You are on page 1of 17

Nefron

Di dalam setiap ginjal terdapat 1 juta atau lebih nefron. Setiap nefron
hanya merupakan saluran panjang yang dibatasi oleh epitel, yang mulai buntu dan
ujungnya menyatu dengan saluran keluar. Setiap nefron terdiri atas beberapa
bagian bangunan dan fungsi yang berbeda dan tiap bagian terdapat pada tempat
tertentu dalam korteks dan medula. (Leeson CR et al.,1990)

Gambar Diagram sebuah nefron


(http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/03/nephron.jpg )

Nefron merupakan satuan fungsional ginjal yang bertugas menghasilkan


urin. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yaitu korpus renal dan
tubulus renal. Korpus renal terdiri atas dua bagian, glomerulus di pusat dan suatu
kapsula glomerulus yang berupa pelebaran tubulus renal mirip kantung, disebut
kapsula Bowman dan dengan dua lapisannya yaitu lapisan parietal dan lapisan
viseral. Tubulus renal terdiri atas empat bagian, yakni Tubulus kontortus
proksimal, Tubulus kontortus distal, Ansa Henle, Tubulus dan Ductus koligens.
(Bajpai RN, 1989, 180)
1. Korpus Renal

Korpus renal memiliki tugas menyaring substansi dari plasma.


Setiap korpus renal memiliki garis tengah sekitar 200m dan terdiri
atas seberkas kapiler yaitu glomerulus, dikelilingi oleh kapsula epitel
berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan dalam
kapsula ini lapisan viseralis meliputi kapiler glomerulus. Lapisan Luar
membentuk batas luar korpus renal yang disebut lapisan parietal
kapsula bowman. Di antara kedua lapisan kapsula bowman terdapat
ruang urinalius, yang menampung cairan yang disaring melalui
dinding kapiler dan lapian viseral. (Junxueira LC et al., 1995, 371)

Setiap korpus renal memiliki kutub vascular tempat arteriol aferen


masuk dan arteriol eferen keluar, serta kutub urinalis, tempat
dimulainya tubulus kontortus proksimal. Setelah memasuki korpus
renal, arteriol aferen biasanya pecah menjadi dua sampai lima cabang
utama, masing-masing pecah lagi menjadi kapiler, membentuk
glomerulus renal. (Junxueira LC et al., 1995, 371)

1
2
3
4
8
5
6
9

Ginjal Korpus Renal memperlihatkan Glomerulus (1), Kapsula Bowman


(2), lapisan parietal (3), lapisan visceral (4), Ruang kapsula (5), Tubulus kontortus
proksimal (6), Katup vaskuler (7), Pembuluh darah(8), Tubulus kontortus distal
(9) . (EroschenkoVP, 2003,260)
1.1. Glomerulus
Glomerulus terdiri dari gelung-gelung kapiler yang
terdapat pada arteriol aferen dan arteriol eferen. Daeras tempat
arteriol aferen masuk dan aferion eferen keluar disebut kutub
vascular. Setelah masuk dalam glomerulus, arteriol aferen
memecah menjadi empat atau lima kapiler yang relative besar.
Masing-masing kapiler ini memecah lagi menjadi kapiler yang
lebih kecil yang membentuk lengkung-lengkung tak teratur
menuju ke arteriol eferen. Arteriol eferen lebih kecil daripada
arteriol aferen. Perbedaan ukuran ini ada kaitannya dengan
fungsinya. Pembuluh eferen mengangkut lebih sedikit cairan
bila dibandingkan dengan aferen., karena cukup banyak cairan
tersaring dari darah selama melalui kapiler glomerulus. Akibat
adanya perbedaan ukuran, maka tekanan di dalam aliran
glomerulus tetap dipertahankandan hal ini membantu
penyaringan plasma. (Bajpai RN, 1989, 181)

Gambar

glomerulus dan bagiannya. p = tubulus kontortus proksimal d =


tubulus kontortus distal
(http://i27.photobucket.com/albums/c190/lovesthesunset/anatomy
%20and%20physiology/glomerulus2.jpg)

