You are on page 1of 21

PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA SAPI

(CASCADO, MYIASIS , INFESTASI CAPLAK, TRYPANOSOMIASIS)

Kelompok 1

Sri Ravida1 (O11114507) , Andi Fidiah Fasirah Jafar1 (O11114004), Anggun Widja Arlin1
(O11114005), Avidia Arinta Tandiontong1 (O11114019), Muhammad Dirga Gifardi1
(O11114308), Nurmauliah S.1 (O11114001)

Asisten: Rusmin Indra


1
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Korespondensi penulis: sriravidanurdin@yahoo.com

ABSTRAK

Berbagai spesies parasit kulit dan parasit darah telah diketahui dapat menyebabkan
penyakit pada sapi dengan tingkat kesakitan yang bervariasi. Keberadaan parasit sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sanitasi, ketelitian pemilik dan kepekaan dari hewan itu
sendiri. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal berbagai ragam perubahan klinik dan
patologis, merumuskan diagnosis dan diagnosis banding serta rencana tindakan penanganan
penyakit seperti kasus Kaskado, myiasis , infestasi parasit, trypanosomiasis sapi. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah deskriptif analitik, namun sebelum melakukan
pemeriksaan fisik, terlebih dahului dengan mencatat anamnesa dan sinyalemen. Hal ini dapat
dilihat pada data-data pemeriksaan yang diperoleh pada rekam medik menunjukkan adanya
kelainan pada pasien.
Kata kunci : Infestasi caplak, kaskado, myiasis, parasit darah, trypanosomiasi

PENDAHULUAN dapat meluas dan dapat mencapai lebih dari


Stephanofilariasis yang sering disebut 90 %. Hewan yang terkena penyakit ini
juga penyakit Kaskado adalah penyakit masih dapat digunakan untuk bekerja
pada sapi yang ditandai dengan dermatitis. namun kinerjanya berkurang. Selain itu
Penyakit ini disebabkan oleh cacing dari adanya bekas luka pada kulit akan
genus Stephanofilaria dan ditularkan menurunkan harga jual kulit dan harga
melalui vektor lalat. Pada umumnya, ternak.[2]
penyakit ini ditandai dengan pruritis, bulu Beberapa spesies Stephanofilaria telah
rontok, ulserasi, eksudat dan perdarahan ditemukan di Indonesia sebagai penyebab
tergantung pada tingkatan infeksinya. penyakit Kaskado, yaitu Stephanofilaria
Pemberantasan penyakit dapat dilakukan dedoesi penyebab dermatitis pada leher,
dengan pengobatan hewan yang terinfeksi bahu, daerah sekitar mata, telinga dan
dan pembasmian vektor lalat secara berkala. gelambir pada sapi, dan S. kaeli
Penyakit ini sangat mudah menyebar menyebabkan dermatitis di daerah kaki
sehingga perlu perhatian dari peternak dan pada sapi.[1]
petugas peternakan di lapangan.[1] Myiasis atau belatungan adalah
Di Indonesia, penyakit ini pertama kali infestasi larva lalat pada jaringan tubuh
diidentifi kasi penyebabnya dan dilaporkan hewan hidup dan manusia. Larva atau biasa
pada tahun 1933. Daerah penyebaran disebut dengan nama belatung ini hidup
penyakit ini sampai sekarang masih dari makanan yang berupa jaringan hidup,
terbatas, namun bila suatu daerah sudah jaringan nekrotik, atau bahan makanan yang
terinfestasi, maka jumlah penderitanya sedang dicerna di dalam saluran pencernaan
induk semang pada kasus myiasis saluran sapi di daerah Sulawesi Utara, Sulawesi
pencernaan. Dari banyak jenis lalat Selatan, Aceh, Sumatera, Lampung, Sumba,
penyebab myiasis terdapat beberapa Timor, Jawa Tengah dan Jawa Timur
diantaranya sebagai penyebab myiasis terinfestasi oleh caplak B. microplus
obligat atau myiasis dimana belatungnya melaporkan prevalensi caplak ini di
hanya dapat hidup di dalam jaringan induk Kecamatan Ciracap dan Surade (Jawa
semang yang hidup saja.[3] Barat) masing-masing mencapai 44 dan
Kejadian myasis di Indonesia masih 30%.[5]
menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun. Penyataan ini didukung oleh adanya MATERI DAN METODE
beberapa laporan kasus myasis di seluruh Materi
kepulauan Indonesia. Penelitian dinamika Praktikum ini dilakukan dengan tiga
kasus myasis di Kecamatan Kandat-Kediri probandus sapi. Alat bantu diagnostik yang
pada salah satu klinik hewan sepanjang digunakan dalam pemeriksaan yaitu
tahun 2002-2004 menunjukkan penlight, termometer, stetoskop, dan
peningkatan, yaitu 47 kasus (2002), 63 stopwatch.
kasus (2003) dan 89 kasus (2004), 2005 Metode
2009 dan diperoleh sebanyak 357 kasus Praktikum dilakukan pada hari Selasa,
pada ternak ruminansia.[2] tanggal 21 November 2017 di Klinik
Caplak sapi atau Boophilus microplus Hewan Balai Besar Karantina Pertanian
adalah ektoparasit pengisap darah sehingga Makassar. Metode praktikum berupa
menyebabkan anemia pada ternak tersebut. metode deskriptif analitik, dimana
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya praktikan melakukan pemeriksaan langsung
pada bagian luar tubuh atau permukaan terhadap pasien yang meliputi sinyalemen,
tubuh inangnya. Selain mengisap darah B. anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi dan
microplus juga merupakan vektor berbagai auskultasi untuk mendapatkan data yang
penyakit parasit darah diantaranya penyakit diperlukan untuk menentukan diagnosa.
Babesiosis (Babesia bovis dan B.
bigemina), Anaplasmosis (Anaplasma HASIL
marginale) serta Equinepiroplasmosis Terlampir dalam rekam medik.
(Theileria equi). Disamping itu luka bekas
gigitan caplak dapat mengundang kehadiran PEMBAHASAN
lalat hijau Chrysomia untuk bertelur pada A. KASKADO
luka tersebut sehingga menyebabkan 1. Etilogi
belatungan (myasis). Pada kasus Kaskado atau Stephanofilariasis
belatungan, infestasi larva lalat pada merupakan penyakit yang disebabkan oleh
awalnya terjadi pada jaringan kulit yang cacing Filaria dari genus Stephanofilaria,
luka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam menyebabkan lesi pada kulit yang ditandai
menuju ke jaringan otot sehingga luka dengan alopecia dan dermatitis nodular
melebar dan bau busuk menyengat. Kondisi ulseratif pada sapi, kerbau, kambing, dan
tersebut menyebabkan tubuh ternak hewan mamalia lainnya. Dalam banyak
terganggu, demam disertai penurunan nafsu kasus, luka dapat muncul kembali karena
makan sehingga sangat merugikan obstruksi dari saluran getah bening.
[4]
peternak. Penyakit ini bersifat zoonosis, akan tetapi
Caplak Boophilus microplus adalah kejadian pada manusia masih jarang
ektoparasit dari famili Ixodidae yang masih ditemukan. Umumnya penyakit ini bersifat
menjadi permasalahan bagi para peternak. sporadis, dan diperlukan adanya faktor luka
Parasit ini dapat menyerang semua jenis pada kulit.[2]
ternak dan mempunyai daerah penyebaran Penyakit ini disebabkan oleh cacing
yang luas terutama di negara-negara Stephanofilaria duodesi dan
subtropis dan tropis termasuk Indonesia. Stephanofilaria stillesi yang merupakan
Beberapa data menyebutkan bahwa sapi- anggota dari famili Atracticae dan ordo
Spirurodia, genus Stephanofilaria. Cacing yang dibutuhkan dari L3 sampai menjadi
ini ditandai dengan mulut yang sirkuler dan L4 dan terakhir L5 (dewasa).[2]
menonjol dengan cincin di tepi spina 3. Gejala Klinis
kecilnya, terdapat pula lingkaran spina lain Kaskado yang disebabkan oleh
disela-sela amfida. Cacing ini sering Stephanofi laria dedoesi diketahui dari luka
ditemukan pada permukaan kulit bagian pada kulit yang tertutup oleh keropeng dan
ventral sapi, cacing jantan panjangnya 3.0- kelihatan tebal. Pada tahap awal, kelainan
3.5 nm dengan diameter 40-50 , kulit berupa lepuh kecil, kemudian menjadi
sedangkan spikulum kiri 276 dan luka yang besar. Proses ini meluas ke
spikulum kanan 47 . Cacing betina perifer, dan pada keadaan lanjut dapat
panjangnya 5.6-5.8 nm dengan diameter menjadi luka dengan garis tengah mencapai
100-117 . Mikrofilaria terdapat di dalam 25 cm. Luka tersebut sering terdapat pada
kulit dengan panjang 45-60 mikron dan bagian atas leher, daerah punuk, gelambir,
berdiameter 2-4 .[2] bahu, sekitar mata dan kaki. Stephanofilaria
Siklus hidupnya tidak langsung dan kaeli menyebabkan luka yang bersifat
memerlukan lalat sebagai vektor, yaitu lalat proliferasi di sekitar persendian tarsal dan
Haematobia irritans. Lalat dewasa karpal pada kaki, sendi kuku, puting susu
mengeluarkan mikrofilaria. Mikrofilaria dan kadang pada kulit telinga. Sedangkan
diperoleh dengan cara hisapan lesi terbuka Stephanofi lariasis pada sapi yang
pada hewan yang terinfestasi cacing disebabkan oleh S. stilesi mengakibatkan
Stefanofi laria. Inang akhir terinfestasi lesi kulit pada bagian bawah tubuh
ketika larva lalat terdeposit pada bagian (abdomen) dan kadang pada kulit telinga.
kulit yang tidak terluka, menyebabkan Lesi dapat terjadi di berbagai bagian tubuh,
peradangan dan kerusakan folikel rambut khususnya skrotum, pelvis, leher, dan
serta sel epitel. Cacing ini bersifat ambing. Penyakit ini diakui sebagai salah
viviparus, cacing betina mengeluarkan satu penyebab utama penyakit kulit ambing
mikrofi laria, dan cacing dewasanya hidup pada sapi. Akibat rasa sakit dan tidak
pada lapisan epitel kulit, membentuk kista, nyaman oleh lesi mengakibatkan hewan
serta menimbulkan peradangan pada lapisan stres, nafsu makan berkurang, dan
malpighi, sehingga terjadi kerusakan dan berdampak pada penurunan produksi susu
proliferasi sel-sel epitel. Stephanofi laria dan daging. Ukuran lesi umumnya
dapat dicirikan sebagai agen penyakit yang proporsional sesuai dengan umur dan
biasa terdapat pada hunian padang rumput ukuran hewan. Hewan betina biasanya
dengan jumlah kotoran basah yang banyak, memiliki diameter lesi yang lebih besar
terutama di musim panas dan hujan.[2] daripada hewan jantan.[2]
2. Patogenesa Kaskado dapat dikenali dari adanya
Penyakit Kaskado ditularkan oleh luka-luka pada kulit hewan yang tertutup
vektor lalat, antara lain Musca sp., keropeng dan terlihat adanya penebalan
Stomoxys sp., Lyperosia sp., dan kulit. Pada tahap awal infeksi hanya terlihat
Haematobia sp. Di dalam tubuh vektor, adanya sejumlah papula atau lepuh-lepuh
mikrofi laria mengalami proses kecil yang kemudian akan menyatu dan
pendewasaan hingga mencapai stadium menjadi luka yang besar disertai penebalan
infektif (larva stadium 3/L3) yang kulit, bulu rontok dan ulserasi. Pada
membutuhkan waktu sekitar 10-25 hari, stadium lanjut terlihat adanya daerah
tergantung suhu udara lingkungan. peradangan yang berbatas jelas dengan kulit
Selanjutnya, larva infektif ini ditularkan yang tidak berbulu karena mengalami
kembali oleh vektor pada saat lalat kerontokan dan terlihat kasar beralur
mengisap cairan luka pada kulit hewan, membentuk lipatan tebal berwarna
selanjutnya larva tersebut berkembang kelabu.[1]
menjadi cacing dewasa. Namun, belum Di samping itu, pada infeksi ringan
diketahui secara pasti berapa lama waktu biasanya lukanya tertutup oleh kerak atau
keropeng kering yang umumnya terdapat di
sudut mata, pundak, bahu, leher, dada, Adanya luka yang berdarah tersebut bisa
punggung dan gelambir. Sedangkan, pada merangsang lalat untuk mendatanginya
infeksi yang tergolong berat berupa suatu karena merupakan sumber makanannya.
radang kulit yang biasanya berbentuk bulat, Hewan yang menderita tampak terganggu
bagian tepi kulit berwarna kemerahan dan ketenangannya karena adanya iritasi yang
tertutup keropeng, dan apabila keropeng ditimbulkan oleh parasit cacing dalam kulit
diangkat jaringan kulit tampak bergranulasi. dan gigitan lalat di daerah luka. Luka
Kadang-kadang di antara keropeng yang biasanya mulai timbul dalam waktu dua
sudah kering terdapat luka terbuka yang minggu setelah infeksi dan umumnya
berdarah dan biasanya berisi cacing. terletak di daerah gigitan lalat.[1]

