Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1. Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita,
terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan,
kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap
dan berlendir.
2. Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing,
biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan
oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan
melalui hubungan seksual.
3. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut
dapat terasa sakit atau tidak.
4. Tonjolan kecil-kecil (papules), atau lecet disekitar alat kelamin.
5. Kemerahan di sekitar alat kelamin.
6. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
7. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan
dengan menstruasi.
8. Bercak darah setelah hubungan seksual.
9. Anus gatal atau iritasi.
10. Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
11. Nyeri di paha atau perut lebih rendah.
12. Pendarahan pada vagina .
13. Nyeri atau pembengkakan testis.
14. Pembengkakan atau kemerahan dari vagina.
15. Nyeri seks.
16. Pendarahan dari vagina selain selama periode bulanan.
17. Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
18. Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
19. Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
20. Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll.
C. Klasifikasi Seksual Transmitted Deseases (STD)/Infeksi Menular Seksual
(PMS)
1) Klamidia
Chlamidia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai
jenis infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri -chlamidia trachomatis- yang
hidup dan berkembang dalam tubuh. Klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya
dan biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria
yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Melalui kontak fisik (seksual) secara langsung tanpa pelindung
dan tidak menerapkan pola hubungan seks yang sehat dan aman, serta anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak
menunjukkan gejala. Pada pria : terjadi peradangan pada saluran kencing atau
epididimis ( saluran kecil dan panjang sebagai tempat penyimpan sperma ), demam,
keluarnya cairan dari penis, rasa sakit atau rasa berat pada kantong buah pelir.
Pada wanita: infeksi saluran kemih dan cervix, infeksi ovarium dan tuba fallopii,
sekresi cairan abnormal, iritasi (gatal) pada genetalia, rasa panas saat berkemih,
sakit perut (bawah) hebat dan pendarahan diluar menstrusi.
Tes: Melakukan tes urin dan penyekaan pada vagina (pada wanita) atau ujung penis
yang terbuka (bagi pria). Pada wanita mungkin saja ditemukan pada pemeriksaan
pap smear.
Komplikasi: Komplikasi chlamydia trachomatis yang nyata adalah : infertilitas,
radang panggul (penyebaran radang cervix pada wanita) dan bisa menginfeksi mata
pada kasus tertentu.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan tersebut
tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia
akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di
mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu
yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus
tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir
premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat
terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
risiko tertular penyakit ini. Menerapkan pola hubungan seks yang aman dan sehat.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menjalani pemeriksaan rutin setiap 6
bulan sekali.
2) Gonore
Gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan. 40% penderita akan
mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut
dapat menyebabkan kemandulan. Infeksi akut yang disebabkan bakteri neiserria
gonorrhoe (gonococcus) berbentuk menyerupai kacang buncis, hanya tumbuh pada
membran yang lembab dan hangat, antara lain : anus dan genetalia.
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Infeksi gonorrhoe terjadi melalui kontak fisik (seksual) secara
langsung tanpa pemakaian pelindung dan mengabaikan seks yang aman, serta
anal dan oral.
Gejala: Masa inkubasi gonorrhoe antara 2-10 (sekitar 2 minggu) hari terhitung
setelah penderita terinfeksi pertama kali. Adapun gejala gonorrhoe secara umum :
pengeluaran sekret (purulent), disuria, malaise, sakit kepala dan limpadenopati
regional. Pada wanita tidak menunjukkan adanya gejala fisik sampai pada fase
nyeripada punggung, nyeri abdomen dan panggul (PID), cervix dan kelenjar bartolini
tampak bengkak. Sebagian pria yang terinfeksi menunjukkan gejala sbb : bau busuk
pada area genetalia, sekresi cairan pekat yang menetes ujung penis dan rasa perih
ketika BAK.
Tes (Diagnosa): Penegakan diagnosa gonorrhoe melalui pemeriksaan sampel yang
diambil dari: spesimen dari mukosa mulut, saluran kemih, cervix (pada wanita),
ujung penis yang terbuka (pada pria) dan saluran anus dengan menggunakan spons
(khusus) berukuran kecil dimana spons itu akan menyerap cairan (spesimen) yang
nantinya akan diperiksa dan hasil tes biasanya tersedia dalam waktu 1 minggu.
Komplikasi: Identifikasi komplikasi gonorrhoe: infertilitas, dermatitis, arthritis,
endokarditis, myoperikarditis, meningitis bahkan hepatitis.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit
Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria.
Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore
dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis
sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah
kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk
pengobatan gonore.
Pencegahan: Melakukan pemeriksaan rutin dan tidak gonta-ganti pasangan,
menerapkan hubungan seksual yang sehat dan aman. Satu hal yang tak kalah
pentingnya, menjaga kebersihan khususnya area genital tubuh.
3) Hepatitis B
Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA
(hepatitis B) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada (organ) hati, yang
menyebabkan perasangan pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi
adanya hepatitis virus ABCDEF, namun yang berkaitan dengan PMS adalah B dan
C. Vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali terkena penyakit ini tidak
dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan kanker hati
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hepatitis B HbsAg+ berperan menyebarkan virus melalui cairan
yang sudah terinfeksi, antara lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun ludah
masuk ke tubuh manusia melalui luka yang terbuka dan bagian tubuh yang
memungkinkan untuk infeksi bakteri. Sedangkan penularan hepatitis C yang utama
adalah melalui pemakaian jarum suntik yang tidak disposible. Namun virus ini juga
bisa ditularkan melalui hubungan seksual dengan proporsi yang lebih rendah (yakni
dengan pemaparan antara darah wanita menstruasi yang melakukan hubungan seks
dengan perlukaan akibat hepatitis pada pria pasangannya).
Gejala: Hepatitis B Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada
seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit
kepala, diare, nafsu makan menurun, otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi
serta vomitus. Hepatitis C
Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi. Gejala yang muncul
antara lain: lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa
pegal, demam, diare dan sakit kuning.
Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan
sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis.
Tes (Diagnosa): Hepatitis B HbsAg telah ditemukan hampir pada spesimen tubuh
yang terinfeksi, yaitu: darah, semen, saliva, air mata, ascites, ASI dan urine
penderita. Hepatitis C Untuk mendeteksi, pemeriksaan anti-hepatitis C virus
ditegakkan. Pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan lab tambahan.
Terapi: Terapi untuk penderita virus ini: asimptomatis, interferon.
Hepatitis B Istirahat, menghindari stres, tidak melakukan aktivitas berat dan
memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain itu kurangi dan hindari
kebiasaan merokok dan alkoholik. Antibodi virus ini bersifat seumur hidup setelah
penderita terjangkit, namun masih mungkin terinfeksi hepatitis C. Hepatitis C Obat-
obatan untuk penderita hepatitis C kronis saat ini telah tersedia, sayangnya terbukti
tidak selalu efektif dan punta efek samping.
Komplikasi: Hepatitis B Sebagai penyebab utama hepatitis akut,kronik, serosis
bahkan kanker hati. Hepatitis C Gejala terburuk adalah kerusakan hati yang serius.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Untuk orang-
orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi
cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir:Perempuan
hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang
terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit
hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari
seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat
lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
Pencegahan: Hepatitic B Vaksin yang aman dan adekuat telah tersedia.
Pemberiannya dilakukan 3 kali penyuntikan selama 6 bulan berturut-turut dan
semuanya dilakukan di bahu. Hindari sebisa mungkin untuk tidak terpapar spesimen
penderita. Hepatitis C Menghidari pemaparan spesimen tubuh dan kontak langsung
dengan penderita. Hidup sehat dan teratur sebagai alternatif bijak untuk
menghindarinya. Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi
khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling
mungkin dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks. Kondom dapat
menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba suntik dan
memakai jarum suntik bergantian. Bicarakan dengan petugas kesehatan
kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah penularan Hepatitis B,
khususnya ketika akan menerima tranfusi produk darah atau darah. Vaksin sudah
tersedia dan disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis
B. Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis B sudah dilakukan secara rutin pada
imunisasi anak-anak sebagaimana direkomendasikan oleh the American Academy
of Pediatrics.
4) Herpes Genital (HSV-2)
Herpes Genital (HSV-2) infeksi akut pada genetalia dengan gejala khas berupa
vesikel. Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II.
Tipe: Viral
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan
bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal
atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1)
umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di
bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat
menyebabkan infeksi alat kelamin. Tanpa melalui hubungankelamin seperti : melalui
alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu prosespersalinan/partus pervaginam
pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alatkelamin luar.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa
gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan.
Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya
di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian
tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi
dapat muncul kembali. Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari
bintik kemerahan berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus biasanya
efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi
HSV-2.
Komplikasi : Gangguan mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani
herpetika terjadi bila mengenai region genetalia. Abortus. Anomali
kongenital.Infeksi pada neonatus (konjungtifitis/ keratis, ensefalitis, vesikulitis
kutis,ikterus, dan anomali konvulsi).
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang
terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang
mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa
persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar
sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan
kematian atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom
dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan
hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui
adanya luka di daerah kelamin.
5) HIV/AIDS
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau
produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat
persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.
Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam,
kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran
getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai
sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa
tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan,
menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-
infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral
digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-
obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua
orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS
akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang
terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral
yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV
dalam proporsi yang cukup besar.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi,
khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret
vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif
untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom dapat
menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan
penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik.
Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan
untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah
maupun produk darah.
D. Pencegahan IMS
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan IMS adalah untuk
menghindari kontak dari bagian tubuh atau cairan yang dapat menyebabkan untuk
mentransfer dengan pasangan yang terinfeksi. Ada kontak meminimalkan risiko.
Tidak semua aktivitas seksual melibatkan kontak: cybersex, phonesex atau
masturbasi dari kejauhan metode untuk menghindari kontak. Penggunaan yang
tepat dari kondom mengurangi kontak dan risiko.