1.2. Kapsula Bowman


Kapsula ini terdiri dari lapisan dalam atau visceral
yang melapisi glomerulus dan suatu lapisan luar atau parietal.
Lapisan visceral secara langsung membungkus glomerulus
dan terdiri dari selapis sel epitel pipih di atas membrana
basalis, yang telah menyatu dengan membrana basalis epitel
kapiler glomerulus. Jadi epitel visceral dan endotel kapiler
hanya terpisah oleh suatu membrana basalis yang tipis, dengan
tebal 0,3 m yang terdiri dari serat-serat halus yang disebut
membrana basalis glomerulus. Lapisan parietal kapsula
Bowman terdiri atasselapis sel epitel pipih. Celah antara
lapisan visceral dan parietal disebut ruang urin atau ruang
Bowman. (Bajpai RN, 1989, 182)
Selama perkembangan korpus renal, sel-sel dari lapis visceral
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak mirip sel epitel pada
bagian tubuh manapun. Sel-sel ini disebut podosit, pada dasarnya
berbentuk stelata, dengan sejumlah cabang atau proses primer yang
memeluk kapiler di bawahnya dan mencabangkan banyak cabang-
cabang sekunder yang disebut proes kaki atau pedikel. Sel ini saling
selisip dengan cabang-cabang podosit bersebelahan namun tidak saling
melekat. Dengan demikian terbentuk system celah intersel yang sangat
rumit, yang harus dilalui fitrat dalam plasma darah agar dapat masuk
ke dalam ruang bowman. Hubungan tersebut tidak tampak pada
mikroskop cahaya, tetapi nampak jelas pada mikrogaf electron
skening. (Bloom and Fawcett, 2002, 653)
Cabang-cabang sekunder dari podosit merapat pada lamina basalis
dari kapiler di bawahnya, namun bedanya sel terpisah sejauh 1-3 m.
Badan sel dan cabang-cabang primer dari satu podosit dapat

melengkung diatas cabang podosit sebelah. Akibat cabang primer itu


saling selisip, cabang-cabang terminalnya tampak selalu berselisip
dengan pedikel-pedikel sel lain dan bukan dengan pedikel sel yang
sama. Terpisahnya badan sel dengan kapiler di bawahnya
memungkinkan lebih banyak pedikel melekat pada permukaan kapiler,
berarti permukaan total celah intersel bagi filtrasi menjadi maksimal.
(Bloom and Fawcett, 2002, 653)

Sel podosit pada korpus renal


(http://www.med.umich.edu/histology/fieldTrip/glomerulus.jpg)

Dapus:

1. Leeson CR, Leson TS, Paparo AA. 1990. Buku Ajar Histologi.
Jakarta : EGC.
2. Bajpai RN. 1989. Histologi Dasar. Jakarta : Bina Aksara.
3. Junxuera LC, Carneiro J, Kelley RO. 1995. Histologi Dasar. Jakarta :
EGC.
4. Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi
Fungsional. Edisi 9. Jakarta : EGC.
5. Fawcett DW, Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC.
6. http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/03/nephron.jpg akses
tanggal 22 Mei 2010
7. http://i27.photobucket.com/albums/c190/lovesthesunset/anatomy
%20and%20physiology/glomerulus2.jpg . akses tanggal 22 Mei 2010
8. http://www.med.umich.edu/histology/fieldTrip/glomerulus.jpg akses
tanggal 22 Mei 2010.

2. Tubulus Renal
Tubulus Renal terdiri atas:
1. Kapsula Bowman
2. Tubulus Kontortus Proksimal
3. Ansa Henle Pars Desendens, yang terletak dalam bagian pyramid
medulla yang membalik dan membentuk ansa Henle. Bagian ini
mempunyai susunan sama dengan yang terdapat pada tubulus
kontortus proksimal, kecuali brush border yang disini kurang
berkembang. Fungsinya adalah mensekresi ion H dan kreatinin ke
dalam urin.
4. Ansa Henle Segmen Tipis, panjang bagian ini mempunyai garis
tengah 15m, dilapisi selapis sel epitel pipih. Mikrovilli yang
membentuk brush border lebih sedikit dan lebih pendek.
Mitokondria dalam sel juga jarang.
5. Ansa Henle Pars Asendens, menuju dan masuk kembali ke korteks
dan melanjutkan diri sebagai tubulus kontortus distal. Panjang
bagian ini 9 mm dengan garis tengah 30m. Bagian ini naik
menuju korteks dan menghampiri kutub atau polus vascular
glomerulus asalnya. Pada tempat ini saluran telah menjadi tubulus
kontourtus distal. Bagian saluran ini dibatasi sel kuboid yang
terletak di atas membran basal. Fungsinya untuk resoprsi ion Na
dan Ca.
6. Tubulus Kontortus Distal, yang bagian akhirnya melurus dan
membentuk tubulus penghubung.
7. Tubulus Penghubung, yang berakhir dengan bermuara pada duktus
koligens. Duktus koligens mulai dari bagian korteks, dan akhirnya
bermuara dalam saluran lebar yang disebut duktus Bellini, yang
akan bermuara pada puncak piramid yang menonjol ke dalam
kaliks minor (Bajpai RN, 1989).

