You are on page 1of 10

PENYAKIT REPRODUKSI DAN ORGAN GENITALIA PADA HEWAN BESAR

(Cascado, Myasis dan Trypanososma)

Kelompok 6

Andi Ainun Asmal1 (O111 14 007), Azizah Resky Ray Ayu1 (O111 14 015), Mirna Mualim1
(O111 14 012), Nurfaatimah Azzahrah1 (O111 14 506), I Putu Suargita1 (O111 13 505), Sri
Rita Fajriyani1 (O111 14 309), Windu Sari Asih1 (O11 14 018)

Asisten : Kadek Evi Dian Puspita Dewi


1
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis : ainunandiais@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit reproduksi merupakan penyakit yang sering menyerang pada ternak besar
dan dapat menimbulkan kerugian ekonomi pada peternak. Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengenali, menjelaskan dan menganalisa penyakit reproduksi dan organ genitalia
sekunder dan penanganannya pada sapi. Adapun alat diagnostik yang digunakan seperti
thermometer, penlight, reflex hammer, stethoscope dan stopwatch. Metode dalam praktikum
kali ini ialah deskriptif analitik, yaitu praktikan melakukan pemeriksaan langsung terhadap
pasien yang meliputi sinyalemen, anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, membaui,
dan pengukuran. Adapun tahap pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan mencari informasi
sinyalemen dan anamnesis terlebih dahulu dan melakukan pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan menggunakan panca indera seperti inspeksi, palpasi, auskultasi, mencium, ataupun
perkusi. Hasil dari praktikum ini diperoleh bahwa hewan dalam kondisi sakit, hal ini dapat
dilihat pada data-data pemeriksaan yang diperoleh pada rekam medik menunjukkan adanya
kelainan pada pasien.

Kata kunci : kaskado, myasis, surra, trypanososma

PENDAHULUAN Myasis
Cascado Myasis atau belatungan adalah
Stephanofilariasis yang sering penyakit atau kelaianan karena infestasi
disebut juga penyakit Kaskado adalah lalat pada jaringan hewan hidup. Myasis
penyakit pada sapi yang ditandai dengan pada induk semang dapat terjadi di
dermatitis. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai lokasi namun kali ini pembahasan
cacing dari genus Stephanofilaria dan hanya terbatas myasis pada kulit. Myasis
ditularkan melalui vektor lalat. Pada disebabkan oleh lalat yang disebut screw
umumnya, penyakit ini ditandai dengan worm fly yang dikenal sebagai 2 jenis
pruritis, bulu rontok, ulserasi, eksudat dan yaitu Chrysomya bezziana (Indonesia)
perdarahan tergantung pada tingkatan dan Cochliomyahominivorax (Amerika). L
infeksinya. Pemberantasan penyakit dapat arva lalat ini bersifat obligat parasit. Kasus
dilakukan dengan pengobatan hewan yang myasis pertama kali dilaporkan terjadi
terinfeksi dan pembasmian vektor lalat pada sapi-sapi di Sulawesi Utara dan
secara berkala. Penyakit ini sangat mudah Selatan. Proses terjadinya myasis didahului
menyebar sehingga perlu perhatian dari oleh adanya luka traumatik pada kulit
peternak dan petugas peternakan di inang. Luka dapat berasal dari gigitan
lapangan.[1] caplak atau benda-benda disekitar sapi. .[2]
Trypanososma Klinik Hewan Balai Besar Karantina
Trypanosoma evansi atau lebih Pertanian Makassar. Metode praktikum
dikenal dengan nama penyakit Surra berupa metode deskriptif analitik, dimana
merupakan penyakit haemaprotozoa yang praktikan melakukan pemeriksaan
disebabkan oleh parasit darah langsung terhadap pasien yang meliputi
Trypanosoma evansi. Parasit ini tergolong sinyalemen, anamnesis, inspeksi, palpasi,
spesies patogen yang terdistribusi luas di perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan
kawasan Asia Tenggara, termasuk di benua data yang diperlukan untuk menentukan
Afrika dan Amerika Penyakit Surra diagnosa.
