You are on page 1of 17

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Perdarahan akut saluran cerna bagian bawah atau sering disebut sebagai

hematokezia umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus di

sebelah bawah ligamentum Treitz.

Hematokesia adalah feses yang berwarna hitam dan berbau busuk karena
bercampur dengan produk darah dari saluran cerna.

Perdarahan dari anus dan berwarna merah segar dinamakan hematokesia.

Sebagian besar BAB darah berasal dari luka diusus besar, rectum, atau anus.

Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Oleh karena itu

perdarahan di anus, rectum dan kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari

anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.

B. ETIOLOGI

Penyebab dari hematokesia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian

bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir). Infeksi

kuman seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus

besar menahun oleh sebab penyakit autoimun.

Menurut Murdani (2013) beberapa penyebab tersering hematokezia yaitu

sebagai berikut :

1. Divertikulosis

Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3%

pasien divertikulosis. Tinja biasanya berwarna merah marun, namun kadang-

1 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
kadang juga menjadi merah. Meskipun di divertikel kebanyakan ditemukan di

kolon sigmoid namun perdarahan divertikel biasanya terletak di sebelah

kanan. Umumnya terhenti secara spontan dan tidak berulang, oleh karena itu

tidak ada pengobatan khusus yang dibutuhkan oleh pasien.

2. Angiodisplasia

Angiodisplasia merupakan penyebab 10-40% perdarahan saluran

cerna bagian bawah. Angiodisplasia merupakan salah satu penyebab


kehilangan darah yang kronik. Angiodisplasia kolon biasanya multiple,

ukuran kecil kurang dari diameter <5mm dan biasanya terlokalisisr di daerah

caecum dan kolon sebelah kanan. Sebagaimana halnya dengan vaskuler

ekstasia di saluran cerna, jejas di kolon umumnya berhubungan dengan usia

lanjut, insufisiensi ginjal, dan riwayat radiasi.

3. Colitis iskemia

Kebanyakan kasusk colitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran

darah viserasi dan tidak ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah

mesenteric. Umumnya pasien kolisis iskemia berusia tua. Dan kadang-kadang

dipengaruhi juga oleh sepsis, perdarahan akibat lain dan dehidrasi.


4. Penyakit perianal

Penyakit perianal contohnya hemoroid dan fisurani biasanya

menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur

dengan fesess. Berbeda dengan perdarahn dari varises rectum pada pasien

dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa mengancam nyawa. Polip dan

karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang

disebabkan oleh hemoroid oleh akrena itu pada perdarahan yang diduga dari

2 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk mneyingkirkan kemungkinan

polip dan karsinoma kolon.

5. Neoplasia kolon

Tumor kolon yang jinak maupun ganas biasanya terdapat pada pasien

usia lanjut dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan

berulang atau darah samar. Kelainan neoplasama di usus halus relatif jarang

namun meningkat pada pasien IBD seperti Chron`s Disease atau celiac
sprue.

C. PATOFISIOLOGI

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalamhepar mengakibatkan

peningkatan tekanan vena aorta. Sebagai akibatnya terbentuksaluran kolateral

dalam submukosa esophagus dan rectum serta pada dinding abdomen anterior

untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan

meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang

dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,

mengakibatkan perdarahan gastrointestinal massif. Selanjutnya dapat


mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba , penurunan arus balik vena kejantung.

Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan

perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh

melakukan mekanisme kompensasi utnuk mencoba mempertahankan perfusi.

Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat

pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi

jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan menjadi metabolisme

3 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
aneorobi dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan

efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi

system tersebut akan mengalami kegagalan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Inayah (2010), adapun tanda dan gejala dari perdarahan saluran
cerna bagian bawah adalah sebagai berikut :
1. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh),
2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
3. Demam ringan 38-39C,
4. Nyeri di perut,
5. Hiperperistaltik,
6. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein
darah oleh bakteri usus.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Menurut Murdani (2013) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis hematokezia adalah :
1. Kolonoskopi
Bilamana pendarahan saluran cerna berlangsun perlahan atau sudah
berhenti makan pemeriksaan kolonoskopi meripakan prosedur diagnostik
yang terpilih sebab akurasinya tinggi dalam menentukan sumber perdarahan
sekaligus dpat mengentikan tindakan terapeutik. Kolonoskopi dapat
menunjukkan adanya divertikel namun demikian sering tidak dapat
mengidentifikasi sumber perdarahan yang sebenarnya.