2.1 Tubulus kontortus proksimal


Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir
sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa
Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas
yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak
berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan).
Tubulus ini terletak di korteks ginjal. (Achmad A.J, 2001)
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat
glomerulus 80-85% dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
diresorpsi.(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003)
Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan
parietal kapsula bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus
kontortus proksimal berbentuk kuboid, atau silindris rendah. Tubulus
ini lebih panjang dari tubulus kontortus distal dan karenanya tampak
lebih banyak di dekat korpuskel ginjal dalam korteks ginjal.(Junqueira,
L.C & Carneiro J., 2003)
Gambar sel kuboid dari tubulus proksimal
Sel-sel epitel kuboid inimemiliki sitoplasma asidofilik yang
disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar.
Apeks sel memiliki banyak mikrovili dengan panjang kira-kira 1m,
yang membentuk suatu brush border. Karena selnya berukuran
besar, setiap potongan melintang dari tubulus proksimal hanya
mengandung tiga sampai lima inti bulat.(Junqueira, L.C & Carneiro J.,
2003)

gambar korteks yang memperlihatkan tubulus proksimal (PT) dan


tubulus distal (DT). Pada tubulus proksimal mempunyai struktur yang
disebut brush border (Childs G.V. 1998)
Pada hewan hidup, tubulus kontortus proksimal memiliki lumen
lebar dan dikelilingi oleh kapiler peritubular. Pada sediaan histology
rutin, brush border biasanya tidak teratur dan lumen kapiler
peritubular sangat kecil atau tampak kolaps.(Junqueira, L.C &
Carneiro J., 2003)
Sitoplasma apical sel-sel ini memiliki banyak kanalikuli di antara
pangkal mikrovili; kanalikuli ini meningkatkan kemampuan sel
tubulus ontortus proksimal untuk menyerap makromolekul. Vesikel
pinositotik dibentuk oleh evaginasi membrane apical dan mengandung
makromolekul (terutama protein dengan berat molekul kurang dari 70
kDa) yang telah melalui saringan glomerulus. Vesikal pinositotik
menyatu dengan lisosom tempat terjadinya degradasi makromolekul,
dan monomer kembali ke sirkulasi. Bagian basal sel-sel ini memiliki
banyak invaginasi membrane dan interdigitasi lateral dengan sel-sel
bersebelahan. Na+/K+-ATPase (pompa natrium) yang bertugas untuk
mentranspor ion natrium secara aktif keluar dari sel-sel ini, terletak
pada membrane baso-lateral tersebut. Mitokondria terutama berkumpul
di basal sel, dan tersusun parallel terhadap sumbu panjang sel. Lokasi
mitokondria dan perluasan membrane sel di basal sel merupakan cirri
khas untuk sel-sel yang terlibat dalam transport ion secara aktif.
Karena banyaknya interdigitasi pada membrane lateral, batas sel tidak
dapat diamati dengan jelas (dengan menggunakan mikroskop cahaya)
di antara sel-sel tubulus proksimal. Filtrat glomerulus yang terbentuk
di dalam korpuskel ginjal masuk ke dalam tubulus kontortus
proksimal, tempat dimulainya proses absorbs dan ekskresi. Tubulus
kontortus proksimal mengabsorbsi seluruh glukosa dan asam amino
dan lebih kurang 85% natrium klorida dan air dari filtrate selain fosfat
dan kalsium. (Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003)
Gambar. Sedian nefron potongan melintang. Lumen pada tubulus
proksimal tampak bulat dan lebar (Fankhauser D.B.,2001)