ditularkan melalui vektor lalat penghisap
darah (Tabanid sp dan Haematopota sp) HASIL DAN PEMBAHASAN
dan menyerang seluruh jenis ternak Hasil
termasuk hewan liar antara lain unta, Terlampir dalam rekam medis
kerbau, sapi, unta, kuda serta anjing, Pembahasan
coatis, capybaras, marsupial di Amerika 1. Cascado
Selatan. Penyakit Surra dapat bersifat akut Etiologi
dan mewabah pada ternak ruminansia, Stephanofilariasis adalah penyakit kulit
terutama ketika ternak mengalami stres atau dermatitis pada sapi yang disebabkan
karena dipekerjakan terlampau berat, oleh cacing. Nematoda dari genus
kekurangan pakan atau air dan faktor Stephanofilaria. Penyakit ini tersebar luas
kondisi lingkungan kritis, serta cuaca yang di berbagai negara. Beberapa spesies
ekstrim.[11] Stephanofilaria telah ditemukan di
Indonesia sebagai penyebab penyakit
MATERI DAN METODE Kaskado, yaitu Stephanofilaria dedoesi
Materi penyebab dermatitis pada leher, bahu,
Praktikum ini dilakukan dengan daerah sekitar mata, telinga dan gelambir
tiga probandus sapi. Alat bantu diagnostik pada sapi. Dan S. kaeli menyebabkan
yang digunakan dalam pemeriksaan yaitu dermatitis di daerah kaki pada sapi dan
penlight, termometer, stetoskop, dan Stephanofilaria sp. penyebab dermatitis di
stopwatch. daerah muka, leher dan telinga pada
Metode kerbau.[1]
Praktikum dilakukan pada hari
Selasa, tanggal 21 November 2017 di

Gambar Luka luka yang tertutupi keropeng.[1]


Faktor Predisposisi satu tahun jarang terkena penyakit
Penyakit Kaskado bisa menyerang sapi Kaskado, sedangkan hewan penderita
jantan maupun sapi betina ada korelasi umumnya berumur satu tahun atau lebih.
antara umur hewan dan kejadian penyakit. Hal ini juga dilaporkan oleh bahwa
Hewan muda yang berumur kurang dari kejadian Kaskado akan meningkat seiring
dengan meningkatnya umur hewan. menyebabkan pula meningkatnya jumlah
Kejadian tersebut kelihatannya berkaitan lesio pada hewan yang digigit oleh lalat
erat dengan lamanya hewan mendapat tersebut. Hewan sehat yang ditempatkan
infeksi tantang di alam, semakin tua hewan dalam satu kandang dengan hewan yang
semakin lama mendapat infeksi tantang telah terinfeksi akan lebih mudah tertular
sehingga semakin tinggi pula tingkat akibat gigitan lalat yang sudah
kejadian Kaskado. Hewan yang terkena mengandung mikrofilaria.[2]
penyakit ini pada umumnya tidak Gejala Klinis
menunjukkan kesakitan yang hebat dan Kaskado dapat dikenali dari adanya
masih dapat digunakan untuk bekerja luka-luka pada kulit hewan yang tertutup
menarik gerobak atau membajak sawah keropeng dan terlihat adanya penebalan
namun kemampuannya menurun.[1] kulit. Pada tahap awal infeksi hanya
Prevalensi terlihat adanya sejumlah papula atau
Di Indonesia, Stephanofilariasis yang lepuh-lepuh kecil yang kemudian akan
sering disebut penyakit Kaskado, sudah menyatu dan menjadi luka yang besar
dikenal sejak zaman Belanda dengan disertai penebalan kulit, bulu rontok dan
ditemukannya cacing Stephanofilaria di ulserasi (Gambar 1). Pada stadium lanjut
dalam luka atau lesio pada sapi di Sulawesi terlihat adanya daerah peradangan yang
Utara dan juga melaporkan kejadian berbatas jelas dengan kulit yang tidak
penyakit Kaskado di Sumatera Barat. Di berbulu karena mengalami kerontokan dan
Pulau Jawa, penyakit Kaskado pernah terlihat kasar beralur membentuk lipatan
menyerang sapi perah di Boyolali dan sapi tebal berwarna kelabu. Penebalan kulit
potong di Surade, Jawa Barat. Sedangkan, akibat Kaskado di bagian punuk sapi yang
di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, penyakit mengalami rontok bulu. Di samping itu,
Kaskado umumnya menyerang sapi PO pada infeksi ringan biasanya lukanya
dan sapi FH yang berumur satu tahun atau tertutup oleh kerak atau keropeng kering
lebih dan Stephanofilariasis yang yang umumnya terdapat di sudut mata,
menyerang sapi juga telah dilaporkan di pundak, bahu, leher, dada, punggung dan
negara-negara lain seperti Canada dan gelambir. Sedangkan, pada infeksi yang
USA.[1] tergolong berat berupa suatu radang kulit
Patogenesa yang biasanya berbentuk bulat, bagian tepi
Proses penyebaran penyakit Kaskado kulit berwarna kemerahan dan tertutup
adalah vektor lalat akan tertarik dan keropeng, dan apabila keropeng diangkat
hinggap pada luka yang terdapat pada jaringan kulit tampak bergranulasi.
hewan akibat infeksi cacing Kadang-kadang di antara keropeng yang
Stephanofilaria. Kemudian lalat akan sudah kering terdapat luka terbuka yang
menghisap mikrofilaria bersama darah dan berdarah dan biasanya berisi cacing.
cairan dari luka tersebut. Dalam tubuh Adanya luka yang berdarah tersebut bisa
lalat, mikrofilaria akan berkembang merangsang lalat untuk mendatanginya
menjadi larva stadium 3 yang infektif (L3) karena merupakan sumber makanannya.
dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Pada Hewan yang menderita tampak terganggu
saat lalat yang sudah mengandung L3 ketenangannya karena adanya iritasi yang
tersebut menggigit dan menghisap darah ditimbulkan oleh parasit cacing dalam kulit
hewan yang sehat, larva akan pindah dari dan gigitan lalat di daerah luka. Luka
probosis lalat ke dalam kulit hewan yang biasanya mulai timbul dalam waktu dua
digigitnya. Enam sampai delapan minggu minggu setelah infeksi dan umumnya
kemudian larva akan menjadi cacing terletak di daerah gigitan lalat.[1]
dewasa dan mulai memproduksi Diagnosa Banding
mikrofilaria maka hewan tersebut bisa
dikatakan telah terkena penyakit Kaskado. Diagnosis
Meningkatnya penyebaran lalat yang Diagnosis penyakit Kaskado dapat
mengandung mikrofilaria akan dilakukan berdasarkan adanya tanda-tanda
klinis pada hewan penderita seperti adanya satu ekor cacing setiap satu sentimeter
lesio di sekitar mata, bahu, punggung, kaki persegi kulit yang dikerok. Sehingga,
dan bagian tubuh lainnya. Biasanya lesio- untuk mendapatkan hasil yang maksimum
lesio tersebut disertai dengan adanya pengerokan kulit harus dilakukan di semua
pruritis, ulserasi, keropeng, cairan eksudat tempat yang ada lesionya.[1]
dan perdarahan tergantung dari berat Terapi
ringannya infeksi. Selanjutnya, diagnosis Pengobatan alternatif yang sering
dapat dipastikan atau dikonfirmasi dengan dilakukan di lapangan dengan salep
menemukan cacing Stephanofilaria di Choumapos 2% sudah cukup efektif
dalam lesio-lesio tersebut. [1] walaupun hasilnya masih kurang
Untuk menemukan atau menggembirakan karena membutuhkan
mengidentifikasi adanya cacing waktu penyembuhan yang agak lama.
Stephanofilaria bisa dilakukan dengan cara Pemberian Asuntol 2% dalam bentuk salep
lesio pada kulit hewan penderita dikerok memberikan hasil yang sangat efektif
sampai sedikit berdarah, dan hasil kerokan dalam penyembuhan penyakit Kaskado
kulit direndam dalam larutan NaCl pada sapi di Minahasa. Obat antiparasit
fisiologis kira-kira sampai 6 jam untuk yang mempunyai spektrum luas seperti
memberi kesempatan pada cacing yang Ivermectin dan Doramectin telah
masih hidup keluar dari keropeng kulit. dilaporkan keberhasilannya dalam
Kemudian, rendaman kerokan kulit tadi mengobati Kaskado di lapangan.
ditambahkan formalin sampai mencapai Melaporkan bahwa pemberian Ivermectin
kurang lebih 10% larutan formalin sebagai dengan dosis 200 g/kg BB secara
bahan pengawet. Sampel kerokan kulit subkutan dan Doramectin 200 g/kg BB
diperiksa dengan mikroskop stereo untuk bisa menyembuhkan penyakit Kaskado
menemukan adanya cacing dan selanjutnya pada sapi perah, dan rata-rata
dilakukan identifikasi sesuai dengan sifat kesembuhannya membutuhkan waktu
dan ukuran yang telah ada di acuan.[1] selama 10 hari. Lama penyembuhan
Pemeriksaan histopatologi terhadap tersebut lebih cepat dibandingkan dengan
potongan kulit yang ada lesionya juga bisa pengobatan menggunakan salep
dilakukan untuk menguatkan hasil sulfanilamid secara topikal. Bahwa
diagnosis. melaporkan bahwa berdasarkan Ivermectin dengan dosis 200 g/kg BB
hasil pemeriksaan histopatologi pada sangat efektif untuk Stephanofilaria pada
potongan kulit sapi yang terkena kerbau. Untuk pencegahan penyakit
Stephanofilariasis terdapat keratosis dan Kaskado bisa juga dilakukan dengan
infiltrasi sel mononuklear dan sel eosinofil pemberantasan lalat secara berkala dan
di daerah dermis. Mikrofilaria ditemukan teratur dengan menggunakan insektisida
di dalam permukaan lapisan dermis, dan antara lain: Choumapos 0,005 0,1% dan
cacing dewasanya berada di dalam kista Diazinon 0,5%. Penyemprotan langsung
berdekatan dengan folikel (kantung) pada lesionya juga bisa membunuh cacing.
rambut.[1] Disamping itu, untuk menghindari
Untuk mendiagnosis penyakit Kaskado terjadinya penularan penyakit perlu
kelihatannya mudah, akan tetapi sangat dilakukan pemisahan antara hewan yang
diperlukan banyak pengalaman, ketelitian sakit dan yang sehat supaya tidak berada di
dan kejelian dalam menentukan dalam satu kandang.[3]
penyakitnya. Dalam melakukan Prognosa
pengerokan lesio pada kulit misalnya, Status prognosa kejadan kaskado
apabila dilakukan asal-asalan atau terlalu tergantung pada temuan klinis pada lokasi.
dangkal akan berakibat negatif atau tidak Prognosa yang baik apabila gejala yang
bisa ditemukan adanya cacing walaupun ditimbulkan masih pada tahap awal dan
sebenarnya hewan itu positif Kaskado. masih dalam kondisi yang baik , prognosa
cacing Stephanofilaria dewasa di dalam yang buruk apabila hewan sudah mulai
lesio hewan dapat ditemukan paling sedikit melemah dan kondisi hewan sudah terjadi
infeksi sekunder dan telah terjadi distribusi dibandingkan lalat jantannya. Ukuran lalat
di seluruh tubuh.[4] 10 mm (panjang) x 4,1 mm (lebar).
