You are on page 1of 70

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa


1.1.1 Gambaran Secara Geografis
Desa Pangkalan terletak di Kecamatan Teluk Naga, Kota Tangerang, Provinsi
Banten. Luas wilayah Desa Pangkalan 798,975 Ha yang terdiri dari lahan pertanian
seluas 349,180 Ha dan lahan pemukiman seluas 449,795 Ha. Desa Pangkalan
merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Terdapat enam desa
binaan Puskesmas Tegal Angus, yaitu sebagai berikut (RPJM Desa Pangkalan, 2017)
:
a. Desa Lemo
b. Desa Tanjung Pasir
c. Desa Tanjung Burung
d. Desa Pangkalan
e. Desa Tegal Angus
f. Desa Muara

Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan


Sumber: Google Maps Tahun 2017
1.1.2. Batas Wilayah

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan


Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2017

Batas-batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir
2) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Kampung Besar, Melayu
Barat
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

1.2 Gambaran Secara Demografi


1.2.1 Jumlah Penduduk
Desa Pangkalan sampai dengan tahun 2016 tercatat sebanyak 17.447 jiwa,
dengan jumlah rumah tangga 3.589 rumah tangga, jumlah terdiri dari laki-laki 8970
jiwa dan perempuan 8.477 jiwa. Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada
tahun 2016, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 55.610
jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus


No Desa/Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Jumlah Rata-rata Kepadatan
Wilayah Penduduk KK Rumah jiwa/rumah Penduduk
(km2) (jiwa) (per km2)

1 Pangkalan 7.54 17.447 - 3.589 4.86 2314


2 Tanjung Burung 5.24 8.098 - 1.620 5 1545
3 Tegal Angus 2.83 9.554 - 1911 5 3376
4 Tanjung Pasir 5.64 10.301 - 2060 5 1826
5 Muara 5.14 3.573 - 949 3.77 695
6 Lemo 3.61 6.637 - 1327 5 1839
Jumlah 30.00 55.610 - 11.456 4.85 11.595

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2016

1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran
budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah
Tangerang.
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup
beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan
akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Teluk Naga belum
berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan,
petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap.

Tabel 1.2 Lapangan pekerjaan penduduk

No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah

1 Buruh 4592
2 Buruh industri 13757
3 Industri rakyat 13536
4 Nelayan 386
5 Pedagang 6373
6 Pengangguran 4004
7 Pensiunan PNS 45
8 Pensiunan TNI/POLRI 43
9 Perangkat Desa 141
10 Pertukangan 4109

11 Petani pemilik 13316


12 Petani penggarap 6063

13 PNS 222
14 TNI/POLRI 65

Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2016


1.2.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku masyarakat terhadap program kesehatan, sehingga pendidikan sangat
berperan dalam pembangunan kesehatan.

Tabel 1.3 Sarana Pendidikan Desa Pangkalan


Sarana Pendidikan Jumlah

PAUD 1 Unit
TK 2 Unit
SD 5 Unit
MI 2 Unit
SMP 2 Unit
MTS 1 Unit
SMK 1 Unit
SMA 0 Unit

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun


2016

Tingkat pendidikan di Desa Pangkalan masih tergolong rendah. Dari 16.247


jiwa penduduk Desa Pangkalan, hanya sedikit yang menyelesaikan jenjang
pendidikan sarjana.

Tabel 1.4 Tingkat Pendidikan di Desa Pangkalan

Tidak Tamat SD SD SMP SMA Sarjana

672 1.820 879 231 15


Sumber : Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan, tahun 2015

1.2.4 Lapangan Pekerjaan


Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup
beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan
akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Teluk Naga belum
berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan,
petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di
wilayah kerja Puskesmas Teluk Naga pada tahun 2015 adalah 31.898 jiwa yaitu
59.3% dari jumlah penduduk 53.822 jiwa.
Tabel 1.5 Lapangan Pekerjaan Penduduk
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah

1 Buruh 4592
2 Buruh industri 13757
3 Industri rakyat 13536
4 Nelayan 386
5 Pedagang 6373
6 Pengangguran 4004
7 Pensiunan PNS 45
8 Pensiunan TNI/POLRI 43
9 Perangkat Desa 141
10 Pertukangan 4109
11 Petani Pemilik 13316
12 Petani Penggarap 6063
13 PNS 222
14 TNI/POLRI 65
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2015

1.1. Sarana Kesehatan


Berikut adalah sarana kesehatan yang ada di Desa Pangkalan :

Tabel 1.6 Sarana Kesehatan di Desa Pangkalan

Sarana Kesehatan Jumlah

Apotek 1 Unit
Balai Pengobatan 2 Unit
Klinik Khitan 1 Unit
Poliklinik 3 Unit
Praktik Bidan 3 Unit
Praktik Dokter 2 Unit

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pangkalan

a. Puskesmas Tegal Angus


i.Visi Puskesmas Tegal Angus
Dalam mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang dan pembangunan
Pemerintah Tangerang dan khususnya Kecamatan Teluk Naga dalam bidang
kesehatan maka dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas Tegal
Angus, yaitu:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEHAT DAN MANDIRI
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

ii.Misi Puskesmas Tegal Angus


Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas Tegal Angus
sesuai dengan misi pembangunan kesehatan nasional yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasaan kesehatan di wilayah kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
4. Memilihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya.

iii.Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk
Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu Desa Pangkalan, Tanjung
Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
iv. Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2016 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
Sumber : Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas Tegal Angus, 2016

v.Upaya Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara
lain :
a. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita
yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil
b. Pencegahan penyakit, imunisasi dasar (BCG, Hepatitis B, Polio, Campak, DPT),
pemberian vitamin A
c. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu
Burung, Chikungunya, dan sejenisnya
d. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi
e. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan
dengan membersihkan rumah masingmasing dan lingkungan sekitarnya
f. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar
g. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program
senam LANSIA dan POSBINDU.

vi.Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang kesehatan,
upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini
upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di
Puskesmas Tegal Angus.

1. Perilaku Hidup Bersih Sehat


Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat
dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan
dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas
Tegal Angus terutama di Desa Pangkalan pada Tahun 2014 triwulan pertama dapat
digambarkan sebagai berikut :
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (103,42%)
2) Pemberian ASI eksklusif (15,19%)
3) Penimbangan bayi dan balita (100%)
4) Penggunaan air bersih (99,45%)
5) Cuci tangan dengan air bersih, mengalir, dan sabun (70%)
6) Penggunaan jamban sehat (17,15%)
7) Rumah yang bebas jentik (100%)
8) Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (12,05%)
9) Konsumsi makanan seimbang (25,2%)
10) Tidak merokok dalam rumah (25,15%)
Berdasarkan kajian PHBS di atas didapat ada beberapa yang cakupannya
masih rendah hal ini dikarenakan :
3. Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai akses air bersih dan
jamban sehat sedikit
4. Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran tentang
ASI eksklusif, aktifitas fisik, dan merokok di dalam rumah
5. Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala
kurang optimal

2. Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua anggota
keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun 2015 triwulan pertama menunjukkkan dari 298 rumah
yang diperiksa sebanyak 21,28% yang memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 1.7 Persentase Rumah Sehat Triwulan I Menurut Kecamatan dan


Puskesmas Tahun 2014
Rumah
Nama
No. Puskesmas Jumlah Jumlah Jumlah
Desa % diperiksa % sehat
seluruhnya diperiksa sehat
Tanjung
1. Tegal Angus 2685 254 9,46 109 42,91
Burung
Pangkalan 5362 298 5,56 123 21,28
Tegal Angus 2900 189 6,52 78 41,27
Tanjung
1823 339 18,60 274 80,83
Pasir
Muara 492 79 16,06 42 52,16
Lemo 655 89 13,59 49 55,06
JUMLAH 13917 1248 70 675 54
Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus 2014

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di wilayah
Puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan
tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumah
sehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah
rumah sehat.

3. Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar


Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal
Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.8 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Puskesmas Tegal
Angus
Jumlah Jumlah Tempat sampah
No Kecamatan PKM
Penduduk KK JKM JKP JKS %JKM %JKP %JKS
1 Pangkalan Tegal 16.871 2.685 1.035 298 123 38,5 28,8 41,3
Tanjung
2 7.754 5.362 618 254 109 11,5 41,1 42,9
Burung
3 Tegal angus 9.378 2.900 720 189 78 24,8 26,3 41,3
Tanjung
4 9.738 1.823 447 339 274 24,5 75,8 80,8
Pasir
5 Muara 3.524 492 124 79 42 25,2 63,7 53,2
6 Lemo 6.557 655 162 89 49 24,7 54,9 55,1
Jumlah 53.822 13.917 3.106 1.248 3.106 24,9 48,4 52.4

Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2014

Keterangan :
JKM : Jumlah KK Memiliki
JKP : Jumlah KK Periksa
JKS : Jumlah KK Sehat

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di
Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar.
Dilihat dari jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5% rumah yang memiliki
tempat sampah, kemudian dari jumlah rumah yang diperiksa jumlah yang
memiliki tempat sampah sehat hanya 41,3%. Jumlah tersebut masih kurang karena
tidak mencapai angka target yaitu 50%. Berbagai faktor seperti tingkat
pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesadaran penduduk yang masih
rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.

4. Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)


Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko
sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan
yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara
berkala, bimbingan, penyuluhan, dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga
sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan
pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
5. Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola
dengan baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif didalam
penularan penyakit saluran pencernaan.

1.4.1 Lokasi Keluarga Binaan


Keluarga binaan bertempat tinggal di RT 009/RW 003 Desa Kemuning,
Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Diagnosis komunitas
dilaksanakan dari tanggal 21 September hingga 28 September 2017

Gambar 1.4 Lokasi keluarga Binaan

1.4.2 Profil Keluarga Binaan


1.4.2.1 Keluarga Binaan Tn. Masin
Keluarga binaan Tn. Masin terdiri dari 7 anggota keluarga, yaitu Tn. Masin
sebagai kepala keluarga, Ny. Pipih selaku istri, Ny. Marlia sebagai anak sulung
perempuan, Nn. Novianti sebagai anak kedua, Firda anak bungsu perempuan, Tn.
Gunawan sebagai menantu dan A. Nayla sebagai Cucu perempuan.
Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Masin
No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
1 Tn. Misan Kepala Laki laki 50 th SD Buruh Rp.
keluarga 1.500.000
2 Ny. Pipih Istri Perempuan 41 th SD Ibu Rumah Rp. -
Tangga

3 Ny. Marlia Anak Perempuan 23 th SMP Buruh Rp. -


kandung
4 Tn. Menantu Laki-laki 29 th SMP Wiraswasta Rp.
Gunawan 1.500.000
5 Nn. Anak Perempuan 20 th SMP Tidak -
Noviyanti kandung berkerja
6 Nn. Firda Anak Perempuan 14 th SD Pelajar Rp. -
kandung
7 An. Nayla Cucu Perempuan 4 th - - Rp. -
Kandung

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT 05/04 Desa Pangkalan, Kecamatan


Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri seorang suami, yang
mempunyai satu orang istri dan telah mempunyai tiga orang anak, 1 menantu laki-
laki dan 1 cucu perempuan. Tn. Masin berusia 50 tahun latar belakang pendidikan SD
berpenghasilan sebagai buruh dengan pendapatan Rp. 1.500.000 per bulan. Ny. Pipih
tidak mempunyai penghasilan per bulan. Anak pertama Tn. Masin dan Ny. Pipih
bernama Ny. Marlia tidak mempunyai penghasilan perbulan. Anak bungsu Tn. Masin
dan Ny. Pipih bernama Nn. Firda sebagai pelajar. Menantu Tn. Masin dan Ny. Pipih
bernama Tn. Gunawan berpenghasilan Rp. 1.500.000 sebagai wiraswasta.

