You are on page 1of 22

LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT DALAM


CKD (Chronic Kidney Disease) dengan Anemia

Disusun oleh :
Achwana Sri Arundany
082011101043

Dokter Pembimbing :
dr. Arief Suseno, Sp.PD

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


Di Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNEJ - RSD dr.Soebandi Jember

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSD dr.SOEBANDI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
Agustus, 2012

1
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. N
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Madura
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Ajisaka Barat, 001/001, Kranjingan Sumber
Tanggal MRS : 04 Juli 2012
Tanggal KRS : 10 Juli 2012 (Pulang Paksa)
Tanggal Pemeriksaan : 06 Juli 2012
No. RM : 38.26.70

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada penderita tanggal 6 Juli 2012, di ruang rawat
inap wanita RSD dr.Soebandi.
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku merasa sesak sejak 2 hari yang lalu. Sesak
dirasakan baik saat melakukan aktivitas maupun istirahat, dan tidak
membaik meskipun dengan posisi duduk. Tidak ada nyeri dada. Pasien
mengatakan sudah sering merasakan keluhan seperti ini dan biasanya
membaik setelah menjalani HD. Pasien mengatakan sudah rutin
melakukan HD sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya, pasien rutin menjalani
HD 1 kali dalam seminggu. Namun, 4 bulan terakhir, pasien kemudian
menjalani HD 2x dalam seminggu.

2
Pada tanggal 4 Juli 2012, pasien melakukan HD. Setelah menjalani
HD, pasien disarankan untuk MRS karena kondisi pasien sesak dan dinilai
kurang darah, sehingga butuh transfusi. Selain itu, pasien juga mengeluh
mual, pusing, dan lemas. Keluhan itu selalu dirasakan setelah pasien
menjalani HD. BAB 2x dalam sehari, BAK berwarna kuning, namun
jarang dan sedikit. Terkadang nyeri saat buang air kecil. Nyeri juga
dirasakan di bagian pinggang, dan gatal dibagian tubuh belakang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi,
tidak ada riwayat penyakit jantung, tidak ada riwayat kencing manis,
maupun riwayat asam urat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang sakit seperti pasien.
5. Riwayat Pengobatan
Rutin menjalani hemodialisis sejak 1 tahun yang lalu, di Poli
Hemodialisa RSD dr.Soebandi.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan suami dan tiga anak pasien.
Penghasilan suami pasien sebagai buruh perbulan sekitar Rp 650.000,00.
Rumah pasien berukuran 6 m x 12 m, berlantai semen, bertembok papan,
dengan 3 kamar dan setiap kamar terdapat jendela. Kamar mandi dan
jamban ada di dalam rumah. Sumber air untuk memasak, minum dan
mencuci dari sumur yang berjarak + 15 m dari rumah.
Kesan : Riwayat sosial ekonomi kurang

7. Riwayat gizi
Nafsu makan pasien diakui sedikit berkurang karena sering merasa
mual. Makan 2-3 kali sehari, tidak habis jika tiba-tiba merasa mual, namun
habis jika tidak sedang mual. Pasien sehari-hari lebih sering
mengkonsumsi tahu tempe serta sayur-sayuran dan kacang-kacangan.

3
Kadang-kadang makan daging atau ayam. Untuk minum sehari-hari
berasal dari air sumur yang dimasak terlebih dahulu.
Kesan : Riwayat gizi baik

B. Anamnesis sistem
Sistem serebrospinal : pusing (+), demam (-)
Sistem kardiovaskular : berdebar-debar (-)
Sistem pernafasan : sesak nafas (+)
Sistem gastrointestinal : cegukan (-), mual (+), muntah (-), nafsu
makan kurang
Sistem urogenital : BAK (+) sedikit dan jarang, terkadang
nyeri saat BAK
Sistem integumen : gatal di bagian tubuh belakang
Sistem muskuloskeletal : nyeri pinggang (+)

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital Sign : Tensi = 150/90 mmHg
Nadi = 88 x/mnt
RR = 28 x/mnt
Suhu = 36,5 0C
4. Pernapasan : dypsneu (+), orthopnea (-)
5. Kulit : Turgor kulit normal, tidak ada ikterus maupun
sianosis
6. Kelenjar Limfe : Limfonodi leher, aksila, dan inguinal tidak
terdapat pembesaran.
7. Otot : Konsistensi padat kenyal, atrofi (-), massa (-),
nyeri ketok di pinggang

