You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan Rumah Sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru
(patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian).
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Farmasi RS Bhakti rahayu
perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua petugas
instalasi farmasi dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan
pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien.

1. Tujuan Pelayanan Farmasi


a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan

1
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

2. Fungsi Pelayanan Farmasi


2.1.Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

2.2.Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan

2
1.2 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pelayanan farmasi ini yaitu pada pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RS Bhakti
rahayu.

1.3 LANDASAN HUKUM


a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan AlatKesehatan (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang
Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/PER/II/1988 tentang
Rumah Sakit;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 436/Menkes/SK/VI/ 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit;
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1009/Menkes/ SK/X/1995 tentang
Pembentukan Komite Nasional Farmasi dan Terapi;
j. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/ 1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
k. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747/Menkes/SK/XII/2000 tentang
Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
l. Keputusan Mentri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

3
1.4 BATASAN OPERASIONAL
a. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.
b. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta
pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
c. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
d. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis,
sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta
menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses
peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
e. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat,
alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
f. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi,
alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi.
g. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit.
h. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
i. Formularium Rumah Sakit adalah dokumen yang berisi daftar obat yang
digunakan oleh dokter di rumah sakit disusun secara bersama oleh para
pengguna di bawah koordinasi Komite Farmasi Terapi.

4
j. Komite Farmasi Terapi adalah unit fungsional yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit yang bertugas memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah
sakit mengenai rumusan kebijakan dan prosedur untuk evaluasi, pemilihan
dan penggunaan obat di rumah sakit. Sedangkan di bidang pendidikan,
Komite Farmasi Terapi merumuskan program yang berkaitan dengan edukasi
tentang obat dan penggunaannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit.
k. Informasi Obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
l. Kejadian Tidak Diharapkan adalah suatu kejadian yang yang mengakibatkan
cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau karena
tidak bertindak, bukan karena kondisi pasien.
m. First Expire First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan
prioritas masa kadaluarsa obat tersebut. Semakin dekat masa kadaluarsa obat
tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk digunakan.
n. First In First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan
prioritas penggunaan obat berdasarkan waktu kedatangan obat. Semakin awal
kedatangan obat tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk digunakan.
o. Kejadian Nyaris Cedera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi.
p. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
q. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
r. Pelaporan Insiden adalah laporan tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten
dengan kegiatan rutin terutama untuk pelayanan kepada pasien

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi SDM


Tenaga kerja di instalasi farmasi terdiri dari apoteker, asisten apoteker dan pramu
farmasi yang memiliki kualifikasi masing=masing. Kualifikasi tenaga kerja tersebut
yaitu :
1. Apoteker
a. Lulusan apoteker
b. Memiliki Sertifikat Kompetensi
c. Memiliki STRA
d. Memiliki SIPA
e. Memiliki jiwa kepemimpinan
f. Mampu mengorganisir kegiatan kefarmasian
g. Dapat berkomunikasi dengan baik
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
a. Lulusan SMF/D3 Farmasi
b. Memiliki SIKTTK
c. Dapat melakukan pekerjaan kefarmasian
d. Dapat menggunakan komputer
e. Dapat berkomunikasi dengan baik
3. Pramu farmasi
a. Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Laki-laki
c. Memiliki SIM C

2.2 Distribusi Ketenagaan


Tenaga kerja di instalasi farmasi terdistribusi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Kepala Instalasi
2. Asisten Apoteker
3. Bagian Administrasi
Terdiri dari 3 shift dengan pembagian :
a. Shift pagi : 1 orang
b. Shift sore : 1 orang
c. Shift malam : 1 orang

6
Tabel distribusi petugas farmasi
Jumlah Petugas
No Petugas/jabatan Keterangan
Shift 1 Shift 2 Shift3
1 Kepala Instalasi 1
2 Apoteker Pendamping 1

3 Tenaga teknis 1 1 1
kefarmasian
5 Tenaga Administrasi 1 1 1
6 Petugas
Gudang/Pembelian
7 Pramu
Total

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

1.1 Denah Ruang Farmasi


Denah ruangan instalasi farmasi yaitu sebagai berikut :

8
1.2 Standar Fasilitas Ruangan Farmasi
a. Ruang Apoteker
Ruangan apoteker memiliki fasilitas yaitu :
1. Komputer dengan akses internet
2. Buku-buku farmasi
3. Telepon
4. ATK

b. Ruang Pelayanan
Ruangan tempat dilangsungkannya pekerjaan kefarmasian
(produksi/pengemasan kembali, distribusi dan pelayanan ) memiliki fasilitas
yaitu :
1. Meja
2. Kursi
3. Rak obat
4. Medical Refrigerator
5. Printer label obat
6. Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropik
7. Lemari penyimpanan bahan baku berbahaya
8. Lemari perlengkapan
9. Dispenser
10. Blender
11. Gelas ukur
12. Ayakan plastik
13. Batang pengaduk
14. Mesin Kertacu dan perlengkapannya
15. Mortir dan stamper dengan berbagai ukuran
16. Wastafel
17. Komputer
18. ATK
19. Gunting
20. Telepon
21. Kamera CCTV