Telur Chrysomya bezziana berwarna putih
2. Myasis transparan dengan panjang 1,25 mm dan
Etiologi diameter 0,26 mm serta berbentuk silindris
Myasis disebabkan oleh dan tumpul pada kedua
lalat Chrysomyabezziana famili Calliphore ujungnya. Chrysomya bezziana merupakan
yang biasa disebut Old World Screwworm parasit obligat. Larva Chrysomya
Fly yang memiliki warna biru metalik, biru bezziana terbagi menjadi 3 bentuk
keunguan atau biru kehijauan. Kepala lalat perkembangan yaitu L1, L2, dan L3. Larva
berwarna orange dengan mata merah ini memiliki 12 segmen yaitu 1 segmen
gelap. Perbedaan antara lalat betina dan kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen
jantan terletak pada matanya. Lalat betina abdominal. Ketiga bentuk larva tersebut
memiliki celah yang memisahkan mata dibedakan dari panjang tubuh dan
kanan dan kiri yang lebih lebar warnanya.[6]

Gambar 2 Siklus Hidup.[6]


Faktor Predisposisi kulit semakin parah. Larva mungkin akan
Kejadian miasis paling sering terjadi berdiam di tempat masuknya pada kulit.
pada hewan yang melakukan aktivitas Kondisi ini menyebabkan bau yang
yang dapat menyebakan luka terbuka pada menyengat dan mengundang lalat lain
kulit. Hal yang lain adalah hewan dengan untuk hinggap seperti Sarcophaga sp .,
manajemen perkandangan yang buruk serta Chrysomya megachepalla, Musca sp dan
[6]
mengontrol pupulasi vektor dari miasis. memicu terjadinya infeksi sekunder oleh
Patogenesis bakteri.[6]
Awal terbentuknya myasis adalah Gejala Klinis
apabila sapi mengalami luka karena, Lesi berupa papul, eritema dan gatal
tesayat benda tajam, pascapartus, gigitan dengan diameter 2 3 mm dalam waktu 24
caplak, gigitan lalat Tabanidae, atau akibat jam setelah kontak dengan larva. Pada
infestasi Sarcoptes scabei akan tempat lesi akan terasa sakit dan ini bisa
menyebabkan keluarnya darah. Bau darah disebabkan adanya duri disekitar tubuh
segar yang mengalir tersebut akan menarik larva yang dapat menimbulkan iritasi pada
perhatian lalat Chrysomya bezziana betina jaringan sekitarnya. Papul dapat menjadi
untuk meletakkan telurnya ke luka purulent dan bernanah ( infeksi ). Infestasi
tersebut. Dalam waktu 12-24 jam, telur larva myasis tidak menimbulkan gejala
akan menetas menjadi larva dan bergerak klinis spesifik dan sangat bervariasi
masuk ke jaringan. Aktivitas larva tergantung pda lokasi luka. Gambaran
didalam jaringan tubuh mengakibatkan klinis pada kulit umumnya berupa
luka semakin besar dan kerusakan jaringan kerusakan kulit dan jaringan subkutan,
leleran serous disertai bau busuk. Gejala menggunakan hidrogen peroksida yang
klinis pada hewan antara lain demam, bertindak sebagai agen debridemen kimia.
radang, peningkatan suhu tubuh, kurang Luka itu memerah dengan hidrogen
nafsu makan, sapi tidak tenang, penurunan peroksida diikuti dengan pembilasan
bobot badan dan produksi susu, kerusakan dengan kembang sepatu diencerkan dan
kulit, hipereosinofilia, serta anemia. diikuti oleh tinktur yodium. Selama
Apabila tidak diobati, myasis dapat prosedur ini, belatung mati dan jaringan
mengakibatkan kematian sebagai akibat nekrotikan telah dilepaskan. Akhirnya,
keracunan kronis amonia.[9] krim Dermapred dioleskan secara topikal.
