You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada Zaman Yunani Kuno terdapat filsafat dan ilmu keduaya adalah satu
kesatuan, keduanya adlaah pengetahuan rasional yang diperoleh dari pemikiran
atau rasio manusia.pada Zaman Yunani Kuno filsafat terpusat pada alam sehingga
disebut filosof alam dan segala sesuatu tentang peristiwa di dalamnya. Zaman ini
belum mengenal tentang tujuan dan sejarah itu bergerak menuju kemajuan.
Mereka masih berpikiran tentang alam dan apa-apa yang ada di dalamnya.

Pandangan tentang proses jalannya sejarah baru muncul sekitar abad 6 M.


Di sini mereka menganggap bahwa perjalanan sejarah adalah sebagai konsep
pergerakan waktu dalam satu gerak siklis. Artinya, waktu sejarah berjalan
melingkar dalam satu bulatan tertentu dan itu menjadi berulang-ulang. Dengan
demikian mereka memandang gerak sejarah seperti halnya putaran waktu itu
sendiri, yaitu datang, pergi dan kemudian datang lagi, bergerak siklis.

Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa ilmu yang berkembang yang ada
dari pemikiran filsafat masa Yunani Klasik mengilhami /mempengaruhi pemikiran
para filsuf Abad Pertengahan dan Zaman Baru. Sehingga kita dapat menikmati
hasilnya yang berupa teknologi. Di samping itu periode Filsafat Yunani
merupakan periode penting sejarah peradaban manusia yang dapat mengubah pola
pikir manusia.

Masyarakat pada Zaman Yunani Kuno sudah tidak mempercayai mitos-


mitos. Mereka juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada
sikap receptive attitude (sikap menerima apa adanya), melainkan secara kritis
menyelidiki sesuatu (sikap an inquiring attitude). Oleh karena itu zaman Yunani
Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat dimana muncul tokoh-tokoh
yang secara bebas dapat mengungkapkan ide-ide, antara lain: Thales (625-545
SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM),
Aristoteles (384-322 SM).

1
1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini membahas beberapa hal, diantaranya :

1. Bagaimana sejarah filasafat pada Zaman Yunani Kuno?


2. Bagaimana sejarah filasafat pada Zaman Keemasan filsafat Yunani?
3. Bagaimana sejarah filasafat pada Masa Helinitis dan Romawi?
4. Bagaimana sejarah filasafat pada Abad Pertengahan?
5. Bagaimana pemikiran para tokoh filsafat Yunani Kuno sampai Abad Pertengahan?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Sejarah filsafat pada Zaman Yunani kuno.


2. Sejarah filsafat pada Zaman Keemasan filsafat Yunani.
3. Sejarah filsafat pada Masa Helinitis dan Romawi.
4. Sejarah filsafat pada Abad Pertengahan.
5. Deskripsi pemikiran para tokoh pada Yunani Kuno sampai Abad Pertengahan.

1.4 Manfaat makalah

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi:

1. Para mahasiswa , semoga makalah ini dapat membuka cakrawala ilmu


pengetahuan kita mengenai pemikir-pmikir yang hebat pada masa
yunani kuno sampai abad pertengahan, dan hasilnya adalah ilmu
pengetahuan sampai saat ini kita rasakan.
2. Semua orang, semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi agar
senantiasa membentuk paradigma baru dalam pola pikir kita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


Yunani pada masa ini dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena bangsa
Yunani pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi, melainkan
menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis). Mereka mencari yang hakiki, dasar yang ada di belakang segala gejala.
Zaman keemasan yunani kuno memunculkan banyak pemikir hebat seperti Plato,
Socrates, Aristoteles, dll. Hal ini menghasilkan pemikiran baru bahwa kajian ilmu
pengetahuan telah beralih ke manusia. Manusia tidak hanya pengetahuan jasmani tetapi
juga aspek ide sangat mempengaruhi, karena idelah yang dapat menbuat pengetahuan
dapat berkembang sampai saat ini dan menjadikan teknologi yang handal yang dapat
dinikmati secara lebih lanjut.
Zaman helinitis dan kerajaan romawi, para pemikir mulai mengutamakan kajian
ilmu pegetahuan pada hal keagamaan. Inilah yang membuat agama Kristen dapat
berkembang dan diterima di kerajaan romawi.
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu
pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui
bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Selain itu di
masa ini mulai ada pengakuan tuhan yang satu dan hanya kepadanya semua kembali.