4
8. Tulang : Tidak ada deformitas, krepitasi (-), tidak
didapatkan gangguan pergerakan, nyeri sendi (-)
9. Berat Badan : 50 Kilogram
10. Tinggi Badan : 157 Sentimeter
11. Status gizi : IMT = 50 = 20.28 (IMT dalam batas normal)
(1,57)2
Kesan : Didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran
composmentis, Hipertensi, Dypsneu, nyeri ketok pinggang (+).
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Bentuk : Bulat lonjong, simetris
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis +/+
Sklera ikterus -/-
Odem palpebra -/-
Pupil isokor 3mm/3 mm, Reflek cahaya +/+
Hidung : Sekret (-),darah (-), pernafasan cuping hidung (+)
Telinga : Sekret (-), bau (-), darah (-)
Mulut : Sianosis (-), bau (-), mukosa mulut pucat (-), lidah
pucat (-)
2. Leher :
KGB : tidak ada pembesaran.
Tiroid : tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : (-)
Peningkatan JVP : (-)
3. Thorax
Cor : I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Redup, batas jantung melebar
A = S1S2 tunggal (+), reguler

5
Pulmo :
Anterior Posterior
Inspeksi : Inspeksi :
Simetris +/+ Simetris +/+
Retraksi +/+ Ketertinggalan gerak -/-
Ketertinggalan gerak -/-

P: Palpasi : P: Palpasi :
Fremitus raba +/+ normal Fremitus raba +/+ normal

P: Perkusi : Perkusi :
Sonor +/+ Sonor +/+

Auskultasi : Auskultasi :
Vesikuler +/+, rh -/-, wh-/- Vesikuler +/+, rh -/-, wh-/-

4. Abdomen :
Inspeksi = cembung, lingkar abdomen 68 cm
Auskultasi = BU (+) N
Palpasi = Soepel, tidak ada pembesaran organ, tidak ada
nyeri tekan
Perkusi = hipertimpani, shifting dulness (+), nyeri ketok
ginjal +/+
5. Genital : dalam batas normal
6. Ekstremitas :
Superior = Akral hangat +/+ , Odema -/-
Inferior = Akral hangat +/+ , Odema -/-
Pada pemeriksaan fisik khusus didapatkan : Konjungtiva anemis,
pernafasan cuping hidung dan retraksi (dypsneu), batas jantung melebar,
lingkar abdomen membesar, shifting dulness (+), nyeri ketok ginjal.

6
IV. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
4/7/12
7/7/12
(post HD)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 6,2 8,4
Laju Endap Darah - 62/108
Leukosit 13,8 12,3
Hitung Jenis - 3/-/-/69/18/10
Hematokrit 22,5 27,3
Trombosit 115 313
FAAL GINJAL
Kreatinin Serum 4,3 3,7
BUN 20 16
Urea 42 33
Asam Urat 3,1 2,4
ELEKTROLIT
Natrium 136,4 -
Kalium 4,21 -
Chlorida 102,6 -
Calsium 2,87 -
Magnesium 1,21 -
Fosfor 0,92 -
Kreatinin : 4,3 mg/dl
Berat Badan : 50 kg
Umur : 56 tahun

GFR = (140- 56) x 50 x 0,85


72 x 4,3
GFR = 11,5

RESUME

Anamnesis :
1. Sesak, baik saat melakukan aktivitas maupun istirahat, dan tidak membaik
meskipun dengan posisi duduk.
2. Tidak ada nyeri dada.

7
3. Pasien rutin melakukan HD sejak 1 tahun yang lalu.
4. HD 1 kali dalam seminggu. Namun, 4 bulan terakhir HD 2x dalam seminggu
(HD terakhir 4 Juli 2012)
5. Kondisi pasien Post HD sesak dan kurang darah sehingga butuh transfusi.
6. Mual, pusing, dan lemas
7. BAB dbn, BAK berwarna kuning, namun jarang dan sedikit. Terkadang nyeri
saat BAK.
8. Nyeri di bagian pinggang dan gatal dibagian tubuh belakang.

Pemeriksaan fisik secara umum


Didapatkan : keadaan umum pasien lemah, namun kesadaran composmentis,
hipertensi, dypsneu, nyeri ketok pinggang (+).
Pemeriksaan fisik khusus
Didapatkan : konjungtiva anemis, dypsneu, lingkar abdomen membesar, shifting
dulness (+), nyeri ketok ginjal.
Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan : hemoglobinemia, trombositopenia; leukositosis; peningkatan
kreatinin serum.