Diagnosa Prosedur pembersihan luka ini diulang
Diagnosis pasti dibuat dengan setiap hari dan semprotan woundsarex juga
identifikasi larva dipteran pada lesi migran. dioleskan di sekitar luka. Perlakuan
Parasit dapat divisualisasikan dengan sistemik untuk kasus ini adalah pemberian
mengaplikasikan minyak mineral dan Flumixin meglumine (1,1 mg / kg) secara
menggunakan pembesaran. Setetes atau intramuskular dua kali sehari selama 3 hari
dua minyak mineral yang diterapkan tepat sebagai agen anti-inflamasi, anti-pirrexic
sebelum garis pembengkakan terlihat dan analgesik. Antibiotik antibiotik
secara umum akan mengungkapkan parasit bertindak lama (20mg / kg) juga diberikan
pada kasus Gasterophilus. Lesi mirip sekali secara intramuskular untuk
[8]
furuncle pada infestasi Hypoderma adalah mengobati infeksi bakteri sekunder.
tempat belatung mungkin ditemukan. Prognosa
Seperti parasit lain yang terlalu besar untuk Prognosa kasus ini jika dilihat dari
dijadikan fagositosis, eosinofilia perifer gejala klinis yang ditimbulkan dan sudah
dapat terjadi dan dapat mencapai nilai berapa parah penyakit tersebut maka, kasus
penting. Pemindaian ultrasound dapat tersebut ditindaklanjuti dimana hewan
mengungkapkan larva pada lesi hipoderma diamati telah merespon dengan baik
furuncular. Infestasi hipoderma.[7] terhadap obat tersebut setelah 10 hari
Diagnosa Banding setelah perawatan. [8]
Tiga ciri klinis membedakan myiasis
migran dari larva cacing kutaneous 3. Trypanosoma
helminthic. Pertama, myiasis bermigrasi Etiologi
meluas lebih lambat, dan presentasi Trypanosomiasis atau Surra adalah
kutaneous umumnya kurang luas. Kedua, penyakit parasit yang disebabkan oleh
larva lalat bisa bertahan berbulan-bulan di agen Trypanosoma evansi dan ditularkan
kulit manusia, jauh lebih lama dari pada melalui gigitan lalat penghisap darah
cacing. Akhirnya, larva lalat umumnya (haematophagus flies). Agen T. evansi
lebih besar dari pada cacing dan, terutama telah tersebar luas di kawasan Asia
pada kasus Gasterophilus, dapat Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan.
divisualisasikan dengan menggunakan Pada wilayah yang berbeda tersebut,
minyak mineral dan menggunakan parasit ini dapat menyerang berbagai
pembesaran. Larva migran kucil, myiasis spesies hewan. Di Amerika Selatan, kasus
migran, gnathostomiasis, dan sparganosis penyakit Surra paling sering ditemukan
harus diingat untuk diagnosis banding pada kuda. Hewan yang terinfeksi di Cina
kasus dengan lesi migran dengan umumnya kuda, kerbau, dan rusa. Di
eosinofilia. Sindrom hipereosinofilik Timur Tengah dan Afrika parasit ini
kadang-kadang dapat disebabkan oleh menyerang unta, dan di Asia Tenggara
myiasis yang merayap.[7] penyakit Surra dapat ditemukan pada kuda,
Terapi sapi, dan kerbau.[10]
Rencana terapeutik untuk kasus ini
adalah melakukan pembersihan luka
Gambar 3 Trypanosoma evansi.[10]
Prevalensi Faktor lain yaitu kondisi yang
Di beberapa negara, insidensi penyakit menyebabkan stress pada hewan seperti
Surra mengalami peningkatan yang malnutrisi, kebuntingan, dan kelelahan
signifikan terutama pada musim hujan. Hal dapat menjadi faktor pemicu penyakit
ini terjadi karena populasi lalat penghisap Surra.[10]
darah meningkat pada musim hujan. Selain Patogenesa
faktor musim, beban kerja yang berlebih Penularan penyakit Surra melalui
pada ternak, kurangnya nutrisi dan stress mekanik murni oleh vektor, puncaknya
lingkungan juga berkaitan dengan penyakit pada siang hari, kongenital lewat induk
Surra. Di Indonesia, wabah Surraterjadi atau plasma, mukosa kelamin, mukosa
secara sporadik. Walaupun terkadang usus, dan luka terbuka. Trypanosoma
wabah terjadi lokal, namun mortalitas evansi didalam tubuh lalat hidup bertahan
(kematian) ternak yang terinfeksi cukup selama kurang lebih 6 - 12 jam. Vektor
tinggi. Gambaran lain tentang penyakit utama adalah lalat dan nyamuk (Stomoxys
Surra di Indonesia adalah masih calcitrans, Lyperosia, Glossina dan
berlangsungnya perpindahan hewan dari Tabanus). Trypanosoma evansi diketahui
daerah yang tertular Surra ke daerah yang hanya berbentuk tunggal (monomorfik)
bebas atau sebaliknya. Penyebaran berbeda dengan spesies lain yang
penyakit Surra yang luas di hampir seluruh berbentuk ganda (polimorfik). Dalam
wilayah Indonesia dan kejadian penyakit keadaan tertentu, protozoa ini tidak dapat
yang sporadik memperkuat dugaan adanya tertangkap saat dilakukan pemeriksaan
enzootic stability antara agen T. evansi dan karena dapat bersembunyi di dalam
inang. Hal ini artinya penyakit Surra dapat kelenjar limfe (Subronto, 2006). Penyakit
muncul kapan saja tergantung dengan Surra ditularkan secara mekanik melalui
faktor lingkungan, kondisi imunitas hewan gigitan vektor setelah menghisap darah
dan populasi lalat (vektor).[10] host, baik hewan ternak maupun anjing.