1. Bangunan Tempat Tinggal


Luas rumah keluarga ini kurang lebih 9 x 9 m. Dalam rumah terdapat ruang
tamu dengan ruang keluarga berukuran 3 x 3 m, tiga kamar tidur yang berukuran
3 x 3 m, dapur berukuran 4 x 2 m, kamar mandi berukuran 2 x 2 m. Bangunan
tempat tinggal tidak bertingkat berlantai keramik, beratapkan genteng tanpa plafon
dan dindingnya sebagian terbuat dari batu bata yang dilapisi semen dan sebagian
terbuat dari papan.
Pada masing-masing ruangan disertai lampu bohlamp 10 watt gudang.
Ruang keluarga digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga saat makan dan
menonton televisi. Dapur memakai kompor gas untuk memasak lantai beralaskan
semen. Terdapat kamar mandi di dalam rumah. Sistem ventilasi rumah Tn. Masin
belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik. Tidak setiap ruangan
memiliki ventilasi, namun hanya kamar depan dan ruang tamu yang memiliki
jendela. Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang 100 cm x 190
cm. Ventilasi di kamar depan berasal dari satu jendela yang dapat dibuka dengan
ukuran 50 cm x 25 cm. Terdapat dua jendela yang berada di samping pintu depan
100 cm x 40 cm dan memberikan jalan untuk cahaya dan udara masuk kerumah.
Di setiap atas jendela terdapat sekat sekat ventilasi udara dengan ukuran 15 x 25
cm namun sekat-sekat dilapisi oleh plastik. Jendela tertutup dan cenderung
berdebu. Tidak terdapat jendela pada dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi.
Bagian depan rumah Tn. Masin dan Ny Pipih berupa teras berukuran 6 x 1 m.

Gambar 1.5 Denah Rumah Tn. Masin

2. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Masin terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian
depan terdapat jalan utama desa, bagian belakang terdapat rumah warga, di bagian
kanan dan kiri terdapat rumah warga lain.

3. Pola Makan
Makanan keluarga dimasak sendiri oleh Ny. Pipih. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti sayur, ikan asin, telur, tahu, dan tempe. Yang paling
sering adalah tempe dan tahu. Setiap hari makan besar dilakukan 2x/hari, setiap
pagi dan malam. Keluarga ini jarang mengonsumsi daging dan buah-buahan,
karena keterbatasan finansial. Sumber air minum keluarga dari air isi ulang.

4. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ketiga anak Tn. Masin dan Ny. Pipih lahir di rumah dibantu dengan paraji.
Ny. Pipih mengaku tidak pernah mengontrol kehamilan ke dokter saat hamil.
Untuk imunisasi, Ny. Pipih mengaku membawa ketiga anaknya untuk imunisasi
tetapi lupa sudah lengkap atau belum. Ny. Pipih mengaku ketiga anaknya
diberikan ASI eksklusif sampai usia anak 2 tahun.

5. Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarga adalah batuk,
pilek, dan pegal-pegal. Kebiasaan Ny. Pipih, mereka biasanya meminum obat
warung untuk menyembuhkan sakitnya. Apabila tidak membaik baru berobat ke
Puskesmas.

6. Riwayat Penyakit
An. Nayla yang merupakan cucu Tn. Masin dan Ny. Pipih sering mengalami
batuk dan pilek.

7. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Masin dan Tm. Gunawan memiliki kebiasaan merokok 6 batang perhari
Tn. Masin terkadang merokok di dalam atau di luar rumah. Tn. Masin dan Ny.
Pipih tidak mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga. Keluarga Tn. Masin
mengaku sering mencuci tangan sebelum dan sesudah makan namun tidak di air
mengalir (kobokan). Tn. Masin mengumpulkan sampah lalu membakarnya
didepan rumahnya. Ny. Pipih mengaku menyapu rumah dua sampai tiga kali sehari
dan mengepel lantai tetapi jarang mengepel lantai dengan menggunakan sabun pel.
Ny. Pipih mengaku jarang membuka dan membersihkan jendela rumahnya.
Kebiasaan mandi keluarga Tn. Masin satu hari dua kali dan setiap mandi ganti baju
yang berbeda.

Tabel 1.10 Faktor Internal Keluarga Tn. Masin


No Faktor Internal Permasalahan
1 Pola Makan Setiap hari makan besar dilakukan 2x/hari, setiap pagi dan
malam. Masak sendiri, memasak makanan dengan menu
seperti sayur, ikan, telur, tahu, dan tempe. Jarang mengonsumsi
daging dan buah-buahan, karena keterbatasan finansial.

2. Riwayat Penyakit An. Nayla memiliki riwayat ISPA berulang

3. Pola Pencarian Berobat dengan obat warung terlebih dahulu


Pengobatan
4. Perilaku a) Tn. Masin dan Tn. Gunawan
sering merokok.
b) Keluarga Tn. Masin mencuci
tangan sebelum dan setelah
makan dengan air kobokan ( air
tidak mengalir ) dan tanpa sabun.
c) Ny Pipih jarang membuka dan
membersihkan ventilasi.
d) Tn. Masin sering membakar
sampah didepan rumahnya

Tabel 1.11 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Masin

No Faktor Eksternal Permasalahan


1. Luas Bangunan Luas rumah keluarga ini kurang lebih 9 x 9 m
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu bergabung dengan ruang
keluarga berukuran 3 x 3 m, tiga kamar tidur yang berukuran 3 x
3 m, ruang dapur berukuran 4 x 2 m. MCK 2 x 2 m.
3. Ventilasi Ventilasi berasal dari pintu depan dengan panjang 100 cm x 190
cm. Ventilasi di kamar depan berasal dari satu jendela yang dapat
dibuka dengan ukuran 50 cm x 25 cm. Terdapat dua jendela yang
berada di samping pintu depan 100 cm x 40 cm dan memberikan
jalan untuk cahaya dan udara masuk kerumah. Di setiap atas
jendela terdapat sekat sekat ventilasi udara dengan ukuran 15 x
25 cm namun sekat-sekat dilapisi oleh plastik. Tidak terdapat
jendela pada dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Terdapat
dua buah ventilasi di ruang tamu berukuran 20 x 15 cm yang
jarang terbuka. Terdapat satu buah ventilasi di kamar tidur
berukuran 30 x 30 cm. Tidak terdapatnya ventilasi di dapur
menyebabkan asap yang berasal dari masakan terkumpul didalam
ruangan.
4. Pencahayaan Terdapat satu bola lampu tiap ruangan

5. MCK Terdapat kamar mandi di dalam rumah

1.4.2.2 Keluarga Binaan Tn. Slamet


Keluarga binaan Tn. Slamet terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn. Slamet
sebagai kepala keluarga, Ny. Verawati selaku istri. AnMuhammad Dendi sebagai
anak sulung laki-laki, An. Muhammad padila sebagai anak kedua laki-laki.

Tabel 1.12 Data Dasar Keluarga Tn. Ahmad Saidi

Status Jenis Usia Penghasilan


No Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala
1 Tn. Slamet Laki laki 37 th SD Buruh Rp. 1.500.000-
keluarga
Ibu Rumah
2 Ny. Verawati Istri Perempuan 33 th SD -
Tangga
An.
Anak
3 Muhammad Laki laki 12 th SMP Pelajar -
kandung
Dendi
Muhammad Anak
4 Laki laki 3 th Paud Pelajar -
Padilah kandung

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT 04/05 Desa Pangkalan, Kecamatan


Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri seorang suami, yang
mempunyai satu orang istri dan telah mempunyai dua orang anak. Tn. Slamet
mempunyai pendapatan sebanyak Rp. 1.500.000,- sebagai buruh, Ny. Verawati tidak
bekerja karena harus mengurus kedua anaknya. Anak pertama Tn. Slamet dan Ny.
Verawati bernama Muhammad Dendi yang berusia 12 tahun. Anak kedua bernama
Muhammad Padilah yang berusia 3 tahun.

1. Bangunan Tempat Tinggal


Luas rumah keluarga ini kurang lebih 7x5 m. Dalam rumah terdapat dua
kamar tidur yang berukuran kurang lebih 2,5 x 2,5 m, ruang tamu berukuran 2,5 x
2 m, ruang keluarga yang bergabung dengan dapur berukuran 4 x 3 m.
Pada masing-masing ruangan disertai lampu bohlamp 10 watt. Ruang
keluarga digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga saat makan dan
menonton televisi. Dapur bergabung dengan ruang keluarga, dapur memakai
kompor gas untuk memasak lantai beralaskan keramik. Tidak terdapat kamar
mandi di dalam rumah. Terdapat ventilasi berupa dua buah jendela berukuran 30
x 70 cm dan 6 buah lubang dinding berukuran 15 cm x 15 cm. Terdapat dua buah
ventilasi di kamar tidur bagian depan berukuran 30 x 70 cm. Jendela jarang dibuka
dan cenderung berdebu karena jarang dibersihkan. Pada kamar kedua terdapat 1
lubang dinding berukuran 15 cm x 15 cm. Di kamar mandi dan dapur tidak terdapat
ventilasi kecuali pintu yang menghubungkan antar ruangan. Bagian depan rumah
Tn. Slamet merupakan jalan setapak yang dapat dilalui dengan berjalan kaki atau
sepeda motor. Tidak terdapat jamban di dalam rumah.

Gambar 1.6 Denah Rumah Tn. Slamet

2. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Slamet terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian
depan terdapat tempat pembuangan sampah, bagian belakang terdapat rumah
warga, di bagian kanan terdapat kebun pepohonan dan kali, di kiri terdapat rumah
warga.

3. Pola Makan
Makanan keluarga dimasak sendiri oleh Ny. Verawati. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti nasi, sayur, ikan, tahu, dan tempe. Yang paling
sering adalah nasi dan tempe. Setiap hari makan besar dilakukan dua kali sehari,
setiap pagi dan sore. Keluarga ini jarang mengonsumsi susu, hal tersebut menjadi
rutinitas karena faktor keterbatasan finansial. Mereka juga mengatakan bahwa
mereka selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan pada sumber air yang
sudah ditampung. Sumber air minum keluarga dari air sumur yang dimasak
sebelum diminum.

4. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Kedua anak Tn. Slamet dan Ny. Verawati lahir di puskesmas dibantu dengan
bidan. Ny Verawati mengaku selalu mengontrol kehamilan ke bidan ataupun
dokter saat hamil. Untuk imunisasi, Ny. Verawati mengaku membawa kedua
anaknya untuk Imunisasi dan sudah lengkap. Ny. Verawati mengaku kedua
anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak 2 tahun.

5. Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarga adalah batuk,
pilek dan nyeri otot. Menurut kebiasaan Ny Verawati, mereka biasanya meminum
obat warung dan memijat badannya untuk menyembuhkan sakitnya. Apabila tidak
membaik baru berobat ke klinik terdekat.

6. Riwayat Penyakit
Anggota keluarga yang tidak pernah menderita penyakit serius. Tn. Slamet
dan keluarganya sering mengalami batuk dan nyeri otot. Riwayat penyakit yang
diturunkan tidak diketahui.

7. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Slamet tidak memiliki kebiasaan merokok dan mempunyai rutinitas
bermain futsal satu kali seminggu. Ny Verawati tidak mempunyai rutinitas
aktivitas berolahraga. An Muhammad Dendi mempunyai kebiasaan bermain sepak
bola setiap sore hari dengan teman-temannya dan An Muhammad Padila tidak
mempunyai aktivitas berolahraga. Keluarga Tn. Slamet mengaku selalu mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, dengan air yang sebelumnya sudah di
tampung. Tn. Slamet tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Ny Slamet
mengaku menyapu rumah satu sampai dua kali sehari tetapi jarang mengepel
lantai, bagian rumah yang disapu tidak termasuk kolong tempat tidur. Kebiasaan
mandi keluarga Tn Rojamal satu hari dua kali dan setiap mandi ganti baju yang
berbeda. Untuk alat mandi, sikat gigi hanya dua dipakai untuk bersama-sama dan
handuk dua untuk bersama.
Tabel 1.13 Faktor Internal Keluarga Tn. Slamet

No Faktor Internal Permasalahan


1 Pola Makan Setiap hari makan besar dilakukan dua kali sehari, setiap pagi
dan sore. Masak sendiri, memasak makanan dengan menu
seperti sayur, ikan, tahu, dan tempe. Jarang mengonsumsi susu,
hal tersebut menjadi rutinitas karena faktor keterbatasan
finansial

2. Olah raga Tn Slamet mempunyai kebiasaan bermain futsal sekali


seminggu dan An. Dendi mempunyai kebiasaan bermain bola
setiap sore. An. Padilah dan Ny Verawati tidak mempunyai
rutinitas aktivitas berolahraga.
3. Pola Pencarian Berobat dengan obat warung dan memijat terlebih dahulu
Pengobatan
4. Mencuci tangan Keluarga Tn. Slamet mengaku selalu mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan di air yang sudah ditampung.

Tabel 1.14 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Slamet

No Faktor Eksternal Permasalahan


1. Luas Bangunan Luas rumah keluarga ini kurang lebih 7 x 5 m
2. Ruangan dalam Terdapat dua kamar tidur yang berukuran kurang lebih 2,5 x
rumah
2,5 m, ruang tamu berukuran 2,5 x 2 m, ruang keluarga yang
bergabung dengan dapur berukuran 4 x 3 m.

3. Ventilasi Terdapat dua buah jendela berukuran 30 x 70 cm yang jarang


terbuka dan 6 buah lubang dinding berukuran 15 cm x 15 cm
di ruang tamu. Terdapat dua buah ventilasi di kamar tidur
bagian depan berukuran 30 x 70 cm.
4. Pencahayaan Terdapat satu bola lampu tiap ruangan

5. MCK Tidak terdapat kamar mandi di dalam rumah

1.4.2.3 Keluarga Binaan Tn. Ahmad Saidi


Keluarga binaan Tn. terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn. Ahmad Saidi
sebagai kepala keluarga, Ny. Siti Suhaida selaku istri. Tn. Ahmad Nuh sebagai anak
sulung laki-laki, An. Ahmad Syaiful sebagai anak tengah laki-laki, An. Ahmad
Maulana sebagai anak bungsu laki-laki.
Tabel 1.15 Data Dasar Keluarga Tn. Ahmad Saidi

Status Jenis Usia Penghasilan


No Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Tn. Ahmad Kepala Tidak
1 Laki laki 49 th SD -
Saidi keluarga bekerja
Ny. Siti
2 Istri Perempuan 47 th SD - -
Suhaidah
Tn. Ahmad Anak
3 Laki laki 27 th S1 PNS Rp 1.600.000,-
Nuh kandung
An. Ahmad Anak
4 Laki laki 23 th SMA Pegawai Rp 1.000.000,-
Syaiful kandung
An. Ahmad Anak
5 Laki laki 16 th SMP Pelajar -
Maulana Kandung

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT 04/05 Desa Pangkalan,


Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri seorang suami,
yang mempunyai satu orang istri dan telah mempunyai tiga orang anak. Tn. Ahmad
Saidi tidak bekeja dikarenakan sakit, Ny. Siti Suhadidah berperan sebagai ibu
rumah tangga sekaligus kader desa. Anak pertama Tn. Ahmad Saidi dan Ny. Siti
Suhaidah bernama Ahmad Nuh yang berusia 27 tahun latar belakang pendidikan
S1 berpenghasilan sebagai guru dengan pendapatan Rp1.600.000 per bulan. Anak
kedua Tn. Ahmad Saidi dan Ny. Siti Suhaidah bernama Ahmad Syaiful yang
berusia 23 tahun latar belakang Pendidikan SMA bekerja sebagai karyawan
dengan pendapatan Rp 1.000.000. Anak terakhir Tn. Ahmad Saidi dan Ny. Siti
Suhaidah bernama Ahmad Maulana yang berusia 16 tahun yang masih bersekolah
di SMA.

1. Bangunan Tempat Tinggal


Luas rumah keluarga ini kurang lebih 8 x 13 m. Dalam rumah terdapat dua
kamar tidur yang berukuran 2 x 3 m, dan satu kamar tidur berukuran 2 x 6 m, ruang
gudang 2 x 4 m, ruang keluarga yang bergabung dengan ruang tamu berukuran 4
x 10 m.
Pada masing-masing ruangan disertai lampu bohlamp 10 watt kecuali pada
ruang gudang. Ruang keluarga digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga
saat makan dan menonton televisi. Dapur bergabung dengan kamar mandi, dapur
memakai kompor gas untuk memasak. Lantai rumah beralasakan keramik.
Terdapat delapan buah ventilasi di ruang tamu dan ruang keluarga yang berukuran
2 m x 60 cm. cm jarang terbuka. Terdapat dua buah ventilasi di masing-masing
kamar tidur berukuran 50 x 30 cm. Ruang gudang dipakai untuk menyimpan
barang yang tidak terpakai. Bagian depan rumah Tn. Ahmad Saidi dan Ny Siti
Suhaidah berupa halaman berukuran 7 x 6 m. Atap rumah terbuat di genteng yang
disusun.

Gambar 1.7 Denah Rumah Tn. Ahmad Saidi

2 Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Ahmad Saidi terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat tempat pembuangan sampah, bagian belakang terdapat
rumah warga, di bagian kanan terdapat mushola dan rumah warga, di kiri terdapat
kebun. Tidak ada selokan untuk mengalirkan limbah cair.

3 Pola Makan
Makanan keluarga dimasak sendiri oleh Ny. Siti Suhaidah. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti nasi, sayur, telur, ikan, tahu, dan tempe.
Yang paling sering adalah telur, tempe dan tahu. Setiap hari makan besar dilakukan
dua kali sehari, setiap pagi dan malam. Keluarga ini terkadang mengonsumsi susu.
Mereka mengatakan bahwa mereka sering mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan karena tersedia air. Sumber air minum keluarga dari air galon isi ulang yang
dimasak lagi sebelum diminum.

4 Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ketiga anak Tn. Ahmad Saidi dan Ny. Siti Suhaidah lahir di rumah dibantu
dengan paraji. Ny Siti Suhaidah mengaku tidak pernah mengontrol kehamilan ke
bidan ataupun dokter saat hamil. Untuk imunisasi, Ny Siti Suhaidah mengaku
membawa ketiga anaknya untuk Imunisasi tetapi lupa sudah lengkap atau belum.
Ny Ida mengaku kedua anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak 6 bulan.

5 Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarga adalah batuk,
pilek, dan nyeri kepala. Selain itu Tn. Ahmad Saidi memiliki gangguan
pendengaran dan mempunyai riwayat batu ginjal yang sudah dioperasi
sebelumnya. Menurut kebiasaan Ny Siti Suhaidah, mereka biasanya meminum
obat warung untuk menyembuhkan sakitnya. Apabila tidak membaik baru berobat
ke puskesmas.

6 Riwayat Penyakit
An. Ahmad Syaiful sempat mengalami demam berdarah 5 tahun yang lalu
dan dirawat di RS selama 5 hari. Anggota keluarga yang lain tidak pernah
menderita penyakit serius. Tn. Ahmad Saidi dan keluarganya sering mengalami
batuk dan nyeri kepala. Riwayat penyakit yang diturunkan tidak diketahui.

7 Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Ahmad Saidi tidak memiliki kebiasaan merokok. Tn Ahmad Saidi
mengatakan sering beraktivitas seperti berjalan kaki di pagi hari dan mengurus
kebun pada sore hari, sedangkan Ny. Siti Saidah sering berjalan kaki untuk
mengunjungi rumah-rumah karena perannya sebagai kader desa. Tn. Ahmad Saidi,
Ny. Siti Suhaidah, Tn. Ahmad Nuh dan An Ahmad Syaiful tidak mempunyai
aktivitas berolahraga. An Ahmad Maulana jmempunyai aktivitas olahraga di
sekolahnya dan sering bersepeda berkeliling pemukiman warga. Keluarga Tn.
Ahmad Saidi mengaku sering mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, karena
tersedia nya air didalam rumahnya. Tn. Ahmad Saidi tidak memiliki tempat
pembuangan sampah. Keluarga Tn. Ahmad Saidi memiliki kebiasaan tidak
memakai alas kaki ke luar rumah terutama apabila hanya ke halaman dan tidak
mencuci kaki ketika ingin masuk ke dalam rumah. Ny Siti Suhaidah mengaku
menyapu rumah satu kali sehari dan jarang mengepel lantai. Kebiasaan mandi
keluarga Tn Ahmad Saidi dan keluaganya mandi satu hari dua kali dan setiap
mandi ganti baju yang berbeda. Untuk alat mandi, masing-masing anggota
keluarga mempunyi satu sikat gigi, dan 3 handuk untuk keluarga.
Tabel 1.16 Faktor Internal Keluarga Tn. Ahmad Saidi

No Faktor Internal Permasalahan


1 Pola Makan Setiap hari makan besar dilakukan dua kali sehari, setiap pagi
dan malam. Memasak makanan sendiri dengan menu seperti
nasi, sayur, telur, ikan, tahu, dan tempe. Terkadang
mengonsumsi susu.

2. Olah raga Tn. Ahmad Saidi, Ny. Siti Suhaidah, Tn. Ahmad Nuh dan An
Ahmad Syaiful tidak mempunyai aktivitas berolahraga. An
Ahmad Maulana beraktivitas olahraga di sekolahnya dan
sering bersepeda berkeliling pemukiman warga.
3. Pola Pencarian Berobat dengan obat warung terlebih dahulu
Pengobatan
4. Mencuci tangan Keluarga Tn. Ahmad Saidi sering mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan

5. Penggunaan Alas Keluarga Tn. Ahmad Saidi jarang menggunakan alas kaki
Kaki bila jaraknya dekat

Tabel 1.17 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ahmad Saidi

No Faktor Eksternal Permasalahan


1. Luas Bangunan Luas rumah keluarga ini kurang lebih 8 x 13 m
2. Ruangan dalam Didalam rumah terdapat dua kamar tidur yang berukuran 2 x
rumah
3 m dan satu yang berukuran 2 x 6 m, ruang gudang 2 x 4 m,
ruang keluarga yang bergabung dengan ruang tamu berukuran
4 x 10 m.

3. Ventilasi Terdapat delapan buah ventilasi di ruang tamu berukuran 60 x


30 cm yang jarang terbuka. Terdapat satu ventilasi di kamar
tidur berukuran 50 x 30 cm yang jarang terbuka dan terhalang
oleh benda didalam kamar.

4. Pencahayaan Terdapa satu bola lampu tiap ruangan kecuali ruang gudang

5. MCK Terdapat satu kamar mandi di dalam rumah yang bergabung


dengan dapur
1.4.2.4 Keluarga Binaan Tn. Diding
Keluarga binaan Tn. Diding terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn. Diding
sebagai kepala keluarga, Ny. Sunarsih selaku istri, An. Siti Sahara sebagai anak
sulung perempuan, dan An. Rachma Nur Amalia sebagai anak bungsu perempuan.
Tabel 1.18 Data Dasar Keluarga Tn. Diding

Status Jenis Usia Penghasilan


No Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala
1 Tn. Diding Laki laki 37 th SMP Buruh Rp. 2.000.000
keluarga

2 Ny. Sunarsih Istri Perempuan 34 th SD Pedagang Rp. 600.000

Anak
3 An. Siti Sahara Perempuan 10 th SD Pelajar Rp.-
kandung
An. RachmaAnak
4 Perempuan 4 th - - Rp.-
Nur Aulia kandung

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT 04/05 Desa Pangkalan, Kebon


Jamblang, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri
seorang suami, yang mempunyai satu orang istri dan telah mempunyai dua orang
anak. Tn. Diding mempunyai penghasilan per bulan yaitu Rp 2.000.000. Ny. Sunarsih
mempunyai penghasilan per bulan yaitu Rp 600.000. Anak pertama Tn. Diding dan
Ny. Sunarsih bernama An. Siti Sahara berusia 10 tahun yang masih duduk di bangku
Sekolah Dasar kelas 4. Anak bungsu Tn. Diding dan Ny. Sunarsih bernama An.
Rachma Nur Aulia yang berusia 4 tahun.