V. Diagnosis Kerja
Chronic Kidney Disease stage V dengan anemia

VI. Penatalaksanaan
Diet : Garam 40 120 meq, rendah protein (0.6-0.8 gr/kgBB/hari)
tinggi kalori (35 kCal/kgBB/hari), diet rendah kalium (hindari
pisang, jeruk, tomat dan sayuran berlebih)
Minum sesuai produksi urine (paling banyak 2 gelas per hari)
Infus pz 7 tpm

8
Injeksi Ceftriaxone 2x1
Ranitidin 3x1 ampul
Ondancetron 2x8 mg
Ca Glukonas 2x1
Adalat oros 1x1
Valsartan 1x80 mg
Aminefron 3x1
Dexanta syr 3xCI
Transfusi PRC 1 kolf/hari sampai hb > 10
VII. Prognosis
Dubia Ad Malam

FOLLOW UP (Tgl 7-9 Juli 2012)


H4 MRS (7/7/2012) H5 MRS(8/7/2012) H6 MRS(9/7/2012)
Subyektif Mual dan pusing Pusing, Mual, Lemas Pusing
Obyektif KU: lemah Kes: CM KU: lemah Kes: CM KU: cukup Kes: CM

v/s: TD: 140/90mmHg v/s: TD: 160/100 mmHg v/s: TD: 150/90mmHg
N : 76x/menit N : 80x/menit N : 72x/menit
RR: 22x/menit RR: 20x/menit RR: 20x/menit
T : 36,50C T : 36,90C T : 36,40C

9
K/L: a/i/c/d: +/-/-/- K/L: a/i/c/d: +/-/-/- K/L: a/i/c/d: -/-/-/-

Tho: C: I : ic tak tampak Tho: C: I : ic tak tampak Tho: C: I : ic tak tampak


P : ic tak teraba P : ic tak teraba P : ic tak teraba
P : redup, batas jantung melebar P : redup, batas jantung melebar P : redup, batas jantung melebar
A : S1 S2 Tunggal E/G/M:-/-/- A : S1 S2 Tunggal E/G/M:-/-/- A : S1 S2 Tunggal E/G/M:-/-/-

P : I: simetris, retraksi (-) P : I: simetris, retraksi (-) P : I: simetris, retraksi (-)


ketertinggalan gerak (-) ketertinggalan gerak (-) ketertinggalan gerak (-)
P : FR +/+ P : FR +/+ P : FR +/+
P : sonor P : sonor P : sonor
A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/- A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/- A : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abd: I: Cembung Abd: I: Cembung Abd: I: Cembung


A: bising usus (+) N A: bising usus (+) N A: bising usus (+) N
P: tympani, shifting dullness (+) P: tympani, shifting dullness (+) P: tympani, shifting dullness (+)
P : soepel, nyeri ketok pinggang P : soepel, nyeri ketok pinggang P : soepel, nyeri ketok pinggang

Ext: AH +/+ OE -/- Ext: AH +/+ OE -/- Ext: AH +/+ OE -/-


+/+ -/- +/+ -/- +/+ -/-
Assesment CKD dengan anemis dan HT gr.I CKD dengan anemis dan HT gr.II CKD dengan anemis dan HT gr.I
Planning Diet TKRPRG dan membatasi Diet TKRPRG dan membatasi Diet TKRPRG dan membatasi
konsumsi sayur-buah konsumsi sayur-buah konsumsi sayur-buah
Minum sesuai produksi urine Minum sesuai produksi urine Minum sesuai produksi urine
(paling banyak 2 gelas per (paling banyak 2 gelas per hari) (paling banyak 2 gelas per
hari) Infus pz 7 tpm hari)
Infus pz 7 tpm Injeksi Ceftriaxone 2x1 Infus pz 7 tpm
Injeksi Ceftriaxone 2x1 Ranitidin 3x1 ampul Injeksi Ceftriaxone 2x1
Ranitidin 3x1 ampul Ondancetron 2x8 mg Ranitidin 3x1 ampul
Ondancetron 2x8 mg Ca Glukonas 2x1 Ondancetron 2x8 mg
Ca Glukonas 2x1 Adalat oros 1x1 Ca Glukonas 2x1
Adalat oros 1x1 Valsartan 1x80 mg Adalat oros 1x1
Dexanta syr 3xCI Aminefron 3x1 Valsartan 1x80 mg
Transfusi PRC 1 kolf/hari Dexanta syr 3xCI Aminefron 3x1
sampai hb > 10 Transfusi PRC 1 kolf/hari Dexanta syr 3xCI
sampai hb > 10 Transfusi PRC 1 kolf/hari
sampai hb > 10