Idealnya, kedua pasangan sebaiknya dites IMS sebelum memulai kontak
seksual, atau sebelum melanjutkan kontak jika pasangan terlibat dalam kontak
dengan orang lain. Banyak infeksi yang tidak terdeteksi segera setelah terkena,
sehingga cukup waktu harus diperbolehkan antara eksposur mungkin dan pengujian
untuk tes yang akan akurat. IMS tertentu, virus persisten khususnya tertentu seperti
HPV, mungkin mustahil untuk mendeteksi dengan prosedur medis saat ini.
Banyak penyakit yang membangun infeksi permanen sehingga dapat
menempati sistem kekebalan bahwa penyakit lain menjadi lebih mudah menular.
Sistem kekebalan tubuh bawaan yang dipimpin oleh defensin melawan HIV dapat
mencegah penularan HIV ketika jumlah virus yang sangat rendah, namun jika sibuk
dengan virus lain atau kewalahan, HIV dapat membangun dirinya. IMS virus tertentu
juga sangat meningkatkan risiko kematian bagi pasien terinfeksi HIV.
Vaksin
Vaksin yang tersedia yang melindungi terhadap beberapa IMS virus, seperti
Hepatitis B dan beberapa jenis HPV. Vaksinasi sebelum memulai kontak seksual
disarankan untuk menjamin perlindungan maksimal.
Kondom
Kondom hanya memberikan perlindungan bila digunakan dengan benar sebagai
penghalang, dan hanya ke dan dari daerah yang mencakup. ''Terbongkar daerah
masih rentan terhadap PMS''banyak. Dalam kasus HIV, rute penularan HIV secara
seksual hampir selalu melibatkan penis, karena HIV tidak dapat menyebar melalui
kulit tak terputus, sehingga''benar melindungi penis insertif dengan kondom benar
dipakai dari vagina dan anus efektif berhenti penularan HIV''. Sebuah cairan yang
terinfeksi untuk kulit rusak ditanggung penularan HIV langsung tidak akan dianggap
"menular seksual", tapi masih bisa secara teoritis terjadi selama kontak seksual, hal
ini dapat dihindari hanya dengan tidak terlibat dalam hubungan seksual saat
mengalami luka pendarahan terbuka. PMS lain, bahkan infeksi virus, dapat dicegah
dengan penggunaan kondom lateks sebagai penghalang. Beberapa
mikroorganisme dan virus cukup kecil untuk melewati pori-pori dalam kondom kulit
alami, tetapi masih terlalu besar untuk melewati kondom lateks.
Kondom dibuat, diuji, dan diproduksi untuk tidak pernah gagal jika digunakan
dengan benar. Belum ada satu kasus didokumentasikan dari penularan HIV karena
adanya kondom benar diproduksi
Penggunaan yang tepat mencakup:
Tidak menempatkan kondom pada terlalu ketat di akhir, dan meninggalkan
1,5 cm (3 / 4 inci) kamar di ujung untuk ejakulasi. Menempatkan kondom pada
nyaman dapat dan sering mengakibatkan kegagalan.
Memakai kondom terlalu longgar bisa mengalahkan penghalang.
Menghindari pembalik, menumpahkan kondom sekali dipakai, apakah itu
telah ejakulasi di dalamnya atau tidak, bahkan untuk satu detik.
Menghindari kondom terbuat dari bahan lateks atau selain polyurethane,
karena mereka tidak melindungi terhadap HIV.
Menghindari penggunaan pelumas berbasis minyak (atau apapun dengan
minyak di dalamnya) dengan kondom lateks, minyak bisa makan lubang ke
dalamnya.
Menggunakan kondom rasa untuk seks oral saja, sebagai gula dalam
penyedap dapat menyebabkan infeksi ragi jika digunakan untuk menembus.
Tidak mengikuti lima panduan pertama di atas melanggengkan kesalahpahaman
umum bahwa kondom tidak diuji atau dirancang dengan baik.
Dalam rangka untuk terbaik melindungi diri sendiri dan pasangan dari IMS, kondom
tua dan isinya harus dianggap masih menular. Oleh karena itu kondom lama harus
dibuang dengan benar. Sebuah kondom baru harus digunakan untuk setiap
melakukan hubungan, seperti penggunaan beberapa meningkatkan kemungkinan
kerusakan, mengalahkan tujuan utama sebagai penghalang.
Nonoxynol-9
Nonoxynol-9 mikrobisida vagina diharapkan untuk menurunkan tingkat PMS. Namun
Ujian telah menemukan tidak efektif.
E. Penanganan
Untuk menangani nyeri atau rasa sakit akibat PMS obat yang biasa digunakan
adalah ibuprofen dan asetaminofen. Melakukan gaya hidup sehat termasuk
berolahraga dan diet rendah lemak juga dapat mengurangi gejala PMS. Beberapa
perempuan mungkin akan menggunakan kontrasepsi oral untuk mengurangi gejala
PMS. Dengan memahami gejala-gejala PMS tersebut, diharapkan para perempuan
yang menderita karenanya akan lebih baik dalam memahami dan melakukan
penanganan yangs sesuai dengan kondisi mereka. Jika mengalami gejala PMS
parah dan sangat mengganggu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
mendapatkan penanganan yang tepat.
Contoh Kasus
Kasus AIDS ( Penyakit menular seksual ) pertama kali dilaporkan di
Indonesia pada 1987, yang menimpa seorang warga negara asing di Bali. Tahun
berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi. Sampai akhir
September 2003 tercatat ada 1.239 kasus AIDS dan 2.685 kasus HIV. Para ahli
memperkirakan bahwa hingga saat ini terdapat antara 90.000130.000 orang
Indonesia yang hidup dengan HIV . Sehingga dengan menggunakan perhi- tungan
angka kelahiran sebesar 2,5 persen, diperki- rakan terdapat 2.2503.250 bayi yang
mempunyai risiko terlahir dengan infeksi HIV. Pola penyebaran infeksi yang umum
terjadi adalah melalui hubungan seksual, kemudian diikuti dengan penularan melalui
penggunaan napza suntik
1. Pengguna napza suntik. Berdasarkan kasus yang terlaporkan, jumlah kasus AIDS
di Indonesia sejak 1987 sampai 2002 terus meningkat, menyerang semua kelompok
umur khususnya remaja serta kelompok usia produktif. Data pengawasan di Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta menunjukkan adanya kenaikan infeksi
HIV pada pengguna napza suntik dari 15 persen pada 1999 menjadi 47,9 persen
pada 2002.
2. AKI di negara lain. AKI di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan
dengan negara negara anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di
Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat
tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi.
Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak,
bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan
dalam masa nifas Pekerja seks dan kelompok berisiko. Industri seks diperkirakan
melibatkan 150.000 pekerja seks komersial wanita. Penderita HIV pada wanita
berisiko tinggi ini cukup tinggi. Di Merauke, misalnya, 26,5 persen pekerja seks
komersial wanita telah terinfeksi HIV.
Infeksi ini juga terjadi cukup tinggi pada lembaga pemasyarakatan. Di salah
satu lembaga pemasyarakatan di Jakarta, misalnya, 22 persen narapidana telah
terinfeksi HIV. Penggunaan kondom pada hubungan seksual terakhir dilakukan oleh
sekitar 41 persen pekerja seks komersial. Diperkirakan ada 710 juta pelangan seks
pria di Indonesia, namun survei di tiga kota menunjukkan hanya sekitar 10 persen
dari pelanggan yang menggunakan kondom secara konsisten untuk melindungi
dirinya dari risiko penularan saat melakukan transaksi seks secara komersial. Survei
lainnya di 13 provinsi pada pekerja seks komersial menunjukkan bahwa penggunaan
kondom pada hubungan seks seminggu terakhir antara 18,9 persen di Karawang
dan 88,4 persen di Merauke.
3. Penggunaan kondom pada contraceptive prevalence rate. Data Susenas
menunjukkan bahwa penggunaan kondom sebagai alat KB (yaitu pada contraceptive
prevalence rate) pada wanita menikah usia subur (1549 tahun) sangat rendah,
yaitu 0,4 persen pada 2002, tetap di bawah satu persen sejak 1994 .
Pengetahuan tentang HIV/AIDS. Persentase anak muda usia 1524 tahun
yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Pada 2002-2003,
65,8 persen wanita dan 79,4 persen pria usia 1524 tahun telah mendengar tentang
HIV/AIDS.
4. Pada wanita usia subur usia 1549 tahun, sebagian besar (62,4 persen) telah
mendengar HIV/AIDS, tapi hanya 20,7 persen yang mengetahui bahwa
menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dapat mencegah penularan
HIV/AIDS, dan 28,5 persen mengetahui bahwa orang sehat dapat terinfeksi
HIV/AIDS.7 Sebuah penelitian pada 2002 menunjukkan bahwa 38,4 persen dari
pelajar sekolah menengah atas usia 1519 di Jakarta secara benar menunjukkan
cara mencegah penularan HIV dan menolak konsepsi yang salah tentang penularan
HIV. Penelitian lain di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan NTT menunjukkan
bahwa 93,3 persen anak muda usia 1524 tahun mengetahui bahwa HIV dapat
ditularkan melalui hubungan seksual, tapi hanya 35 persen yang mengetahui bahwa
penggunaan jarum suntik bersama dapat menularkan HIV dan 15,2 persen masih
percaya bahwa kontak sosial biasa juga dapat menularkan HIV.
5. Wanita hamil dan bayinya. Penelitian terhadap prevalensi HIV pada ibu hamil di
beberapa tempat di Provinsi Riau pada 1998 sampai 1999 menunjukkan bahwa 0,35
persen ibu hamil telah terinfeksi HIV.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga
secara ora-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin
ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi apat juga pada daerah daerah ekstra
genital.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin,
tetapi ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat alat,
handuk, termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga dapat menularkan
penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.
Pada waktu dulu penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang berasal dari
kata venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini yaitu sifilis, gonore,
ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale.
Ternyata pada akhir akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul
akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebakan oleh perbaikan sarana dan
teknik laboratorium dan penemuan beberapa jenis penyaki secara epidemi seperti herpes
genetalis dan hepatitis B.
