang mempertahankan arus I2

pada impedansi (Z2 + Z1). Maka dari itu ampere belitan yang timbul akibat arus

beban nol harus dapat mengimbangi ampere belitan yang ditimbulkan arus primer

dan sekunder.

N1I0 = N1 I1 + N2 I2

3.2.2 Burden

Adalah impedansi dari rangkaian sekunder trafo arus yang dinyatakan

dalam ohm, biasanya sering dinyatakan dalam Volt amper (VA) yang diserap

pada faktor daya tertentu dan pada arus pengenal sekunder, serta tidak

mengurangi kelas ketelitiannya. Burden trafo arus terdiri dari impedansi kabel dan

burden meter atau relai.

Gambar 3.11 Rangkaian Burden Trafo Arus


(Sumber : Presentasi CT, PT, LA PLN Transaksi Energi 2013)
30

3.2.3 Macam-macam Trafo Arus

A. Rasio Ganda

Trafo arus rasio ganda sering digunakan untuk pengukuran dengan ratio ganda

untuk perkembangan beban yang akan datang. Contohnya adalah 10-20/5A.

Gambar 3.12 Trafo Arus Rasio Ganda


(Sumber : Tera Area Semarang 3 Februari 2015 09:15)

B. Inti Ganda Rasio Tunggal

Trafo arus dengan inti ganda digunakan untuk fungsi pengukuran arus

untuk pengukuran dan untuk proteksi dalam satu trafo arus. Contohnya

20/5-5A.

Gambar 3.13 Trafo Arus Inti Ganda Rasio Tunggal


(Sumber : Tera Area Semarang 25 Februari 2015 10:09)
31

C. Inti Ganda Rasio Ganda

Trafo arus dengan inti ganda sekaligus dengan rasio ganda juga digunakan

pada metering dan proteksi dengan persediaan rasio ganda untuk

perubahan beban yang akan datang. Contohnya adalah 150-300/5-5A.

Gambar 3.14 Trafo Arus Inti Ganda Rasio Ganda


(Sumber : Tera Area Semarang 25 Februari 2015 10:11)

3.3 Trafo Tegangan (PT)

Transformator tegangan adalah trafo satu fasa stepdown yang

mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang layak utuk

perlengkapan indikator, alat ukur, relai, dan alat sinkronasi. Hal ini dikarenakan

atas pertimbangan harga dan biaya yang dapat ditimbulkan tegangan tinggi bagi

pengguna. Tegangan perlengkapan seperti indikator, meter, dan relai dirancang

sama dengan tegangan terminal sekunder trafo tegangan. Ada dua jenis yaitu trafo

tegangan magnetis dan trafo tegangan kapasitif. Namun jenis trafo yang sering

dipakai di pengukuran beban pelanggan adalah jenis magnetis.


32

Transformator ini pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 -150

VA. Faktor rasio dan sudut fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder

dirancang sedemikian rupa supaya faktor kesalahan menjadi kecil. Salah satu

ujung kumparan tegangan tinggi selalu diketanahkan, serta mempunyai tegangan

pengenal sekunder biasanya 100 atau 1003 V.

Faktor ketelitian harus diperhatikan pada transformator alat pengukuran,

termasuk juga transformator tegangan. Hal ini disebabkan karena besaran

ukurannya yang lebih diperhatikan dari pada rugi-rugi yang terjadi pada alat

tersebut. Penggunaan trafo tegangan untuk pengukuran (Metering) dan untuk

proteksi (Relai) dibedakan pada kelas dari trafo tegangan tersebut. Terminal

Sekunder trafo tegangan yang memiliki kelas misalnya 0.1, 0.2, 0.5, 1.0 adalah

untuk pengukuran (Metering) sedangkan terminal sekunder PT yang memiliki

kelas 3P, 6P adalah untuk proteksi (Relai).