10
PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Ginjal Kronik


3.1.1 Diagnosis
Menurut The National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease
Outcome Quality Initiative (KDOQI), kriteria penyakit ginjal kronik sebagai
berikut :
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan GFR, dengan
manifestasi : kelainan patologi dan petanda kerusakan ginjal.
2. GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
a. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas 2 (dua) hal yaitu atas
dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar GFR. Pedoman KDOQI
merekomendasikan perhitungan GFR dengan rumus Cockroft-Goult sebagai
berikut :
GFR (ml/menit/1,73 m2) = (140-umur) x berat badan
72 x kreatinin serum (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85

Tabel 1. Stadium Penyakit Ginjal Kronik


Stadium Deskripsi GFR (ml/menit/1,73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau 90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR berat 15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

11
Pada kasus, kondisi pasien masuk dalam kriteria gagal ginjal kronik, dimana
kerusakan ginjalnya terjadi 1 tahun, yang ditandai dengan kelainan struktural
maupun fungsional, dengan GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 (11,5 ml/menit/1,73 m2),
dan didukung oleh beberapa keluhan, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan
penunjang lainnya. GFR pada pasien tersebut termasuk kategori gagal ginjal (<15
atau dialisis).

Tabel 2. Penyebab Terbanyak Terjadinya PGK (Current Medical Diagnosis and


Treatment, 2008).
Glomerulopathies
Primary glomerular diseases:
Focal and segmental glomerulosclerosis
Membranoproliferative glomerulonephritis
IgA nephropathy
Membranous nephropathy
Secondary glomerular diseases:
Diabetic nephropathy
Amyloidosis
Postinfectious glomerulonephritis
HIV-associated nephropathy
Collagen-vascular diseases
Sickle cell nephropathy
HIV-associated membranoproliferative
glomerulonephritis
Tubulointerstitial nephritis
Drug hypersensitivity
Heavy metals
Analgesic nephropathy
Reflux/chronic pyelonephritis
Idiopathic
Hereditary diseases
Polycystic kidney disease
Medullary cystic disease

12
Alport's syndrome
Obstructive nephropathies
Prostatic disease
Nephrolithiasis
Retroperitoneal fibrosis/tumor
Congenital
Vascular diseases
Hypertensive nephrosclerosis
Renal artery stenosis

Pada pasien, etiologi dari GGK yang diderita adalah adanya urolitiasis
(batu pada ureter). Hal ini didukung dengan hasil USG Abdomen dan gejala klinis
berupa oligouria, nyeri saat beremih dan tanda-tanda penurunan fungsi ginjal
lainnya.
3.1.2 Pendekatan Diagnostik
Gambaran Klinis
1) Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes, obstruksi, infeksi
traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemia, SLE dan lain sebagainya.
Pada penderita diperoleh gambaran klinis (gejala/keluhan) berupa nyeri pada
kedua pinggang.
2) Kegagalan fungsi ekskresi sehingga terjadi sindrom uremia yang terdiri dari
lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, volume overload, neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang sampai koma. Juga terjadi
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit serta asam basa tubuh.

Tabel 3. Gejala dan Tanda Klinis Uremia (Current Medical Diagnosis and
Treatment, 2008).
Organ System Symptoms Signs
General Fatigue, weakness Sallow-appearing,
chronically ill
Skin Pruritus, easy bruisability Pallor, ecchymoses,
excoriations, edema, xerosis
ENT Metallic taste in mouth, epistaxis Urinous breath

13
Organ System Symptoms Signs
Eye Pale conjunctiva
Pulmonary Shortness of breath Rales, pleural effusion
Cardiovascular Dyspnea on exertion, retrosternal Hypertension, cardiomegaly,
pain on inspiration (pericarditis) friction rub
Gastrointestinal Anorexia, nausea, vomiting,
hiccups
Genitourinary Nocturia, polyuria, simpotence Isosthenuria, hematuria
Neuromuscular Restless legs, numbness and
cramps in legs
Neurologic Generalized irritability and Stupor, asterixis, myoclonus,
inability to concentrate, decreased peripheral neuropathy
libido

Pada penderita diperoleh (tabel 4) :


Tabel 4. Gejala dan Tanda Klinis Uremia Pada Penderita
Organ System Symptoms
General Lemah
Skin Gatal
ENT -
Eye Konjungtiva terlihat anemis
Pulmonary Sesak
Cardiovascular kardiomegali
Gastrointestinal Mual, Muntah
Genitourinary Oligouri
Neuromuscular -
Neurologic -

3) Kegagalan fungsi hormonal : penurunan eritropoetin, penurunan vitamin D3


aktif, gangguan sekresi renin.
a. Penurunan produksi eritropoetin : pada penderita ditemukan konjungtiva
anemis disertai penurunan kadar Hb dan hematokrit.
b. Penurunan vitamin D3 aktif.
c. Gangguan sekresi renin.