2.2 Sejarah Filsafat pada Zaman Yunani Kuno


Zaman Yunani Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Para
pemikirnya dikenal dengan nama filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang
dianggap asal dari segala sesuatu yang sangat berpengaruh di alam. Menurut Thales arche
itu air, Anaximandros berpendapat arche itu yang tak terbatas (to apeiron). Anaximenes
arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga
berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes

3
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak. Demikianlah para pemikir
berupaya untuk mencari induk dari semua aspek yang paling berpengaruh.

Masyarakat pada Zaman Yunani Kuno sudah tidak mempercayai mitos-mitos, dan
meninggalkan pemikiran irasional. Mereka juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima apa adanya), melainkan secara
kritis menyelidiki sesuatu (sikap an inquiring attitude). Oleh karena itu zaman Yunani
Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat dimana muncul tokoh-tokoh yang
secara bebas dapat mengungkapkan ide-ide, antara lain: Thales (625-545 SM),
Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-
322 SM).

2.2 Zaman Keemasan Filsafat Yunani

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Masyarakat mulai meninggalkan mitos-mitos dan pemikiran
irrasional mereka untuk menuju pengetahuan yang lebih maju. Ada segolongan kaum
yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Objek penyelidikannya bukan
lagi alam tetapi manusia. Di sinilah dimulai pengetahuan para pemikir untuk
mengungkap pengetahuan dari unsure manusia.
Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang
sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Namun Socrates
dihukum mati. Hasil pemikiran Socrates dapat didukung oleh Plato yang mengatakan:
realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka
bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat Socrates dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada
itu adalah manusia-manusia yang konkret. Ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan.
Aristoteles adalah filsuf realis. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan
dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan.
Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi
matematis, dan metafisis.Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang

4
unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan
abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur
kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-
unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.

2.3 Masa Helinitis dan Romawi

Pada Zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi berkembang
sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan
Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani mencakup seluruh
wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan
suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama
kota Alexandria.
Pada saat itu bidang filsafat tetap berkembang, namun tidak ada filsuf yang
sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:

a. Sinisme: Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang
disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut
ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan
pengembangan dari aliran Stoik.
b. Stoik: Menyatakan penyangkalannya adanya Ruh dan Materi aliran ini
disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan
Dualismenya.
c. Epikurime: Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak.
Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh
takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya.
Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat
mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul.
d. Neo Platonisme: Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato.
Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai
yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.

5
2.4 Zaman Abad Pertengahan
Abad Pertengahan ditandai dengan munculnya para penggagas teori di dalam ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para pemikir, sehingga
aktivitas ilmiah terpusat dengan aktivitas keagamaan, ketuhanan, pengabdian pada tuhan.
Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi
agama.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan dengan abad sebelumnya.
terletak pada dominasi agama. Timbulnya Agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa
AS. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan
keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban
yang didasarkan oleh logika, ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika
keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.

Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu:

a. Periode Patristik
Zaman patristik berawal dari suatu kelompok yang disebut patrisme,
patrisme sendiri berasal dari kata latin pater yang artinya Bapak
Gereja maka disebut dengan patrisme sendiri karena adanya sekumpulan
para pendeta-pendeta. . Periode ini mengalami dua tahap:
1) Permulaan agama Kristen, setelah mengalami berbagai kesukaran
terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan
diri.
2) Filsafat Agustinus, yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal
pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu
keseluruhan.

6
b. Periode Skolastik
Periode ini berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi
tiga tahap:
1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan
metode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia.
2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh
keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat
Arab dan Yahudi.
3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran
kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang
berpendapat bahwa universalisme pada periode skolastik awal tidak
memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum.

2.5 Deskripsi Pemikiran Para Tokoh Filsafat Yunani Kuno sampai Abad
Pertengahan

Pada perkembangan filsafat,setiap periode memiliki banyak tokoh-tokoh


serta pemikiran-pemikiran yang menjadi dasar perkembangan pemikiran
sampai saat ini. para tokoh filsafat yunani kuno sampai abad pertengahan
menghasilkan pemikiran yang sangat menakjubkan dalam filsafat, ilmu
maupun logika. Tokoh-tokoh dan pemikiran-pemikirannya antara lain:

2.5.1 Zaman Yunani Kuno

a. Thales (624-546 SM)

Thales adalah seorang pemikir yunani kuno yang diakui sebagai


bapak filsafaft dan bapak penalaran deduktif. Ia adalah ilmuwan pertama
di dunia dan ahli matematik yunani serta salah satu dari tujuh orang arif
yunani. Selain itu ia juga merupakan filsuf pertama yang membahas
hakekat keberadaan segala sesuatu dan asal-usul alam kebendaan serta
proses perubahan alam kebendaan. Menurut Thales, zat utama yang