1. Bangunan Tempat Tinggal


Luas rumah keluarga ini kurang lebih 12 x 6 m. Dalam rumah terdapat ruang
tamu dengan ruang keluarga berukuran 3 x 3 m, dua kamar tidur yang berukuran
3 x 3 m, dapur berukuran 3 x 5 m.
Pada masing-masing ruangan disertai lampu bohlamp 10 watt. Hampir
seluruh ruangan beralaskan semen kecuali ruang televisi beralaskan keramik.
Dinding hanya berlapiskan bata tanpa di cat. Ruang keluarga digunakan sebagai
tempat berkumpulnya keluarga saat makan dan menonton televisi. Dapur terpisah
sendiri, dapur memakai kompor gas untuk memasak. Terdapat kamar mandi di
dalam rumah tanpa adanya jamban. Terdapat satu buah jendela di ruang tamu
berukuran 1,5 x 1 cm yang jarang terbuka. Terdapat satu buah jendela di kamar
tidur berukuran 1,5 x 1 cm. Bagian depan rumah Tn. Diding dan Ny Sunarsih
berupa halaman berukuran 13 x 2 m beralaskan tanah terdapat barang-barang
bekas yang menumpuk disamping rumah. Atap rumah terbuat di genteng yang
disusun dan tidak terdapat adanya plafon.

Gambar 1.8 Denah Rumah Tn. Diding

2 Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Diding terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian
depan terdapat pepohonan, bagian belakang terdapat tempat pembakaran sampah,
di bagian kiri terdapat rumah warga lain, di sebelah kanan terdapat kebun, di depan
rumah terdapat jalan gang kecil.

3 Pola Makan
Makanan keluarga dimasak sendiri oleh Ny. Sunarsih. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti ikan, tahu, dan tempe. Keluarga jarang memasak
sayur dan jarang mengkonsumsi buah. Yang paling sering adalah tempe dan tahu.
Setiap hari makan besar dilakukan 3x/hari, setiap pagi, siang dan malam dengan
menu yang sama. Keluarga ini jarang mengonsumsi daging, karena keterbatasan
finansial. Sumber air minum keluarga dari air galon yang dimasak dan kadang
memasak air sumur.

4 Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Kedua anak Tn. Diding dan Ny. Sunarsih lahir dibantu oleh bidan dekat
rumahnya. Ny. Sunarsih mengaku sering mengontrol kehamilan ke bidan saat
hamil. Untuk imunisasi, Ny. Sunarsih mengatakan bahwa kedua anaknya sudah
lengkap untuk imunisasi. Ny. Sunarsih mengaku kedua anaknya diberikan ASI
eksklusif sampai usia anak 2 tahun. Ny. Sunarsih mengatakan sedang memakan
KB suntik tiap 3 bulan.
5 Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarga adalah batuk,
pilek, dan nyeri pada badan. Kebiasaan Ny. Sunarsih, mereka biasanya berobat ke
bidan terdekat. Apabila tidak membaik baru berobat ke klinik terdekat.

6 Riwayat Penyakit
Tidak ada riwayat penyakit.

7 Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Diding memiliki kebiasaan merokok satu bungkus perhari. Tn. Diding
sering merokok di luar dan di dalam rumah. Tn. Diding dan Ny. Sunarsih tidak
mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga. Keluarga Tn. Diding mengaku sering
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan setelah buang air besar. Tn.
Diding tidak memiliki tempat pembuangan sampah, semua sampah dibakar
dibelakang rumahnya. Keluarga Tn. Diding memiliki kebiasaan buang air besar di
kali depan rumahnya 50 meter dari rumahnya, karena tidak mempunyai jamban
di dalam rumah, dan juga mandi dengan air yang keruh, Ny. Sunarsih mencuci
baju dengan menumpang ke tetangga yang mempunyai sumur dengan air yang
bersih. Ny. Sunarsih mengaku menyapu rumah satu sampai dua kali sehari dan
mengepel lantai tetapi jarang mengepel lantai dengan menggunakan sabun pel. Ny.
Sunarsih jarang membuka ventilasi rumah, dan juga jarang membersihkannya,
sehingga banyak debu di dalam rumahnya. Kebiasaan mandi keluarga Tn. Diding
satu hari dua kali dan setiap mandi ganti baju yang berbeda. Untuk alat mandi Tn.
Diding menggunakan alat mandi masing masing.
Tabel 1.19 Faktor Internal Keluarga Tn. Diding

No Faktor Internal Permasalahan


1 Pola Makan Setiap hari makan besar dilakukan 3x/hari, setiap pagi, siang
dan malam dengan menu yang sama. Keluarga ini jarang
mengonsumsi daging, karena keterbatasan finansial.

2. Olahraga Tn Diding dan Ny Sunarsih tidak mempunyai rutinitas


aktivitas berolahraga.
3. Pola Pencarian Berobat ke bidan terdekat
Pengobatan
4. Mencuci tangan Keluarga Tn. Diding sering mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan dan setelah buang air besar

Tabel 1.20 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Diding

No Faktor Eksternal Permasalahan


1. Luas Bangunan Luas rumah keluarga ini kurang lebih 12 x 6 m
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran 3 x 3 m, dua kamar
tidur yang berukuran 3 x 3 m, ruang keluarga berukuran 3 x1,5 m
ruang dapur berukuran 3x5 m. Dan kamar mandi berukuran 2 x
1,5 m
3. Ventilasi Terdapat satu buah ventilasi di ruang tamu berukuran 1,5 x 1m
yang jarang terbuka. Terdapat satu buah ventilasi di kamar tidur
berukuran 1,5 x 1 m.
4. Pencahayaan Terdapa satu bola lampu tiap ruangan

5. MCK Terdapat kamar mandi di dalam rumah tanpa jamban

1.4.2.5 Keluarga Tn. Agus


Keluarga binaan Tn. Agus terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn. Agus
bersama istrinya Ny. Ambar, ibunya Ny. Yanah, beserta kedua adiknya Yadi dan
Rokyah.
Keluarga Tn. Agus bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 04/RW 05,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Tn. Agus berusia
28 tahun sehari-hari bekerja di bengkel milik pribadi bersama adiknya Yadi.
Penghasilan perbulan kurang lebih sebesar Rp 1.200.000,-. Pendapatan Tn. Agus
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-sehari. Istri dan ibunya
sehari-hari berjualan kue di warung depan rumah. Penghasilan per bulan sekitar
Rp 800.000,-. Sedangkan Rokayah sehari-hari bersekolah.
1. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Agus tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah milik sendiri
dengan luas tanah 80 m2 dan luas bangunan 7m x 10m. Bangunan tempat tinggal
tidak bertingkat, berlantai keramik di ruang tamu, berlantai semen di kamar,
beratap genteng tanpa plafon dan dinding terbuat dari semen di cat warna putih.
Rumah ini memiliki teras berukuran 2m x 3m diisi dengan barang-barang dari
bengkel. Rumah ini terdiri dari ruang tamu merangkap ruang keluarga berukuran
4m x 3m. Tiga kamar tidur berukuran 2m x 2m. Mempunyai 1 kamar mandi tanpa
jamban berukuran 1m x 0,5m. Mempunyai dapur berukuran 3m x 1m. Ventilasi
yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang 180cm x 60cm dan jendela kaca
bersekat berukuran 30cm x 15cm yang jarang dibuka. Ventilasi kamar pertama
berasal dari pintu dan jendela kecil yang menghadap ke dalam rumah. Ventilasi
kamar kedua berasal dari pintu berukuran 150cm x 60cm. Ventilasi kamar ketiga
berasal dari pintu dan jendela kecil yang menghadap ke dalam rumah.
Pencahayaan di rumah ini terdapat 2 buah lampu di dalam rumah berwarna putih,
dan 1 buah lampu di teras rumah berwarna putih.

2. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Agus terletak di pemukiman padat penduduk. Untuk menuju rumah
Tn. Agus dengan memasuki gang sempit. Di depan rumahnya terdapat warung dan
di samping rumah terdapat bengkel motor.

3. Pola Makan
Keluarga Tn. Agus memiliki kebiasaan makan 2 kali sehari. Mereka tidak
terbiasa sarapan setiap harinya. Ny. Yanah dan Ny. Ambar memasak makanan
seadanya. Saat makan siang anggota keluarga Tn. Agus biasanya makan nasi,
tempe dan sayur, mereka makan dalam jumlah sedikit. Malam harinya mereka
hanya memakan kue. Sehari-hari keluarga Tn. Agus jarang makan di luar.

4. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Ambar sedang hamil 33 minggu. Ny. Ambar mengatakan selama
hamil nafsu makannya menurun. Rutin kontrol kehamilan setiap bulan di bidan,
Ny. Ambar selalu mengeluh badannya lemas. Tekanan darah tiap bulan 90/70
mmHg. Setiap kontrol Ny. Ambar selalu diberikan tablet besi dan rutin
mengkonsumsinya.

5. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat


Tn. Agus mempunyai kebiasaan merokok, 1 hari minimal 1 bungkus. Keluarga
Tn. Agus tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius. Penyakit yang sering
terkena adalah batuk pilek. Mereka biasanya membeli obat warung jika terkena
batuk pilek, dan jika sudah berhari-hari mereka berobat ke bidan. Ny. Ambar
mengatakan jarang berobat ke puskesmas karena tidak suka mengantri lama.

6. Perilaku dan Aktifitas Sehari-hari


Keluarga Tn. Agus mengaku sering mencuci tangan sebelum dan setelah makan
menggunakan sabun. Keluarga Tn. Agus mengaku tidak pernah olahraga karena
sibuk bekerja di bengkel dan warung. Jika ada asap dari bengkel, keluarga mereka
menutup pintu dan jendela.
Dalam kesehariannya keluarga Tn. Agus menggunakan air sumur untuk
minum, mandi dan mencuci. Keluarga Tn. Agus mengumpulkan sampah di depan
rumah lalu sampah tersebut dibakar.
Tabel 1.21 Data Dasar Keluarga Tn. Agus

Status Jenis Usia Penghasilan


No Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan
Kepala Rp.
1 Tn. Agus Laki laki 28 th SMK Buruh
keluarga 1.200.000,-

