You are on page 1of 14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Umumnya pengadukan (agitation) mengacu pada mendorong fluida secara


mekanis untuk mengalir dalam pola berputar atau pola yang lain dalam suatu ketel.
Pada percobaan ini, digunakan empat macam fluida, yaitu udara, air, larutan gula
30% dan saos. Masing-masing fluida akan diaduk dengan beberapa variasi impeller.
Ada 3 impeller yang digunakan, yaitu flat six-blade turbine with disk (sebagai
impeller 1), six-blade open turbine (sebagai impeller 2) dan four pitched-blade
turbin (sebagai impeller 3). Pengadukan akan dilakukan pada 7 variasi kecepatan,
yaitu antara 100 400 rpm dengan interval 50. Selain itu, dilakukan variasi jumlah
baffle ( tanpa baffle, 2 baffle dan 4 baffle).

III.1 Hubungan Daya dengan Kecepatan Impeller


38
37
36
P (Watt)

35
Tanpa Baffle
34
2 Baffle
33
4 baffle
32
31
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.1 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 1 (rpm) pada


fluida larutan gula 30%
39
38
37
36
P (Watt)

35 Tanpa baffle
34
2 baffle
33
32 4 baffle
31
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.2 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 2 (rpm) pada


fluida larutan gula 30%

III-1
35
34.5
34

P (Watt)
33.5
tanpa baffle
33
2 baffle
32.5
4 baffle
32
31.5
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.3 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 3 (rpm) pada


fluida larutan gula 30%

Gambar III.1.1, Gambar III.1.2, dan Gambar III.1.3 menunjukkan


hubungan antara kecepatan impeller dengan daya yang dibutuhkan oleh
impeller untuk fluida larutan gula 30%. Dari ketiga gambar tersebut, terlihat
bahwa semakin meningkat kecepatan impeller maka daya yang dibutuhkan
oleh impeller juga semakin besar.
Menurut teori, adanya tambahan baffle menyebabkan jumlah daya
semakin besar. Hal ini disebabkan karena baffle menghambat perputaran
fluida dan menghasilkan aliran balik. Aliran balik ini bertumbukan dengan
impeller sehingga hambatan yang diterima oleh impeller semakin
meningkat. Untuk mengimbangi hambatan ini maka daya yang dibutuhkan
oleh impeller juga semakin besar.
Sesuai dengan Gambar III.1.1, Gambar III.1.2, dan Gambar III.1.3,
bahwa penambahan baffle menyebabkan daya impeller semakin besar.
Larutan gula dibuat dengan konsentrasi 30% agar pada saat pengadukan
larutan tidak terlalu pekat. Hal ini berarti memiliki viskositas rendah
menyebabkan daya yang terserap oleh larutan gula semakin kecil.

III-2
37
36
35

P (Watt)
34
tanpa baffle
33
2 baffle
32
4 baffle
31
30
0 100 200 300 400 500
Kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.4 Hubungan P (Watt) vs Kecepatan Impeller 1 (rpm) pada


fluida saos
37
36
35
P (Watt)

34
tanpa baffle
33
2 baffle
32
4 baffle
31
30
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.5 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 2 (rpm) pada


fluida saos

37
36
35
P (Watt)

34
tanpa baffle
33
2 baffle
32
31 4 baffle

30
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.6 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 3 (rpm) pada


fluida saos

III-3
Gambar III.1.4, Gambar III.1.5, dan Gambar III.1.6 menunjukkan
hubungan antara kecepatan impeller dengan daya yang dibutuhkan oleh
impeller untuk fluida saos. Dari gambar diatas, terlihat bahwa daya yang
dibutuhkan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan
impeller. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa meningkatnya
kecepatan impeller akan menyebabkan daya pengadukan juga semakin
besar.
Apabila ditinjau dari jumlah baffle, pada Gambar III.1.4 pengadukan
tanpa baffle memiliki daya yang lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan 2 baffle maupun 4 baffle. Pada Gambar III.1.5 dan Gambar
III.1.6 sesuai dengan teori yang ada namun pada kecepatan diatas 350 rpm
dengan penggunaan 2 baffle dan tanpa baffle lebih besar dari baffle 4.