Faktor Predisposisi Setelah memasuki peredaran darah,
Musim hujan merupakan waktu yang Trypanosoma evansi segera
tepat bagi lalat Tabanus untuk memperbanyak diri secara biner. Dalam
berkembangbiak. Dari sedikit kajian waktu pendek, host mengalami parasitemia
tentang perilaku lalat Tabanus diketahui dan suhu tubuh biasanya mengalami
bahwa lalat Tabanus menyukai habitat air, kenaikan. Sel darah penderita yang
di dekat sungai, atau tempat lain yang tersensitisasi oleh parasit segera dikenali
memungkinkan untuk berkembangbiak. oleh makrofag dan dimakan oleh sel darah
Peningkatan populasi lalat ini biasanya putih tersebut. Bila sel darah merah yang
diikuti dengan meningkatnya kasus infeksi dimakan makrofag cukup banyak, kuda
Surra, terutama pada wilayah dimana akan segera mengalami anemia normositik
hewan inang hidup berdampingan dengan dan normokromik.[11]
habitat lalat. Selain musim, faktor angin Hewan karnivora dapat terinfeksi
juga berpengaruh yaitu berperan dalam penyakit Surra apabila memakan daging
penyebaran lalat Tabanus. Perpindahan yang mengandung Trypanosoma evansi.
lalat karena tiupan angin dimungkinkan Penularan melalui air susu dan selama
dalam jarak yang pendek, namun informasi masa kebuntingan pernah pula dilaporkan
mengenai hal ini masih sangat minim. (OIE, 2009). Karena parasit ini tidak
mampu bertahan lama di luar tubuh inang, b. Tingkat Kedua
maka resiko penularan melalui produk asal Tingkat Kedua (tingkat Urtikaria )
hewan (daging dan susu) dapat diabaikan. mulai sesudah 5-8 minggu .pada beberapa
Penularan melalui peralatan kandang tempat, kulit secara setempat menebal.
seperti dehorner (alat pemotong tanduk) Penebalan kulit ini berbatas tegas,
serta alat-alat medis misalnya jarum suntik berbentuk bundar atau lonjong dan ini
dan alat bedah dapat terjadi apabila disebabkan oleh penimbunan cairan
peralatan tersebut terkontaminasi darah berserum dalam lapisan papiler kulit.
yang mengandung parasit trypanosoma.[11] Rambut di atas penebalan kulit ini berdiri.
Gejala Klinis Penebalan kulit atau widuren (urtikaria) ini
Masa inkubasi 4 - 13 hari diikuti di namakan juga Dollarspots atau
demam (temperatur lebih dari 39C), Talerflecke. Sebabnya penebalan kulit
hewan nampak lesu dan lemah. Mula-mula itu seakan-akan terjadi, karena pada tempat
selera makan menurun kemudian pulih itu disisipkan mata uang (dollar) di bawah
kembali. Kepincangan sering terjadi pada kulit. Setalah beberapa jam widuren dapat
kaki belakang, bahkan tidak jarang hilang sama sekali akan tetapi dapat juga
mengalami kelumpuhan pada tubuh bagian terlihat beberapa hari. Biasanya kulit sisi
belakang. Selaput lendir mata hiperemia badan yang paling sering memperlihatkan
disertai bintik-bintik darah (ptechiae), widuren ini.
kemudian berubah anemis berwarna c. Tingkat Ketiga
kuning sampai pucat. Kadang - kadang Dalam tingkat ketiga yang sering
ditemukan adanya keratitis. Limflogandula melampaui tingkat kedua terlihat
submaxillaris bengkak dan apabila diraba gejalagejala syaraf yaitu gerak tak
terasa panas dan hewan merasa sakit. berkordinasi. Paresis tubuh belakang, otot-
Kadang- kadang terjadi urticaria tanda otot pengunyah,bibir,telinga dan leher.