2.2 Ansa Henle

Ansa Henle terlibat dalam retensi air, hanya hewan yang memeliki
ansa dalam ginjalnya yang dapat menghasilkan urin hipertonik dan
dapat mempertahankan air tubuh. Ansa Henle menghasilkan gradient
hipertonik dalam interstisium medulla yang mempengaruhi konsentrasi
urin sewaktu mengalir melalui duktus koligens. (Junqueira, L.C &
Carneiro J., 2003)
Meskipun ruas tipis desendens dari ansa Henle permebel untuk
air, seluruh ruas asendens tidak permeable untuk air. Pada ruas tebal
asendens, NaCl secara aktif dipindahkan keluar tubulus untuk
membentuk gradient hiperosmotik di dalam interstisium medulla, yang
diperlukan untuk pemekatan urin. Osmolaritas interstisium pada
puncak pyramid lebih kurang 4 kali dari osmolaritas dalam darah.
(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003)
Segmen Tipis
Seperti telah disebutkan, nefron (kortikal) pendek mempunyai
segmen tipis yang pendek sekali di dalam pars desendens ansa Henle
yang terletak di dalam lapisan dalam medula, sedangkan pada nefron
(yuksta-medular) panjang segmen tipis berjalan dari bagian lebih
dalam pars desendens sampai zona dalam medulla, untuk membentuk
ansa, dan berjalan kembali sebagai bagian lebih dalam pars asendens
sampai ke zona luar. Nefron panjang hanya merupakan 15% dari
seluruh nefron. Walaupun segmen tipis kedua jenis agak berbeda,
tetapi mempunyai struktur yang sama. Diameter luar segmen tipis
hanya 12-15 m, dengan diameter lumen relatif besar, sedangkan
tinggi epitel hanya 1-2 m. Inti menonjol ke lumen dan walaupun
epitel lebih tebal daripada endotel, segmen tipis sangat menyerupai
endotel. Sel-sel segmen tipis memperlihatkan sedikit mikrovilus. Ciri
khusus terdapat interdigitasi antara tonjolan sitoplasma sel-sel yang
berdampingan sehingga pada potongan melintang dapat tampak
sampai 20 atau lebih bagian sel, dan hanya beberapa di antaranya yang
mengandung inti (Leeson et al., 1990)
Segmen Tebal
Peralihan dari segmen tipis ke segmen tebal secara tiba-tiba,
dengan sel-sel yang bertambah tinggi dari pipih sampai kuboid. Pada
nefron panjang perubahan terjadi di pars asendens. Pada nefron pendek
perubahan biasanya terdapat pada pars desendens sehingga segmen
tebal membentuk ansa. Melihat strukturnya ia mirip tubulus distal pars
kontorta, akan tetapi tinggi epitel lebih pendek dan inti cenderung
menonjol ke lumen. Sel-sel ini sangat tidak teratur bentuknya dengan
banyak sekali interdigitasi dan lipatan plasmalema basal dan dengan
mitokondria yang lonjong di antara lipatan-lipatan itu. Sedikit
mikrovilus apical yang pendek. Bentuknya sama dengan sel-sel yang
turut dalam transport ion aktif, akan tetapi permeabilitas terhadap air
rendah dan cairan lumen tetap hipotonik terhadap darah. Pars rekta
tubulus distal berjalan dari medulla ke korteks, menuju korpuskel renal
asal dan menempati tempat bersisian dengan anteriol aferen dan eferen
sebagai makula densa, dengan demikian membentuk bagian akhir dari
ansa Henle. Secara fisiologis, ansa Henle esensial untuk menghasilkan
kemih yang hipertonik terhadap plasma darah (Leeson et al., 1990).
Gambar 2. Medula ginjal dengan pengecatan HE; 1. Ansa Henle Pars
Asendens; 2. Ansa Henle Pars Desendens