Oleh karena itu istilah V.D makin lama makin di tinggalkan dan di oerkenalkan
istilah Sexually Transmitted Diseases (S.T.D) yang berarti penyakit penyakit yang dapat di
tularkan melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk penyakit ini adalah kelima penyakit
V.D. tersebut di tambah berbagai lain yang tidak masuk V.D istilah S.T.D. ini diindonesiakan
menjadi P.M.S. (Penyakit Menular Seksual), ada pula yang menyebutnya P.H.S. (penyakit
hubungan seksual). Sehubungan P.M.S ini sebagian besar di sebabkan oleh infeksi, maka
kemudian istilah S.T.D telah di ganti menjadi S.T.I (Sexually Transmitted Infection).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Penyakit Menular Seksual
2. Apa Gejala PMS
3. Bagaimana Cara penularan PMS
4. Apa Bahaya atau Akibat PMS
5. Tipe PMS yang umum terjadi
6. Bagaimana Pencegahan PMS
7. Bagaimana Penanganannya
8. Bagaimana peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Penyakit Menular Seksual
2. Untuk mengetahui Gejala PMS
3. Untuk mengetahui Bagaimana Cara penularan PMS
4. Untuk mengetauhi Bahaya atau Akibat PMS
5. Untuk mengetahui Tipe PMS yang umum terjadi
6. Untuk mengetahui pencegahan PMS
7. Untuk mengetahui penanganan dari PMS
8. Untuk mengetahui cara bidan dalam pencegahan dan penanggulan PMN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks (oral, anal,
vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang
dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang mata,
mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya HIV/AIDS,
Hepatitis B
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka
kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi
tentunya adalah seseorang yang sering jajan alias punya kebiasaan perilaku yang tidak
sehat.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular
adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma
venereum, granuloma inguinale.
B. Gejala PMS
a. Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau
kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
b. Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga
disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
c. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa
sakit atau tidak.
d. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
e. Kemerahan di sekitar alat kelamin
f. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
g. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi
h. Bercak darah setelah hubungan seksual
i. Anus gatal atau iritasi.
j. Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
k. Nyeri di paha atau perut lebih rendah.
l. Pendarahan pada vagina .
m. Nyeri atau pembengkakan testis.
n. Pembengkakan atau kemerahan dari vagina.
o. Nyeri seks
p. Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan
q. Terasa sakit pada daerah pinggul (wanita)
r. Meski tanpa gejala dapat menularkan penyakit bila tenang
C. Cara Penularan
Penularan PMS pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95 %), sedangkan cara
lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta (dari ibu kepada anak yang
dikandungannya).
D. Bahaya / akibat PMS
a. Menimbulkan rasa sakit
b. Infertilisasi
c. Abortus
d. Ca cerviks
e. Merusak penglihatan, hati dan otak
f. Menular pada bayi
g. Rentan terhadap HIV/AIDS
h. Tidak dapat disembuhkan
i. Kematian
b. Clamidia
Penyakit ini keerabannya sangat tinggi. Penjalaran penyakit sama dengan gonorea
yaitu di mulai dari serviks ataupun uretra ke atas. Dan juga menyebabkan infertilitas serta
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Selain itu pada bayi yang lahir pervaginam
dapat terinfeksi penyakit yang sama dan dapat mengalami konjungtivitis.
1) Penyebab
a) Infeksi ini disebabkan oleh chlamydia Tranchomatis
b) Sifat bakteri
Infektivitas hilang pada suhu 600C selama 10 menit, pada suhu -500C sampai -700C
infektivitas bertahan bertahun-tahun, infektivitas hilang oleh eter selama 30 menit atau fenol
0,5% selama 24 jam.
2) Patofisiologis
a) Sama dengan gonorea yaitu mulai dari serviks ataupun uretra keatas yang menyebabkan
bartholinitis, uretitis, endometritis, salfingitis yang dapat mengakibatkan infertilitas.
b) Pada kehamilan resiko meningkat karena dapat abortus, kematian janin, persalinan prematur,
ketuban pecah dini, dan endometritis post abortum maupun post partum.
c) Pada bayi yang lahir pervaginam dapat mengalami konjungtivitis inklusi dalam 2 minggu
pertama kehidupannya. Pneumonia dapat terjadi pada usia 3-4 bulan. Selain itu dapat terjadi
otitis media, obstruksi nasal dan bronkhiolitis
3) Gejala
a) Masa inkubasi 1 4 minggu
b) Lesi primer sama dengan papula, vesikua didaerah genital kemudian pecah menjadi ulkus
dan sembuh sendiri, keluar keputihan encer berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat
buang air kecil.
c) Lesi sekunder (1 minggu 2 bulan) sama dengan limfadenitis dengan bengkak, merah, sakit
dan supuratif.
d) Pada kasusu kronis terjadi elefanfiasi genital oleh karena obstruksi saluran limfe
4) Komplikasi
a) Penyakit radang panggul kemungkinan kemandulan
b) Kehamilan di luar kandungan
c) Rasa sakit kronis di rongga panggul
d) Infeksi mata berat
e) Infeksi pneumonia pada bayi baru lahir
f) Memudahkan penularan HIV
5) Teraphy
Di berikan antibiotika sulfonomida, tetrasiklin
c. Herpes Genetalis
Infeksi herpes virus harmonis pada orang dewasa ringan. Walaupun demikian
penyakit ini dapat menyebabkan kematian janin dan bayi. Herpes genetalis merupakan virus
yang senantiasa bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit di obati
1) Penyebab
Virus Herpes Simplek tipe II merupakan penyebab herpes genetalis dengan
gelembung-gelembung berisi cairan di vulva, vagina, dan serviks, yang di kenal dengan nama
herpes simpleks. Di negara dengan prevalensi AIDS tinggi, herpes genetalis dihubungkan
dengan kemungkinan HIV(+)
2) Gejala
a) Masa inkubasi 3 5 hari
b) Infeksi primer sekitar 3 minggu
c) Lesi vasikulo ulseratif penis pada laki-laki dan serviks, vagina, vulva atau perineum pada
wanita
d) Rasa sangat nyeri
e) Demam, disuria dan malaise
f) Limfe denopati inguinal
g) Gejala kambuh lagi tetapi tidak seperti senyeri pada tahap awal, biasanya hilang timbul dan
menetap seumur hidup
3) Komplikasi
a) Rasa nyeri berasal dari syaraf
b) Penularan pada bayi dapat terjadi karena hematogen melalui plasenta, penjalaran keatas dari
vagina ke janin apabila ketuban pecah, melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir
c) Pada kehamilan dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada bayi.
4) Teraphy
a) Diberikan anti virus yaitu Acyclovir
b) Bedrest, Neurotropik dan suport stamina
c) Persalinan dengan seksio cesarea jika terdapat perlukaan
d. Sifilis
Penyakit ini kini agak jarang ditemukan apalagi setelah diperkenalkannya antibiotika
penisilin. Penyakit ini menyerang semua organ tubuh. Dalam banyak kasus tidak diketahui
bahwa seorang menderita sifilis karena kemungkinan asimptomatik cukup besar. Sifilis dapat
di klasifikasikan menjadi 3 yaitu sifilis primer (stadium I), sifilis sekunder (standium II)
sifilis laten (stadium III). Penyakit sifilis yang terberat adalah sifilis kongenital.
1) Penyebab
Infeksi sifilis ini di sebabkan oleh bakteri treponema pallida dengan sifat bakteri yaitu
sukar untuk di biakan, bakteri mati pada suhu 390C selama 5 jam, bakteri mati pada suhu
41,50C selama 1 jam, bakteri mati pada suhu 400C selama 1 3 hari.
2) Patofisiologi
Dapat menyerang semua organ tubuh sehingga cairan tubuh mengandung treponema
pallida. Stadium lanjut menyerang sistem kardiovaskuler, otak dan susunan syaraf, serta
dapat menjadi sifilis kongenital. Penjalaran menuju janin dalam kandungan dapat
menimbulkan cacat bawaan dan infeksi dini pada saat persalinan.
3) Gejala
a) Stadium laten
- Dapat terjadi 3 10 tahun setelah guma
- Menyerang kardiovaskuler, otak, susunan syaraf dan organ lain
b) Sifilis kongenital
- Pemfigus sifilitikus, deskuaminasi pada telapak kaki dan tangan serta rhagade di kanan kiri
mulut.
- Pada persalinan tampak janin ataupu plasenta yang hidropik
4) Komplikasi
a) Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
b) Kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan
licin
c) Kehamilan <16 minggu dapat mengakibatkan kematian janin
d) Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kehalahiran bayi prematur dan menimbulkan cacat.
5) Teraphy
a) Di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
- Benzatin penisilin 4,8 juta unit IM setiap minggu hingga 4x pemberian
- Doksisilin hingga 600 mg oral dosis awal di lanjutkan 2x 100 mg oral hingga 20 hari
- Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
b) Pada bayi harus benar-benar menderita sifilis dengan pemeriksaan cairan serebro spinalis
dan uji serologi benar di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
- Banzatin penisilin 300 ribu unit / kg BB / mg sampai 4x pemberian
- Sefriakson 50 mg/kg BB dosis tunggal / hari 10 hari
c) Pastikan pengobatan lengkap dan terjadwal
d) Pantau lesi kronik / gejala lain yang menyertai
e. Hepatitis B
Penularan infeksi Hepatitis B di Amerika Serikat ternyata paling sering terjadi akibat
hubungan seksual. Hepatitis B ini sering di jumpai pada remaja dan orang dewasa serta pada
wanita hamil. Terutama dalam trimester III biasanya lebih parah, dan menyebabkan nekrosis
hati yang laus dengan angka kematian maternal dan fetal yang tinggi. Janin yang di kandung
dapat tertular penyakit yang sama.
1) Penyebab
a) Di sebabkan oleh virus hepatitis B
b) Yang penularannya melalui darah dan produk darah yaitu bisa bisa melalui luka, kontak
seksual, operasi, medikasi, infus dan injeksi serta vertika dan ibu kepada bayinya.