Gambar 1. Penebalan kulit akibat Kaskado di bagian punuk


sapi yang mengalami rontok bulu.[1]

Gambar 2. Luka tertutup oleh keropeng kering pada tubuh


sapi yang terserang penyakit Kaskado.[1]

Gambar 3. Iritasi kulit akibat gigitan lalat H. Irritans.[1]

4. Diagnosa dikonfirmasi dengan menemukan cacing


Diagnosa berdasarkan pada gejala pada kerokan kulit yang mengalami lesi
klinis dan diagnosa laboratorium yang dari hewan penderita.[2] Untuk menemukan
atau mengidentifikasi adanya cacing kerokan kulit tadi ditambahkan formalin
Stephanofilaria bisa dilakukan dengan cara sampai mencapai kurang lebih 10% larutan
sebagai berikut: lesio pada kulit hewan formalin sebagai bahan pengawet. Sampel
penderita dikerok sampai sedikit berdarah, kerokan kulit diperiksa dengan mikroskop
dan hasil kerokan kulit direndam dalam stereo untuk menemukan adanya cacing dan
larutan NaCl fisiologis kira-kira sampai 6 selanjutnya dilakukan identifikasi sesuai
jam untuk memberi kesempatan pada dengan sifat dan ukuran yang telah ada di
cacing yang masih hidup keluar dari acuan.[1]
keropeng kulit. Kemudian, rendaman

Gambar 4. Tabel morfologi dari beberapa spesies cacing Stephanofilaria.[1]