2.3 Tubulus kontortus distal


Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya
disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas
dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna
biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil
(kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak
mempunyai paras sikat. Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi
bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.(Achmad A.J, 2001)
Segmen tebal dan asendens ansa henle menerobos korteks, setelah
menempuh jarak tertentu, segmen ini menhadi berkelok-kelok dan
disebut tubulus kotortus distal. Tubulus ini seperti segmen asendens,
dilapisi oleh epitel selapis kuboid.(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003)
Tubulus kontortus distal berbeda dari tubulus kontortus proksimal
(keduanya terdapat di korteks) karena tidak memiliki brushborder,
tidak adanya kanalikuli apical dan ukuran sel yang lebih gepeng dan
lebih kecil dari sel tubulus proksimal, tampak lebih banyak sel inti
pada dinding tubulus distal daripada di dinding tubulus proksimal. Sel-
sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membrane
basal dan mtokondria terkait yang menunjukkan transport 2ion-ionnya.
(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003)

Gambar tubulus distal yang tidak memiliki brushborder.


Bandingkan dengan tubulus proksimal yang berada di kiri atas.

Tubulus kontortus distal mengadakan kontak dengan kutub


vascular di korpuskel ginjal yang berasal dari induk nefronnya. Pada
tempat kontak ini, tubulus distal mengalami modifikasi, seperti halnya
dengan arteriol aferennya. Di daerah junksta glomerular ini, sel-sel
tubuluskontortus distal biasanya menjadi silindris dan intinya
berhimpitan, kebanyakan selnya meiliki kompeks golgi di bagian
basal. Dinding segmen tubulus distal yang termodifikasi ini, yang
tampak lebih gelap pada sediaan mokroskopik karena rapatnya inti,
disebut macula densa. Sel-sel macula densa sensitive terhadap
kandungan ion dan wolume air dalam cairan tubulus dan menghasilkan
sinyal molekul yang berakibat pemebasan enzim rennin ke dalam
sirkulasi.(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003)

Di dalam tubulus kontortus distal terjadi pertukaran ion. Jika


terdapat aldosteron dalam jumlah cukup: natriom diabsorbsi dan ion
kalium disekresi. Mekanisme ini mempengaruhi jumlah total garam
dan air tubuh,. Tubulus distal juga menyekresi ion hydrogen dan
ammonium ke dalam urin tubulus. Aktivitas ini penting untuk
mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam darah.(Junqueira,
L.C & Carneiro J., 2003)

2.4 Duktus Koligens


Duktus koligens atau duktus ekskretorius bukan merupakan bagian
dari nefron. Setiap tubulus kontortus distal behubungan dengan duktus
koligens melalui sebuah cabang di samping duktus koligens yang
pendek yang terdapat dalam berkas medular; terdapat beberapa cabang
seperti itu (Leeson et al., 1990). Urin mengalir dari tubulus kontortus
distal ke tubulus koligens, yang saling bergabung membentuk duktus
koligens yang lebih besar dan lebih lurus, yaitu duktus papilaris
Bellini, yang berangsur melebar sewaktu mendekati puncak pyramid
(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003). Duktus papilaris (Bellini)
dengan diameter 100 sampai 200 m atau lebih. Muara ke permukaan
papilla sangat besar, sangat banyak dan sangat rapat, sehingga papilla
tampak seperti sebuah lapisan (area kribosa) (Leeson et al., 1990).
Tubulus koligens yang lebih kecil dilapisi oleh epitel kuboid dan
bergaris tengah lebih kurang 40 m. Sewaktu tubulus masuk lebih
dalam ke dalam medulla, sel-selnya meninggi sampai menjadi sel
silindris. Garis tengah duktus koligens mencapai 200 m dekat puncak
piramid. Sepanjang bentangnya, tubulus dan duktus koligens terdiri
atas sel yang tampak pucat dengan pulasan biasa. Sitoplasmanya
electron-lusen dengan sedikit organel dan hamper tanpa invaginasi dari
membrane sel basal. Pada tubulus koligens dan duktus koligens
kortikal, juga tampak sebuah sel interkalaris gelap; manfaatnya belu
diketahui. Batas intersel dari tubulus koligens dan sel-sel duktus jelas
terlihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak terdapat interdigitasi
antara batas lateral sel-sel berdekatan. Duktus koligens kortikal
berhubungan secara tegak lurus dengan beberapa generasi tubulus
koligens yang lebih kecil yang mengalirkan cairan setiap berkas
medulla. Dalam medulla, duktus koligens merupakan komponen utama
dari mekanisme pemekatan urin (Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003).
Duktus koligens menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter
dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon anti-deuritik
(ADH) (Leeson et al., 1990).