7
menjadi dasar segala sesuatu adalah air.Penemuannya didasarkan atas
kenyataan bahwa air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-
macam.

b. Anaximender (611-547 SM)

Anaximender adalah murid Thales. Menurutnya, tidak


mungkin bahwa zat utama yang menjadi dasar segala sesuatu itu adalah
salah satu dari unsur-unsur yang menyusun alam itu (air). Jadi menurut
Anaximender zat utama yang menjadi dasar dari segala sesuatu adalah
to apeiron (yang tak terbatas), disebut demikian karena tidak memilki
sifat-sifat benda yang dikenal manusia. Anaximender juga berpendapat
bahwa bumi berbentuk silinder yang terletak persis di pusat jagat raya.

c. Anaximenes (599-524 SM)

Anaximens tidak sependapat dengan Anaximender. Ia


berpendapat bahwa hal yang tak terbatas (to apeiron) tidak dapat
menjadi awal mula dari segala sesuatu yang ada di alam dengan segala
isinya? Baginya zat utama yang menjadi dasar dari segala sesuatu adalah
udara. Bukankah udara itu meliputi seluruh jagat raya ? Bukankah udara
itu menjadikan manusia bernafas atau hidup? Manusia akan mati apabila
tidak bernafas. Seperti halnya dengan jiwa manusia, demikianlah udara
mempersatukan segala sesuatu.

d. Heraclitus of Ephesus (540-460 SM)


Heraclitus berpendapat bahwa dasar dari segala sesuatu
adalah api. Menurutnya api selalu berubah-ubah dan menggambarkan
suatu keadaan yang kacau (chaos). Karena dia berpendapat bahwa segala
sesuatu tidak ada yang tetap dan selalu berubah secara
berkesinambungan maka dia dianggap seorang yang pesimis. Walaupun

8
demikian, teori filsafatnya juga mempunyai segi positif, yaitu segala
kekacauan pasti ada jalan keluarnya. "Seseorang tidak bisa dua kali
masuk ke sungai yang sama".

e. Pythagoras (570- ? SM)

Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf yang terkenal


dengan Teorema Pythagoras dan dikenal sebagai "Bapak Bilangan".
Menurutnya, dasar dari segala sesuatu adalah bilangan, yang
menunjukkan suatu kesatuan. Unsur-unsur atau asaa-asas bilangan
terdapat pada segala sesuatu yang ada. Seluruh kenyataan di dalam dunia
disusun dari bilangan-bilangan dan mewujudkan suatu keselarasan yang
harmonis, yang mendamaikan hal-hal yang saling berlawanan. Menurut
Pythagoras ada 10 asas yang saling berlawanan yaitu: ganjil-genap,
terbatas-tak terbatas, satu-banyak, kanan-kiri, pria-wanita, diam-gerak,
lurus-bengkok, terang-gelap. baik-jahat, persegi-bulat panjang. Bilangan
10 baginya merupakan bilangan suci dan dialah yang pertama kali
memperkenalkan ilmu hitung dan ilmu ukur. Meskipun dia seorang
rasionalis, namun dalam pandangan hidupnya ia mempercayai mistik,
antara lain ia meyakini bahwa roh itu kekal, tidak mati dan menjadikan
kehidupan manusia maupun binatang mengalami reinkarnasi yang terus-
menerus.

2.5.2 Zaman Keemasan Yunani

a. Protagoras (480-411 SM)

Inti sari filsafat Protagoras bahwa manusia adalah ukuran segala


sesuatu, bagi hal yang ada dan yang tidak ada. Manusialah yang
menentukan benar tidaknya sesuatu atau ada dan tidaknya sesuatu.
Artinya, apakah sesuatu benar atau tidak, hal itu tergantung pada
orangnya. Protagoras meragukan adanya dunia dewa maka ia digugat
sebagai orang munafik dan buku-bukunya mengenai agama dibakar.

9
b. Gorgias (480-380 SM)
Gorgias mendapat sukses besar di Athena karena ajarannya
dalam retorika, yaitu seni meyakinkan. Karyanya yang terkenal adalah
Nihillisme. Baginya, tiada sesuatu pun yang ada. Seandainya ada
sesuatu, sesuatu itu tidak dapat dikenal. Seandainya sesuatu itu dapat
dikenal, pengetahuan itu tidak dapat disampaikan kepada orang lain.

c. Socrates (470-399 SM)