Pemeriksaan histopatologi terhadap bervariasi. Prevalensi Kaskado di daerah


potongan kulit yang ada lesionya juga bisa Sulawesi Utara mencapai 100%, sedangkan
dilakukan untuk menguatkan hasil prevalensi di daerah Sulawesi Tengah
diagnosis. Hasil pemeriksaan histopatologi sebesar 74,8%, di Mahat Sumatera Barat
pada potongan kulit sapi yang terkena mencapai 90% dan di Boyolali 48%
Stephanofilariasis terdapat keratosis dan 78,7%.[1]
infiltrasi sel mononuklear dan sel eosinofil 7. Predisposisi
di daerah dermis. Mikrofilaria ditemukan di Cacing S.dedoesi dan S.stilesi
dalam permukaan lapisan dermis, dan umumnya menyerang sapi, meskipun di
cacing dewasanya berada di dalam kista Sulawesi dan Malaysia pernah dilaporkan
berdekatan dengan folikel (kantung) menyerang kerbau dan kambing. Spesies
rambut.[1] lain dari cacing Stephanofi laria dilaporkan
5. Diagnosa Banding menyerang kambing (S.assamensis), badak
Penyakit myasis (S.dinniki), gajah (S.srivastavie).
6. Prevalensi Sedangkan di Boyolali, Jawa Tengah,
Stephanofi lariasis umumnya pernah dilaporkan bahwa Kaskado
meningkat pada saat musim hujan, yakni sebanyak 98 % menyerang sapi perah
seiring dengan peningkatan populasi vektor. selama lebih dari 2 tahun.[2]
Bersamaan dengan musim hujan, aktivitas 8. Treatment
penggunaan sapi/kerbau untuk membajak Pengendalian dan pemberantasan
sawah juga meningkat, sehingga diduga dilakukan terhadap vektornya atau tindak
pada saat inilah kemungkinan terjadi pengobatan pada hewan penderita untuk
perlukaan pada kulit akibat alat pembajak, menghilangkan sumber penyakit.
sehingga memicu datangnya lalat vektor Pengendalian populasi lalat dapat dilakukan
penyakit pada daerah kulit yang luka secara berkala dan teratur dengan
tersebut.[2] penyemprotan insektisida antara lain
Di Indonesia, prevalensi penyakit dengan coumaphos 0,05-0,1 %, diazenon
Kaskado di daerah yang terserang sangat 0,5 % dan malathion 0,02 %. Penyemprotan
atau pemberian obat dilakukan langsung menjadi beberapa kelompok, yaitu dermal,
pada kulit yang mengalami lesi atau luka sub dermal atau kutaneous, okular,
untuk membunuh cacing.[2] intestinal, dan urogenital. Adapun secara
Pengobatan alternatif yang sering manifestasi klinis dapat digolongkan
dilakukan di lapangan dengan salep menjadi tiga, yaitu kutaneus myiasis,
Choumapos 2% sudah cukup efektif migratori myiasis dan traumatika myiasis.
walaupun hasilnya masih kurang Di Indonesia, umumnya myiasis yang
menggembirakan karena membutuhkan terjadi di Indonesia tergolong kedalam
waktu penyembuhan yang agak lama. traumatika myiasis.[2]
Pemberian Asuntol 2% dalam bentuk salep Sebenarnya kasus myiasis masih sering
memberikan hasil yang sangat efektif dalam terjadi, terutama di daerah endemik tetapi
penyembuhan penyakit Kaskado pada sering kali dilupakan. Langkah langkah
sapi.[1] Obat antiparasit berspektrum luas pengendalian masih harus terus dilakukan,
seperti Ivermectin dan Doramectin telah yaitu pengobatan luka secara dini,
dilaporkan mampu mengobati Kaskado di pemantauan terhadap populasi lalat myiasis
lapangan. Pemberian Ivermectin dengan dan pengawasan lalu lintas ternak.[2]
dosis 200 \g/kg BB secara subkutan dan Penyebab myiasis di Indonesia dapat
Doramectin 200\g/kg BB dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu
menyembuhkan penyakit Kaskado pada lalat primer (Chrysomya bezziana atau the
sapi perah, dengan jangka waktu Old World Screwworm Fly), lalat sekunder
penyembuhan sekitar 10 hari.[2] (C.megacephala, C.rufi facies, C.varipes,
Hemypirellia, Sarcophaga sp) dan lalat
B. MYASIS tertier (Musca spp). Larva C.bezziana
1. Etiologi bersifat obligat parasit yang hanya
Myiasis adalah infestasi larva lalat memakan jaringan hidup tubuh inangnya.
(Diptera) ke dalam jaringan hidup manusia Adapun myiasis di Australia disebabkan
atau hewan vertebrata lainnya dalam oleh Lucilia cuprina dan L.sericata, myiasis
periode tertentu dengan memakan jaringan di benua Amerika disebabkan oleh
inangnya termasuk cairan substansi tubuh. Cochlyomyia hominivorax (the New World
Masyarakat Indonesia lebih mengenal Scerwworm Fly) dan myiasis di benua
penyakit ini dengan nama belatungan Eropa dan sebagian Asia disebabkan oleh
sedangkan penduduk India menyebutnya Wohlfahrtia magnifica. 2005 2009 dan
sebagai peenash atau scholechiasis. Selain diperoleh sebanyak 357 kasus pada ternak
pada hewan, kasus myasis juga terjadi pada ruminansia.[2]
masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah Siklus hidup lalat C.bezziana terbagi
terutama di negara tropis pada musim menjadi empat tahap, yaitu telur, larva,
penghujan. Sampai saat ini, kasus myasis pupa dan lalat. Dari telur menetas menjadi
masih banyak dijumpai tidak hanya pada larva instar I (L1) sampai dengan larva
daerah kantung ternak yang dipelihara instar III (L3) memerlukan waktu enam
secara ekstensif (seperti di kawasan hingga tujuh hari, selanjutnya L3 akan jatuh
Indonesia Bagian Timur) tetapi juga pada ke tanah dan membentuk pupa. Dalam
peternakan intensif atau semi intensif waktu tujuh sampai delapan hari, pupa
termasuk pada hewan kesayangan.[2] menetas menjadi lalat (imago). Setelah
Berdasarkan lokasi ditemukannya kawin pada umur 4 8 hari, lalat betina
larva, myiasis dapat diklasifi kasikan akan bertelur pada jaringan yang terluka.[2]
Gambar 5. Agen penyebab myiasis yang terdistribusi di Indonesia.[2]
2. Patogenesa Lalat betina akan meletakkan
Patogenesis myasis pada hewan dan kumpulan telurnya di tepi luka pada sore
manusia tidak berbeda. Awal terjadinya hari atau menjelang petang dalam waktu 4,1
myasis adalah apabila ternak mengalami menit. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh
luka alami akibat berkelahi, tersayat benda lalat betina berkisar antara 95 sampai 245
tajam, gigitan caplak/predator dan pasca (rata-rata 180 telur). Telur akan menetas
partus atau terputusnya tali pusar. Luka lain menjadi L1 dalam waktu 12-24 jam atau
juga disebabkan oleh campur tangan sepuluh jam pada suhu 30oC, selanjutnya
manusia, misalnya pada kasus pemotongan L1 menuju ke daerah luka yang basah.
tanduk (de-horning), kastrasi, pemotongan Sehari kemudian, L1 akan berubah menjadi
ekor, puncukuran bulu dan lain-lain. Bau L2 dan mulai membuat terowongan yang
darah segar yang mengalir akan menarik lebih dalam di daerah luka tersebut dengan
lalat betina C.bezziana untuk meletakkan cara masuk ke dalam jaringan inang.[2]
telurnya di tepi luka tersebut. Telur ini Larva instar II akan berkembang
mempunyai daya rekat yang kuat sehingga menjadi L3, selanjutnya pada hari keempat
tidak mudah jatuh ke tanah oleh gerakan bermigrasi keluar dari daerah luka tersebut
hewan. Dalam waktu kurang dari 12 jam, dan jatuh ke tanah. Larva instar III (L3)
telur akan menetas menjadi larva dan akan membuat terowongan sepanjang dua
bergerak masuk ke dalam jaringan. sampai tiga sentimeter untuk menghindari
Aktivitas larva di dalam jaringan tubuh sinar matahari secara langsung. Larva akan
mengakibatkan luka semakin besar dan membentuk pupa dalam waktu 24 jam pada
kerusakan jaringan semakin parah. Kondisi suhu 28oC. Penetasan lalat dari pupa sangat
ini menyebabkan bau yang menyengat dan tergantung dari lingkungan. Pupa akan
mengundang lalat yang lain (lalat sekunder menetas menjadi lalat selama seminggu
dan tersier) untuk hinggap (Sarcophaga sp, pada kondisi 25-30oC sedangkan pada
C.megachepalla, C.rufi facies, Musca sp) temperatur yang lebih rendah akan lebih
dan memicu terjadinya infeksi sekunder lama bahkan sampai berbulan-bulan.[2]
oleh bakteri. Apabila tidak ada pengobatan,
penderita dapat mengalami kematian.[2]
Gambar 6. Siklus hidup C.bezziana.[2]