2) Patofisiologi
a) Gejala akut sering karier, ditandai dengan anoreksia, rasa mual, febris, nyeri, tekan pada
perut kanan atas.
b) Tidak di waspadai dapat berlanjut menjadi kronik
c) Pada kehamilan gejala sering di tafsirkan sebagai hiperemesis gravidarum
d) Diagnosa dapat di tegakan berdasarkan pemeriksaan serologik
e) Dapat menjadi kanker hati dan menginfeksi janin pada wanita hamil
3) Gejala
a) Masa inkubasi 60-90 hari
b) Gejala akut meliputi demam, nyeri tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan
malaise serta ikterik
c) Gejala kronis meliputi hepatitis persisten kronik, sirosis hepatitis, hepatoma.
4) Teraphy
a) Bed rest
b) Perbaikan KU
c) Makan makanan yang mengandung protein dan kalori tinggi
d) Pada orang yang positif terkena Hepatitis B di berikan imunisasi HBIG (Hepatitis B Immune
Glugulin) dengan dosis 0,06 ml/kg BB IM dosis tunggal selama jangka waktu 14 hari setelah
terpapar dan di lanjutkan dengan serial vaksin HB
e) Pada bayi di berikan HBIG 0,05 ml IM dosis tunggal dalam 12 jam setelah lahir. Vaksinasi
HB di berikan IM di mulai dalam waktu 7 hari setelah lahir, pada usia 1 bulan dan 6 bulan.
f. HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficincy Syndrome. AIDS merupakan
suatu penyakit relatif baru yang di tandai dengan adanya kelainan yang kompleks dari sistem
pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap
mikroorganisme oportunistik.
1) Penyebab
HIV (Human Immonu Virus) yaitu organisme patogen yang terdapat dalam cairan
tubuh (darah, air, mani, dan cairan vagian) orang yang telah terinfeksi.
2) Penularan
a) Kontak seksual (homo/hetero seksual) dengan seseorang pengidap per oral, per rectal, per
vagina.
b) Kontak langsung dengan darah, produk darah dan jarum suntik, transfusi darah yang
mengandung virus HIV, melalui alat suntik / alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas
orang yang mengidap HIV, melalui transmisi dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS
kepada janin yang di kandungnya melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan /
melalui ASI.
3) Gejala
a) Fase 1 (window period)
- Belum ada gejala sama sekali
- Belum bisa terdeteksi melalui tes
- Sudah dapat menularka HIV
b) Fase II
- Terjadi 2 atau 5-10 tahun setekah terinveksi HIV
- Demam
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Tes darah sudah positiv HIV
c) Fase III (muncul gejala-gejala)
- Flu tidak sembuh sembuh
- Nafsu makan berkurang dan lemah
d) Fase IV
- Infeksi kulit atau selaput lendir
- Infeksi paru-paru (TB paru)
- Infeksi usus yang menyebabkan diare parah selama berminggu-minggu
- Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, kelumpuhan
- Kanker kulit (khas pada penderita AIDS)
4) Pencegahan
a) Abstinence (tidak berhubungan seks)
b) Be faithful (setia pada pasangan)
c) Condom (gunakan kondom saat berhubungan seks berisiko)
d) Drug (jangan pakai narkoba)
e) Equipment (hati-hati! Pakai alat steril)
g. Trikomoniasis
Digolongkan PMS karena sebagian besar menular melalui hubungan seksual oleh karena
itu infeksi dalam lingkup keluarga perlu mendapatkan pengobatan bersama. Penyakit ini juga
menginfeksi bayi yang lahir.
1) Penyebab
Trikomoniasis adalah infeksi alat genitalia wanita / pria yang di sebabkan oleh
Trichomonas Vaginalis. Penulusurannya juga bisa melalui alat-alat toilet seperti toilet seat,
handuk, dll.
2) Patofisiologi
a) Wanita
Vagina mengeluarkan cairan keputihan bercampur nanah dan berbau khas, dinding
vagina merah dan bengkak. Cairang yang keluar menimbulkan iritasi pada bengkak cairan
yang keluar menimbulkan iritasi pada lipat paha samapai liang dubur. Infeksi apat terjadi
dalam bentuk uretriris, skonitis, dan bartholinitis.
b) Pria
Terjadi pada infeksi saluran kemih, infeksi kelenjar prostat dan saluran spermatozoa.
Infeksi menahun sulit di tegakan karena gejala ringan.
3) Gejala
a) Masa inkubasi 4 hari
b) Sekret vagina berbusa, serupurulen dengan warna kekuningan dan kuning kehijauan serta
berbau khas
c) Rasa nyeri dan gatal
d) Dinding vagina meradang dengan infiltrasi
e) Pada pria gejala tersembunyi
4) Komplikasi
Kulit bibir kemaluan lecet, dapat menyebabkan bayi prematur, memudahkan
penularan HIV.
5) Teraphy
a) Pengobatan menggunakan metronidazol per oral untuk suami dan istri
b) Pada wanita juga di berikan obat pervaginam
c) Pada kehamilan diberikan pada usia trimester II/III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
h. Condiloma akuminata
Condiloma akuminata adalah pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti bunga kol atau
jengger ayam jago dengan permukaan kasar. Papiler menonjol dengan warna agak gelap
berkumpul menjadi satu
1) Penyebab
Human Papiloma Virus tipe 6 dan 11
2) Cara penularan
a) Kontak seksual
b) Kontak langsung dengan kulitnya
c) Benda benda kontaminan seperti ; handuk, celana dalam, dll.
3) Patofisiologi
a) Timbulnya kutil-kutil kecil pada bibir kemaluan yang muncul dalam waktu kurang lebih 2
bulan setelah virus masuk ke tubuh
b) Kutil-kutil tersebut dapat membesar kemudian dapat bersatu menyerupai kembang kol atau
jengger ayam jago sehingga menutupi vagina dan anus.
5) Komplikasi
a) Condyloma acuminata yang sudah besar dapat menetupi jalan lahir, sehingga dengan seksio
cesarea sebagai uasaha untuk mencegaha penularan Human Papiloma Virus pada bayi yang
dilahirkan, selain itu jika tidak dengan tindakan SC dikhawatirkan dpat menimbulkan kanker
mulut rahim.
b) Condyloma acuminata yang sudah parah dapat menimbulkan kanker mulut rahim.
6) Teraphy
a) Lesi kecil dengan kauterisaasi, larutan podofilin, alkohol atau TCAA (Trichloro Acetet Acid)
b) Lesi besar dengan pembedahan, penyinaran laser, kauterisasi.
2) Patofisiologi
a) Setelah bakteri masuk kedalam tubuh sekitar 7 hari muncul pustuls ysng kemudian pecah dan
meninggalkan ulkus yang dalam.
b) Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya.
3) Gejala
a) Masa inkubasi 4-10 hari
b) Pustulah pecah menjadi ulkus
c) Rasa nyeri yang hebat
d) Ulkus bersifat multipel, dala, dinding menggaung, tepi tidak rata, meradang, dasar ulkus
kemerahan muda, berada dan terdapat pus.
e) Pembesaran kelenjar limfe regional
4) Komplikasi
a) Jika ulkus membesar dapat menjadi Gian Chancroid
b) Pembesaran kelenjar limfe
c) Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya
5) Teraphy
a) Berikan salah satu antibiotik dibawah ini:
- Eritromisin 4x500 mg oral selama 7 hari
- Trimethoprim + sulfamethoksazol 2x (160+800) mg oral selama 7 hari
- Seftriakson 500 mh IM dosis tunggal
b) Pengobatan harus tuntas
c) Lakukan kunjungan terjadwal untuk pemantauan dan asuhan antenatal.
j. Candidiasiasi vaginalis
Kandidiasis vaginalis adalah inveksi yang di sebabakan oleh jamur, yang terjadi di sekitar
vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah.
1) Penyebab
Kandidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur kandida albicans, selain di vagina dapat
menyerang organ organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus, dll.
2) Patofisiologi
a) Keputihan denganrasa gatal yang hebat
b) Jika tidak di obati dapat menjalar ke uretra yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih
c) Juga bisa menjalar ke vagina proksimal (atas)
3) Gejala
a) Mengenai mukosa vulva (labil minora) dan vaginab) Bercak putih kekuningan,
heperemia, leukore, seperti susu pecah, dan gatal hebat.
c) Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.
4) Teraphy
a) Pemberian nistatin atau ketokonazole 2x200 mg selama 5 hari
b) Tablet vaginal atau klotrimazole 500 mg dosis tunggal
c) Salep mikonazol 2 %
d) Lakukan konseling
e) Buat jadwal kunjungan ulang
G. Pencegahan PMS
a. Apabila belum menikah maka tidak melakukan hubungan seksual
b. Apabila sudah menikah maka saling setia dengan pasangan
c. Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko
d. Menggunakan kondom untuk mencegah penularan
e. Menjaga kebersihan alat genetalia
H. Penanganan bagi yang terkena PMS
a. Segera periksa ke dokter atau petugas kesehatan
b. Jangan malu menyampaikan keluhan kepada dokter atau tenaga kesehatan
c. Memenuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan
d. Jangan melakukan hubungan seksual kecuali menggunakan kondom
e. Pasangan sex sebaiknya memeriksakan diri
f. Beritahu tentang akiba PMS yang berbahaya bagi kesehatan diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain
saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular
penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids ,
Trikomoiasis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular
adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma
venereum, granuloma inguinale.
B. Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya
sebagai penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini,
dan dapat mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara
penularanya penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik
dan saranya untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika. Yogjakarta
Djuanda Adhi, dkk, (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta
Adobe Reader [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf]
Adobe Reader [SSH-6135-IND.pdf]. chlamydia dan gonoroe
makalah infeksi menular seksual
TUGAS KESEHATAN REPRODUKSI
SEKSUAL TRANSMITTED DISEASES (STD)
ATAU
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
Dosen Pengampu : Bernadeta Verawati, M.Keb
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang SEKSUAL
TRANSMITTED DESEASES (STD) kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi kami mohon untuk
memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Akhir kata kami berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan
pengetahuan tentang mata kuliah Kesehatan Reproduksi khususnya bagi mahasiswa
Kebidanan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian IMS..................................................................................................... 3
B. Gejala Umum Penyakit Menular Seksual.. 4
C. Penyakit Yang Termasuk Dalam Kelompok IMS. 5
D. Resiko Kesehatan Yang Dihadapi Remaja. 18
E. Cara Penularan 19
F. Yang Dilakukan Jika Terkena IMS.. 19
G. Cara Mencegah IMS.. 20
H. Peran Bidan. 21
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................. 22
B. Saran....................................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cukup
cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah
wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup dalam kehidupan rumah tangga. Perubahan
perilaku seksual telah menyebabkan timbunya berbagai masalah yang berkaitan dengan
infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular
seksual sebagian besar dapat diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak
menimbulkan penyulit selanjutnya, berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki.
Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial,
spiritual, dan etika.
Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang
memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat menjalar ke alat genitalia bagian
dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang
memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir
rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau
mandul.
Dalam pertemuan di Atlanta USA tentang penyakit hubungan seksual, menyatakan bahwa
mata rantai yang ditularkan oleh WTS tidak dapat dihilangkan tetapi hanya mungkin
diperkecil peranannya. Dengan diketemukannya penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus
dan sampai sejauh ini belum ada pengobatannya, maka masyarakat akan lebih berhati-hati.
Secara kelakar disebut pula bahwa PID adalah pretty international diseases, oleh karena
disebar luaskan oleh wanita cantik yang berstatus sebagai wanita tunasusila (WTS) atau
wanita penghibur.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi,
menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan
terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Meskipun
kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi
dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat, namun dalam akses
pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan keterbatasan
jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas.Disamping itu, kemampuan
tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja di pusat-pusat pelayanan
informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih terbatas. Atas dasar itulah
maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan konseling kesehatan reproduksi
remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih melalui workshop konseling kesehatan reproduksi
remaja.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan IMS ?
2. Apa saja jenis jenis IMS ?
3. Bagaimana cara penularan IMS ?
4. Apa yang harus kita lakukan kalau terkena IMS?
5. Bagaimana cara mencegah ?
6. Bagaimana peran bidan dalam mengatasi IMS ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui apa itu IMS
2. Untuk Mengetahui jenis jenis IMS
3. Untuk Mengetahui cara penularan IMS
4. Untuk Mengetahui apa yang harus kita lakukan kalau terkena IMS
5. Untuk Mengetahui cara mencegah IMS
6. Untuk mengetahui Peran bidan dalam mengatasi IMS
BAB II
PEMBAHASAN
2. Herpes Simpleks
Penyakit infeksi hubungan seksual dengan penyebab virus herpes simpleks tipe I dan
II. Gejala klinisnya adalah gejala umum dalam bentuk badan panas, lelah atau cepat lelah,
napsu makan berkurang. Masa manifestasinya (inkubasinya) sekitar 3 minggu. Gejala lokal
pada genitalia terdapat pembentukan vesikel berkelompok diatas kulit, kulit tampak basah
dan lebih merah, terdapt ulkus yang dangkal, kulit keriput (krusta), rasa nyeri yang hebat,
sehingga terdapt kesukaran berjalan.
Pada pria gejala klinisnya lebih ringan, karena sering mendapat pengobatan preventif
sendiri, dibandingkan pada wanita. Pengobatan lokal dengan salep yang mengandung
idoksuridin sedangkan pengobatan sistemik mempergunakan preparat asiklovir yang cukup
memberikan harapan kesembuhan.
Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya
melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe,
yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin
(genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit
dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang
terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan
luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada
kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi,
infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari.
Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti
dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya
dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).
Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada
saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali.
Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh,
stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang
tidur dan sinar ultraviolet.
Infeksi Primer
- Acyckivir 3x400 mg dan Acyclovir 5x200 mg oral (7-10 hari)
- 2x1 g oral (7-10 hari)
Infeksi berulang/kambuhan
- Acyclovir 2x800 mg oral (5 hari)
- Valacyclovir 2x500 mg oral (3 hari)
Terapi Supresi : yang sering kambuh (> 6x/tahun)
- Acyclovir 400 mg oral 2 kali sehari (6 bln- 1 tahun)
- Valacyclovir 500 mg oral sekali sehari (1 tahun)
Macam-macam sifilis
A. Sifilis primer
Dalam banyak kasus, yang jelas salah satunya gejala sifilis primer adalah rasa sakit maag di
sebut chancre yang muncul dalam waktu dua sampai enam minggu setelah seseorang menjadi
terinfeksi dengan T. palidum. Biasanya, ulkus muncul pada penis, vulva, vagina atau anus.
Hal ini juga dapat muncul pada leher rahim. Lidah, bibir dan bagian tubuh lainnya.
B. Sifilis sekunder
Gejala yang paling umum adalah ruam lesi kecil mirip dengan penyakit cacar (biasanya
cokelat kemerah-merahan), yang kelompok telah munculnya gatal-gatal yang tidak
menghasilkan. Sementara mereka dapat muncul dimana pada tubuh, gejala sifilis sekunder
adalah ruam pada telapak tangan dan telapak kaki.
C. Sifilis laten
Sifilis laten (tersembunyi)di diagnose ketika seseoranng telah dihasilkan antibody terhadap
bakteri tetapi tidak memiliki gejala infeksi. Sementara orang dengan sifilis laten secara umum
tidak di anggap menular (yang berarti sangat tidak mungkin untuk mengirim bakteri
padaorang lain).
Sifilis laten dapat di bagi menjadi laten awal atau laten lanjut, tergantung pada beberapa lama
orang itu sudah terinfeksi. Orang dengan sifilis laten lanjut (orang-orang yang tidak tahu
kapan infeksi yang di peroleh) untuk memerlukan perawatan lebih agresif di bandingkan
dengan infeksi laten Dini (yang telah terinfeksi kurang dari satu tahun).
D. Sifilis neurosifilis
Hal ini terjadi ketika T.pallidum menginfeksi otak atau sumsum tulang belakang (system
saraf pusat). Infeksi dapat terjadi dalam setiap tahap sifilis bias menyebabkn kerusakan
neurologis yang serius, termasuk kelumpuhan, hilang sensasi fisik, buta dan tuli bertahap.
Neurosifilis bisa cukup berat sehingga menyebabkan cacat permanen atau kematian.
Klamidia
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang
disebabkan oleh bakteri Chlamidia trachomatis dapat ditularkan melalui hubungan seksual
secara vaginal, anal, atau oral, dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama
masa persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap
Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka
terinfeksi.
Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih
dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan
pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis).
Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika
Tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalah-
masalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka panjanglamydia
trachomatis, dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
Jenis Tes : Pemeriksaan cairan atau lendir
Terapi Klamidia
- Azitromisin : 1 g oral single dose
- Doksisiklin : 2x100 mg selama 7 hari
- Amoksisilin : 3x500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin : 4x500mg oral selama 7 hari
- Clarithromisin: 2x250 mg oral selama 7 hari
- Quinolone :
Levofloksasin : 1x500 mg oral selama 7 hari
Ofloksasin : 2x200 mg oral selama 7 hari
Hepatitis
Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA (hepatitis
B) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada (organ) hati, yang menyebabkan perasangan
pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF, namun
yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.
Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia. Gejala yang
muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun,
otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus.
1. Hepatitis C
Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi. Gejala yang muncul
antara
lain:lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam, diare
dan sakit kuning.
Cara Penularan
Mediasi penularan hepatitis C yang utama adalah melalui pemakaian jarum suntik
yang tidak disposible. Namun virus ini juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dengan
proporsi yang lebih rendah (yakni dengan pemaparan antara darah wanita menstruasi yang
melakukan hubungan seks dengan perlukaan akibat hepatitis pada pria pasangannya). Untuk
mendeteksi, pemeriksaan anti-hepatitis C virus ditegakkan.
Pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan lab tambahan.
Obat-obatan untuk penderita hepatitis C kronis saat ini telah tersedia, sayangnya terbukti
tidak selalu efektif dan punta efek samping. Gejala terburuk adalah kerusakan hati yang
serius. Menghidari pemaparan spesimen tubuh dan kontak langsung dengan penderita. Hidup
sehat dan teratur sebagai alternatif bijak untuk menghindarinya.
2. Hepatitis B
HbsAg+ berperan menyebarkan virus melalui cairan yang sudah terinfeksi, antara
lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun ludah masuk ke tubuh manusia melalui luka yang
terbuka dan bagian tubuh yang memungkinkan untuk infeksi bakteri.
Tes (diagnosa) HbsAg telah ditemukan hampir pada spesimen tubuh yang terinfeksi, yaitu:
darah, semen, saliva, air mata, ascites, ASI dan urine penderita.
Terapi untuk penderita virus ini: asimptomatis, interferon.
Istirahat, menghindari stres, tidak melakukan aktivitas berat dan memenuhi kebutuhan
nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain itu kurangi dan hindari kebiasaan merokok dan
alkoholik. Antibodi virus ini bersifat seumur hidup setelah penderita terjangkit, namun masih
mungkin terinfeksi hepatitis C. Komplikasi sebagai penyebab utama hepatitis akut,kronik,
serosis bahkan kanker hati.
Pencegahan
Vaksin yang aman dan adekuat telah tersedia. Pemberiannya dilakukan 3 kali
penyuntikan selama 6 bulan berturut-turut dan semuanya dilakukan di bahu. Hindari sebisa
mungkin untuk tidak terpapar spesimen penderita.
HIV/AIDS
HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan
rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.Virus HIV membutuhkan sel-sel
kekebalan tubuh kita untuk berkembang biak. Acquired Immuno Deficiency Syndrom
(AIDS) muncul setelah HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selam lima hingga
sepuluh tahun atau lebih. penyabab AIDS adalah lymphadenopaty associated virus
(LAV),human T cell leucemia virus III (HTLV III), human T cell lymphotrophic
virus. Berntuk virus ini selalu berubah-ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat
menyembuhkan. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa
manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut :
Fase1:
Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1 ini
ditandai dengan perasaan tidak enak badan seperti flu, meski pada 20% penderita terjadi flu
yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak
terinfeksi HIV.