Ibu
2 Ny. Yanah Perempuan 47 th SD - -
Kandung

3 Ny. Ambar Istri Perempuan 19 th SMK Wiraswasta Rp. 800.000,-


4 Tn. Yadi Adik Laki laki 25 th SMA Buruh Rp 1.000.000,-
5 Nn. Rokayah Adik Perempuan 16 th SMP Pelajar -
Tabel 1.22 Faktor Eksternal
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Rumah milik sendiri dengan luas tanah 80 m2 dan luas bangunan
bangunan 7m x 10m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantai
keramik di ruang tamu, berlantai semen di kamar, beratap genteng
tanpa plafon dan dinding terbuat dari semen di cat warna putih.
Rumah ini memiliki teras berukuran 2m x 3m diisi dengan barang-
barang dari bengkel.
2. Ruangan Rumah ini terdiri dari ruang tamu merangkap ruang keluarga
dalam berukuran 4m x 3m. Tiga kamar tidur berukuran 2m x 2m.
rumah Mempunyai dapur berukuran 3m x 1m.
3. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang 180cm
x 60cm dan jendela kaca bersekat berukuran 30cm x 15cm yang
jarang dibuka. Ventilasi kamar pertama berasal dari pintu dan
jendela kecil yang menghadap ke dalam rumah. Ventilasi kamar
kedua berasal dari pintu berukuran 150cm x 60cm. Ventilasi
kamar ketiga berasal dari pintu dan jendela kecil yang menghadap
ke dalam rumah.
4. Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat 2 buah lampu di dalam rumah
berwarna putih, dan 1 buah lampu di teras rumah berwarna putih.
5. MCK Mempunyai 1 kamar mandi tanpa jamban berukuran 1m x 0,5m.
6. Sumber air Menggunakan air sumur yang dimasak untuk minum. Untuk
kebutuhan mandi, masak dan mencuci menggunakan air sumur.
7. Saluran Limbah rumah tangga padat dibuang ke tempat sampah. Untuk
pembuangan limbah cair menggunakan saluran melalui pipa paralon yang
limbah ditanam di bawah rumah yang menuju langsung ke selokan depan
rumah.
8. Tempat Keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah di
pembuangan halaman depan rumah dan dibakar sore hari.
sampah
Tabel 1.23 Faktor Internal Keluarga Tn. Agus
No Kriteria Permasalahan
1. Kebiasaan Tn. Agus mempunyai kebiasaan merokok, 1 hari minimal 1
merokok bungkus.
2. Pola makan Keluarga Tn. Agus memiliki kebiasaan makan 2 kali sehari.
Mereka tidak terbiasa sarapan setiap harinya. Ny. Yanah dan Ny.
Ambar memasak makanan seadanya. Saat makan siang anggota
keluarga Tn. Agus biasanya makan nasi, tempe dan sayur, mereka
makan dalam jumlah sedikit. Malam harinya mereka hanya
memakan kue. Sehari-hari keluarga Tn. Agus jarang makan di luar.
3. Pola pencarian Penyakit yang sering terkena adalah batuk pilek. Mereka biasanya
pengobatan membeli obat warung jika terkena batuk pilek, dan jika sudah
berhari-hari mereka berobat ke bidan. Ny. Ambar mengatakan
jarang berobat ke puskesmas karena tidak suka mengantri lama.
4. Menabung Tn. Agus mempunyai kebiasaan menabung.
5. Aktifitas Keluarga Tn. Agus mengaku sering mencuci tangan sebelum dan
sehari-hari setelah makan menggunakan sabun. Keluarga Tn. Agus mengaku
tidak pernah olahraga karena sibuk bekerja di bengkel dan warung.
Jika ada asap dari bengkel, keluarga mereka menutup pintu dan
jendela.

1.5 Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


1.5.1 Keluarga Tn. Masin
1. Masalah non medis
a). Pendidikan rendah
b). Pengatahuan ventilasi
c). Minimnya ventilasi
d). Pencahayaan dan sirkulasi udara kurang baik
e). Pembakaran sampah
f). Perilaku mencuci tangan dengan air tidak mengalir
g). Kebiasaan merokok didalam rumah
h). Kurangnya konsumsi daging dan buah-buahan
b. Masalah medis
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas

1.5.2 Keluarga Tn. Slamet


a. Masalah non medis
1) Pendidikan rendah
2) Pengetahuan ventilasi
3) Minimnya ventilasi
4) Ventilasi yang jarang dibuka dan dibersihkan
5) Minimnya pencahayaan dalam ruangan yang melewati ventilasi
6) Kurangnya konsumsi daging dan susu.
7) Tidak memiliki jamban sendiri sehingga buang air di sungai.
8) Perilaku mencuci tangan dengan air tidak mengalir

a. Masalah medis
a. Demam Tifoid
b. Infeksi Saluran Napas Atas
1.5.3 Keluarga Tn. Ahmad Saidi
a. Masalah non medis
1 Pengetahuan ventilasi
2 Minimnya ventilasi
3 Minimnya pencahayaan
4 Perilaku penggunaan alas kaki di luar rumah
5 Perilaku alat mandi bersama
6 Pengetahuan membersihkan rumah
7 Pengetahuan pengelolaan sampah

b. Masalah medis
1. Infeksi Saluran Napas Atas
2. Batu ginjal

1.5.4 Keluarga Tn. Diding


a. Masalah non medis
1. Pengetahuan tentang ventilasi yang kurang
2. Tidak terdapat jamban
3. Pencahayaan yang kurang di dalam rumah
4. Perilaku lantai tidak higienis
5. Kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayuran

b. Masalah medis
1. Infeksi Saluran Napas Atas
2. Myalgia

1.6.1 Penetapan Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas


Penentuan area masalah dilakukan dengan metode Delphi. Metode Delphi
merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok orang
yang mempunyai keahlian yang sama. Proses penetapan Metode Delphi dimulai
dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya. (Harold, et all, 1975).

Gambar 1.8 Proses Metode Delphi

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan


menganalisa laporan tahunan Puskesmas mengenai data-data mengenai angka sanitasi
lingkungan yaitu kesakitan dan cakupan pengobatan pada 10 penyakit terbesar serta
data rumah sehat yang ada di profil Puskesmas Tegal Angus 2016.
Dari data profil puskesmas pada tahun 2016 didapatkan 298 rumah yang
diperiksa dan diantaranya hanya 123 rumah (21,28%) yang dikatakan sebagai rumah
sehat. Dimana syarat rumah sehat berupa ventilasi dan pencahayaan yang baik, aman
dan nyaman, terdapat jamban, bebas dari penyakit menular, terdapat pembuangan tinja.
Data dari Profil Puskesmas pada tahun 2016 mengenai 10 penyakit terbanyak
didapatkan salah satunya adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Selama melakukan
kunjungan beberapa kali ke keluarga binaan kami menemukan bahwa dari 5 keluarga
sebagian besar ditemukan Infeksi Saluran Pernafasan Akut berulang dan tidak semua
keluarga binaan melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan.
Setelah mengamati, mewawancarai dan melakukan observasi masing-masing
keluarga binaan di Desa Kemuning, terdapat berbagai area permasalahan yaitu;
1. Kurangnya pengetahuan mengenai ventilasi yang baik
2. Minimnya ventilasi
3. Pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah yang kurang baik
4. Kebiasaan merokok di dalam rumah
5. Proses pengolahan sampah
6. Kebiasaan mencuci tangan dengan air tidak mengalir
7. Kurangnya konsumsi daging dan buah-buahan
8. Tidak terdapatnya jamban

Setelah dilakukan pre-survey mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku


penggunaan ventilasi, kelima keluarga binaan memiliki pengetahuan yang buruk
mengenai ventilasi. Didapatkan presentasi masing-masing domain pembentuk
pengetahuan tentang ventilasi yang baik yaitu, sebanyak 0% memiliki pengetahuan
yang baik, 10% pengetahuan yang cukup dan 90% memiliki pengetahuan kurang,
sehingga kami menyimpulkan bahwa terdapat masalah pada pengetahuan ventilasi
pada keluarga binaan kami. Diputuskan untuk mengangkat permasalahan
PENGETAHUAN MENGENAI VENTILASI PADA KELUARGA BINAAN RT
004 RW 005 DESA PANGKALAN KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN PADA OKTOBER 2017
1.6.1.1. Alasan Pemilihan Masalah
Kami kelompok 5 & 10 memutuskan untuk mengambil judul
PENGETAHUAN MENGENAI VENTILASI PADA KELUARGA BINAAN
RT 004 RW 005 DESA PANGKALAN KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN PADA OKTOBER 2017
Kami mengambil judul tersebut berdasarkan data-data yang kami temukan sebagai
berikut:
1. Data Primer
Dilakukan wawancara pada 5 keluarga binaan mengenai rumah sehat
didapatkan masalah minimnya ventilasi. Pada rumah pada warga binaan ditemukan
ventilasi tidak sesuai dengan syarat. Setelah dilakukan pre survey mengenai
pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai ventilasi, kelima keluarga binaan memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai ventilasi.

2. Data Sekunder
Didapatkan data melalui Profil Puskesmas Tegal Angus tahun 2016:
- Rumah Sehat : dari jumlah 298 rumah yang diperiksa dan diantaranya hanya 123 rumah
(21,28%) yang dikatakan sebagai rumah sehat.
- Penyakit ISPA merupakan satu dari 10 penyakit terbanyak pada kecamatan Tegal
Angus.
Dalam perspektif Islam, kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara
diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan
melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi
terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan
kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Dan sakit merupakan salah satu faktor
yang mengakibatkan penderitaan.

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai


orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222).
Artinya : Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya Allah itu
bersih, menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah menyukai keindahan, karena itu bersihkan tempat-tempatmu. (HR. Turmudzi)

Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan
demikian kebersihan dalam islam memiliki aspek ibadah dan aspek moral. Agama
Islam adalah agama yang cinta pada kebersihan. Rasulullah SAW sangat
menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan.
Disamping masalah kebersihan diri, Islam juga sangat memperhatikan
kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita. Kebersihan lingkungan itu sendiri
sanagat berpengaruh terhadap keselamatan manusia yang ada disekitarnya, oleh sebab
itu menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri.
Ventilasi yang berfungsi untuk menjaga sirkulasi udara merupakan salah satu
cara menjaga kebersihan lingkungan rumah. Hal lain yang dapat dikaitkan dari kutipan
hadits di atas adalah bahwa pada sebuah rumah harus bersih dan sehat di antaranya
menjadikan rumahnya segar dengan memasang lubang-lubang ventilasi angin, serta
tempat masuknya sinar matahari ke dalam rumah untuk kesegaran dan sirkulasi udara
di dalam rumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis dan Intervensi Komunitas


` Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur
atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan
diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas
sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi,
biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.2. Teori Pengetahuan


2.2.1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil Tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.
2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, Tahu ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain: menyabutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
mengenai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya
terhadap obyek yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.

2.2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang telah dimilki seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
2.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang
datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang
rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan
yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu hamil yang
berpendidikan, tentu akan banyak memberi perubahan terhadap apa yang mereka
lakukan dimasa lalu.
2.5. Paparan media masa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolik, berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau
melihat media massa (TV, radio, majalah, pamflet,dan lain-lain) akan memperoleh
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah
mendapat informasi media. Ini berarti informasi media masa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

2.6. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga
dalam status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan
status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi
yang termasuk kebutuhan sekunder.
2.7. Lingkungan sosial ekonomi
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu
akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasikan untuk menerima
pesan menurut model komunikasi media.
2.8. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi
maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
2.9. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan
berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.
2.3. Teori Tentang Pengetahuan Rumah Sehat

2.3.1 Kriteria Rumah Sehat

Rumusan yang dikeluarkan oleh APHA (American Public Health Association)


bahwa persyaratan rumah sehat :
a. Harus memenuhi kebutuhan kebutuhan fisiologis
b. Harus memenuhi kebutuhan kebutuhan psikologis
c. Harus terhindar dari penyakit menular
d. Harus terhindar dari kecelakaan kecelakaan

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan


ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,


komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni


rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang


timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

2.3.2 Syarat Rumah Sehat


Menurut Winslow dan APHA, pemukiman sehat dirumuskan sebagai suatu
tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim,
beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari berbagai
penularan penyakit. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis :
a. Pencahayaan.
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam
ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang
terbuka.
Cahaya matahari sangat berguna selain untuk penerangan juga dapat
mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman-
penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.
Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi

syarat kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO dimana salah


satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 120
Lux.

Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara


optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ketimur. Luas jendela
yang baik paling sedikit mempunyai luas 10 20 % dari luas lantai.

Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat


dipengaruhi oleh

a. Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-


langit.
b. Konstruksi sumber cahaya di dalam ornamen yang dipergunakan.
c. Luas dan bentuk ruangan.
d. Penyebaran sinar dari sumber cahaya.

b. Ventilasi (penghawaan)
Ventilasi digunakan untuk pergantian udara di dalam ruangan, udara
perlu diganti agar mendapat kesegaran badan selain itu agar kuman-kuman
penyebab penyakit dalam udara, antara lain bakteri dan virus, dapat keluar
dari ruangan sehingga tidak menjadikan sarana penyebaran penyakit.