3. Gejala Klinis dalam bentuk multi infestasi, yaitu terdapat


Infestasi larva myasis tidak lebih dari stadium larva dalam luka
menimbulkan gejala klinis yang spesifik tersebut. Larva C.bezziana tidak pernah
dan sangat bervariasi tergantung pada dijumpai dalam bangkai karena sifatnya
lokasi luka. Gejala klinis pada hewan sebagai obligat parasit. atau Musca
demam, radang, peningkatan suhu tubuh, domestica. Identifikasi larva lalat dilakukan
kurang nafsu makan, tidak tenang sehingga dibawah mikroskop stereo untuk melihat
mengakibatkan ternak mengalami spirakel anterior dan posterior serta bentuk
penurunan berat badan dan produksi susu, spina (duri) yang khas pada masing-masing
kerusakan jaringan, infertilitas, spesies larva lalat. Dalam beberapa kasus,
hipereosinofilia serta anemia. Apabila tidak myiasis terjadi dalam bentuk multi infestasi,
diobati, myasis dapat menyebabkan yaitu terdapat lebih dari stadium larva
kematian ternak sebagai akibat keracunan dalam luka tersebut. Larva C.bezziana tidak
kronis ammonia.[2] pernah dijumpai dalam bangkai karena
Gejala umum yang terjadi pada myasis sifatnya sebagai obligat parasit.[2]
manusia antara lain demam, gatal-gatal, Sampel larva dikoleksi dari luka dan
sakit kepala, vertigo, eritrema, radang (infl dimasukkan ke dalam kontainer plastik.
amasi), pendarahan serta memicu terjadinya Apabila larva masih berada didalam
infeksi sekunder oleh bakteri. Gambaran jaringan, luka ditetesi dengan minyak kayu
darah penderita myasis akan menunjukkan putih atau larutan hydrogen peroksida 3%.
gejala hipereosinopilia dan meningkatnya Larva yang telah dikoleksi disiram dengan
jumlah neutropil.[2] air panas selama 10 detik sehingga larva
4. Diagnosa mengalami kontraksi. Selanjutnya, larva
Penegakan diagnosis myasis pada yang telah mati, dimasukkan ke dalam
penderita adalah dengan ditemukannya etanol 80% atau isopronil alkohol dan
larva C.bezziana pada daerah luka. diberi label berupa tanggal pengambilan
Umumnya larva C.bezziana ditemukan sampel, lokasi luka, desa, kecamatan dan
pada kondisi infestasi primer, namun jika kabupaten termasuk kolektor. Sampel dapat
penyakit ini telah berjalan beberapa hari dikirim ke laboratorium untuk
tanpa adanya tindakan pengobatan, maka diidentifikasi. Tidak disarankan menyimpan
akan dijumpai larva lalat yang lain seperti larva myiasis didalam formalin, karena
Sarcopagha sp, C.megachepala yang khas dapat merusak DNA yang dibutuhkan untuk
pada masing-masing spesies larva lalat. analisis lebih lanjut jika diperlukan.[2]
Dalam beberapa kasus, myiasis terjadi
Gambar 7. Ternak yang terserang myasis akibat infestasi larva C. bezziana.[2]

Gambar 8. Contoh kasus myiasis dengan multi infestasi, yaitu dalam satu
luka dijumpai lebih dari satu stadium. Larva instar I (L1), instar II
(L2) dan instar III (L3).[2]

5. Diagnosa Banding termasuk kasus myasis di Kebun Binatang


Diagnosa banding penyakit myiasis di Malaysia dan hewan liar lainnya di
adalah infestasi jaringan oleh lalat-lalat Papua New Guinea.[2]
yang lain, seperti C.megacephala, Umumnya kasus myiasis lebih banyak
Sarcophaga sp dan Phormia regina.[2] dijumpai pada induk pasca pastus, yaitu di
6. Predisposisi daerah vagina. Kondisi ini berkorelasi
Semua jenis hewan yang bertulang positif dengan kejadian myiasis pada
belakang dan berdarah panas rentan anaknya, yaitu di daerah pusar atau
terhadap penyakit myiasis. Kasus myasis umbilikus. Adapun pada hewan jantan,
banyak terjadi pada induk sapi yang diikuti myiasis dijumpai pada prepusium. Lokasi
oleh pedet, kerbau, kuda, babi, kambing, luka yang juga sering terkena serangan lalat
cempe dan domba yaitu, pada induk pasca myiasis adalah kuku dan telinga pasca
partus (myasis vulva) dan anak yang baru pemasangan ear-tag serta moncong pasca
lahir (myasis umblikus), sedangkan sisanya proses pembuatan lubang dihidung.[2]
sebagai akibat luka traumatika.[2] Beberapa faktor predisposisi serangan
Selain pada hewan ternak, myiasis juga myiasis antara lain, musim panas atau
menyerang pada hewan kesayangan, seperti panca roba, dikandangkan dengan hewan
anjing dan kucing, termasuk ayam. Domba yang terinfestasi myiasis, rendahnya tingkat
Australia yang dimasukkan ke India dan higenitas dan sanitasi lingkungan serta
Papua New Guinea sangat peka terhadap kurang peduli terhadap perawatan luka dan
serangan lalat C.bezziana. Sapi potong hasil masuknya ternak baru ke daerah endemik
kawin silang dengan sapi Australia myiasis.[2]
dilaporkan lebih peka dibandingkan sapi 7. Prognosa
lokal yang berada di Malaysia. Kejadian Penyakit ini tidak menyebabkan
myasis pada hewan liar seperti harimau, kematian apabila cepat dilakukan
rusa, badak dan gajah pernah dilaporkan pengobatan. Namun apabila hewan
penderita tidak diobati dalam waktu 1 2 diluar kandang, dekat dengan semak-semak
minggu maka akan terjadi keracunan akibat yang merupakan area lalat myiasis.
aktivitas bakteri (infeksi sekunder) seperti Perangkap ini dapat diganti 3 kali sekali
yang dilaporkan di Texas bahwa kematian tergantung jumlah lalat yang ditangkap dan
tahunan akibat myiasis pada rusa muda pemikat yang tersisa.[2]
berkisar 20-80%.[2]
8. Treatment C. INFESTASI CAPLAK
Pada peternakan komersial, umumnya 1. Etiologi
dilakukan dipping (perendaman) Caplak dibedakan dari tungau karena
menggunakan coumaphos atau golongan ukurannya lebih besar, kulit integumennya
organophospat yang lain dengan dosis yang kaku dan adanya stigma vento lateral
maksimal untuk pemberantasan parasit yang merupakan pangkal trachea. Caplak
eksternal. Disamping itu, pengobatan dapat terbagi 2 famili, yaitu Argasidae dan
dilakukan menggunakan insektisida Ixodidae. Argasidae yang penting ialah
[2]
sistemik, seperti ivermectin. Ivermectine Argas persicus pada peternakan ayam.
dengan dosis 50, 100, 200 ug/kg berat Sedangkan Ixodidae yang penting adalah
badan dengan diinjeksikan ke bawah kulit Boophilus, Ixodes, Rhipicephalus,
memberikan kesembuhan myiasis secara Haemaphysalis, Amblyomma dan
total masing-masing dalam waktu 6, 12, dan Aponomma. Secara taksonomi, caplak pada
14 hari. Obat lain yang efektif seperti EQ sapi dapat diklasifikasikan sebagai
335 berisi lindane 3% juga digunakan berikut[6]:
tetapi mahal, demikian pula Gusanex yang Kingdom : Animalia
berisi dichlorofenthion 1%. Di Papua New Filum : Arthropoda
Guinea telah pula diuji di lapangan dua Subfilum : Chelicerata
macam obat 2,5% methoxychlor di dalam Kelas : Arachnida
pine oil dan 2,5% methoxychlor di dalam Ordo : Acari
parafin dibandingkan dengan EQ 335 yang Famili : Ixodidae
telah diketahui efektifitasnya untuk Genus : Boophilus
myiasis.[3] Caplak atau ticks termasuk ordo
Beberapa obat dilaporkan telah Acarina yang tubuhnya terdiri dari segmen
digunakan untuk pengobatan myiasis di abdomen dan segmen sefalotoraks yang
lapangan antara lain asuntol salep 2% telah menjadi satu, sehingga tubuhnya
efektif dan dapat membunuh belatung berbentuk mirip kantung. Tubuhnya
dalam waktu 24 jam setelah pengobatan dan mempunyai kulit yang tebal dan tidak
murah harganya, minyak tanah, batu baterai tembus sinar. Mulutnya mudah dilihat dan
dan Baygon banyak digunakan oleh mempunyai sejumlah gigi untuk melekat
peternak di lapangan untuk pengobatan atau mengigit. Larva mempunyai 3 pasang
myiasis. disamping itu, ekstrak tembakau kaki, sedangkan nimfa dan dewasa
juga efektif untuk pengobatan myiasis di memiliki 4 pasang. Bagian dorsal caplak ini
lapangan.[3] mempunyai skutum atau perisai yang
Untuk mengendalikan populasi lalat menutupi seluruh bidang dorsal tubuh pada
myiasis di daerah endemik myiasis, perlu caplak jantan, sedangkan pada yang betina
dilakukan pemasangan perangkap lalat. skutum hanya menutupi sepertiga bagian
Setidaknya ada dua jenis trap yang sering anterior tubuh. Oleh karena itu tubuh caplak
digunakan di lapang, yaitu perangkap yang betina dapat berkembang lebih besar dari
dilapisi perekat (sticky trap) atau perangkap pada yang jantan setelah menghisap darah.
yang terbuat dari plastik dengan banyak Matanya baik pada yang jantan maupun
lubang dipermukaannya (Lucitrap). Sebagai betina terletak pada sisi lateral skutum.[7]
umpan (bait) digunakan attractant/pemikat 2. Jenis-jenis Caplak Boophilus
yang bernama swormlure. Apabila tidak Genus ini terdiri dari 5 spesies.[6]
dijumpai di lapang, maka dapat digunakan Spesies yang penting adalah Boophilus
gerusan hati sapi. Perangkap diletakkan microplus, B. annulatus dan B. decoloratus.
Ketiganya merupakan vektor penting Caplak ini tidak menghisap darah begitu
piroplasmosis pada sapi di Amerika, Afrika, saja dari semua hewan, tetapi juga
Asia, Eropa, dan Australia.[6] mempertimbangkan kepekatan komponen
a. Boophilus microplus kandungan darah yang dihisapnya, seperti
Selain pada sapi, caplak ini juga dapat eritrosit dan plasma protein inangnya. Hal
menginfeksi hewan lain seperti kerbau, ini dapat menerangkan mengapa pada
kambing, domba, anjing, kucing, rusa, babi, umumnya caplak Boophilus microplus ini
kelinci, tikus, dan kangguru. Darah yang lebih banyak menyerang sapi daripada
dihisap caplak mengandung protein yang hewan lain.[6]
diperlukan untuk pembentukan telur.