Fase 2:
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat
berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta penderita
terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase inilah virus sedang
berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah
banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem
kekebalan tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari
penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau
hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan
pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para
peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-orang
dengan HIV.
Fase 3 :
Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap ini sudah
banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai
menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem
kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan
tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala
ini ringan, misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun,
berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut,
atau batuk yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem
kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.
Fase 4 :
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) menjadi semakin parah,
selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya
bisa memperlambat perkembangan virus ini.
Cara penularannya terutama melalui hubungan seksual dan darah dengan memakai
jarum suntik atau transfusi darah. gejala yang dapat muncul adalah :
1. membesarnya kelenjar getah bening
2. Panas badan sekitar 38oC yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tampa diketahui sebabnya
terutama malam hari.
3. Berat badan menurun lebih dari 10%
4. Napsu makan berkurang
5. Dapat disertai diare (sering buang air bersar yang encer)
jenis tes :
Tes darah Untuk mendeteksi virus HIV : Elisa dan western blood
Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)
D. Resikol kesehatan yang dihadapi remaja
masa kanak-kanak ke dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental
dan sosial ,sehingga mereka harus menghadapi Masa remaja memang masa transisi tekanan-
tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Kebutuhan dan jenis resiko kesehatan
reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak atau pun
orang dewasa.
Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain yaitu :
kehamilan
aborsi
penyakit menular seksual (PMS)
kekerasan seksual
serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan
Risiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu:
tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan
ketidaksetaraan jender
kekerasan seksual
Dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.
Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan
menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan
yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk
menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
.
Remaja yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlindungan
dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi,
seperti:
rasa kekhatiran dan ketakutan yang terus menerus
ancaman sesama remaja jalanan
pemerasan
penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya
pelecehan seksual
dan perkosaan
Para remaja ini berisiko terpengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk
penyalahgunaan obat, minuman beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan
melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi
terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.
Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya Gonore (kencing nanah)
dan Kondiloma Akuminata (KA). Prilaku seksual berupa bergonta-ganti pasangan seksual
akan meningkatkan penularan penyakit, Kelompok berisiko tinggi terkena infeksi menular
seksual yaitu PSK (Pekerja Seks Komersial). Angka penyakit IMS di kalangan PSK (Pekerja
Seks Komersial) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90%
PSK terinfeksi IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, Herpes simplex vinio tipe 2 dan
clamidia. Pekerja seks memerlukan skrining secara rutin untuk IMS seperti penggunaan
kondom tidak sepenuhnya protektif.
B. SARAN
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat
mengerti tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat
melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk
mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks
bebas, meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak
bermoral tersebut karna dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah
seumur hidup.
MAKALAH IMS (INFEKSI
MENULAR SEKSUAL)
Posted on 25 Mei 2015 by yanisamosir432
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelecehan seksual merupakan perilaku atau tindakan yang menganggu melecehkan dan tidak
diundang yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang terhadap pihak lain yang
berkaitan langsung dengan jenis kelaminpihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan
martabat dan harga diri orang yang diganggunya.
Di era modern seperti saat ini banyak sekali terjadi kejahatan terutama yang berhubungan
dengan seksualitas terutama yang dilakukan kepada seorang wanita hingga hampir disetiap
kasus pelecehan seksual wanitalah yang kebanyakan menjadi korbannya, dengan
berkembangnya tehnologi juga banyak pengaruhnya terhadap perilaku pelecehan seksual, dan
bahkan teknologi yang seharusnya sangat berguna bagi pendidikan bisa menjadi media utama
pelecehan seksual, seperti halnya media internet.
Seiring dengan berkembangnya zaman juga merubah pemikiran dari para penerus generasi
bangsa, anak-anak muda zaman sekarang cenderung senang mempertontonkan dan
mengumbar bagian-bagian tubuh mereka yang mengundang orang untuk melakukan
pelecehan seksual.
Peran dari seorang bidan salah satunya adalah mengantisipasi dan menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan pelecehan seksual, sehingga perilaku pelecehan seksual
tidak semakin bertambah dan merajalela di setiap waktunya.
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas di dalam makalah ini, yaitu :
1. Mencium (paksa), memegang tangan (sengaja ke arah seksual), genit, gatal ,centil Memegang atau
mendorong penis, dada
2. Memegang atau menepuk bagian tubuh tertentu
3. Gerakan tubuh yang sok akrab dan menjurus terhadap hubungan seksual
4. Menatap bagian tubuh tertentu
5. SMS atau tulisan jorok yang menjurus terhadapa hubungan seksual
6. Lelucon yang menjurus dan merendahkan jenis kelaminMungkin masih banyak lagi.
1. Kategori Pelecehan Seksual
2. Quid pro quo
Pelecehan seksual yang seperti ini adalah pelecehan seksual yang biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memiliki kekuasaan otoritas terhadap korbannya, disertai iming-iming
pekerjaan atau kenaikan gaji atau promosi
Blitz rape yaitu pelecehan seksual yang terjadi sangat cepat, sedangkan pelaku tidak saling kenal
Confidence rape yaitu pelecehan seksual dengan penipuan, hal ini jarang dilaporkan karena malu
Power rape yaitu pelecehan seksual yang saling tidak mengenal, pelaku bertindak cepat dan
menguasai korban, dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan yakin korban akan menikmati
Anger rape, yaitu pelecehan seksual dimana korban menjadi marah dan balas dendam.
Sadistie rape yaitu pelecehan seksual dengan ciri kekejaman atau sampai pembunuhan
1. Macam-Macam Pelecehan Seksual
2. Pelecehan seksual dengan orang yang kita kenal
3. Pelecehan oleh suami/mantan suami
4. Pelecehan yang dialami seorang wanita oleh pacar/mantan pacar
5. Pelecehan seorang wanita oleh teman kerja atau atasan
6. Pelecehan seksual pada anak-anak oleh anggota keluarga
7. Pelecehan seksual dengan orang yang tidak dikenal
8. Pelecehan di penjara
9. Pelecehan saat terjaid perang
10. Pelecehan seksual dengan ketakutan, dimana akan terjadi kekerasan jika korban menolak
11. Pelecehan dengan iming-iming atau paksa, dimana pelaku memiliki otoritas pada korban
12. Pelecehan seksual mental, dengan menyerang harga diri korban melalui kata-kata kasar,
mempermalukan dengan memperlihatkan pornografi
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual
2. Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik, karena
bagamanapun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi fisik
dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang
buruk, terutama disertai penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh
menyebabkan seseorang kehilangan gairah.
2. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan) dapat mempengaruhi hubungan
seseorang untuk melakukan aktivitas seksual.
Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan
bernegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan
Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal
seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut.
Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara bekerja dengan
aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas
seks merupakan beban baginya.
Harga diri seksual dapat terganggu oleh beberapa hal antara lain: perkosaan, inses,
penganiayaan fisik/emosi, ketidakadekuatan pendidikan seks, pengaharapan pribadi atau
kultural yang tidak realistik.
1. Faktor Internal
Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula.
Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh
tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) perilaku seksual seseorang memiliki
tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau
untuk memperoleh uang (pada gigolo/WTS)
1. Faktor Eksternal
Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan
remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang
Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya,
terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar
dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.
Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton
film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi positif dengan indikator
agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan perilaku lain sebagi manifestasi dari
dorongan seksual yang dirasakannya.
1. Dampak Dari Pelecehan Seksual
1. yang paling sering adalah ketidakberdayaan, kehilangan kontrol diri, takut, malu dan perasaan
bersalah
2. respon emosi korban terbagi menjadi dua, yaitu respon ekspresif (ketakutan, kemarahan, gelisah,
tegang, menangis terisak-isak) dan respon terkontrol (menyembunyikan perasaannya, tampil tenang,
menunduk dan lembut)
3. respon lain yaitu: mandi sebersih-bersihnya, pindah rumah, menambah pengamanan,
membuang/menghancurkan benda yang berkaitan dengan pelecahan
4. beberapa hari kemudian akan timbu memar/lecet pada bagian tubuh, sakit kepala, lelah, gangguan
pola tidur, nyeri lambung, mual, muntah, nyeri pada daerah pacinela, gatal dan keluar darah pada
vagina, marah, merasa terhina, menyalahkan diri sendiri, ingin balas dendam, takut akan penyiksaan
diri dan kematian
5. respon atau dampak jangka panjang : gelisah, mimpi buruk, phobia sendirian, merasa menjadi orang
yang kotor dan menjijikkan, depresi, bahkan ada yang sampai menggunakan obat-obatan terlarang
maupun ingin bunuh diri.
6. mengasingkan diri dari pergaulan. Perasaan ini timbul akibat adanya harga diri yang rendah karena ia
menjadi korban pelecehan seksual, sehingga merasa tidak berharga, tidak pantas dan juga merasa
tidak layak untuk bergaul bersama teman-temannya. Sementara dampak yang serius dari pelecehan
seksual ujar Dra Hamidah MSi, adalah trauma.
1. Hukum- Hukum Yang Mengatur Pelecehan Seksual
1. Pasal 289-296 tentang pencabulan
2. Pasal 295-298 dan 506 tentang penghubungan pencabulan
3. Pasal 286-288 tentang persetubuhan dengan wanita dibawaah umur
1. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Ketika Terjadi Pelecehan Seksual
1. Katakan TIDAK dengan tegas tanpa senyum dan minta maaf
2. Buat jurnal kejadian
3. Cari informasi tentang si peleceh dan orang-orang sekitarnya
4. Buat pernyataan tertulis kepada si peleceh bahwa anda tidak suka dengan perilakunya
5. Hubungi atasan atau pihak berwenang atau yang mempunyai kedudukan seperti polisi/bosorang
tua/tokoh agama/tokoh masyrakat dan jelaskan apa yang terjadi.