Hawa yang segar sangat diperlukan dalam rumah untuk mengganti


udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur
kamar 220C - 300C sudah cukup segar. Untuk memperoleh kenyamanan
udara seperti dimaksud diatas diperlukan adanya ventilasi yang baik.
Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan
sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit.
Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas
kamar dan sesuai dengan iklim ditempat itu.

Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin, jangan membuat


lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja. Tetapi di
daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat
dibuat agak lebih besar.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain :


a. Cukup aman, nyaman bagi masing-masing penghuni (kepadatan
hunian)
Kepadatan hunia di dalam rumah dapat menimbulkan efek negatif
terhadap fisik, mental maupun moril bagi penghuninya. kepadatan
memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama melalui saluran
pernafasan. Ada 2 cara untuk menilai kepadatan hunian didalam rumah
yaitu :
a) Jumlah orang dibanding dengan jumlah kamar tidur. Dengan
ketentuan bahwa untuk setiap penambahan satu kamar tidur diatas
lima tersebut diperkenankan menambah penghuni sebanyak 2 orang.
Tabel.2.1Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur

No Jumlah Kamar Jumlah penghuni

1 Satu 2 orang
2 Dua 3 orang
3 Tiga 5 orang
4 Empat 7 orang
5 Lima atau lebih 10 orang

Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985.

b) Jumlah orang dibanding dengan jumlah kamar tidur.


Dengan ketentuan bahwa untuk setiap penambahan satu kamar tidur
diatas lima tersebut diperkenankan menambah penghuni sebanyak 2
orang.
c) Jumlah orang dibanding dengan luas lantai kamar.
Dengan ketentuan anak di bawah umur 1 tahun tidak diperhatikan,
umur 1 10 tahun dihitung setengah. Menurut Tupasi, kepadatan
hunian di tentukan dengan jumlah kamar tidur di bagi jumlah
penghuni, dinyatakan :
Baik : Bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7
Cukup : Bila kepadatan antara 0,5 0, 7
Tabel 2.2 Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur

No Luas lantai kamar Jumlah penghuni maksimal

1 4,64 m2 0
2 4,64 6,5 m2 0,5
3 6,5 8 m2 1
4 8 10 m2 1,5
5 Lebih dari 10 m2 2

Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985.

d) WC dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah.


Suatu rumah harus mempunyai WC dan kamar mandi sendiri
dan terpelihara kebersihannya. Bila tidak mempunyai WC sendiri,
maka buang air besar dilakukan di sembarang tempat (sungai, kebun,
empang, dan lain lain) yang sebenarnya tidak dibenarkan karena
dapat menyebabkan dan memudahkan penyakit-penyakit tertentu
dapat ditularkan melalui pembuangan kotoran yang tidak sehat.

c. Mencegah penularan penyakit.

Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus memperhatikan


pula faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit bagi penghuninya,
antara lain :

a. Bebas dari serangga dan tikus.


Menghindari adanya kehidupan serangga (lalat, tikus dan kecoa), dengan
cara atau usaha kebersihan dan kesehatan lingkungan di dalam dan di luar
rumah.
b. Pembuangan sampah.
Sampah dibedakan menjadi : sampah basah, sampah kering dan sampah
sukar busuk (kaleng, kaca, paku dan lain-lain). Sampah jangan dibuang di
tempat terbuka lebih dari 24 jam karena akan menyebabkan lalat dan tikus
untuk bersarang.
c. Pembuangan tinja.
Usahakan setiap rumah mempunyai jamban sendiri, selalu bersih dan
tidak berbau (konstruksi leher angsa). Jarak cukup jauh dari sumber air dan
letaknya di bagian hilir air tanah. WC harus selalu bersih, mudah
dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi.

2.4 Teori Tentang Pengetahuan Ventilasi di Dalam Rumah

2.4.1 Pengertian dan Fungsi Ventilasi


Ventilasi adalah pertukaran udara secara bebas di dalam ruangan.
Fungsi utama ventilasi adalah sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus
sebagai lubang pertukaran udara dan sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (sinar
matahari). (KBBI ONLINE).
Fungsi ventilasi udara diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar.
Karena jika dalam suatu bangunan sangat minim adanya ventilasi maka
aliran udara dari dan ke luar rumah menjadi tidak lancar sehingga terjadi
peningkatan kadar CO2 (karbondioksida) di dalam rumah dan kadar oksigen
(O2) menurun. Sedangkan karbondioksida yang merupakan hasil
respirasi/pernapasan ini apabila dalam konsentrasi tinggi bisa berbahaya
bagi hewan dan manusia. Seseorang yang menghirup terlalu banyak CO2
akan kesulitan bernapas, hingga menyebabkan tak sadarkan diri
b. Untuk menjaga agar rumah selalu tetap di dalam kelembapan yang optimum.
Kurangnya lubang ventilasi di dalam suatu bangunan akan
menyebabkan kelembaban di dalam ruangan meningkat karena terjadinya
proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Sehingga dengan adanya
lubang ventilasi udara yang memadai akan memberikan manfaat di sisi
pencahayaan apabila penempatannya tepat. Dengan adanya cahaya dari luar
ruangan yang masuk ke dalam rumah melalui lubang ventilasi udara maka
akan mengurangi kelembaban dalam suatu ruangan.
c. Untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri patogen yang bisa
menyebabkan penyakit
Kurangnya lubang ventilasi udara di dalam rumah akan menyebabkan
kelembaban udara dalam ruangan meningkat, sedangkan kondisi ruangan
yang lembab akan memudahkan tumbuhnya jamur dan bakteri patogen yang
bisa mempengaruhi kualitas kesehatan penghuni rumah.

2.4.2 Syarat Ventilasi


Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela sebagai
berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai,
dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-langit.
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan
jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
3. Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa
berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini diusahakan tidak
terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding, sekat-sekat, dan lain-lain.
5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.

Pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan suburnya


pertumbuhan mikroorganisme yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
manusia. Factor yang mempengaruhi biasanya dikarenakan kurangnya ventilasi (
jumlah dan luas ventilasi tidak cukup sesuai dengan persyaratan kesehatan. Untuk itu
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah dapat dilakukan upaya penyehatan berupa :
a. Rumah harus dilengkapi dengan ventilasi, minimal 10% luas lantai
dengan system ventilasi silang
b. Melakukan pergantian udara dengan membuka jendela minimal pagi
hari secara rutin. Sedangkan untuk rumah ber AC, pemeliharaan AC
dilakukan secara berkala.
c. Menggunakan exhaust fan
d. Mengatur tata letak ruang
Untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara:
1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah,dimana udara
masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau lubang angin yang sengaja
dibuat.
2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan menggunakan :
a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara
dalamruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan.
b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan kedepan.
c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan luar
ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.

2.4.3 Bentuk Ventilasi


Secara umum kita mengenal beberapa bentuk ventilasi :
1. Ventilasi alami (Natural Ventilation)
Merupakan suatu bentuk pertukaran udara secara alamiah tanpa bantuan alat-alat
mekanik seperti kipas. Ventilasi alami masih dapat dimungkinkan membersihkan
udara selama pada saat ventilasi terbuka terjadi pergantian dengan udara yang segar
dan bercampur dengan udara yang kotor yang ada dalam ruangan. Standar luas
ventilasi alami (Sumamur, 1987) lebih dari 20 % luas lantai tempat kerja. Penggunaan
ventilasi alami tidak efektif jika digunakan dengan tujuan untuk mengurangi emisi
gas, debu dan vapours ditempat kerja. Hal ini disebabkan tingkat kesulitan yang tinggi
pada ventilasi alami terkait penentuan parameter yang harus kita ketahui menyangkut
kecepatan angin, tekanan angin dari luar, arah angin, radiasi panas dan berapa besar
pengaruh lubang-lubang yang ada pada dinding dan atap.Ventilasi alami biasanya
digunakan dengan tujuan untuk memberikan kesegaran dan kenyamanan pada tempat
Kerja yang tidak memiliki sumber bahaya yang tinggi. (Sumamur, 1987)

2. Ventilasi Umum (General Ventilation)


General ventilation atau ventilasi umum biasanya digunakan pada tempat kerja
dengan emisi gas yang sedang dan derajat panas yang tidak begitu tinggi.Jenis
ventilasi ini biasanya dilengkapi dengan alat mekanik berupa kipas penghisap.Sistem
kerja yang dibangun udara luar tempat kerja di hisap dan di hembuskan oleh kipas
kedalam rungan bercampur dengan bahan pencemar sehingga terjadi
pengenceran.Kemudian udara kotor yang telah diencerkan tersebut dihisap dan di
buang keluar. Dampak Asap Bagi KesehatanMenurut WHO tahun 2002,
dampak indoor air pollution bagi kesehatan yaitu dapat meningkatkan resiko
kesehatan anak dan dewasa seperti berat badan lahir rendah, kematian perinatal,
asma, otitis media atau infeksi telinga tengah, TBC,kanker nasofaring, katarak,
kebutaan, dan penyakit kardiovaskular. Jika dilihat dari kandungannya, asap memiliki
kandungan CO (karbonmonoksida), Amonia, Nitrogen Oksida, dan Hidrogen
Sianida.

1.5 Kerangka Teori


Teori yang digunakan berdasarkan determinan pengetahuan, yang berpengaruh dalam
terbentuknya suatu tindakan,sikap dan kebiasaan pada keluarga binaan . Terutama
dalam hal pengetahuan tentang jambann sehat . Teori pengetahuan ini diambil
berdasarkan teori dari Notoadmojo, pengetahuan yang telah dimiliki seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1.6 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang berhubungan
dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT 04/RW 05, Desa
Pangkalan, Kebon Jamblang, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang
dihubungkan dengan area permasalahan.

2..7. Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Menurut Sugiyono
(2012: 31), definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara
tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga
memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan
cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.1 Definisi Operasional tiap variabel penelitian


NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA
1 Pengetahuan Informasi atau segala Kuesioner Wawancara Baik : 9-12 Ordianal
ventilasi sesuatu yang harus Cukup : 4-8
diketahui responden Kurang : <4
mengenai ventilasi.
Ventilasi adalah saluran
pertukaran udara secara
bebas di dalam ruangan.
Fungsinya sebagai
pencahayaan yang masuk
ke dalam ruangan dan
pertukaran udara. Salah
satu syarat ventilasi berupa
luasnya ventilasi minimal
10% dari luas lantai.
Jenisnya terbagi menjadi
dua yaitu alami dan
mekanik.
Upaya yang dapat
dilakukan berupa
membuka ventilasi setiap
pagi secara rutin.
Dampak ventilasi yang
buruk dapat menyebabkan
ISPA.
2 Pendidikan Jenjang pendidikan formal Kuesioner Wawancara Tinggi = Ordinal
terakhir yang ditamatkan Perguruan
oleh keluarga binaan. Tinggi
Sedang =
SMP - SMA
Rendah =
Tidak
Sekolah
SD
3 Ekonomi Kemampuan untuk Kuisioner Wawancara Baik : > Rp. Ordinal
pengadaan ventilasi dilihat 3.270.000,-
dari penghasilan rata-rata Cukup : =
responden berdasarkan Rp.
Upah Minimum Regional 3.270.000,-
Kota Tangerang sebesar Rp Kurang :
3.270.000 <3.270.000
4 Lingkungan Ada tidaknya komunikasi Kuesioner Wawancara Baik : 4 Ordinal
Sosial keluarga binaan dengan Kurang: 2
tetangga dan tokoh
masyarakat berupa diskusi
mengenai fungsi dan
dampak minimnya
ventilasi.
5 Paparan Ada tidaknya sarana yang Kuesioner Wawancara Ya : jika Nominal
Media Massa digunakan untuk respoden
atau medapatkan informasi pernah
Informasi tentang ventilasi yang baik mendapat
di keluarga binaan baik dari paparan
media cetak dan elektronik media
atau penyuluhan dari mengenai
tenaga kesehatan. ventilasi
Tidak : jika
responden
tidak pernah
terpapar
media
mengenai
ventilasi

6. Pengalaman Segala sesuatu baik yang kuisioner Wawancara Baik : bila Nominal
dilihat, dilakukan ataupun responden
yang didengar mengenai pernah
ventilasi, yaitu kebiasaan mengalami
baik turun-menurun dalam pengalaman
pemasangan ventilasi baik tentang
dengan pola yang sama ventilasi.
yang tidak sesuai dengan Buruk : bila
syarat ventilasi. responden
pernah
mengalami
pengalaman
buruk
tentang
ventilasi

6. Akses Peran dari pemerintah dan kuisioner Wawancara Ya : jika Nominal


layanan atau tenaga kerja responden
kesehatan kesehatan yang bertugas pernah
atau fasilitas meninjau dan memberikan mendapat
kesehatan informasi kepada akses
masyarakat mengenai layanan
ventilasi kesehatan
berupa
penyuluhan
mengenai
ventilasi
Tidak : jika
responden
tidak pernah
mendapat
akses
layanan
kesehatan
berupa
penyuluhan
mengenai
ventilasi.
BAB III
METODE

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah -
langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.