oedema dimulai pada bagian bawah perut Juga hiperestesi disusul oleh hipestesi kulit
menyebar kearah bagian dada, alat kelamin sering terjadi dan hewan biasanya kurus
(busung papan) dan turun ke kaki Diagnosa
belakang. Adapun Tingkatan gejala klinis Gejala-gejala klinis yakni demam,
dari Trypanososma [11]: busung air, anemi, otot-otot lemah
a. Tingkat Pertama merupakan pegangan untuk membuat
Tingkat busung air yang timbul 1 diagnosa. Trypanosoma evansi dijumpai
minggu hingga 1 bulan bahkan lebih, dalam darah (sewaktu demam) dan dalam
sesudah hewan di tulari. Hewan jantan cairan yang di peroleh dari bengkak
memperlihatkan oedema pada kulup yang berbusung air (sedian apus, basah, sediaan
lambat laun meluas hingga pada skrotum tetes darah atau apus tebal). Dianjurkan
dan kulit perut. Kadangkadang oedema ini juga untuk mengungsi kelenjar limfe yang
meluas hingga kerampang. Dari lubang membengkak atau sumsung tulang. Dalam
uretra ke luar 13 lendir kelabu atau kuning sumsung tulang, parasit selamanya berada
kelabu. Pada kuda betina pukas bengkat, di dalam jumlah besar walaupun dalam darah
sampng itu terlihat vaginitis catarrhalis jarang ditemukan. Juga pemeriksaan
yang membentuk eksudat berlendir nanah mikroskopik cairan serebrospinal yang
sedangkan selaput lendir pukas diperoleh dengan fungsi lumbal di
memperlihatkan tukak-tukak. Sekali-sekali anjurkan. Dalam darah hewan yang mati
terlihat pada pukas bercak-bercak yang karena Trypanosoma evansi atau sisa-sisa
kehilangan pigmen. Libido kuda betina dan Trypanosoma evansi masih dapat terlihat
jantan yang diserang penyakit ini dalam sediaan basah 5 jam dan dalam
bertambah. Dalam getah pakai yang sediaan ulas yang dipulasi hingga 9 jam
berlendir terlihat banyak Trypanosoma postmortem.[11]
evansi. Gejala klinis infeksi Trypanosoma
evansi tidak bersifat khas (patognomonis),
maka pemeriksaan gejala klinis sebaiknya
juga ditunjang dengan pengujian di b. Babesiosis
laboratorium untuk konfirmasi agen Manifestasi klinis penyakit yang terkait
penyebab. Uji serologi dan uji molekuler dengan BB adalah khas dari proses
merupakan teknik pengujian yang penyakit anemia hemolitik tetapi bervariasi
digunakan untuk diagnosis konfirmatif di sesuai dengan agen (yaitu spesies parasit)
laboratorium. Uji parasit diantaranya dan faktor tuan rumah (yaitu usia, status
pemeriksaan haematologi (mikroskopik), kekebalan tubuh). BB terutama diamati
microhematocrit centrifugation technique pada sapi dewasa dengan B. bovis
(MHCT) dan mouse inoculation test umumnya lebih patogen dibandingkan B.
(MIT).[11] bigemina atau B. divergens. Hewan yang
Uji serologi dapat dilakukan dengan terinfeksi mengembangkan kekebalan
metode card agglutination test for seumur hidup terhadap infeksi ulang
trypanosomes (CATT) dan enzyme-linked dengan spesies yang sama dan beberapa
immunosorbent assay (ELISA), sedangkan perlindungan silang terbukti pada B.
uji molekuler menggunakan polymerase hewan imun besar-besar terhadap infeksi
chain reaction (PCR). Pemeriksaan B. bovis berikutnya.[13]
haematologi dengan teknik ulas darah tipis Terapi
terkadang mengalami hambatan karena Upaya yang perlu dilakukan untuk
agen Trypanosoma evansi hanya dapat pengendalian terhadap penyakit Surra yaitu
dideteksi pada saat terjadi parasitemia dengan menekan vector lalat Tabanus di
yang tinggi. Sedangkan pada kasus infeksi sekitar kandang ternak. Cara efektif adalah
yang berjalan kronis, diperlukan menjaga lingkungan kandang tetap bersih
pemeriksaan ulas darah tebal, MHCT dan dari limbah pakan ternak yang menumpuk
MIT.[11] disekitar kandang dan melakukan control
Untuk kepentingan diagnostik terhadap lalat dengan obat anti lalat. Obat anti lalat
trypanosomiasis, pengujian dengan teknik yang beredar di pasaran antara lain
CATT memiliki sensitifitas lebih tinggi Gusanex, Ralat, dll. Tindakan pencegahan
dibandingkan teknik MIT dan MHCT. dan pengobatan terhadap penderita Surra
Disamping itu, teknik CATT dapat dengan preparat obat Naganol, Surramin
digunakan untuk melakukan uji tapis (tidak beredar lagi di Indonesia) Triponyl,
(screening test) dan kemudian dapat Trypamidium, Vetquin. Agar efektif
dilanjutkan dengan uji PCR untuk pengobatan kasus positif Surra dilakukan
konfirmasi agen Trypanosoma evansi.[11] pengobatan 2(dua) kali interval 1 minggu