Tabel 3-2. Batas Kesalahan Tegangan dan Pergeseran Fasa

Kelas Persentase kesalahan Pergeseran fasa ()


tegangan (ratio)
Menit Centiradian

0,1 0,1 5 0,15


0,2 0,2 10 0,3
0,5 0,5 20 0,6
1,0 1,0 40 1,2

3,0 3,0 Tidak disyaratkan

(Sumber : Buku Teori Dasar kWh Meter Udiklat Pandaan 2006)


33

Trafo tegangan yang salah satu terminalnya dikebumikan dinamakan trafo

tegangan kutub tunggal, sedang trafo tegangan yang kedua terminalnya diisolir

dari bumi disebut trafo tegangan kutub ganda.

Gambar 3.15 Trafo Tegangan Kutub Tunggal dan Ganda

Jenis kontruksi trafo tegangan induktif tergantung kepada nilai tegangan operasi

dan tempat instalasi. Untuk pemakaian pasang dalam, trafo ukur tegangan

biasanya diisolasi dengan resin epoksi, dimana semua belitan dan inti besi

dibenam dalam bahan isolasi. Untuk operasi pasangan luar, trafo resin epoksi

masih dapat dipakai untuk tegangan terminal yang tidak terlalu tinggi.

3.3.1 Beban Trafo Tegangan

Beban trafo tegangan pada umumnya adalah alat ukur dan relai. Daya yang

dikonsumsi alat ukur dan rele pada umumnya adalah sebagai berikut.

Tabel 3-3. Konsumsi Daya Meter dan Relai

(Sumber : Buku Peralatan Tegangan Tinggi Bonggas L. Tobing 2002)


34

3.3.2 Prinsip Kerja Transformator Tegangan

Transformator bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Jika pada

kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer timbul gaya gerak

magnet sebesar N1I1. Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti,

kemudian membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder.

Jika terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder

mengalir arus I2, arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N1I1 pada kumparan

sekunder.

Gambar 3.16 Rangkaian Trafo Tegangan


(Sumber : http://blogs.itb.ac.id diunggah pada 29 April 2015 jam 14:53)

Bila trafo tidak mempunyai rugi-rugi (trafo ideal) berlaku persamaan :


= =

dimana :

N1 : Jumlah belitan kumparan primer

N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder

I1 : Arus kumparan primer

I2 : Arus kumparan sekunder

V1 : Tegangan kumparan sekunder

V2 : Tegangan kumparan sekunder


35

3.3.3 Macam Trafo Tegangan

A. Inti Tungal Rasio Tunggal

Trafo tegangan yang mempunyai rasio tunggal. Merupakan trafo tegangan

pada umumnya yang banyak dipakai. Contohnya 20.000/3/100/3.

Gambar 3.17 Trafo Tegangan Rasio Tunggal


(Sumber : Tera Area Semarang 25 Februari 2015 09:43)

B. Inti Tunggal Rasio Ganda

Trafo tegangan dengan rasio ganda digunakan apabila tegangan pada sisi

primer berbeda namun tegangan pada sisi sekunder sama. Contohnya adalah

15/3 20/3 / 1003.

Gambar 3.18 Trafo Tegangan Rasio Ganda


(Sumber : Tera Area Semarang 25 Februari 2015 10:09)
36

3.4 Fuse Cut Out

Fuse cut out adalah suatu peralatan proteksi jaringan yang terdapat

dijaringan distribusi milk PLN. Fuse cut out merupakan pemutus rangkaian

berbeban dengan jaringan, caranya dengan meleburkan salah satu bagiannya

berupa kawat lebur (fuse link), sehingga bila terjadi gangguan arus lebih, fuse link

bisa lebur dan segera memutus rangkaian yang terkena gangguan. Perlengkapan

fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder)

dan fuse link.