Gambar 9. Caplak Boophilus microplus jantan (kiri) dan betina (kanan).[6]

Gambar 10. Caplak Boophilus microplus betina sesudah menghisap darah.[6]

b. B. annulatus kadang-kadang pada mamalia lain dan


Boophilus annulatus adalah caplak bahkan pada manusia. Selain di Amerika
sapi yang berasal dari Amerika Utara. dan Afrika, caplak ini telah menjadi vektor
Caplak ini terdapat di bagian selatan agen penyakit Babesia bigemina di
Amerika Serikat dan Mexico, biasanya Indonesia.[6]
terdapat pada ruminansia liar, tetapi

Gambar 6. Caplak Boophilus annulatus jantan (kiri) dan betina (kanan).[6]


c. Boophilus decoloratus Boophilus microplus dan B. annulatus,
Caplak ini dikenal dengan nama blue Anaplasma juga dapat ditularkan melalui
tick. Selain ditularkan melalui caplak parasit ini.[6]

Gambar 11. Caplak Boophilus decoloratus jantan (kiri) dan betina sesudah menghisap
darah (kanan).[6]
3. Siklus Hidup dewasa) tinggal dalam satu inang
Daur hidupnya diawali dari telur yang yang sama, begitu pula proses
diletakkan induknya di tanah. Caplak pergantian kulit (molting) dan
dewasa setelah kawin akan menghisap perkawinan. Setelah caplak dewasa
darah sampai kenyang, lalu jatuh ke tanah kenyang darah barulah ia
dan disinilah ia bertelur. Larva yang baru menjatuhkan diri dan bertelur di
menetas segera akan mencari inangnya tanah, contohnya caplak sapi
dengan pertolongan benda-benda sekitarnya Boophilus microplus.
serta bantuan alat olfaktoriusnya. Setelah - Caplak berumah dua yaitu larva dan
mendapatkan inangnya, ia akan menghisap nimfa tinggal dalam satu inang
darah inang hingga kenyang (enggorged) sedangkan dewasa tinggal dalam
lalu akan jatuh ke tanah atau tetap tinggal inang yang lain, jadi dalam
pada tubuh inang tersebut dan segera melengkapi siklus hidupnya caplak
berganti kulit (molting) menjadi nimfa. memerlukan dua inang. Contohnya
Nimfa menghisap darah kembali, setelah Haemaphysalis.
kenyang akan jatuh ke tanah dan molting - Caplak berumah tiga yaitu setiap
menjadi caplak dewasa. Satu siklus daur stadium larva, nimfa dan dewasa
hidup berkisar antara 6 minggu sampai tiga masing-masing memerlukan inang
tahun. Yang dewasa dapat bertelur sekitar yang berbeda. Larva berada pada
100 - 18.000 butir/caplak. Caplak sangat inang pertama sampai kenyang
tahan terhadap perubahan fisik misalnya menghisap darah, setelah jatuh dan
terendam air, kekeringan atau ketidakadaan berganti kulit menjadi nimfa segera
makanan dalam waktu berbulan-bulan. mencari inang kedua. Nimfa yang
Berdasarkan jumlah inang yang diperlukan kenyang darah akan menjatuhkan
caplak dalam melengkapi satu siklus daur diri dan berkembang menjadi caplak
hidupnya dikenal istilah caplak berumah dewasa. Caplak dewasa makan dan
satu, berumah dua dan berumah tiga.[7] kawin pada inang ketiga. Contohnya
- Caplak berumah satu yaitu semua Amblyomma.
stadiumnya (larva, nimfa dan
Gambar 12. Siklus hidup caplak Boophilus microplus.[6]