1. Usaha Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Terjadinya Pelecehan Seksual
1. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan yang buruk
dari orang dewasa.
2. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat
mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
3. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan tidak jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang
dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
4. Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu benar, dan semua orang mempunyai kontrol terhadap
tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
Jika terjadi pelecehan seksual pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya
dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
2. Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya sendiri
adalah benar.Orang tua harus bisa mengkontrol ekspresi emosional didepan anak.
1. Pegertian IMS (Infeksi Menular Seksual)
IMS (Infeksi Menular Seksual) disebut juga penyakit kelamin, merupakan salah satu penyakit
yang mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan
kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di
negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak
diketahui dengan pasti. Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh WHO (World
Health Organizations), setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru
yang meliputi penyakit Gonore, Sifilis, Herpes Genetalis, dan jumlah tersebut menurut hasil
analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu (Daili,2005 : 6)
Syphilis merupakan penyakit umum dan berbahaya, yang dapat menular dari orang ke orang
lain melalui hubungan seksual Kuman penyebabnya di sebut : Treponema pallidum,Jenis
penyakit yang diderita oleh manusia sangat beragam. Ada penyakit yang disebabkan dari
dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia seperti kegagalan fungsi organ
tubuh, bakteri, kuman, racun, virus, jamur, atau keturunan. Salah satunya yaitu syphilis.
Sifilis dikenal luas karena dianggap penanganannya sudah cukup terkendali, terutama karena
tingkat sosial ekonomi yang semakin meningkat, angka kejadiannya semakin lama semakin
menurun.Sifilis merupakan salah satu jenis PMS yang klasik (karena sudah ada sejak lama)
sering disebut Raja Singa atau Lues.(Adelson,2003)
Kondiloma Akuminata (KA) adalah salah satu jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia, Kondiloma
Akuminata (KA) adalah IMS yang disebabkan oleh Humanpapilloma virus (HPV) tipe
tertentu yang menyebabkan adanya kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa
.KA merupakan faktor predisposing terjadinya kanker serviks, kehamilan ektopik,
kemandulan, transmisi transvertikal pada janin, komplikasi selama kehamilan dan persalinan
serta meningkatkan risiko infeksi HIV (co factor HIV)
Kutil Kelamin Disebabkan oleh Human Papiloma Virus.Gejala yang ditimbulkan biasanya
berupa:
1. tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti jengger ayam).
2. Komplikasi yang mungkin terjadi : kutil dapat membesar seperti tumor; bisa berubah menjadi
kanker mulut rahim; meningkatkan resiko tertular HIV-AIDS.
Tidak perlu mendeteksi laboratorium karena langsung dapat terlihat oleh mata biasa.
Skabies (GUDIG) Merupakan penyakit menular yang salah satu bentuk penularannya adalah
lewat kontak seks, selain kontak secara langsung, misalnya pemakaian selimut, handuk
dll.Penyakit ini disebabkan oleh sejenis parasit yang disebut Sarcopfes scbiei, dengan gejala
klinik antara lain :
Virus masuk ke dalam tubuh melalui perantara darah, semen, sekref vagina, serta cairan-
cairan tubuh yang lain. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan kelamin.
Infeksi oleh HIV memberikan gejala klinik yang tidak spesifik, mulai dari tanpa gejala pada
stadium awal sampai gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Saat ini AIDS tergolong jenis PMS yang paling berbahaya, karena dapat menimbulkan :
1. Mematikan
2. belum ada obat atau vaksinasinya
3. gejala baru terlihat 5-10 tahun kemudian
4. penyebarannya sangat cepat
Penularan AIDS bisa terjadi lewat :
1. kontak seksual
2. jarum suntik terkontaminasi
3. transfusi darah / produk-produk darah
4. lewat ibu yang mengandung
Selain itu AIDS juga bisa terjadi karena semakin banyaknya kelompok-kelomok berisiko
tinggi, diantaranya:
Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain yaitu :
1. kehamilan
2. Aborsi
3. penyakit menular seksual (PMS)
4. ke-kerasan seksual
5. serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan
Risiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu:
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pelecehan Seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan dan tidak
diundang yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap pihak lain, yang
berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan
martabat dan harkat diri orang yang diganggunya.
Pelecehan Seksual terjadi disebabkan karena factor-faktor tertentu, diantaranya: faktor gaya
hidup dan hubungan, pelecehan seksual tidak akan terjadi apabila seseorang bisa menjaga
dirinya baik itu dari hal hubungan ataupun gaya hidup bahkan media masa dan pergaulan
antar sesama pun bisa mengakibatkan terjadinya pelecehan seksual. Dan hal yang perlu
diperhatikan apabila terjadi pelecehan seksual, diantaranya adalah:
1. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan yang buruk
dari orang dewasa.
2. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat
mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter
3. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan tidak jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang
dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah ditularkan
melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang terjadi
terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang,
. Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya Gonore (kencing nanah) dan
Kondiloma Akuminata (KA). Prilaku seksual berupa bergonta-ganti pasangan seksual akan
meningkatkan penularan penyakit, Kelompok berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual
yaitu PSK (Pekerja Seks Komersial). Angka penyakit IMS di kalangan PSK (Pekerja Seks
Komersial) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% PSK
terinfeksi IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, Herpes simplex vinio tipe 2 dan clamidia.
Pekerja seks memerlukan skrining secara rutin untuk IMS seperti penggunaan kondom tidak
sepenuhnya protektif.
1. Saran
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti
tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat melakukan
berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk mengurangi
tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks bebas,
meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak bermoral
tersebut karna dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah seumur
hidup.
Telah kita ketahui bahwa semakin majunya perkembangan zaman, maka semakin maju pula
peradaban manusia dan semakin banyak pula kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang
terjadi pada setiap manusia, dianttaranya termasuk pelecehan seksual. Oleh karena itu dari
uraian-uraian pada halaman-halaman sebelumnya, kami menyarankan :
1. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan yang buruk
dari orang dewasa.
2. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat
mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
3. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan tidak jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang
dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianingrum, Farida. Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja Seks Komersial
Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang Tahun 2002. 2002. http://www.health-lrc.com
Djuanda,Pekerja Seks Jalanan : Potensi Penularan Penyakit Seksual. Yogyakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan UGM. 1998.
Hankins, Coutlee, Lapointe, et al. Prevalence of risk factors associated with human
papillomavirus infection in women living with HIV. Canadian Med Ass J. 1999
Koutsky LA, Kiviat NB. Genital Human Papillomavirus. In Holmes : Sexually Transmitted
Diseases. New York : McGraw Hill. 2002
KPAN. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya di Indonesia : Tantangan dan
Peluang untuk Bertindak. Jakarta : KPAN. 2001.
Sun, Kuhn, Ellerbrock, et al. Human Papillomavirus Infection in Women Infected with the
Human Immunodeficiency Virus. New England J Med. 1997; vol 337; no 19; p 1343 1349.
Wen LM, Estcourt CS, et al. Risk Factors for the Acquisition of Genital warts : are Condoms
protective?. Sex Transm Inf. 1999
SEKSUAL TRANSMITED DISEASE (STD) / PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL
FEBRINA KABAN 17:35 KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB, MATERI KULIAH
Karena pada kenyataanya penyakit-penyakit tersebut tidak hanya mengenai juga organ-organ yang
lain.Dari tahun ke tahun insiden PMS bisa dikatakan semakin meningkat, terbukti dari data yang diperoleh
terlihat setiap tahun tidak kurang dari 250 kasus baru ditemukan dan dari jumlah tersebut 30-50%
merupakan penyakit-penyakit yang tergolong PMS. Peningkatan Insident tersebut secara tidak langsung
juga terjadi karena semakin banyaknya kelompok perilaku-perilaku berisiko tinggi, seperti : anak-anak usia
remaja, PSK (Pekerja Seks Komersial), pecandu narkotika, kaum homoseksual, dll.
Defenisi PMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah : Suatu gangguan/ penyakit-penyakit yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama sekali penyakit ini sering disebut
Penyakit Kelamin atau Veneral Disease, tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah Penyakit
Hubungan Seksual/ Seksually Transmitted Disease atau secara umum disebut Penyakit Menular Seksual
(PMS).
Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia antara lain:
1. Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial
2. Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata
3. Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis
4. Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis
Pencegahan PMS
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua, yaitu:
a. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
b. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
Perempuan lebih rentan tertular PMS dibandingkan dengan laki-laki. Alasan utamanya adalah:
1. Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan sperma. Jika
sperma terinfeksi oleh PMS, maka perempuan tsb pun bisa terinfeksi
2. Jika perempuan terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat
menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi
3. Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena
mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita PMS.
Jenis-jenis PMS
1. GO atau kencing nanah
2. Klamidia
3. Herpes kelamin
4. Sifilis atau raja singa
5. Jengger ayam
6. HIV/AIDS
1. GONORE Definisi
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri doplococcus gram-negatif Neisseria gonorrhoeae.
Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel yang melapisi selaput lendir terutama epitel
yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstra genital di faring, anus, dan rektum dapat
dijum[pai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke
mukosa. Penularan dari laki-laki ke perempuan lebih sering terjadi dari pada penularan dari perempuan ke
laki-laki karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di fagina.
Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epydydymis, dan
testis pada pria, uertra, tuba fallopi , endometrim, dan rongga peritonium pada perempuan.
Epidemiologi
Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan berusia 15-19 tahun
dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis.
Terapi
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940-an, namun sekarang banyak brkembang
galur-galur gonorea yang resisten panisilin. Terapi yang saat ini direkomendasikan adalah golonga
sefalosporin dan fluorokuinolon . Semua kontak seksual pasien yang terinfeksi harus dievaluasi dan
ditawarkan terapi profilaktik.
2. Sifilis Definisi
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyebab
Bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya
di vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah
bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi
janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh
sifilis tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali.
Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rara 3-4 minggu. Infeksi
bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun
kematian.
2. Fase Sekunder. Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-
12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan.
Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan
muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita
memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan
mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf
mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan
sendi yang disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih.
Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita mengalami
peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan
ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa terbentuk
daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar
serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran seperti
digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual,
lelah, demam dan anemia.
3. Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana
tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau
bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
4. Fase Tersier. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Pengobatan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya, karena itu penderita sebaiknya
menghindari hubungan seksual sampai penderita dan mitra seksualnya telah selesai menjalani pengobatan.
Pada sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir terancam tertular. Pada sifilis fase
sekunder, semua mitra seksualnya dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes
penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani pengobatan. Antibiotik terbaik
untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin.
Prognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer, sekunder dan fase laten adalah baik.
Prognosis untuk sifulis fase tersier pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan yang telah terjadi
biasanya tidak dapat diperbaiki.
3. Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau
daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Etiologi:
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri,
tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara
seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Gejala
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal,
kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka
yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami
kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari
tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan
mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap
bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa
terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka
lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh
lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap
di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah
dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di
kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap
virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosa, diambil apusan dari luka
dan dibiakkan di laboratorium. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek
lamanya serangan. Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus
dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya
gejala. Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk
dioleskan langsung ke luka herpes. Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga
mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan
dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
Penyebab
Chlamydia trachomatis menyebabkan sekitar 50% infeksi uretra yang bukan disebabkan gonore pada laki-
laki dan infeksi leher rahim (serviks) penghasil nanah yang bukan disebabkan gonore pada wanita.
Uretritis lainnya disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum, yang merupakan suatu bakteri yang
menyerupai mikoplasma. Chlamydia merupakan bakteri kecil yang hanya bisa berkembangbiak di dalam
sel. Ureaplasma adalah bakteri yang sangat kecil, dengan dinding sel yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa
berkembang biak di luar sel.
Gejala
Biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita, seorang pria akan mengalami
perasaan terbakar yang ringan ketika berkemih. Biasanya akan keluar nanah dari penis. Nanahnya bisa
jernih atau agak keruh, tetapi lebih encer daripada nanah gonore. Pada pagi hari, lubang penis sering
tampak merah dan melekat satu sama lain karena nanah yang mengering. Kadang-kadang penyakit ini
dimulai lebih dramatis. Timbul rasa sakit waktu berkemih, frekuensi berkemih menjadi lebih sering dan
dari uretra keluar nanah. Meskipun kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa
diantaranya mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, rasa nyeri ketika berkemih, nyeri di
perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan intim dan keluarnya lendir kekuningan dan nanah dari
vagina. Hubungan seksual melalui mulut atau dubur dengan penderita bisa menyebabkan infeksi
tenggorokan atau infeksi dubur. Infeksi ini menyebabkan rasa nyeri dan keluarnya lendir dan nanah yang
berwarna kekuningan.
Komplikasi 1. Pria.
a. Epididimitis : infeksi pada epididimis, yang bisa menyebabkan nyeri pada buah zakar. b. Striktur uretra :
penyempitan uretra, yang bisa menyebabkan penyumbatan aliran air kemih.
2. Wanita.
Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar kandungan) dan kemandulan.
Infeksi pembungkus hati dan daerah di sekeliling hati, bisa menyebabkan nyeri perut bagian atas
3. Pada pria dan wanita.
Konjungtivitis : infeksi pada bagian putih mata, bisa menyebakan nyeri mata dan belekan
4. Pada bayi baru lahir.
Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan belekan. Pneumonia, bisa menyebabkan demam dan
batuk.
Diagnosa
Pada kebanyakan kasus, infeksi oleh Chlamydia trachomatis bisa didiagnosis berdasarkan hasil
pemeriksaan cairan dari penis atau leher rahim di laboratorium. Infeksi Ureaplasma urealyticum tidak
dapat didiagnosis secara spesifik dengan pemeriksaan medis yang biasa. Karena pembiakannya sulit dan
teknik diagnostik yang lainnya mahal, maka diagnosis infeksi Chlamydia atau Ureaplasma sering
ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas disertai bukti yang menunjukkan tidak adanya gonore.
Pengobatan
Biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau doksisiklin per-oral (melalui mulut), minimal selama 7 hari
atau diberikan azitromisin dosis tunggal. Tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.
Prognosis
Pada sekitar 60-70% penderita, jika tidak diobati, infeksi Chlamydia trachomatis akan membaik dalam
waktu 4 minggu. Pada sekitar 20% penderita, infeksi kembali kambuh setelah penderita menjalani
pengobatan.
5. Infeksi HIV
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang secara progresif
menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
Stadium akhir dari infeksi HIV adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat menyebabkan
menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan
kemunduran sistem saraf. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS; sedangkan
yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah terinfeksi. Infeksi HIV yang berakhir
menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak. Pada tahun 1995 CDC (Centers
for Disease Control and Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi oleh HIV
pada saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak. Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang dewasa muda,
anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.
Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih jarang).
3 cara penularan virus kepada anak-anak:
1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
2. Pada saat proses persalinan berlangsung
3. Melalui ASI.
Gejala
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun; sedangkan pada 80-90% kasus,
gejalanya baru timbul beberapa tahun kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada usia 3 tahun.
Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
1. Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama atau berulang, diare
yang menetap atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa,
pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi
2. Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah yang tertutup popok
3. Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan meningitis)
4. Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
5. Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.
Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem kekebalan. Sekitar sepertiga
anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik),
biasanya pada tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari tangan
(clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit. Pneumonia pneumokistik karena organisme
Pneumocystis carinii merupakan ancaman yang serius pada anak-anak. Anak-anak yang terlahir dengan
infeksi HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali pada 15 bulan
pertama.
Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak dan orang dewasa yang
menderita AIDS. Pada sejumlah anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, kerusakan otak yang progresif
menyebabkan anak mengalami gangguan atau keterlambatan perkembangan, misalnya berjalan dan
berbicara. Mereka juga mengalami gangguan kecerdasan serta memiliki kepala yang ukurannya relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta penurunan pengendalian
otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku. Beberapa
anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau gagal jantung. Kanker jarang terjadi pada
anak-anak, tetapi kadang ditemukan limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat
jarang menyerang anak-anak. Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan lahir
yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.
Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut;
a. Pneumonia pneumokistik
b. Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai dengan batuk serta
sesak nafas)
c. Infeksi bakteri
d. Meningitis
e. Infeksi jamur
f. Esofagitis (peradangan kerongkongan)
g. Kandidiasis (infeksi jamur)
h. Infeksi virus
i. Herpes
j. Herpes zoster
k. Infeksi parasit.
Pada anak-anak jarang terjadi keganasan. 2 masalah utama yang sering ditemukan pada anak-anak yang
terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah wasting syndrome (ketidakmampuan untuk mempertahankan
berat badan akibat berkurangnya nafsu makan sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan ensefalopati HIV
atau demensia AIDS (infeksi otak yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan otak). Wasting
syndrome kadang dapat diatasi dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk
diobati.
Diagnosa
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak bersifat diagnostik karena jika
ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir selalu mengandung antibodi HIV. Antibodi ini akan tetap
berada dalam darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah berumur 18 bulan,
antibodi ini akan menghilang; tetapi jika bayi terinfeksi, maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam
darahnya. Karena itu untuk mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan
dilakukan pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR, polymerase chain reaction), tes
antigen p24 atau pembiakan virus HIV. Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan
pemeriksaan darah standar untuk infeksi HIV.
Pengobatan
Semua obat-obatan ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga memperlambat progresivitas
penyakit. HIV akan segera membentuk resistensi terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara
tunggal. Pengobatan paling efektif adalah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa
memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan memperpanjang harapan hidup. Dokter
kadang sulit menentukan kapan dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus
yang tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya masih tinggi dan penderita tidak
menunjukkan gejala apapun. AZT, ddI, d4T dan ddC menyebabkan efek samping seperti nyeri abdomen,
mual dan sakit kepala (terutama AZT). Penggunaan AZT terus menerus bisa merusak sumsum tulang dan
menyebabkan anemia. ddI, ddC dan d4T bisa merusak saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas.
Dalam kelompok nucleoside, 3TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga
protease inhibitor menyebabkan efek samping mual dan muntah, diare dan gangguan perut. Indinavir
menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati, bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga
menyebabkan nyeri punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan batu ginjal.
Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik atau turunnya kadar obat lain dalam darah.
Kelompok protease inhibitor banyak menyebabkan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan
kadar gula darah dan kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease paunch).
Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi ooportunistik. Penderita dengan kadar limfosit
CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk
mencegah pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak. Penderita dengan limfosit CD4+
kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin
setiap hari untuk mencegah infeksi Mycobacterium avium. Penderita yang bisa sembuh dari meningitis
kriptokokal atau terinfeksi candida mendapatkan flukonazol jangka panjang. Penderita dengan infeksi
herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka panjang.
Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang yang terpapar HIV selama
bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala
selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS pada beberapa tahun
pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya.
Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan meningkatkan angka harapan
hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai
tidak dapat terdeteksi. Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh. Teknik penghitungan jumlah virus
HIV (plasma RNA) dalam darah seperti polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid
acid (bDNA) test membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih dari sejuta virus
RNA/mL plasma.
Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan kualitas hidupnya setelah dirawat
di rumah sakit. Hampir semua penderita akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode pengobatan dan pencegahan
infeksi oportunistik yang terus diperbarui, penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan
mentalnya sampai bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan bahwa
AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.
Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan obat anti-HIV.
Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir)
diberikan AZT per-oral (melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan
angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan normal,
kemungkinan penularan HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan
untuk menjalani operasi sesar.
Resiko penularan melalui ASI relatif rendah. Jika tersedia susu formula yang baik dan air yang bersih,
maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak memberikan ASI kepada bayinya. Jika air yang tersedia
tidak bersih sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi, maka sebaiknya ibu
tetap memberikan ASI kepada bayinya karena pemberian ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan
bayinya.
Sumber pustaka:
2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Jakarta.