4 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
2. Scintigraphy dan angiograpi.
Kasus dengan perdarahan yang berat tidak memungkinkan
pemeriksaan dengan kolonoskopi maka dapat dilakukan pemeriksaan
angiograpi dengan perdarahan lebih dari ml per menit.
3. Laboratorium (pemeriksaan darah).
a. Hitung darah lengkap : penurunan Hb, hematokrit, penigkatan leukosit.
b. Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa.
4. Radiologi.
a. Barrium follow through.
b. Barium enema : dapat mendiagnosis sekaligus mengobati intususepsi.

F. KOMPLIKASI
1. Encelofati
2. Asites
3. Sirosis Hepatis

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Murdani (2013), prinsip-prinsip penatalaksaan yang perlu
diperhatikan pada diagnosa perdarahan saluran cerna bagian bawah yaitu :
1. Resusitasi
Resusitasi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut
mengikuti protokol yang juga dianjurkan pada perdarahan saluran cerna
bagian atas, dengan langkah awal menstabilkan hemodinamik.
2. Medikamentosa
Hemoroid, fisura ani, dan ulkus rectum dapat diobati dengan bulk
forming agent, sitz baths, dan menghindari mengedan.

5 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
3. Terapi Endoskopi
Colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, argon plasama
caogulatioan dapat bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia dan perubahan
vaskuler pada colitis radiasi.
4. Terapi Bedah
Pada beberapa keadaan, bedah merupakan pendekatan utama setelah
keadaan pasien stabil. Bedah emergensi dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi dan dapat memperburuk keadaan klien. Pada kasus-
kasus dengan perdarahan berulang tanpa diketahui sumber perdarahannya
maka hemikolektomi kanan atau hemikolektomi subtotal dapat
dipertimbangkan dan memberikan hasil yang baik.

6 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnese.
a. Identitas klien.
b. Riwayat kesehatan.
c. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lender mulut dan bibir kering., frekuensi
BAB lebih dari 4x dengan konsistensi encer.
d. Riwayat kesehatan masa lalu.
e. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
f. Riwayat psikosisal keluarga.
g. Kebutuhan dasar.
1) Pola eliminasi
Perubahan BAB lebih dari 4x sehari. BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penuirunan
berat badan pasien.
3) Pola istirahat/tidur
Terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang melemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.

7 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
2. Pemeriksaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernafasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik.
1) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lender, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
2) Perkusi : adanya distensi abdomen.
3) Palpasi : turgor kulit kurang elastis.
4) Auskultasi : terdengarnya bising usus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(NANDA 2015-2017 & SDKI 2017)
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Nyeri akut.
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
3. Hambatan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
4. Gangguan pola tidur
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
5. Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon otonom, atau perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.

8 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Ketidakseimbangan nutrisi a. Nutritional Status: 1. Kaji status nutris

kurang dari kebutuhan b. Nutritional Status : food and fluid intake R/ pengkajian penting dilakukan

c. Nutritional status : nutrient intake untuk mengetahui status nutrisi

d. Weight control pasien sehingga dapat menentukan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan intervensi yang diberikan

selama.nutrisi kurang teratasi dengan 2. Monitor adanya penurunan berat

Kriteria Hasil: badan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi R/ penurunan BB menandakan

badan asupan makanan yang tidak

Mampu mengidentifikasi kebutuhan terkontrol ataupun gangguan pada

nutrisi penyerapan nutrisi

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 3. Berikan makanan yang terpilih

Tidak terjadi penurunan berat badan yang (sudah dikonsultasikan dengan ahli

berarti gizi) : diet pasien diabetes mellitus

9 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
R/ untuk membantu memenuhi

kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan

pasien

4. Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

R/ untuk menyesuaikan berapa

jumlah nutrisi yang dibutuhkan

pasien

5. Monitor pucat, kemerahan dan

kekeringan jaringan, konjungtiva

R/ kondisi tersebut menandakan

bahwa kekurangan kadar nutrisi dan

cairan pasien

6. Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat

R/ untuk mencegah konstipasi

10 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
2 Nyeri akut a. Pain level 1. Lakukan pegkajian nyeri secara

b. Pain control komprehensif termasuk lokasi,

c. Confort level karakteristik, durasi, frekuensi dan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kualitas.

selama.nyeri teratasi dengan R/ menegtahui tingkatnyeri yang

Kriteria Hasil: dirasakan klien dan untuk

mampu mengontrol nyeri (tahu menentukan intervensi selanjutnya

penyebab nyeri, mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari

tehnik nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan.

mengurangi nyeri, mencari bantuan) R/ reaksi nonverbal dapat menun

melaporkan bahwa nyeri berkurang jukkan tingkat nyeri yang dirasakan

dengan menggunakan manajemen nyeri klien

mampu mengenali nyeri (skala, 3. Ajarkan teknik non farmakologis

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) (relaksasi, distraksi dll) untuk

menyatakan rasa nyaman setelah nyeri mengetasi nyeri.

berkurang R/ teknik non-farmakologi dapat

membantu pasien untuk mengurangi

11 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
nyeri yang dirasakan.

4. Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri.

R/ pemberian obat analgetik dapat

mengurangi nyeri

5. Berikan informasi tentang nyeri

seperti penyebab nyeri, berapa lama

nyeri akan berkurang.

6. R/ menambah pengetahuan klien

dan keluarga tentang penyakit yang


dialami

a. Joint Movement : Active 1. Kaji kemampuan klien dalam


3 Hambatan mobilitas fisik
b. Mobility Level mobilisasi
c. Self care : ADLs R : mengetahui tingkat kemampuan
d. Transfer performance klien.
2. Latih pasien dalam pemenuhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan ADLs secara mandiri

12 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
selama.gangguan mobilitas fisik teratasi sesuai kemampuan.
dengan kriteria hasil: R : melatih kemampuan klien dalam
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik melakukan aktivitas.
2. Mengerti tujuan dari peningkatan 3. Miringkan dan atur posisi pasien
mobilitas setiap 2 jam pada saat pasien di
3. Memverbalisasikan perasaan dalam tempat tidur.
meningkatkan kekuatan dan kemampuan R : mencegah terjadinya iritasi kulit
berpindah atau penekanan pada tubuh .
4. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs klien
R : membantu kien dalam
memenuhi aktivitasnya.
5. Letakkan barang-barang pada
tempat yang mudah dijaNgkau
lengan yang tidak terkena bila satu
sisi mengalami kelemahan.
R : melatih kemandirian klien
a. Anxiety reduction 1. Monitor atau catat kebutuhan tidur
4 Gangguan pola tidur
pasien setiap hari dan jam

13 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
b. Comfort level R : mengetahui perubahan pola tidur
c. Pain level pasien

d. Rest : Extent and pattern 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman


R : agar pasien dapat beristirahat
e. Sleep : Extend and pattern
dengan nyaman
3. Beri posisi yang nyaman
Seterlah dilakukan tindakan keperawatan
R : memudahkan dalam beristirahat
selama . Pasien tidak mengalami gangguan
4. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
pola tidur, dengan kriteria hasil: R : menambah pengetahuan pasien dan
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal keluarga tentang pentingnya istirahat-
2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal tidur
3. Perasaan segar sesudah tidur atau 5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
istirahat tentang teknik tidur pasien
R : agar keluarga mengetahui teknik
Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
tidur pasien
meningkatkan tidur
a. Anxiety control 1. Gunakan pendekatan yang
5 Ansietas
b. Coping menenangkan
c. Impulse control R : memberikan rasa nyaman kepada
pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Jelaskan semua prosedur dan apa

14 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
selama . Pasien bertoleransi terhadap yang dirasakan selama prosedur
aktivitas dengan Kriteria Hasil : R : agar klien dapat mengerti dan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan memahami prosedur yang akan
mengungkapkan gejala cemas dilaksanakan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 3. Instruksikan kepada pasien untuk
menunjukkan tehnik untuk mengontol menggunakan teknik relaksasi
cemas R : dapat mengurangi kecemasan
3. Vital sign dalam batas normal pasien
4. Libatkan keluarga untuk
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
mendampingi pasien
dan tingkat aktivitas menunjukkan
R : support dari keluarga dapat
berkurangnya kecemasan mengurangi kecemasan pasien
5. Kolaborasi pemberian obat anti
cemas
R : pemberian obat cemas dapat
menurunkan kecemasan pasien

6 Resiko infeksi a. Immune status 1. Mencuci tangan setiap sebelum dan

b. Knowledge : infection control sesudah tindakan keperawatan

15 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
c. Risk control R/ tindakan aseptic meminimalkan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadinya infeksi

selama.tidak ada tanda tanda infeksi 2. Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan Kriteria Hasil: sistemik dan lokal
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
R/ untuk mengetahui pada daerah
Jumlah leukosit dalam batas normal
mana saja berresiko terhadap infeksi

serta penyebaran dari infeksi

tersebut

3. Monitor hitung granulosit, WBC

R/ untuk mengetahui jumlah kadar

leukosit akibat adanya gangguan

system kekebalan tubuh

4. Inspeksi kulit dan membrane

mukosa terhadap kemerahan, panas,

drainase

16 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
R/ kemerahan merupakan tanda

adanya infeksi

5. Berikan terapi antibiotic

R/ untuk proteksi terhadap infeksi

6. Ajarkan pasien cara menghindari

infeksi

R/ untuk mencegah klien terpapar

ataupun kembali terinvasi infeksi

17 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt. XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)

You might also like