34

33.5
P (Wat)

33 0 baffle
2 baffle
32.5
4 baffle
32
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.7 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 1 (rpm) pada


fluida udara
33.2
33
32.8
P (Watt)

32.6
0 baffle
32.4
32.2 2 baffle
32 4 baffle
31.8
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.8 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 2 (rpm) pada


fluida udara

III-4
33.4
33.2
33
32.8

Daya ( watt)
32.6
32.4 0 baffle
32.2
2 baffle
32
31.8 4 baffle
31.6
31.4
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller (rpm)

Gambar III.1.9 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 3 (rpm) pada


fluida udara

Begitu juga pada Gambar III.1.7, Gambar III.1.8, dan Gambar


III.1.9 yang menunjukkan hubungan antara kecepatan impeller dengan daya
yang dibutuhkan impeller untuk fluida udara. Ditinjau dari jumlah baffle,
penggunaan tanpa baffle dan 2 baffle memiliki daya yang lebih besar dari
penggunaan 4 baffle.

38
37
36
P (Watt)

35
tanpa baffle
34
2 baffle
33
4 baffle
32
31
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller 1 (rpm)

Gambar III.1.10 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 1 (rpm) pada


fluida air

III-5
37
36
35

P (Watt)
34 tanpa baffle

33 2 baffle

32 4 baffle

31
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller 2 (rpm)

Gambar III.1.11 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 2 (rpm) pada


fluida air

37
36
35
P (Watt)

34 tanpa baffle
33 2 baffle
32 4 baffle

31
0 100 200 300 400 500
kecepatan impeller 3 (rpm)

Gambar III.1.12 Hubungan P (Watt) vs kecepatan impeller 3 (rpm) pada


fluida air

Gambar III.1.10, Gambar III.1.11, dan Gambar III.1.12 terlihat


bahwa hubungan dan dan kecepatan impeller suah sesuai dengan teori yang
ada bahwa semakin banyak baffle maka daya semakin besar.
Pada beberapa fluida, ada beberapa ketidaksesuaian dengan teori yang
ada. Hal tersebut dapat dipengaruhi kinerja mesin yang terus-menerus
digunakan sehingga mesin menjadi panas.

III-6
III.2 Hubungan Np dengan NRe
2000

1500

tanpa baffle
Np 1000
2 baffle
500 4 baffle

0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Nre

Gambar III.2.1 Hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 1 pada


fluida larutan gula 30%

1200
1000
800
Np

600 tanpa baffle


400 2 baffle
200 4 baffle
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Nre

Gambar III.2.2 Hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 2 pada


fluida larutan gula 30%

2500

2000

1500
Np

tanpa baffle
1000
2 baffle
500 4 baffle

0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Nre

Gambar III.2.3 Hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 3 pada


fluida larutan gula 30%

III-7
1800
1600
1400
1200
Np 1000 tanpa baffle
800
2 baffle
600
4 baffle
400
200
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Nre

Gambar III.2.4 Grafik hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 1


pada fluida saos

1200
1000
800
Np

600 tanpa baffle


400 2 baffle
200
4 baffle
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Nre

Gambar III.2.5 Hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 2 pada


fluida saos

2500

2000

1500
Np

0 baffle
1000
2 baffle

500 4 baffle

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Nre

Gambar III.2.6 Hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 3 pada


fluida saos

III-8
Pada Gambar III.2.1, Gambar III.2.2, Gambar III.2.3, Gambar
III.2.4, Gambar III.2.5 dan Gambar III.2.6 diatas didapatkan nilai NRe
berbanding terbalik dengan Np. Pada fluida saos NRe kecil karena
Viskositas dari saos yang sangat besar sehingga berdasarkan rumus:
2
NRe =