14
4) Gejala komplikasinya: hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (Na, K, Cl).
Komplikasi yang terjadi yang dialami penderita berupa anemia, dan
gangguan keseimbangan elektrolit.
Keluhan dan gejala klinis yang timbul pada PGK hampir mengenai seluruh
sistem, seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Manifestasi Klinik dari Penyakit Ginjal Kronik

Gambaran Laboratoris
1.) Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
2.) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum, dan penurunan GFR (menurut rumus Cockroft-Goult).
3.) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper
atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.

15
4.) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, cast, isostenuria.

Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis PGK meliputi :
1. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak;
2. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi;
3. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh
toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan;
4. Pielografi antegrad atau retrigrad dilakukan sesuai indikasi;
5. Renografi bila ada indikasi.

3.1.3 Evaluasi dan Tatalaksana


Beberapa individu bisa termasuk dalam kelompok yang mempunyai
peningkatan resiko untuk menjadi PGK walaupun tanpa kerusakan ginjal dan
GFR masih dalam batas normal atau meningkat.

Tabel 5. Faktor Resiko Potensial Terhadap Timbulnya PGK


Faktor-faktor Klinis Faktor-faktor Sosiodemografis
Diabetes Usia lanjut
Hipertensi Status minoritas
Penyakit otoimun Terpapar kondisi kimiawi dan
Infeksi sistemik lingkungan
Infeksi saluran kemih Pendidikan/pendapatan rendah
Batu saluran kemih
Obstruksi saluran kemih bawah
Keganasan
Riwayat keluarga dengan PGK
Sembuh dari GGA

16
Penurunan massa ginjal
Terpapar terhadap obat tertentu
Berat badan lahir rendah

Berdasarkan hasil dari pemeriksaan radiologis yang telah dilakukan, faktor


resiko potensial timbulnya GGK pada penderita adalah karena adanya batu pada
ureter.
Pada pasien yang sudah ditetapkan menderita PGK, harus dikembangkan
suatu clinical action plan berdasarkan stadium dari PGK (Tabel 5).
Tabel 6. Stadium PGK serta Clinical Action Plan

Penatalaksanaan PGK meliputi :


a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Pengobatan terhadap penyakit dasar yang masih dapat dikoreksi mutlak
harus dilakukan. Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah
sebelum terjadinya penurunan GFR, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak
terjadi. Termasuk disini adalah pengendalian tekanan darah, regulasi gula darah
pada pasien DM, koreksi jika ada obstruksi saluran kencing. Sebaliknya, bila GFR
sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah
tidak banyak bermanfaat.
Pada penderita terapi spesifik yang diperlukan berupa penghancuran batu
(karena sebelumnya didapatkan riwayat adanya batu). Tetapi jika dilihat dari nilai

17
GFR penderita, clinical action plan yang sesuai : terapi pengganti ginjal dengan
dialisis atau transplantasi.
b. Pengendalian keseimbangan air dan garam
Pemberian cairan disesuaikan dengan produksi urine, yaitu produksi urine
24 jam ditambah 500 ml. Asupan garam tergantung evaluasi elektrolit, umumnya
dibatasi 40-120 mEq (920-2760 mg). Furosemide dosis tinggi masih dapat dipakai
pada awal PGK. Penimbangan berat badan, pemantauan produksi urine serta
pencatatan keseimbangan cairan
Pada penderita diberikan Infus pz 7 tpm dan minum ~ produksi urin
c. Menghambat perburukan fungsi ginjal
Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus antara lain :
1) Diet rendah protein, tinggi kalori. Pembatasan protein mulai dilakukan pada
GFR 60 ml/menit, di atas nilai tersebut, pembatasan tidak selalu dianjurkan.
Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan
substansi nitrogen lain, yang terutama diekskresikan melalui ginjal. Sehingga
pada PGK diet tinggi protein dapat mengakibatkan uremia. Masalah penting
lain, protein overload akan mengakibatkan intraglomerulus hyperfiltration.
Kebutuhan kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/kgBb/hari. Pembatasan
fosfat untuk mencegah hiperfosfatemia.