4. Gejala Klinis, Dampak Umum, dan dapat mencapai 11-35% dibandingkan


Kerugian Akibat Infestasi Caplak dengan daerah bebas caplak.[6]
a. Gangguan Pertumbuhan c. Penyebaran Berbagai Penyakit
Penghisapan darah yang terus- Caplak berperan dalam penularan dan
menerus dan iritasi yang ditimbulkannya pemindahan berbagai penyakit yang
mempengaruhi kapasitas pertumbuhan, disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa,
terlebih untuk ternak penggemukan dan rickettsia. Beberapa diantaranya
sehingga menyebabkan penurunan produksi bersifat zoonosis. Caplak berinang satu
daging jauh sebelum pemasaran.[6] menularkan agen penyakit secara
b. Kerusakan Kulit (Dermatosis) dan transovarial. Selain itu, caplak dapat
Miasis bertindak sebagai vektor berbagai agen
Infestasi caplak dapat mengakibatkan penyakit seperti Babesia bigemina, Babesia
kerusakan kulit atau dermatosis sehingga argentina, Anaplasma marginale, Coxiella
menurunkan kualitas kulit Infestasi caplak burnetti, dan Borrelia theileri.[6]
juga menimbulkan suatu jaringan nekrotik Theileriosis merupakan penyakit yang
pada kulit. Perubahan patologik kulit oleh disebabkan oleh protozoa Theileria sp.
ektoparasit caplak pada umumnya Parasit ini merusak sel darah merah
disebabkan oleh aktifitas mekanis dan atau sehingga menyebabkan jaundice, anemia,
efek toksik yang dihasilkan oleh parasit dan beberapa kasus hemoglobinuria. Gejala
tersebut. Secara mekanis gigitan parasit klinis theileriosis dikenal sebagai East
akan diikuti oleh rasa nyeri, menimbulkan Coast Fever yang secara umum ditandai
iritasi dan rasa gatal, dan untuk mengurangi dengan limfadenopati, demam, anoreksia,
rasa tersebut, ternak yang terinfestasi caplak dan penurunan produksi susu.[6]
mencoba menggigit, menggaruk, atau Babesiosis atau disebut piroplasmosis
menggosok-gosokkan bagian yang sakit ke adalah parasit yang terletak di dalam sel
obyek-obyek keras yang akibat selanjutnya darah merah dan penularannya melalui
menimbulkan kerusakan kulit atau rambut. vektor caplak Boophilus. Jenis-jenis
Terjadinya luka abrasif (gesekan) babesiosis yang umum ditemukan di
menyebabkan infeksi sekunder oleh kuman, Indonesia adalah Babesia bigemina dan
hingga terjadi radang infeksi. Akibat Babesia bovis, yang biasa menyerang sapi.
tusukan hipostom caplak, kulit akan rusak Gejala klinis babesiosis pada umumnya
walaupun sesudah mengalami pemasakan ditandai dengan suhu rektum sampai
kulit, sehingga nilainya turun bahkan tidak 41,5C, kelemahan, urin berwarna merah
laku sama sekali. Kerugian akibat caplak ini (hemoglubinuria), anemia yang biasanya
diikuti dengan ikterus. Sedangkan pada
kasus babesiosis yang disebabkan oleh B. Tusukan hipostom menyebabkan
bovis disamping tanpa-tanda di atas, juga iritasi dan kegelisahan sehingga aktivitas
disertai ataxia, konvulsi dan paralisis dan waktu istirahat inang akan berkurang.
kemudian diikuti dengan koma dan Tusukan hipostom akan memperbesar
kematian. Penyakit babesiosis yang faktor stress yaitu banyak energi yang
ditularkan berbagai caplak dapat terbuang, sehingga akan menurunkan
menyebabkan kematian 80-90% pada sapi efisiensi pakan dan sekaligus menghambat
dewasa yang tidak diobati dan 10-15% pada laju pertumbuhan badan dan daya
ternak muda umur satu sampai dua tahun. produksi.[6]
Hewan yang terinfeksi Babesia sp dalam e. Anemia dan Kematian
jumlah besar dan sekaligus dapat Anemia dapat terjadi terutama pada
menyebabkan kematian hewan tersebut. anak sapi dan betina bunting serta sering
Babesia sp ditularkan oleh caplak yaitu terjadi kematian. Caplak betina Boophilus
Boophilus sp dan Rhipicephalus sp.[6] microplus menghisap darah 0,5-1,0 ml
Anaplasmosis merupakan penyakit untuk menyempurnakan perkembangannya.
protozoa yang dapat bersifat akut dan Sapi terinfestasi caplak memiliki tingkat
kronis yang ditandai dengan adanya kesembuhan yang sangat lambat karena
demam, anemia, ikterus, dan kekurusan masih adanya elemen toksin dalam sekresi
tanpa hemoglobinuria. Cara penularanya saliva caplak. Akibat infestasi caplak ini
melalui vektor yaitu caplak Boophilus terjadi penurunan jumlah sel darah merah,
microplus. Infeksi Anaplasma sp biasanya serum protein, dan haemogobin.[6]
dapat bersamaan dengan infeksi Babesia sp. f. Tick Paralisa
Gejala klinis yang tidak jelas pada sapi Gejala yang ditimbulkan dapat berupa
kurang dari 1 tahun, dan kejadian fatal, per inkoordinasi dan kelemahan otot kaki
akut pada sapi lebih dari 3 tahun. Gejala belakang, paralisa panca indra, kaki depan,
klinis yang dapat ditemukan antara lain oesofagus dan wajah, kesulitan menelan,
pyrexia, anemia, jaundice, anoreksia, nafas kematian akibat paralisa otot pernafasan.[6]
cepat, penurunan produksi susu, abortus. Kerugian akibat gangguan caplak
Penyakit ini ditularkan melalui vektor pada peternakan sapi di Amerika Serikat
caplak yaitu Boophilus microplus yang diperkirakan mencapai 60 juta dollar/tahun.
tersebar luas di kepulauan Indonesia. Di Di Indonesia sendiri caplak menjadi
daerah tropis dan subtropis pada umumnya masalah pada ternak sapi di daerah
A. marginale bersifat endemic.[6] Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Aceh,
d. Iritasi dan Penurunan Produksi Sumatera, Sumbawa dan Jawa. Salah satu
contoh infestasi caplak Boophilus sp.[6]

Infestasi caplak Boophilus sp pada telinga sapi bali .[6]