Maka mengahasilkan nilai NRe yang kecil dan saat kecepatan putar
impeller sejenis maka Np yang dihasilkan akan berbanding terbalik
dengan Nre karena kecepatan putar impeller dengan Nre berbanding lurus
dan kecepatan putar impeller dengan Np berbanding terbalik. Karena nilai
Nre saos lebih kecil dari pada Nre larutan gula maka nilai Np dari saos
akan lebih besar dari pada Np larutan gula. Hal ini tidak sesuai dengan
hasil percobaan bahwa nilai Np dari saos lebih kecil dari pada Np dari
larutan gula . Kesalahan kemungkinan terletak pada pencatatan nilai daya
yang kurang akurat karena nilai daya pada power meter yang fluktuatif.
Kemudian juga akibat mesin yang panas sehingga kinerja dari impeller
yang kurang maksimal.
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
Np

0 baffle
800000
600000 2 baffle
400000 4 baffle
200000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Nre

Gambar III.2.7 Hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 1 pada


fluida udara

III-9
1200000

1000000

800000
0 baffle
Np
600000 2 baffle
400000 4 baffle

200000

0
0 1000 2000 3000 4000
Nre

Gambar III.2.8 Grafik hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 2


pada fluida udara
2000000
1800000
1600000
1400000
1200000
Np

1000000 0 baffle
800000 2 baffle
600000
400000 4 baffle
200000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Nre

Gambar III.2.9 Grafik hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 3


pada fluida udara
2000

1500
Np

1000 tanpa baffle


2 baffle
500
4 baffle

0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Nre

Gambar III.2.10 Grafik hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 1


pada fluida air

III-10
1400
1200
1000
800

Np
tanpa baffle
600
2 baffle
400
4 baffle
200
0
0 20000 40000 60000 80000
Nre

Gambar III.2.11 Grafik hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 2


pada fluida air
2500

2000

1500
Np

tanpa baffle
1000
2 baffle
500 4 baffle

0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Nre

Gambar III.2.12 Grafik hubungan NRe vs Np menggunakan impeller 3


pada fluida air

Sedangkan pada Gambar III.2.7, Gambar III.2.8, Gambar III.2.9,


Gambar III.2.10, Gambar III.2.11 dan Gambar III.2.12 diatas didapatkan
nilai NRe air lebih besar daripada nilai NRe udara. Hal ini menunjukkan pula
bahwa viskositas air lebih tinggi daripada udara. Hal ini didasarkan dari
persamaan:
2
=

Dari persamaan diatas dapat terlihat bahwa semakin kecil nilai NRe
suatu fluida maka semakin besar viskositasnya dan semakin kecil NRe
mengakibatkan semakin kecil kecepatan putaran pengaduk. Impeller yang

III-11
digunakan adalah six-blade open turbine, flat six-blade turbine with disk,
dan four pitched-blade turbin. Jenis impeller turbin ini merupakan jenis
impeller yang mempunyai kecepatan putaran paling tinggi. Hal ini
disebabkan karena jenis impeller turbin bekerja maksimal pada fluida jenis
air. Sehingga dapat dilihat dari semua gambar diatas bahwa nilai NRe fluida
air lebih besar daripada larutan gula 30%, udara, maupun saos.
Sedangkan Np dipengaruhi oleh densitas fluida, persamaan :

=
5 3
Daya berbanding lurus dengan Np maka semakin besar daya yang
digunakan oleh impeller maka semakin besar juga nilai Np. Pada
percobaan daya udara lebih besar dari pada air hal ini menyebabkan Np
dari udara menjadi lebih besar daripada Np air. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai densitasnya maka daya
putar dari impeller akan semakin besar tetapi berdasarkan data percobaan
nilai daya putar impeller terhadap air lebih rendah dari pada udara.
Kesalahan kemungkinan terletak pada pencatatan nilai daya yang kurang
akurat karena nilai daya pada power meter yang fluktuatif. Kemudian juga
akibat mesin yang panas sehingga kinerja dari impeller yang kurang
maksimal.