Tabel 7. Pembatasan Asupan Proten dan Fosfat

18
Pada penderita diberikan Diet Tinggi Kalori Rendah Protein Rendah Garam.
2) Terapi farmakologis, pemakaian obat antihipertensi, di samping bermanfaat
untuk memperkecil resiko kardiovaskular, juga memperkecil hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. ACE inhibitor mekanisme
kerjanya sebagai antihipertensi dan antiproteinuria.
d. Pengendalian gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa
Utamanya hiperkalemia dan asidosis. Pencegahan hiperkalemia meliputi :
1) diet rendah K, dengan menghindari buah pisang, jeruk, tomat serta sayuran
berlebih; 2) menghindari pemakaian diuretika K-sparing.
Pengobatan hiperkalemia tergantung derajat kegawatannya :
1) Gawat :
i. Glukonas calcicus intravena (10-20 ml 10% Ca glukonas)
ii. Glukosa intravena (25-50 ml glukoa 50%)
iii. Insulin-Dextrose iv dengan dosis 2-4 unit actrapid tiap 10
gram glukosa
iv. Natrium bikarboonat iv (25-100 ml 8,4% NaHCO3)
2) Meningkatkan ekskresi K
i. Furosemid
ii. K exchange resin
iii. Dialisis
Asidosis menyebabkan keluhan mual, lemah, airhunger dan drowsiness.
Pengobatab intravena dengan NaHCO3 hanya diberikan pada keadaan asidosis
berat, jika tidak gawat dapat diberikan secara per oral.

19
Pada penderita diberikan Diet Rendah Kalium (buah dan sayur).
e. Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal (ODR)
1) Pengendalian hiperphosphatemia, juga dapat menghambat
progresivitas penurunan faal ginjal. Dapat diberika kalsium karbonat
500-3000 mg bersama makan sebagai asupan kalsium juga koreksi
hipokalsemia. Hindari makanan yang mengandung phospor.
2) Suplemen vitamin D3 aktif, kalsitriol hanya diberikan jika kadar P
normal. Batasan pemberian jika Ca x P < 65. Dosis : 0,25
mikrogram/hari.
3) Paratiroidektomi, jika proses ODR terus berlanjut.
f. Pengobatan gejala uremi spesifik
1) Mual dan muntah : diet rendah protein.
2) Anemia : eritropoetin, asam folat, Fe, dan vitamin B12.
Pada penderita diberikan Diet Rendah Protein dan Asam folat 3x1.
g. Deteksi dini dan pengobatan infeksi
Disebabkan imun yang rendah, gejala klinis terkadang tidak muncul.
h. Penyesuaian pemberian obat
Menghindari obat nefrotoksik, antara lain : aminoglikosida, co-
trimoksazole, amphotericin. Menghindari diuretik K sparing.
i. Deteksi dan pengobatan komplikasi
Komplikasi yang merupakan indikasi untuk tindakan hemodialisis:
1) ensefalopati uremik;
2) perikarditis atau pleuritis;
3) neuropati perifer prgresif;
4) ODR progresif;
5) hiperkalemia;
6) sindrom overload;
7) infeksi yang mengancam jiwa
j. Persiapan dialisis dan transplantasi
Terapi pengganti (TP) ginjal dilakukan pada PGK stadium 5, yaitu GFR <
15 ml/menit. Pada Gagal Ginjal Terminal (GGT) dengan GFR < 5 ml/menit1,73

20
m2, apapun etiologinya, memerlukan TP. Setelah menetapkan bahwa TP
dibutuhkan, perlu pemantauan yang ketat sehingga dapat ditentukan dengan tepat
kapan TP tesebut dimulai.
Tabel 8. Berbagai Jenis Terapi Pengganti

21
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis
kasus tersebut adalah Chronic Kidney Disease stage V dengan anemia

4.2 Saran
Penderita dengan Chronic Kidney Disease stage V dengan, yang mana
nilai GFR- nya < 15 ml/menit, perlu dipikirkan terapi pengganti ginjal.
Diet pasien harus diperhatikan, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
cairan dan pemilihan makanan. Diet yang dianjurkan TKRPRG (Tinggi
Kalori Rendah Protein Rendah Garam).

22

You might also like