Populasi Pengumpulan Data


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah
keluarga di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten periode 16 Oktober 2017 sampai dengan 18 November 2017.

Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang
menjadi sampel adalah kelima keluarga binaan yang terletak di RT 004/ RW 005, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Responden Pengumpulan Data
Responden merupakan pasangan suami istri pemilik rumah keluarga binaan
yang berjumlah sepuluh orang yang termasuk ke dalam kriteria penelitian yaitu berusia
17 tahun dan kooperatif saat seluruh kegiatan penelitian berlangsung.

Faktor faktor Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah:
1. Rumah tangga dengan minimnya ventilasi di RT 004/RW 005, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
2. Responden yang berkenan diwawancarai dan mengisi kuesioner.

Kriteria ekslusi dalam laporan ini adalah


1. Rumah tangga yang mempunyai ventilasi yang sesuai syarat ventilasi
2. Responden yang tidak berkenan diwawancarai dan mengisi kuesioner.
3. Responden yang berusia < 17 tahun.
4. Responden bukan pemilik rumah

3.3. Jenis dan Sumber Data


3.3.1. Jenis Data
3.3.1.1. Data Kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh dari sepuluh responden didapatkan hasil bahwa
responden mempunyai pengetahuan mengenai ventilasi. Data kualitatif diperoleh melalui
tehnik pengumpulan data dengan cara wawancara.

3.3.1.2. Data Kuantitatif


Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika. Data kuantitatif yang didapatkan yaitu data puskesmas
tentang angka kejadian penyakit tersering, dan presentase rumamh sehat di Desa
Pangkalan. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat
dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
2. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan
cara membilang. Contoh data diskrit misalnya: jumlah perempuan dan laki-laki,
jumlah orang yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh dengan
cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan
pecahan).
3. Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan pecahan,
contohnya adalah umur.

3.3.2. Sumber Data


Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah data primer dari responden yaitu lima
keluarga binaan di RT 005 / RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
Data primer
Data yang didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah, melalui hasil
dari kuisioner, analisis dan observasi pada keluarga binaan di RT 005 / RW 004,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Oktober 2017.
Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus, yaitu:
Profil Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kecamatan Tegal Angus tahun 2016
Laporan Cakupan Rumah Sehat Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
Sepuluh besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Puskesmas Tegal Angus Tahun 2016
Data tersier
Data yang didapat dari buku Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni karya
Soekidjo Notoatmodjo tahun 2007 dan internet. Data yang didapat dari buku dan
internet yaitu mengenai Manajemen Penelitian, Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PokokPokok Metodologi Penelitian,
Pendidikan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian Kualitatif, Gizi dalam
pandangan Islam dan lain-lain.

3.4. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di RT/RW 005/004 Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal
Angus, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data dilakukan selama 7 hari dari tanggal 24
Oktober31 Oktober 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan
menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Pertanyaan-
pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel-
variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data


No Tanggal Kegiatan
1. Selasa, 24 Oktober 2017 Datang ke Puskesmas Kecamatan Tegal Angus dan
menghimpun data sekunder dari statistik
puskesmas dan menyusun kuesioner pre-survei. Ke
desa Pangkalan untuk perkenalan dengan keluarga
binaan dan wawancara pre survey
3. Rabu, 25 Oktober 2017 Diskusi kelompok menentukan area permasalahan
dengan menjabarkan permasalahan pada keluarga
binaan masing-masing. Konsultasi dengan dr. Dini
Widianti mengenai penentuan area masalah dan
menyusun tinjauan pustaka.
4 Sabtu, 28 Oktober 2017 Menyusun kerangka teori, kerangka konsep,
definisi operasional, dan pertanyaan survey.
5 Senin, 30 Oktober 2017 Konsultasi dengan dr. Dini Widianti tentang
definisi operasional.
6 Selasa, 31 Oktober 2017 Melakukan pengumpulan data melalui kuesioner.

7 Senin, 6 November 2017 Konsultasi dengan dr. Dini Widianti mengenai


Definisi Operasional
8 Rabu, 8 November 2017 Konsultasi dengan dr. Dini Widianti mengenai
Fishbone

3.5. Pengolahan Data dan Analisis Data


Untuk pengolahan data tentang Pengetahuan mengenai ventilasi di desa
Kemuning RT 005/RW 004 Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten Tahun 2017 digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan program SPSS. Untuk menganalisis data-data yang
sudah didapat adalah dengan menggunakan analisis univariat.
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan
data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang
berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang diukur
adalah :
a. Pendidikan
b. Paparan Media Massa atau Informasi
c. Ekonomi
d. Lingkungan Sosial Ekonomi
e. Pengalaman
f. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

BAB IV
HASIL ANALISA

4.1. Karakteristik Responden


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik sepuluh responden yang terdiri dari lima keluarga binaan di RT 005 RW
004, Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
yakni: keluarga Tn. Misan, Tn. Ahmad Saidi, Tn. Selamet, Tn. Diding dan Tn. Agus.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 005/RW 004, Desa Pangkalan,
Oktober 2017

Usia Responden Jumlah Responden Presentase (%)

17-35 4 40%

36-45 3 30%

>45 3 30%

Total 10 100%
Berdasarkan tabel 4.1 tentang distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di
keluarga binaan didapatkan jumlah responden berusia 17 35 tahun (4 orang), 36 45
tahun (3 orang), dan > 45 tahun (3 orang).

Frekuensi Pendidikan
10%

20% SMK
SMP
SD

Diagram 4.1 Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan Di Desa Pangkalan RT 005
RW004, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Oktober 2017

Berdasarkan dari diagram 4.1 terlihat tingkat pendidikan pada keluarga binaan adalah
SMK 10 %, SMP 20 % dan SD 70 % dikarenakan ketidakcukupan biaya untuk melanjutkan
ke pendidikan yang lebih tinggi.

Frekuensi Pekerjaan
10%

Wiraswasta

50% Buruh
Tidak Bekerja
40%

Diagram 4.2 Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan d Di Desa Pangkalan RT 005 RW004,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Oktober 2017

Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan
adalah tidak bekerja (50%).

4.2. Analisis Univariat


Hasil analisis data disajikan dalam bentuk univariat berdasarkan variabel-variabel dalam
check list dan kuesioner yang diambil langsung pada lima rumah keluarga binaan pada bulan
Oktober 2017.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden mengenai Pengetahuan mengenai ventilasi di RT


005/RW 004, Desa Pangkalan, KecamatanTegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Oktober 2017

Pengetahuan
Tentang Jamban Jumlah Responden Persentase (%)
Sehat

Baik 0 0%

Cukup 1 10%

Kurang 9 90%

Total 10 100%

Pada Tabel 4.2 didapatkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang buruk
tentang ventilasi (90%) karena kurangnya tingkat pendidikan keluarga binaan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden terhadap Pendidikan di RT 005//RW 004, Desa
Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober 2017

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 7 70%

Sedang 3 30%

Tinggi 0 0%

Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan pada seluruh responden memiliki tingkat pendidikan
yang rendah (70%) dikarenakan ketidakcukupan biaya untuk melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi di RT
005//RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Oktober 2017
Lingkungan Sosial
Jumlah Persentase
Ekonomi

Baik 0 0%

Kurang 10 100%

Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan pada seluruh responden memiliki tingkat lingkungan
sosial yang kurang (100%) karena keterbatasan sarana dan pra-sarana di lingkungan keluarga
binaan.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden terhadap Ekonomi di RT 005//RW 004, Desa
Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober 2017

Ekonomi Jumlah Persentase (%)

Kurang 10 100%

Cukup 0 0%

Baik 0 0%

Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan seluruh responden (100%) memiliki tingkat ekonomi
yang kurang dikarenakan pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan
yang mempunyai penghasilan yang lebih tinggi.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden terhadap Pengalaman di RT 005//RW 004, Desa
Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober 2017
Pengalaman Jumlah Persentase (%)

Baik 0 0%

Buruk 10 100%

Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan seluruh responden (100%) memiliki pengalaman yang
buruk dikarenakan kurangnya kesadaran untuk mencari tahu pola pemasangan ventilasi yang
baik dan benar.

Tabel 4.7 Distribusi Responden terhadap Paparan Media Massa atau Informasi di RT 005//RW
004, Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Oktober 2017

Paparan media massa Jumlah


Persentase (%)
atau informasi Responden

Ya 0 0%

Tidak Pernah 10 100%

Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan seluruh responden (100%) memiliki ketersediaan


akses yang tidak memadai untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan, khususnya tentang
ventilasi karena kurangnya daya tarik dan daya jual dari berita kesehatan.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Akses Layanan Kesehatan di RT 005/RW 004,
Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus,, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober
2017

Akses Layanan
Jumlah Responden Persentase (%)
Kesehatan

Ya 0 0%

Tidak Pernah 10 100%

Total 10 100%
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan kurangnya akses layanan kesehatan serta penyuluhan
mengenai ventilasi (100%) pada keluarga binaan.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Univariat Tujuh Variabel Pengetahuan Tentang Ventilasi Pada
Keluarga Binaan terhadap Sepuluh Responden Desa Pangkalan, Kecamatan Tegal Angus,,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Oktober 2017

No Variabel Hasil Ukur Jumlah Presentase


(orang)
1 Pendidikan Tinggi 0 0%
Sedang 3 30%
Rendah 7 70%
2 Ekonomi Baik 0 0%
Cukup 0 0%
Kurang 10 100%
3 Lingkungan Sosial Ekonomi Baik 0 0%
Kurang 10 100%

4 Pengalaman Baik 0 0%
Buruk 10 100%
5 Media Massa Ya 0 0%
Tidak Pernah 10 100%
6 Akses Layanan Kesehatan Ya 0 0%
Tidak Pernah 10 100%

Berdasarkan Tabel 4.9 sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang buruk
mengenai ventilasi (90%) karena ketidakpedulian keluarga binaan tentang pendidikan,
pengalaman mendapatkan informasi mengenai ventilasi yang kurang (100%) karena kebiasaan
pola pemasangan ventilasi yang sama yang tidak sesuai dengan syarat ventilasi. Tingkat
pendidikan rendah pada sebagian besar keluarga binaan (70%) dikarenakan ketidak cukupan
biaya untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, tingkat ekonomi pada seluruh
keluarga binaan rendah (100%) dikarenakan pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk
mendapatkan pekerjaan yang mempunyai penghasilan yang lebih tinggi, seluruh responden
memiliki tingkat lingkungan sosial yang kurang (100%) karena keterbatasan sarana dan pra-
sarana di lingkungan keluarga binaan, dan paparan media massa atau informasi tentang
ventilasi tidak ada sama sekali (100%) karena kurangnya daya tarik dan daya jual dari berita
kesehatan, terutama ventilasi, juga didapatkan kurangnya akses layanan kesehatan serta
penyuluhan mengenai ventilasi (100%) pada keluarga binaan.