Tabel 3-4. Pembatas Arus Sesuai dengan Kontrak Daya PLN

Pembatas
Daya CT PT Faktor
Arus kWh meter
(VA) (A) (V) meter
(A)
210.000 6 10/5 20.000/100 400 5(10)A Elektonik
240.000 6.3 10/5 20.000/100 400 5(10)A Elektonik
280.000 8 10/5 20.000/100 400 5(10)A Elektonik
345.000 10 10/5 20.000/100 400 5(10)A Elektonik
555.000 16 20/5 20.000/100 800 5(10)A Elektonik
690.000 20 20/5 20.000/100 800 5(10)A Elektonik
865.000 25 30/5 20.000/100 1.200 5(10)A Elektonik
1.110.000 32 40/5 20.000/100 1.600 5(10)A Elektonik
1.385.000 40 40/5 20.000/100 1.600 5(10)A Elektonik
1.730.000 50 50/5 20.000/100 2.000 5(10)A Elektonik
2.180.000 63 75/5 20.000/100 3.000 5(10)A Elektonik
2.770.000 80 100/5 20.000/100 4.000 5(10)A Elektonik
3.465.000 100 100/5 20.000/100 4.000 5(10)A Elektonik
4.330.000 125 150/5 20.000/100 6.000 5(10)A Elektonik

(Sumber : Tera Area Semarang)


37

Fungsi dari fuse pada Alat Pembatas dan Pengukuran adalah membatasi arus

yang lewat sesuai dengan daya kontrak dengan PLN. Sehingga fungsi fuse cut out

disini mempunyai fungsi ganda, yaitu selain sebagai pengaman terhadap gangguan

arus lebih, juga berfungsi sebagai pembatas arus sesuai dengan batas nilai arus

pengenalnya.

3.4.1 Prinsip Kerja Pengaman Lebur

Jika arus yang melewati pengaman lebur melebihi nilai arus nominal dari

pengaman lebur maka elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika telah

mencapai titik leburnya maka elemen akan melebur. Fuse tersebut tidak

dilengkapi dengan alat peredam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya

yang besar maka fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat

terjadi gangguan akibatnya timbul ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan

sebagai pengaman jenis letupan.

Gambar 3.19 Konstruksi Fuse Cut Out


(Sumber : Buku SPLN 65 : 1985)
38

Saat terjadi gangguan hubung singkat dan timbul arus lebih, elemen pelebur

pada kawat fuse link putus, karena arus yang melewati fuse link sudah melebihi rating

arus pengenal fuse link, sehingga elemen kawat lebur putus, maka terjadilah arcing

pada holder sehingga pegas/per yang terdapat pada line terminal bekerja dengan

menurunkan lead konduktor dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang

mengalir ke sistem. Ada beberapa tipe karakteristik fuse berdasarkan waktu

pemutusannya, yaitu tipe K untuk pemutusan cepat, tipe T untuk pemutusan lambat.

Gambar 3.20 Kurva Waktu Pemutusan terhadap Arus


(Sumber : www.hubbellcatalog.com diunggah pada 28 April 2015 jam 06.38)

3.5 Arrester

Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi

peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Alat pelindung terhadap
39

gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan

cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ketanah.

Arrester yang dipakai adalah jenis katup yang terdiri dari sela percik terbagi

atau sela seri yang terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai

karakteristik tidak linier. Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan

tembus pada sela seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang

cukup tinggi, alat tersebut menjadi penghantar. Sela seri itu tidak bisa

memutuskan arus susulan. Dalam hal ini dibantu oleh tahanan tak linier yang

mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk

arus susulan dari frekuensi dasar terlihat pada karakteristik volt ampere.

Gambar 3.21 Arrester


(Sumber : www.osha.gov diunggah pada 29 April 2015 jam 14:56)

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,

sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi

normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja arrester berlaku

sebagai konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah.

Setelah itu hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.
40

3.6 Modem

Modem adalah singkatan dari Modulator Demodulator. Modulator

merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi ke dalam sinyal carrier yang

siap untuk dikirimkan, sedangkan demodulator adalah bagian yang berfungsi

menerjemahkan sinyal carrier dan memisahkannya dari sinyal informasi yang

berisi data atau pesan sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik di

tempat tujuan. Modem adalah penggabungan keduanya, yang berarti bahwa

modem adalah alat komunikasi dua arah. Dengan kata lain, modem merubah

sinyal digital pada komputer menjadi sinyal analog yang siap dikirimkan melalui

mediumnya dan mengubah kembali sinyal analog menjadi sinyal digital pada

komputer tujuan. Setiap perangkat komunikasi jarak jauh dua arah pada umumnya

menggunakan bagian yang disebut modem. Modem pada APP (Alat Pembatas dan

Pengukur) ini berfungsi mengirimkan load profile pelanggan dari data metering

digital kemudian dikirim ke server PLN melalui provider yang telah dipilih.