5. Diagnosa hospes. Sapi dikatakan terinfestasi dimulai
Infestasi ektoparasit caplak dapat ketika caplak menghisap darah yang dapat
ditentukan melalui pengamatan secara menimbulkan kerusakan pada kulit
langsung (visual) pada permukaan kulit (dermatosis) yang termasuk kategori ringan
hingga menimbulkan kematian yang - Perendaman (plunge dipping).
termasuk kategori sangat berat. Selama Ternak dilewatkan pada suatu
stadium perkembangan setiap caplak kolam larutan insektisida/akarisida.
menghisap darah sapi 0,5 ml dan apabila Ternak dilewatkan pada kolam
populasi caplak pada sapi mencapai 6.000 tersebut dan diusahakan seluruh
10.000 ekor maka dapat membunuh sapi tubuhnya terendam/kontak dengan
dewasa.[6] larutan insektisida seperti azuntol.
Rusaknya jaringan hospes oleh Perendaman dapat dilakukan
aktifitas parasit dapat bersifat langsung atau sebanyak dua kali dalam satu siklus
tidak, tergantung dari patogenitas, jumlah hidup caplak.
parasit, dan kepekaan jaringan dari organ - Penyemprotan (showering or
hospes definitif. Jaringan dapat rusak spraying). Penyemprotan dapat
hingga fungsi faal berubah, daya tahan dilakukan dengan menggunakan
terhadap jenis parasit lain menurun, hingga alat semprot secara merata pada
terjadilah infeksi sekunder oleh kuman atau seluruh tubuh hewan maupun
virus. Kehidupan tiap parasit sangat dengan menggunakan mesin.
tergantung pada faktor alam sekitar yang - Penyemprotan dan pembersihan
langsung berpengaruh terhadap siklus dengan menggunakan tangan (hand
hidupnya. Daerah tropis yag memiliki spraying and hand washing). Bila
kelembaban tinggi dan sinar matahari yang kedua alat tersebut di atas tidak
kurang mampu menembus pepohonan, ada, maka digunakan cara
merupakan faktor serasi bagi perkembangan penyemprotan dengan alat
larva berbagai binatang termasuk parasit.[6] sederhana dengan tangan dan melap
Di wilayah timur Indonesia, infestasi seluruh tubuh ternak dengan lap
ektoparasit Boophilus microplus bersifat yang dicelupkan dalam larutan
endemik terutama di Pulau Sulawesi. insektisida.
Infestasi hampir terjadi di setiap bulan.[6] Gigitan caplak harus dilepaskan dari
6. Cara Penanggulangan tempat gigitannya dengan hati-hati agar
a. Kontrol alami dilakukan dengan tidak ada bagian dari tubuh caplak,
cara merusak atau meniadakan misalnya kepala, yang tertinggal di dalam
faktor alam yang dapat mengundang jaringan kulit di tempat gigitan. Untuk itu
siklus hidup caplak misalnya caplak dapat dilepaskan dengan menetesi
tumbuhan tertentu atau adanya air, tubuh caplak dengan bahan-bahan kimia,
kelembaban dan sebagainya yang misanya kloroform, eter, iodium tincture
bisa kita hilangkan. Kalau perlu juga atau benzene. Pemberantasan caplak
hilangkan jenis tanaman atau dilakukan dengan menggunakan insektisida
binatang tertentu yang digunakan yang sesuai. Hewan-hewan yang sakit atau
caplak untuk melengkapi siklus terinfestasi dengan parasit harus segera
hidupnya. Sedangkan biologi diobati dengan sempurna.[6]
kontrol adalah kontrol alami dengan 7. Pencegahan
cara memberi predator caplak pada Pencegahan dapat dilakukan dengan
area tertentu seperti burung, tikus, cara perputaran ladang penggembalaan.
semut, lala-laba dan sejenisnya. Cara ini tujuannya menghindari caplak
Predator tersebut bisa memakan dengan membiarkan caplak-caplak mati di
caplak pada saat fase bebas maupun lapangan tempat pembiakannya. Tingkat
fase parasitik.[6] larva mempunyai umur yang cukup pendek.
b. Kontrol dengan bahan kimia Untuk B. microplus kurang lebih 3 bulan,
Kontrol dengan bahan kimia dapat sehingga dengan meninggalkan ladang
dilakukan pada fase bebas maupu fase penggembalaan selama 3 bulan dapat
parasitik. Adapun aplikasi penggunaan mengurangi infestasi caplak. Umumnya
bahan kimia atau akarisida bisa sebagai kontrol ini dilakukan secara kombinasi dari
berikut [6]: cara-cara tersebut di atas sehingga lebih
memuaskan hasilnya dari pada sendiri- Faktor pemicu terjadinya
sendiri. Infestasi caplak sering muncul jika Trypanosomiasis (Surra) antara lain: cara
ternak-ternak dipadatkan ke dalam kandang pemeliharaan, hewan dalam transportasi,
yang sangat kotor. Selain mengatur kondisi serta ada atau tidaknya infeksi campuran.
perkandangan yang baik, pencegahan Infeksi campuran T.evansi dengan kudis
lainnya bisa dilakukan dengan menjaga atau neoaskaris merupakan salah satu
kebersihan lingkungan, pengeringan tanah penyebab anak kerbau kerdil.[9]
dan pembuangan kotoran hewan secara baik 2. Prevalensi
dan teratur (Saputro, 2014). Di luar negeri Di beberapa negara, insidensi
sudah dikembangkan vaksin untuk penyakit Surra mengalami peningkatan
mencegah infestasi caplak dengan yang signifikan terutama pada musim
menggunakan bioteknologi maupun dari hujan. Hal ini terjadi karena populasi lalat
ekstrak caplak (Soedarto, 2003), begitupun penghisap darah meningkat pada musim
di Indonesia, seperti pada Kusyanto (2001) hujan. Selain faktor musim, beban kerja
sudah mulai melakukan penelitian terhadap yang berlebih pada ternak, kurangnya
B. microplus pada sapi-sapi Indonesia nutrisi dan stress lingkungan juga berkaitan
sebagai langkah awal pengembangan vaksin dengan penyakit Surra. Di Indonesia,
babesiosis.[6] wabah Surraterjadi secara sporadik.
Walaupun terkadang wabah terjadi lokal,
D. TRYPANOSOMIASIS namun mortalitas (kematian) ternak yang
1. Etiologi terinfeksi cukup tinggi. Gambaran lain
Trypanosomiasis (Surra) yang tentang penyakit Surra di Indonesia adalah
disebabkan oleh Trypanosoma evansi masih berlangsungnya perpindahan hewan
merupakan salah satu penyakit parasit darah dari daerah yang tertular Surra ke daerah
yang penting dan secara sporadik menyebar yang bebas atau sebaliknya. Penyebaran
di seluruh wilayah Indonesia.[8]Penyakit penyakit Surra yang luas di hampir seluruh
surra merupakan salah satu penyakit wilayah Indonesia dan kejadian penyakit
strategis yang menyerang hewan ternak. yang sporadik memperkuat dugaan adanya
Trypanosoma evansi banyak ditemukan enzootic stability antara agen T. evansi dan
dalam darah dan jaringan hewan vertebrata. inang. Hal ini artinya penyakit Surra dapat
Parasit ini ditularkan secara mekanis oleh muncul kapan saja tergantung dengan
vektor lalat penghisap darah seperti faktor lingkungan, kondisi imunitas hewan
Tabanus sp dan Stomoxys sp.[9] Hewan dan populasi lalat (vektor).[10]
yang dilaporkan banyak terserang adalah 3. Faktor Predisposisi
kerbau, sapi, kuda, babi dan anjing.[8] Musim hujan merupakan waktu yang
Trypanosoma evansi memiliki tepat bagi lalat Tabanus untuk
morfologi yang mirip dengan trypanosoma berkembangbiak. Dari sedikit kajian
lainnya seperti T. equiperdum, T. brucei, T. tentang perilaku lalat Tabanus diketahui
gambiense dan T. rhodesiense. Permukaan bahwa lalat Tabanus menyukai habitat air,
tubuh T.evansi diselubungi oleh lapisan di dekat sungai, atau tempat lain yang
protein tunggal yaitu glikoprotein yang memungkinkan untuk berkembangbiak.
dapat berubah-ubah bentuk (variable Peningkatan populasi lalat ini biasanya
surface glycoprotein). Dengan kemampuan diikuti dengan meningkatnya kasus infeksi
glikoprotein yang dapat berubah bentuk, Surra, terutama pada wilayah dimana
maka T. evansi dapat memperdaya sistem hewan inang hidup berdampingan dengan
kekebalan tubuh inang (host). habitat lalat. Selain musim, faktor angin
Konsekuensinya akan terjadi variasi juga berpengaruh yaitu berperan dalam
antigenik (antigenic variation) dimana penyebaran lalat Tabanus. Perpindahan lalat
tubuh akan selalu berusaha membentuk karena tiupan angin dimungkinkan dalam
antibodi yang berbeda-beda sesuai dengan jarak yang pendek, namun informasi
protein permukaan yang ditampilkan oleh mengenai hal ini masih sangat minim.
T. evansi.[9] Faktor lain yaitu kondisi yang
menyebabkan stress pada hewan seperti rontok dapat terjadi karena kondisi tubuh
malnutrisi, kebuntingan, dan kelelahan hewan yang menurun dan nafsu makan
dapat menjadi faktor pemicu penyakit berkurang. Gejala klinis yang lain apabila
Surra.[10] parasit menuju cairan cerebrospinal akan
4. Patogenesa menimbulkan gejala inkoordinasi gerak.[9]
Patogenesis penyakit surra bermula Bentuk akut penyakit dapat
dari kelenjar saliva vektor lalat dan berlangsung sampai tiga bulan dan ditandai
ditularkan pada inang melalui gigitan. dengan demam tidak teratur, penurunan
Infeksi ditularkan dengan penetrasi T.evansi berat badan yang progresif,
ke dalam jaringan subkutan atau keratokojungtivitis berulang dan plak
submukosa. Parasit tersebut kemudian urtikaria pada leher. Tanda klinis pada
memasuki sistem peredaran darah, kasus kronis kurang terlihat jelas. Pada
berkembang dan akan bertambah secara hewan yang terinfeksi T.evansi, produksi