Socrates mempercayai kemungkinan tukar pikiran atau ide


dalam rangka saling membelajarkan, saling mentajamkan pengertian,
dan saling tukar ide/gagasan. Maka muncullah budaya sialog serta
diskusi yang kemudian lebih dibudayakan oleh Plato, muridnya.
Socrates juga dikenal sebagai reformis moral yangmenentang filsafat
moral dari kaum Sofis. Menurutnya secara hakiki, manusia memiliki
nilai-nilai etika dan cenderung berkelakuan serta berbudi pekerti yang
baik, sedangkan menurut kaum Sofis, nilai kebaikan budi manusia itu
relatif, bahkan semu belaka.

d.Plato (428-347 SM)

Plato adalah murid dari Socrates yang cemerlang, yang melestarikan


budaya dialog, bahkan tulisan-tulisannya bersifat dialog. Ia juga sejalan
dengan pandangan dualistik Socrates tentang hakekat manusia yang
terdiri atas roh dan tubuh. Ia juga dikenal sebagai pendiri institusi
pendidikan filsafat yang dinamakan Academia.

e. Aristotle (384-322 SM)

Aristotle adalah murid Plato di Academia. Ia adalah pencetus


metafisika (meta ta fusika). Intisari ajaran Aristotle mengenai fisika dan
metafisika terdapat dalam ajarannya dunamis (potensi) dan energia
(aksi). Di dalam fisafat Aristotle etika mendapat tempat khusus. Seperti

10
halnya Plato, Aristotle juga mengemukakan gagasan dualisme, yaitu:
"antara bentuk dan materi, tak terpisahkan satu sama lain" sebagaimana
setiap benda itu tentu memiliki bentuk tertentu dan tersusun atas materi
tertentu. Selain filsafat, Aristotle juga mengembangkan ilmu
pengetahuan alam, logika dan psikologi.

2.5.3 Masa Helinitis dan Romawi

Hellenisme berasal dari kata hellenizein (bahasa Yunani), yang


berarti menjadikan Yunani adalah roh dan kebudayaan Yunani. Pada
zaman ini ada perpindahan pemikiran fisafati yaitu, dari filsafat yang
teoritis menjadi filsafat praktis. Sehingga muncullah aliran yang berusaha
menentukan cita-cita hidup manusia. Aliran-aliran itu bersifat etis yang
diantara adalah adalah aliran Stoaisme, Epicuranisme, dan Skeptisme.

a. Zeno (336-264 SM)


Zeno mengajarkan ajarannya yaitu Stoaisme, di gang antara tiang-
tiang (stoa poikila). Sebutan Stoa berasal dari Stoa Pokila ini. Menurut
Stoa, filsafat dibagi atas 3 bagian yaitu: fisika, yang berfungsi sebagai
ladang dan pohon-pohonnya; logika, yang berfungsi sebagai pagarnya;
dan etika, yang berfungsi sebagai buah-buahnya. Secara teoritis Stoa
bersifat materialistis.

b. Epicurus (342-270 SM)

Tujuan aliran filsafatnya, Epicureanisme adalah menjamin


kebahagiaan manusia. Tujuan hidup adalah hedone (kenikmatan,
kepuasan), yang tercapai jika batin orang tenang dan tubuhnya sehat.
Menurut Epicurus, ketenangan batin yang bersifat rohani lebih berbobot
dibanding dengan kesehatan badaniah. Ketenangan batin hanya diperoleh
dengan menjauhkan diri dari hiruk-pikuk gejolak sosial, serta mengajarkan
hidup menyendiri dan menyepi untuk mencapai ketenangan yang

11
sesungguhnya. Epicurus juga mengajarkan tentang atom menurutnya,
"tiada sesuatu pun yang ada, yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak
ada, dan tidak ada sesuatu yang ada, yang kemudian musnah menjadi tidak
ada". Segala sesuatu disusun dari atom-atom yang telah ada dengan
adanya ruang kosong. Semua atom tidak dapat dibagi-bagi dan tidak dapat
binasa.

c. Pyrrho of Elis (365-275 SM)

Pyrrho adalah filsuf yang mengajarkan Skeptisme. Menurutnya,


pengamatan memberi pengetahuan yang sifatnya relatif. Manusia sering
keliru melihat dan mendengar. Seandainya pengamatan manusia benar,
kebenaran itu hanya berlaku bagi hal-hal yang lahiriah saja, bukan bagi
hakekat hal-hal itu. Bukan hanya pengamatan, tetapi akal juga hanya
memberi pengetahuan yang relatif.

d. Euclid ( c.300)

Euclid adalah "Bapak Geometri", matematikawan dari Alexandria.


Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia mengemukakan teori bilangan
dan geometri. Menurutnya, satu hal yang paling oenting untuk dicatat
bahwa dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan
adanya contoh dari dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis
menggunakan aksioma-aksioma yang telah dirumuskan.

e. Archimedes (287-212 SM)

Archimedes adalah seorang matematikawan, filsuf, fisikawan, dan


astronom berkebangsaan Yunani. Archimedes menentukan rumus luas dan
volume linhkaran, bola, silinder, dan bentuk-bentuk geometris lainnya,
bila dikatakan sebagai seorang perintis ilmu fisika matematik. Di samping
itu, ia juga ahli dalam fisika praktis, antara lain menemukan rumus

12
hidrostatika, serta menciptakan teknikpengungkitan untuk mengangkat
benda berat, dan penemu teknik pompa air berdasarkan kerja sekrup.

2.5.4 Zaman Pertengahan

Pada masa pertengahan perkembangan agam Kristen sangat pesat,


agama ini mulai dapat diterima kekaisaran romawi. Filsafat abad
Pertengahan terbagi menjadi dua masa yakni Patristik dengan tokoh
Justinus Martir,Klemens (150-215), Turtuliasnus dan Augustinus (354-430
) dan masa skolastik dengan berbagai tokoh tetapi yang lebih banyak
mencuri perhatian ialah Thomas Aquinas Filsafat abad pertengahan pada
tahun 476-1492 m yang mepunyai ciri-ciri cara berfilsafat dipimpin oleh
gereja,berfilsafat dalam lingkungnan ajaran Aristoteles

a. Thomas Aquinas (1274)

Menerbitkan summa theological dan pada tahun 1300 renaissans


terjadi di Italia dan selanjutnya meriam mulaia di pakai di Eropa

b. Johannes Gotenberg (1454)

Menerbitkan kitab bibble pertama setelah sebelumnya pada tahun


1440 ia merampungkan mesin cetak kayunya yang mengguanakan logam
yang dapat dipindah-pindahkan merevolusi penyebaran pengetahuan
dengan hasil reproduksi yang lebih murah dan cepat.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perlunya pengetahuan perkembangan ilmu sangatlah penting. Makalah ini


akhirnya dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Zaman Yunani Kuno merupakan awal kebangkitan filsafat secara umum, karena
menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan
terhadap mitologi atau tahyul yang irrasional. Filsafat sebelumnya disebut sebagai
filsafat alam, di mana semua aspek yang dipikirkan dan ditelaah hanyalah
kejadian di alam. Sehingga disebut filsuf alam.

2. Zaman Keemasan Yunani Kuno, muncullah pemikir pemikir yang hebat, mereka
adalah Socrates, Plato, Aristoteles, dll. Para pemikir ini telah menemukan bahwa
pada zaman ini yang ditelaah bukan algi alam tetapi manusia. Plato
mengungkapkan selain jasmani ide adalah hal yang paling penting untuk
menunjang kesuksesan perkembangan pengeahuan.

3. Zaman Helinitis dan Romawi, pada zaman ini filosof yang terkenal hanyalah
plotinus. Yang beusaha mengembangkan ilmu plato, filsafat di masa ini dibagi 2
yaitu sinisme dan stoic.aliran plotinus terpusat pada alloh segala sesuatu berpusat
pasa satu dan akan kembali kepadanya

4. Zaman Pertengahan, pada zaman ini hanya terpusat pada kegiatan keagamaan,
segala sesuatunya hanyalah pengabdian pada tuhan. Agama Kristen mulai dapat
diterima di romawi.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan makalah ini senantiasa dapat bermanfaat bagi semua
pembaca yang senantisa dapat meningkatkan cakrawala ilmu pengetahuan yang sampai
saat ini dapat kita nikmati dalam bentuk teknologi

14
DAFTAR PUSTAKA

http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/filsafat-zaman-yunani-kuno.html, diakses
tanggal 5 september 2009
http://iklanbarisgratis.info/search/Filsafat+Zaman+Yunani+Kuno ,diakses tanggal 5
september 2009

http://dedenwahyudi.wordpress.com/2009/05/07/filsafat-yunani-kuno-masa-sebelum-
sokrates-dan-masa-sokrates/ ,diakses tanggal 5 september 2009

http://atristiyo.multiply.com/journal/item/59 ,diakses tanggal 5 september 2009

http://nazalanoorm.blogspot.com/2009/06/pemikiran-filsafat-sejarah-antara.html, diakses
tanggal 5 september 2009

http://milleniumstainjember.blogspot.com/2009/06/review-pemikiran-filsafat-abad-
yunani.html diakses tanggal 5 september 2009

http://rezaantonius.wordpress.com/2009/07/20/logika-sebagai-metode-di-dalam-filsafat-
abad-pertengahan/ ,diakses tanggal 5 september 2009

15

You might also like