4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi
pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu
untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar -akar penyebab masalah sehingga
dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah
tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat dalam lampiran.
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang ditemukan adalah
sebagai berikut :
1. Kesadaran yang rendah akan pentingnya pendidikan.
2. Kurangnya keahlian khusus yang menyababkan kurangnya lapangan
pekerjaan sehingga keluarga binaan tidak memiliki biaya untuk membangun
ventilasi yang baik.
3. Kurangnya peran tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan ventilasi.
4. Kurangnya kesadaran msyarakat untuk mencari tahu pola pemasangan
ventilasi yang sesuai syarat.
5. Kurang menariknya berita/ informasi mengenai ventilasi yang baik.
6. Kurangnya tenaga kesehatan untuk membahan mengenai ventilasi.

Maka ditetapkan rencana intervensi dari setiap akar penyebab masalah sebagai berikut:
1. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang syarat, fungsi, dan
dampak minimnya ventilasi kepada tokoh masyarakat dan masyarakat dengan harapan
terbentuknya pola pikir yang benar dari masyarakat mengenai pentingnya jamban
sehat.

2. Memberikan poster dan selebaran mengenai jamban sehat.


Tabel 4.10 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
KeluargaBinaan RT09/RW 03 Kampung Etek, Desa Kemuning, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode September 2017

Alternatif
No. Akar Penyebab Masalah Rencana Intervensi
Pemecahan Masalah

1. Rendahnya tingkat pendidikan pada Memberikan sosialisasi tentang Memberikan sosialisasi tentang
sebagian besar keluarga binaan pentingnya pendidikan yang pentingnya pendidikan yang dimiliki.
dimiliki.
2. Kurangnya keahlian khusus Memberikan informasi dan saran- Memberikan informasi dan saran-
saran-saran mengenai pelatihan saran-saran mengenai pelatihan
keterampilan khusus dengan keterampilan khusus dengan
memanfaatkan sumber daya yang memanfaatkan sumber daya yang ada.
ada.
3. Kurangnya kepedulian tokoh Memberikan sosialisasi dan Memberikan sosialisasi dan
masyarakat dan masyarakat penyuluhan secara langsung penyuluhan secara langsung tentang
terhadap ventilasi tentang pemahaman dampak pemahaman dampak ventilasi yang
ventilasi yang tidak sesuai syarat. tidak sesuai syarat.

4. Kebiasaan pemasangan ventilasi Memberikan sosialisasi dan Memberikan sosialisasi dan


dengan pola yang sama yang bersifat penyuluhan secara langsung penyuluhan secara langsung tentang
turun-temurun di anggota keluarga mengenai pola pemasangan pola pemasangan ventilasi yang sesuai
dan masyarakat sekitar ventilasi yang sesuai dengan syarat dengan syarat kepada keluarga binaan
kepada keluarga binaan dengan dengan harapan terbentuknya pola
harapan terbentuknya pola pikir pikir yang benar.
yang benar.
5 Kurangnya daya tarik dan daya jual Memasang poster dan Memasang poster dan menampilkan
dari berita kesehatan, terutama menampilkan power point kepada power point kepada masyarakat
ventilasi masyarakat mengenai ventilasi mengenai ventilasi dampak minimnya
dampak minimnya ventilasi. ventilasi.
6. Kurangnya kinerja SDM kesehatan Melaporkan kepada SDM Melaporkan kepada SDM kesehatan
lingkungan dalam kesehatan lingkungan mengenai lingkungan mengenai keadaan
mensosialisasikan mengenai keadaan ventilasi desa binaan dan ventilasi desa binaan
ventilasi Melakukan penyuluhan mengenai
ventilasi

4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang terpilih


Intervensi yang tepilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang syarat dan fungsi
ventilasi serta dampak yang dapat ditimbulkan akibat minimnya ventilasi.
b. Melakukan sosialisasi tentang wajib belajar 12 tahun.
c. Melakukan penyuluhan menggunakan poster atau Power point tentang ventilasi untuk
menarik perhatian masyarakat terhadap pemasangan dan penggunaan ventilasi.
d. Memberikan informasi dan saran-saran mengenai pelatihan keterampilan khusus
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan perekonomian.

Jangka Pendek
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang syarat dan fungsi
ventilasi serta dampak yang dapat ditimbulkan akibat minimnya ventilasi
b. Melakukan penyuluhan menggunakan poster atau Power point tentang ventilasi
untuk menarik perhatian masyarakat terhadap pemasangan dan penggunaan
ventilasi.
c. Memberikan informasi dan saran-saran mengenai pelatihan keterampilan khusus
dengan memanfaatkan bsumber daya yang ada untuk meningkatkan perekonomian
keluarga binaan.
Jangka Menengah
a. Melakukan penyuluhan secara rutin
b. Melakukan evaluasi di keluarga binaan secara berkala untuk mengetahui hasil
intervensi jangka pendek dan penyuluhan yang dilakukan.
Jangka Panjang

a. Memberi saran kepada keluarga binaan untuk membiasakan diri menyisihkan


sebagian penghasilan untuk ditabung, dan uang tersebut digunakan untuk
membuat atau membeli ventilasi baik alamiah maupun mekanik
b. Peran serta masyarakat dengan mendukung program penyehatan rumah dengan
cara mengikuti program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh
puskesmas.
c. Pembuatan atau pemasangan ventilasi.

Terpilihnya intervensi tersebut diatas dikarenakan penyuluhan tidak memakan


waktu atau tempat yang banyak, selain itu diharapkan dengan adanya poster dan power
point, lebih dapat menarik minat para responden menyimak penyuluhan dan mudah
untuk dimengerti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan
yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 005 / RW 003, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten maka dilakukanlah diskusi kelompok dan
merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Pengetahuan Mengenai Ventilasi
Pada Keluarga Binaan Di Desa Pangkalan RT 005 RW004, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang.

5.1.2 Alternatif Penyebab Masalah


Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalah :
1. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya berita / informasi dalam
meningkatkan kesehatan yang menarik
2. Memperluas lapangan kerja
3. Mengajak tokoh masyarakat untuk memberikan informasi yang benar terkait
kepercayaan yang salah
4. Mengadakan program penyuluhan, pelatihan serta pemberdayaan masyarakat
untuk ventilasi rumah yang baik.

5.1.3 Akar Penyebab Masalah


Berdasarkan analisis dari data kuesioner didapatkan adanya pengetahuan yang
kurang tentang fungsi dan manfaat ventilasi dari keluarga binaan yang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku kesehatan. Berbagai macam penyebab kurangnya
pengetahuan tentang ventilasi rumah antara lain :
7. Kesadaran yang rendah akan pentingnya pendidikan.
8. Kurangnya keahlian khusus yang menyababkan kurangnya lapangan
pekerjaan sehingga keluarga binaan tidak memiliki biaya untuk membangun
ventilasi yang baik.
9. Kurangnya peran tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan ventilasi.
10. Kurangnya kesadaran msyarakat untuk mencari tahu pola pemasangan
ventilasi yang sesuai syarat.
11. Kurang menariknya berita/ informasi mengenai ventilasi yang baik.
12. Kurangnya tenaga kesehatan untuk membahan mengenai ventilasi.

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan

1. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung kepada tokoh masyarakat


dan masyarakat dengan harapan terbentuknya pola pikir yang benar dari masyarakat
mengenai syarat, fungsi dan dampak dari minimnya ventilasi.
2. Memberikan poster dan power point mengenai ventilasi yang baik di rumah.

5.2 SARAN
1. Menyarankan kepada anggota keluarga binaan untuk menerapkan pengetahuan
tentang pembuatan ventilasi yang baik serta manfaat yang bisa didapatkan dari
penggunaan ventilasi
2. Menyarankan tokoh masyarakat dan pihak pelayanan kesehatan untuk dapat
berkoordinasi untuk mengadakan kegiatan yang bersifat memberikan informasi
dan penyuluhan tentang pengetahuan ventilasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Azwar, S, 2009. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Cunningham, William P., dan Ann, Mary. 2002. Principles of Environmental Science
Inquiry and Application. McGraw-Hill, Inc.

Probo, H. 2007. Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan. CV Andi Offse : Yogyakarta

Kartikawatie T, Yusnita, & Yanto D. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah


Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2012. Tangerang:
Puskesmas Tegal Angus.

Kusnoputranto, H. 2000. Kesehatan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Maulana, HDJ. 2007. Promosi Kesehatan. EGC : Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta:
43.

Notoatmodjo, S. 2008. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta:
131162.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 24.

Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas Dan Kepaniteraan Kedokteran Keluarga.


Jakarta, 2011.

Soemirat, J. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada : Yogyakarta


PENGETAHUAN TENTANG VENTILASI RUMAH
DESA PANGKALAN
KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Status perkawinan :

I. PENGETAHUAN
1. Apakah pengertian dari ventilasi udara?
a. Pertukaran udara secara bebas di dalam ruangan
b. Jendela di dalam rumah
c. Tidak tahu
2. Apakah yang anda ketahui mengenai fungsi ventilasi udara?
a. Sebagai tempat masuk dan keluar udara dan masuk nya cahaya
b. Agar rumah tidak pengap
c. Agar rumah tidak lembab
3. Dibawah ini manakan yang termasuk jenis ventilasi ?
a. Ventilasi alami
b. Ventilasi mekanik
c. Ventilasi alami dan mekanik
4. Apakah salah satu syarat ventilasi?
a. Minimum 10% dari luas lantai ruangan
b. Minimum 25% dari luas lantai ruangan

5. Bagaimanakah cara menggunakan ventilasi?


a. Membuka jendela setiap pagi secara rutin
b. Membuka jendela disaat tertentu
c. Tidak tahu
6. Apakah dampak yang dapat ditimbulkan dari ventilasi yang buruk terhadap kesehatan ?
a. Sesak nafas,batuk, dan pilek ( ISPA )
b. Membuat mata jadi lebih buram
c. Tidak tahu
II. PENDIDIKAN
1. Apakah pendidikan terakhir anda?
a. SMA
b. SMP
c. SD
III. EKONOMI
1. Berapa penghasilan Anda per bulan?
a. >Rp 3.270.000.
b. Rp 3.270.000
c. < Rp 3.270.000
IV. LINGKUNGAN SOSIAL
1. Apakah terdapat diskusi oleh tokoh masyarakat mengenai ventilasi ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika iya, Apakah terdapat diskusi oleh tokoh masyarakat mengenai syarat, fungsi dan dampak
minimnya ventilasi?
a. Ada
b. Tidak ada
V. MEDIA
1. Apakah anda pernah melihat atau mendengar mengenai ventilasi pada media elektronik (TV,
radio, inernet) maupun media cetak (koran, majalah, pamflet)?
a. Ya
b. Tidak pernah
VI. PENGALAMAN
1. Apakah anda pernah mendengar mengenai ventilasi dari keluarga anda ?
a. Ya
b. Tidak Pernah
2. Apakah anda pernah melihat rumah keluarga atau tetanggga memasang ventilasi yang tidak
sesuai dengan syarat ventilasi seperti ventilasi hanya di bagian depan rumah?
a. Ya
b. Tidak Pernah
VII. AKSES LAYANAN KESEHATAN
1. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan mengenai ventilasi udara oleh tenaga
kesehatan?
a. Ya
b. Tidak pernah
LAMPIRAN Fishbone

You might also like