logaritmik didalam darah dalam waktu satu akan turun, hewan tampak lesu, rambut
sampai tiga hari setelah parasit ditemukan kasar, anemia dan demam berulang.[9]
didalam aliran darah. Kerusakan endotel 6. Prognosa
pembuluh darah menyebabkan oedema dan Prognosa yang buruk bila terjadi
perdarahan.[9] infeksi dan manifestasi sampai pada ke otak
T.evansi menyebabkan reaksi dan menyerang sistem saraf. Prognosa yang
inflamasi pada jaringan darah dengan buruk juga terdapat pada kasus
diikuti multifikasi parasit. T.evansi trypanosoma akut yang tiba-tiba menyerang
bertambah dalam darah secara berkala dan langsung pada sistem saraf..[11]
hal ini disertai demam pada hewan. 7. Diagnosa
Serangan demam yang berulang disebabkan Diagnosis penyakit surra berdasarkan
oleh invasi masal T.evansi ke dalam darah gejala klinis yang muncul dan dilakukan uji
atau perkembangbiakan yang cepat dalam parasit, uji serologi dan uji molekuler untuk
darah. T.evansi mengeluarkan toksin yang diagnosis konfirmatif di laboratorium. Uji
dikenal dengan nama trypanotoksin yang parasit diantaranya dilakukan dengan
dapat mempengaruhi sistem kerja tubuh pemeriksaan haematologi (mikroskopi),
hewan yang terinfeksi. Trypanotoksin dapat microhematocrite centrifugation technique
merusak membran eritrosit yang dimulai (MHCT) dan mouse inoculation test (MIT).
dengan ikatan antara kompleks antigen- Uji serologi dapat dilakukan dengan metode
antibodi atau komplemen, proses tersebut card agglutination test for trypanosomes
menyebabkan anemia hemolitik. Gangguan (CATT) dan enzyme-linked immunosorbent
imunopatologik yang paling penting pada assay (ELISA), sedangkan uji molekuler
trypanosomiasis adalah imunosupresi yang menggunakan polymerase chain reaction
ditandai anemia. Ikatan kompleks antigen- (PCR) .[9]
antibodi atau komplemen yang beredar 8. Diagnosa Banding
dalam darah pada permukaan eritrosit, a. Anaphalsmosis
bertanggung jawab terhadap destruksi Anaplasmosis, juga dikenal sebagai
eritrosit dan proses ini menyebabkan terjadi kantong kuning atau demam kuning, adalah
hemolisis.[9] penyakit parasit menular ternak yang
5. Gejala klinis disebabkan oleh mikroorganisme
Gejala klinis yang khas penyakit surra anaplasma marginale. Parasit ini
adalah adanya oedema atau pembengkakan menginfeksi sel darah merah dan
pada daerah ventral atau bagian bawah menyebabkan anemia berat, lemah, demam,
tubuh seperti leher, legok lapar dan kaki. kurang nafsu makan, depresi, konstipasi,
Gejala klinis lain adalah terjadi pendarahan penurunan produksi susu, penyakit kuning,
dibawah kulit, hidung, mata, dan anus. aborsi, dan terkadang kematian. Waktu
Gejala lain adalah anemia, demam selang inkubasi untuk penyakit ini berkembang
seling (intermitten fever) dan pada akhirnya bervariasi dari 2 minggu sampai lebih dari 3
terjadi kematian. Gejala klinis rambut bulan, namun rata-rata 3 sampai 4 minggu.
Ternak dewasa lebih rentan terhadap bulan sehingga dapat digunakan sebagai
penyakit infeksi dibanding hewan muda.[12] pencegahan dan pengendalian, namun
b. Babesiosis demikian obat ini sulit diperoleh dan jika
Manifestasi klinis penyakit yang ada harganya sangat mahal. Oleh karenanya
terkait dengan BB adalah khas dari proses pengobatan terhadap Trypanosomiasis
penyakit anemia hemolitik tetapi bervariasi (Surra) selayaknya dilakukan secara
sesuai dengan agen (yaitu spesies parasit) strategis yaitu pada awal terjadi infeksi agar
dan faktor tuan rumah (yaitu usia, status penyakit tidak menyebar dan perlu
kekebalan tubuh). BB terutama diamati dicarikan obat alternative yang murah,
pada sapi dewasa dengan B. bovis efektif, mudah aplikasinya serta mudah
umumnya lebih patogen dibandingkan B. didapat. Pengendalian surra sepenuhnya
bigemina atau B. divergens. Hewan yang masih tergantung pada pengobatan yang
terinfeksi mengembangkan kekebalan diberikan secara individual kepada hewan
seumur hidup terhadap infeksi ulang yang diduga terinfeksi dengan obat
dengan spesies yang sama dan beberapa tripanocidal. Teknik diagnostik yang tidak
perlindungan silang terbukti pada B. hewan spesifik menyebabkan pengobatan tidak
imun besar-besar terhadap infeksi B. bovis dapat diaplikasikan secara efektif terutama
berikutnya.[13] bagi hewan karier, disamping belum
9. Pengobatan ditemukannya obat pengganti suramin.[8]
Sampai saat ini belum ada gerakan
pengendalian penyakit Surra baik dengan KESIMPULAN
mengontrol lalat atau pun dengan Kaskado atau Stephanofilariasis
chemotherapy. Pengendalian Surra merupakan penyakit yang disebabkan oleh
sepenuhnya masih tergantung pada cacing Filaria dari genus Stephanofilaria,
pengobatan dan hanya diberikan kepada
menyebabkan lesi pada kulit yang ditandai
hewan yang menderita infeksi aktif. Para
pemelihara kerbau menggunakan dengan alopecia dan dermatitis nodular
insektisida untuk mengusir lalat (vektor). ulseratif pada sapi, kerbau, kambing, dan
Biasanya pengobatan hanya diberikan hewan mamalia lainnya. Myiasis adalah
secara individual kepada hewan yang infestasi larva lalat (Diptera) ke dalam
diduga terinfeksi dengan obat trypanocidal, jaringan hidup manusia atau hewan
berdasarkan dari gejala klinis sakit, akan vertebrata lainnya dalam periode tertentu
tetapi untuk hewan karier masih sulit,
dengan memakan jaringan inangnya
karena tidak menunjukkan gejala.
Rendahnya sensitivitas tes secara termasuk cairan substansi tubuh.
parasitology dan gejala klinis yang tidak pengobatan dapat dilakukan menggunakan
spesifik menyebabkan pengobatan tidak insektisida sistemik, seperti ivermectin.
dapat diaplikasikan secara efektif. Oleh Ivermectine dengan dosis 50, 100, 200
karena itu diperlukan teknik diagnose yang ug/kg berat badan dengan diinjeksikan ke
benar-benar akurat agar obat tidak bawah kulit memberikan kesembuhan
terbuang.[8]
myiasis secara total masing-masing dalam
Obat trypanocidal yang sudah
digunakan untuk mengobati penyakit Surra waktu 6, 12, dan 14 hari. Trypanosomiasis
di berbagai negara adalah: suramin, (Surra) yang disebabkan oleh Trypanosoma
diminazene, isomedium, quinapyramine evansi merupakan salah satu penyakit
dan cymelarsan. Diminazen telah berhasil parasit darah yang penting dan secara
baik untuk pengobatan Surra pada sapi dan sporadik menyebar di seluruh wilayah
kerbau di India, Vietnam, Thailand dan
Indonesia. Obat trypanocidal yang sudah
Indonesia. Sampai saat ini ternyata hanya
Suramin yang efektif untuk pengendalian digunakan untuk mengobati penyakit Surra
Surra, karena tidak menimbulkan resistensi di berbagai negara adalah: suramin,
dan mempunyai efek residual selama tiga diminazene, isomedium, quinapyramine
dan cymelarsan. Pengendalian Surra Kerbau. Bogor : Balai Besar
sepenuhnya masih tergantung pada Penelitian Veteriner
pengobatan dan hanya diberikan kepada 9. Hayyu, Maharani. 2016. Studi
Patogenesis Trypanosoma Evansi
hewan yang menderita infeksi aktif. Para
Pada Kerbau, Sapi Friesian Holstein
pemelihara kerbau menggunakan Dan Sam Peranakan Ongole.
insektisida untuk mengusir lalat (vektor). Surabaya : Universitas Airlangga.
10. Hayyu Maharani. 2016. Identifikasi
DAFTAR PUSTAKA trypanosoma evansi pada sapi bali
1. Sarwitri Endah Estuningsih. 2007. (bossondaicus) berdasarkan
Stephanofilariasis (Kaskado) Pada morfometri dan polymerase chain
Sapi. Wartazoa Vol. 17 No. 4 Th. reaction. Universitas Airlangga :
2007. Surabaya.
2. Pudjiatmoko. 2014. Manual Penyakit 11. Besse Radita DN. 2017. Deteksi
Hewan Mamalia. Kementrian trypanosoma evansi pada kuda (equss
Pertanian. Indonesia. Jakarta. caballus) di kabupaten wajo.
3. S. Partoutomo. 2000. Epidemiologi Universitas Hasanuddin : Makassar
Dan Pengendalian Myiasis Di 12. J.L.Zaugg. 1914. Beef Cattle
Indonesia. Wartazoa Vol. 10 No. 1 Handbook. University of Idaho.
Th. 2000.
4. Sri Sulistyaningsih. 2016. Studi
Kasus Infestasi Caplak Boophilus
Microplus Pada Sapi Potong Di Kota
Banjarbaru. Prosiding Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru,
5. Wardhana HA. Husein Dan J.
Manurung. 2005. Efektifitas Ekstrak
Biji Srikaya (Annona Squamosa L)
Dengan Pelarut Air, Metanol Dan
Heksan Terhadap Mortalitas Larva
Caplak Boophilus Microplus Secara
In Vitro. Jitv Vol. 10 No. 2 Th. 2005
6. Yuliani Suparmin. 2015. Deteksi Dan
Identifikasi Faktor Penyebab
Timbulnya Infestasi Caplak
Boophilus Sp Pada Sapi Bali Di
Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten
Barru. [Skripsi]. Universitas
Hasanuddin : Makassar.
7. Hadi, Uk. 2011. Bioekologi Berbagai
Jenis Serangga Pengganggu Pada
Hewan Ternak Di Indonesia Dan
Pengendaliannya. Institut Pertanian
Bogor : Bogor
8. Eny, Martindah; Amir Husein. 2007.
Trypanosomiasis Pada Ternak

You might also like