Proses ini disebut AMR (Automatic Metering Reading). AMR atau Automatic

Meter Reading adalah sistem pembacaan meter jarak jauh secara otomatis dengan

menggunakan software tertentu melalui saluran komunikasi (PSTN, GSM, PLC /

frekuensi radio) yang terpusat dan terintegrasi dari ruang kontrol.

Penerapan AMR merupakan suatu usaha untuk menurunkan susut kWh

distribusi melalui pengukuran yang akurat (Internal PLN) dan meningkatkan mutu

pelayanan kepada pelanggan (Eksternal PLN).


41

Gambar 3.22 Modem EDMI EWM 100


(Sumber : Foto di SPBU Pamularsih 25 Februari 2015 09:43)

3.7 Kotak APP

Kotak atau lemari APP harus terbuat dari bahan yang tahan akan kerusakan

mekanis dan tahan panas. Kotak APP harus kokoh serta hanya bisa dibuka melalui

satu pintu yang tersegel. Sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat

membuka kotak APP. Selain itu penyegelan pintu kotak APP juga berfungsi untuk

mencegah pelanggan melakukan kecurangan untuk mempengaruhi pengukuran

meter. Bentuk kotak APP berbeda-beda tergantung dari cara pengukuran serta

daya kontrak dengan PLN.

Kotak APP menjadi tempat terpasangnya meter listrik serta perlengkapan

pengukuran lainnya. Untuk pengukuran tak langsung tegangan rendah, kotak APP

juga menjadi tempat pemasangan trafo arus dan pembatas arus NT-Fuse.

Sedangkan untuk pengukuran tak langsung tegangan menengah 20kV, trafo ukur

tegangan dan arus terletak pada outdoor. Sehingga kotak APP sebagai tempat

pemasangan terminal output trafo ukur, meter listrik, dan modem.


42

(a) (b)
Gambar 3.23 (a) Kotak APP tak langsung trafo ukur outdoor.
(b) Kotak APP tak langsung trafo ukur indoor.
(Sumber : Foto di Kawasan Semarang Barat 28 januari 2015
Jam 17:01)

3.7.1 Macam - Macam APP Sesuai Standar PLN ( SPLN 55 - 90)

APP tipe I A : pengukuran TR kwh 1 fasa : 5/20 A

APP tipe I B : pengukuran TR kwh 1 fasa : 20/60 A, 50/100 A

APP tipe III A : pengukuran TR kwh 3 fasa tarif tunggal : 3x20/60

A ; 3x50/100 A

APP tipe III B : pengukuran TR kwh dan kvarh 3 fasa tarif ganda :