Diagnosa Banding dan untuk pencegahan dapat dilakukan
a. Anaphalsmosis pengobatan 1 (satu) kali di lingkungan
Anaplasmosis, juga dikenal sebagai ternak yang ada kasus.[11]
kantong kuning atau demam kuning, Prognosa
adalah penyakit parasit menular ternak Prognosa yang buruk bila terjadi infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme dan manifestasi sampai pada ke otak dan
anaplasma marginale. Parasit ini menyerang sistem saraf. Prognosa yang
menginfeksi sel darah merah dan buruk juga terdapat pada kasus
menyebabkan anemia berat, lemah, trypanosoma akut yang tiba-tiba
demam, kurang nafsu makan, depresi, menyerang langsung pada sistem saraf..[11]
konstipasi, penurunan produksi susu,
penyakit kuning, aborsi, dan terkadang KESIMPULAN
kematian. Waktu inkubasi untuk penyakit Penyakit reproduksi merupakan
ini berkembang bervariasi dari 2 minggu penyakit yang sering menyerang pada
sampai lebih dari 3 bulan, namun rata-rata ternak besar dan dapat menimbulkan
3 sampai 4 minggu. Ternak dewasa lebih kerugian ekonomi pada peternak. Penyakit
rentan terhadap penyakit infeksi dibanding reproduksi diantaranya dystocia atau
hewan muda.[12] kesulitan kelahiran akan terjadi bila
kekuatan ekspulsif tidak mencukupi, ketika
saluran kelahiran tidak memiliki ukuran 7. Sayuti, Arman; Juli Malin;
dan bentuk yang tidak memadai, atau Syafiruddin; Roslizawaty dan Yudha
ketika diameter janin tidak dapat melewati Fahrimal. 2012. Gambaran Klinis Sapi
jalan lahir normal karena terlalu besar atau Piometra Sebelum Dan Sesudah
disposisi mencegahnya dari melakukannya. Terapi Dengan Antibiotik Dan
Mastitis adalah penyakit menular yang Prostaglandin Secara Intra Uteri.
paling umum terjadi pada sapi perah Jurnal Kedokteran Hewan Vol.6 No.2:
dewasa. Beberapa spesies bakteri, jamur, Bogor.
mikoplasma dan alga telah diisolasi dari 8. Fadhillah Debby. 2012. Pyometra dan
penyakit alami atau telah terbukti dapat Penyebab Terjadinya Pada Hewan.
bereproduksi secara eksperimental. Ilmu Veteriner: Jakarta.
Pyometra merupakan peradangan kronis 9. Ydi. 2011. Mengenal Pyometra Pada
mukosa uterus (endometrium) yang Sapi. VetMed: Jakarta.
ditandai dengan nanah dalam uterus, 10. Sajuti, Tiara Putri. 2017. Studi Kasus
menyebabkan gangguan reproduksi yang Pyometra Pada Anjing. VPDHB:
bersifat sementara (infertil) atau permanen Jakarta.
(majir), dan dapat terjadi pada semua jenis 11. Pangestu, Dimas Panji. 2014. Studi
hewan ternak. Prostatitis adalah radang Kebuntingan dan Gangguan
prostat yang disebabkan oleh infeksi. Reproduksi Ternak Sapi Bali Betina
Prostatitis bisa akut (onset tiba-tiba) atau Di Mini Ranch Maiwa Kabupaten
kronis. Jika infeksi menghasilkan kantong Enrekang. Fakultas Peternakan Unhas:
bahan cair, itu adalah abses prostat. Makassar
Penyakit reproduksi pada umumnya dapat 12. Maruf, Adrin. 2015. Maserasi Fetus
diobati bbergantung dari bagaimana cara pada Kucing. My Dokter Hewan:
memanajemen ternak sebaik mungkin dan Jakarta.
memberikan terapi yang tepat. 13. Supar. 1997. Mastitis Subklinis pada
DAFTAR PUSTAKA Sapi Perah di Indonesia : Masalah dan
Pendekatannya. WARTAZOAVol. 6
1. Noakes, David E., Timothy J. P., Gary No. 2.
C.W. E. 2009. Veterinary Reprouction 14. Blowey, R.W., A.D. Weaver. 2011.
and Obstetrics. Saunders Elsevier. Color Atlas of Diseases and Disorders
USA. of Cattle. Mosby Elsevier. USA.
2. Andrews A.H., R.W. Blowey, H. 15. Lipsky, Benjamin; Iver Byren and
Boyd, R.G. Eddy. 2004. Bovine Christhoper T. Hoey. 2010. Treatment
Medicine, Diseases and Husbandry of of Bacterial Prostatitis. Invited
Cattle. Blackwell Science. UK. Article: USA
3. Sayuti A., Juli M., Amrozi, 16. Langston, Cathy. 2011. Prostatitis and
Syafruddin, Yudha F. 2012. Gambaran Prostatic Abcessation. Saunders: USA
Klinis Sapi Piometra Sebelum dan
Setelah Terapi dengan Antibiotik dan
Prostaglandin secara Intra Uteri.
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 6 no. 2
hal : 99-101.
4. Mee, J.F. 2008. Prevalence and Risk
Factors for Dystocia in Dairy Cattle :
A review. The Veterinary Journal 176
(2008) 93101.
5. Jackson, Peter GG. 2004. Handbook of
Veterinary Obstetrics. Saunders. USA.
6. Fadillah, Debby. 2017. Apa itu
Distokia?.http://ilmuveteriner.com/apa
-itu-distokia/

You might also like