Gambar 2 Duktus koligens, potongan transversal (Formalin, HE); 1.


duktus koligens ; 2. tubulus distal; 3. Brush border; 4. Sel
epitel selapis silindris; 5. intercalating cell; 6. rodlet cell; 7.
Sel epitel silindris berrderet; 8. Sel mucous; 9.
melanomacrophage; 10. Arteri; 11. Jaringan ikat dan otot
polos.

2.4.1 Korelasi Fungsional- Duktus Koligens dan ADH


Filtrat glomerular mengalir dari tubulus kontortus distal ke
tubulus koligens; tubulus ini biasanya tidak dapat dilewati air.
Nama pada keadaan tertentu, hormon ADH dibebaskan dari
neurohipofisis sebagai respon atau asupan air ke dalam tubuh yang
menurun. Akibat adanya ADH, epitel tubulus koligens sangat
permeable untuk air. Akibatnya, saat filtrate glomerular mengalir
melalui duktus koligens di medulla, air ditarik keluar dari filtrate
karena peningkatan permeabilitas tubular dan tekanan osmotic
tinggi yang dihasilkan oleh cairan ekstrasel yang hipertonik. Air
yang tertarik keluar ini kemudian dikembalikan ke sirkulasi umum
melalui pembuluh darah (kapiler), dan filtrat glomerular di dalam
duktus koligens menjadi hipertonik. Bila tidak ada ADH, air tidak
keluar dari duktus koligens karena epitelnya tidak dapat dilewati
air. Akibatnya, filtrat yang dikeluarkan berupa urin encer karena
mengandung lebih banyak air (Eroschenko, 2003).

3. Proses Filtrasi
Aliran darah dalam kedua ginjal orang dewasa mencapai 1,2-1,3 L
darah per menit. Hal ini berarti bahwa semua darah yang beredar dalam
tubuh telah melalui ginjal setiap 4-5 menit. Glomerulus terdiri atas kapiler
arteriol, dengan tekanan hidrostatik kira-kira 45mm Hg lebih tinggi dari
yang terdapat dalam kapiler lain (Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003).
Filtrat glomerulus dibentuk sebagai respons terhadap tekanan
hidrostatik darah, yang ditentang oleh tekanan osmotic (onkotik) koloid
plasma (20 mm Hg) dan tekanan hidrostatik cairan dalam kapsula
Bowman (10 mm Hg). Tekanan filtrasi sebenarnya pada ujung aferen
kapiler glomerulus menjadi 15 mm Hg (Junqueira, L.C & Carneiro J.,
2003).
Filtrat glomerulus memiliki komposisi kimia serupa dengan plasma
darah, tetapi hamper tidak mengandung protein, karena makromolekul
tidak mudah menembus dinding glomerulus. Molekul protein terbesar
yang berhasil melewati saringan glomerulus memiliki berat molekul lebih
kurang 70.000 dan sejumlah kecil albumin plasma muncul dalam filtrat
(Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003).
Sel endotel kapiler glomerulus itu bertingkap dengan banyak
lubang (garis tengah 70-90 mm) tanpa diafragma, sehingga endotel dengan
mudah diterobos (Junqueira, L.C & Carneiro J., 2003).
Gambar 2 Filtrat Glomerulus

DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. 1995. Histologi Dasar. Jakarta:
EGC. pp: 382, 385-86.
2. Bajpai RN. 1989. Histologi Dasar. Jakarta : Bina Aksara. pp: 182-85.
3. Leeson CR, Leson TS, Paparo AA. 1990. Buku Ajar Histologi. Jakarta:
EGC. pp: 443-44, 446.
4. Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi
Fungsional. Edisi 9. Jakarta: EGC. pp: 254.
5. http://www.google.com/imgres?
imgurl=http://www.histol.chuvashia.com/images/urinary/kidney diakses
pada tanggal 21 Mei 2010.
6. http://aquaticpath.umd.edu/fhm/images/renald.JPG&imgrefurl=http://aqua
ticpath.umd.edu/fhm/renal.html diakses pada tanggal 21 Mei 2010.

You might also like