3x20/60 A; 3 x 50/100 A

APP tipe IA khusus : pengukuran TR 3 P-4 W menggunakan CT,

tarif tunggal 100 - 300 A

APP tipe IB khusus : pengukuran TM-TR kwh dan kvarh 3 P-4 W

menggunakan CT, tarif tunggal 100-500 A, 600-1000 A


43

APP tipe IC khusus : pengukuran TM-TR kwh dan kvarh 3 P-4 W

menggunakan CT, tarif ganda 100-500 A, 600-1000 A

APP tipe IIA khusus : pengukuran TM kwh 3 P-3W menggunakan

CT dan PT tarif tunggal

APP tipe IIB khusus : pengukuran TM kwh 3 P-4 W menggunakan

CT dan PT tarif tunggal

APP tipe IIC khusus : pengukuran TM kwh dan kvarh 3 P-3 W

menggunakan CTdan PT tarif tunggal

APP tipe IID khusus : pengukuran TM kwh dan kvarh 3 P-4 W

menggunakan CT dan PT tarif tunggal

App tipe II E khusus : pengukuran TM kwh dan kvarh 3 P-3 W

menggunakan CT dan PT tarif ganda

APP tipe II F khusus : pengukuran TM kwh dan kvarah 3 P-4 W

menggunakan CT dan PT tarif ganda

3.8 Pentanahan

Penghantar pembumian memakai penghantar BC 50 mm2 dan elektroda

pembumian jenis batang dengan panjang 3 meter. Penghantar pembumian yang

tidak menjadi satu dengan tiang beton, harus dilindungi dengan pipa galvanis

ukuran Inchi sepanjang 3 meter dari permukaan tanah. Ikatan pembumian

dilakukan 20 cm dibawah tanah dengan ikatan klem yang memenuhi syarat. Nilai

tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm. Konduktor yang digunakan untuk

pentanahan harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:


44

Memiliki daya hantar jenis (conductivity) yang cukup besar sehingga tidak

akan memperbesar beda potensial lokal yang berbahaya.

Memiliki kekerasan (kekuatan) secara mekanis pada tingkat yang tinggi

Tahan terhadap peleburan dari keburukan sambungan listrik, walaupun

konduktor tersebut akan terkena magnitude arus gangguan dalam waktu

yang lama.

Tahan terhadap korosi.

Gambar 3.24 Kabel BC 50mm


(Sumber : Gudang PLN Area Semarang 21 Januari 2015 jam 11.07)

Elektroda yang dipakai adalah elektroda batang yang terbuat dari batang

atau pipa logam yang di tanam vertikal di dalam tanah. Biasanya dibuat dari

bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula

dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat

menyebabkan korosi. Ukuran Elektroda : diameter 5/8 - 3/4 Panjang 4 feet 8

feet. Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk

pemakaian pentanahan yang lain.


45

Gambar 3.25 Ground Rod


(Sumber : www.amazon.com diunggah pada 29 April 2015 jam 14:58)

3.9 Segel APP

Pengertian dari segel adalah suatu tanda sah, tanda jaminan, tanda daerah

dan tanda petugas yang berhak, yang dipasang pada alat pembatas dan pengukur

(APP) oleh petugas tertentu, pada daerah dan saat tertentu, untuk mencegah

penukaran atau perubahan dari alat pembatas dan pengukur tersebut oleh pihak

yang tidak berwenang.

Gambar 3.26 Segel Timah dan Kawat Segel


(Sumber : www.indotrading.com diunggah pada 29 April 2015 jam 15:00)

Segel dipasang dengan menggunakan alat yang disebut tang segel yang dipasangi

dengan suatu acuan segel padanya, dimana acuan segel dimaksudkan untuk

menghasilkan suatu cetakan informasi identitas penggunaan acuan segel pada


46

media hasil cetakannya yang dapat berupa timah segel ataupun plastik segel.

Penggunaan segel / tang segel menurut acuannya :

1. Segel tera : digunakan hanya di kamar tera untuk menyegel tutup kWh-

meter, kVArh- meter, tutup trafo trafo pengukuran .

2. Segel pemasangan : digunakan diluar kamar tera untuk menyegel tutup

terminal kWh-meter, kVArh-meter, meter demand / kW-maksimum, time

switch / pengatur waktu, pembatas arus / MCB, kotak APP.

3. Segel pemutusan : digunakan dilapangan untuk keperluan pemutusan

sementara, dengan cara menyegel pembatas arus / MCB atau kotak APP.

4. Segel OPAL / P2TL : digunakan untuk menyegel sementara pada tutup

terminal kWh meter, kVArh-meter, meter demand, kotak APP, pada

suatu kasus pelanggaran terhadap ketentuan sambungan tenaga listrik.

Contoh inisial acuan segel :

Gambar 3.27 Inisial Segel


(Sumber : Buku Pemeriksaan Pengawatan APP Udiklat Pandaan 2006)

Penjelasan :

1. inisial PLN

2. inisial tahun kalender

3. inisial daerah kerja acuan

4. kode pemegang.

You might also like