III.3 Nilai Konstanta Empiris


Secara teori, nilai konstanta empiris akan selalu bernilai positif
sedangkan untuk nilai a dan b bernilai negatif. Nilai a akan mempengaruhi
NRe dan nilai b akan mempengaruhi NFr. NFr merupakan bilangan yang
menunjukkan pengaruh gravitasi pada fluida saat pengadukan. Hal tersebut
berhubungan dengan vortex yang juga berhubungan dengan banyaknya
baffle yang digunakan. Semakin banyak baffle yang digunakan, maka
semakin besar daya pengadukan yang dibutuhkan. Daya pengadukan
tersebut berbanding lurus dengan Np. Baffle juga dapat membalik arah
aliran untuk mencegah vortex sehingga pengaruh gaya gravitasi terhadap
pengadukan menjadi lebih kecil, yang menyebabkan nilai NFr menjadi kecil.
Persamaannya sebagai berikut :

III-12
Np = k [NRe]a.[NFr]b

Tabel III.3.1 Hasil perhitungan konstanta empiris, nilai a dan b pada


impeller 1 (D = 8,2 cm)
Jumlah Larutan gula
Udara Air Saos
Baffle 30%
k 2613966,39 3,02761 x 1051 9,80844 x 10-5 388,3291
0 a -0,7215 -10,2957 1,0392 -2,9184
b -1,1316 3,4916 -2,0014 0,0012
k 6550,88536 3,55959 x 1028 1840,772001 0,075561
2 a -0,0060 -5,5869 -0,5531 0,4311
b -1,2871 1,4479 -0,9938 -1,4726
k 0,36149309 4,71411E+38 323,7427116 0,002172
4 a 1,1568 -8,1822 -0,3754 0,7670
b -1,8690 0,0883 -1,0668 -1,6330

Tabel III.3.2 Hasil perhitungan konstanta empiris, nilai a dan b pada


impeller 2 (D = 9 cm)
Jumlah Larutan gula
Udara Air Saos
Baffle 30%
k 704855,349 0,048128242 277395,8759 0,005250
0 a -0,5981 0,4042 -1,0190 -3,4169
b -1,1963 -1,6826 -0,9781 -1,7084
k 3,706 x 10-5 3,05281 x 10-22 964495,0431 0,000340
2 a 2,1485 4,4492 -1,1220 6,1892
b -2,5796 -3,7046 -0,8802 -4,5605

III-13
k 0,00051428 0,506057657 0,086099375 1,021409
4 a 1,8462 0,2061 0,3781 1,0043
b -2,4125 -1,5626 -1,6324 -1,9571

Tabel III.3.3 Hasil perhitungan konstanta empiris, nilai a dan b pada


impeller 3 (D = 7,9 cm)
Jumlah Larutan gula
Udara Air Saos
Baffle 30%
k 2,858 x 1014 5,1428 x 1014 1,602 x 1013 128,7952
0 a -2,9104 -2,8122 -2,6751 -2,1261
b -0,0219 -0,0664 -0,1250 -0,3452
k 1,381 x 1014 3,07822 x 1012 4,0701 x 1011 170,0983
2 a -2,8279 -2,3569 -2,3271 -2,3444
b -0,0674 -0,2611 -0,2729 -0,2583
k 6,703 x 1014 927897490,1 2,7886 x 1011 678,5783
4 a -3,0148 -1,6335 -2,2910 -3,4028
b 0,0148 -0,5604 -0,2879 0,1932

Nilai konstanta empiris dapat dilihat pada Tabel III.3.1, Tabel


III.3.2 dan Tabel III.3.3. Pada data tersebut, terlihat bahwa nilai k sudah
sesuai teori, yaitu bernilai positif. Sedangkan untuk nilai a dan b, ada
beberapa data yang bernilai positif. Selain itu, jika disamakan dengan teori,
nilai a akan bertambah dengan bertambahnya jumlah baffle karena daya
pengadukan yang dibutuhkan makin besar. Ada beberapa ketidaksesuaian
data dengan teori. Hal tersebut diakibatkan pembacaan data yang tidak
akurat akibat mesin yang panas.

III-14

You might also like