9
22. AC
23. Amplop rumah sakit
24. Blangko bon kredit
25. Blangko perincian biaya
26. Blangko tidak ambil obat
27. Blangko pemberian bansos
28. Blangko pencatatan suhu ruangan
29. Blangko pencatatan suhu kulkas
30. Plastik obat

c. Ruang Konsultasi
1. Meja
2. Kursi
3. Buku-buku acuan
4. Komputer dengan akses internet
5. Formulir pelayanan konsultasi
6. AC
7. ATK

d. Ruang Arsip Dokumen


1. Rak-rak arsip
2. AC
3. ATK

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi


4.1.1. Seleksi/Pemilihan
Tujuan perencanaan obat/perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah obat/perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit Bhakti rahayu.
Pemilihan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium Rumah Sakit Bhakti
rahayu dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi dengan melibatkan semua KSM.
Formularium direvisi setiap tahun.
Jumlah kebutuhan obat dihitung berdasarkan rata-rata kebutuhan harian yang
diambil dari data pemakaian satu bulan terakhir. Estimasi stok gudang disiapkan
minimal untuk sepuluh hari pemakaian.

4.1.2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui cara pembelian atau produksi.
a. Pembelian
Pembelian dilakukan oleh petugas bagian Gudang Perbekalan Farmasi ke
distributor/PBF resmi dengan Surat Pesanan yang diperiksa dan disetujui
oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pembelian rutin dilakukan setiap hari kerja
berdasarkan permintaan tiap unit dan sisa stok di Instalasi Farmasi.
b. Produksi
Produksi di rumah sakit Bhakti rahayu merupakan kegiatan membuat,
merubah bentuk atau pengemasan kembali sediaan non steril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria
perbekalan farmasi yang diproduksi :
- Sediaan farmasi dengan formula khusus
- Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga yang lebih
murah
- Tidak tersedia di pasaran
- Sediaan yang harus dibuat baru
- Rekonstitusi sediaan sitostatika

11
c. Penerimaan
Kegiatan penerimaan obat/perbekalan farmasi yang telah dipesan dilakukan di
gudang farmasi. Obat/perbekalan farmasi harus diterima oleh asisten apoteker
yang memiliki ijin. Semua obat/perbekalan farmasi yang diterima harus
diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu
kedatangan.. Selain itu harus diperiksa juga kondisi dan tanggal kadaluarsa
produk.

4.1.3. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat/perbekalan farmasi yang diterima di tempat yang aman dari
pencurian serta gangguan yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Metoda penyimpanan obat/perbekalan farmasi dilakukan menurut bentuk
sediaan secara alfabetis dengan menerapkan sistem FIFO dan FEFO dan
memperhatikan kondisi penyimpanan yang dianjurkan pabrik.
Obat/perbekalan farmasi dengan kondisi penyimpanan pada suhu
ruangan diletakkan pada rak/lemari dan suhu ruangan diatur dengan
AC pada suhu maksimal 25C.
Obat dengan kondisi penyimpanan pada suhu dingin disimpan di
dalam medical refrigerator yang diatur pada suhu 2-8 C. Bahan
berbahaya disimpan di tempat terpisah dan diberi tanda peringatan
yang sesuai (mudah terbakar, meledak, beracun, dll)
Obat-obat narkotika disimpan pada lemari tersendiri dan memiliki
kunci ganda. Kunci lemari narkotika dipegang oleh penanggung jawab
yang ditunjuk. Pemakaian obat narkotika dicatat dalam kartu stok
obat.
Obat-obat golongan larutan konsentrat disimpan di temapt yang
bertanda khusus dengan stiker bertuliskan Larutan Konsentrat
Obat-obat yang termasuk golongan High alert diberi tanda stiker
merah bertuliskan high alert

12
Obat-obat yang tergolong NORUM/LASA, diberi tanda stiker biru
bertuliskan LASA dan tidak disusun berdekatan

4.1.4. Peresepan
Permintaan obat dapat dilakukan melalui persepan atau pemesanan. Yang
berwenang menulis resep adalah dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
atau dokter yang telah mendapat penugasan klinik dari pimpinan rumah sakit
Bhakti rahayu Pekanbaru. Resep harus ditulis dengan tulisan yang jelas,
mudah dibaca dan lengkap di blanko resep RS Bhakti rahayu. Nama obat
dapat ditulis dalam nama generik atau dagang sesuai dengan Formularium RS
Bhakti rahayu Pekanbaru. Yang berhak melakukan pemesanan obat adalah
perawat ruangan dengan menggunakan formulir Permintaan Obat Pasien
Rawat Inap.
Di IGD, dokter menulis permintaan obat di formulir pelayanan IGD RS
Bhakti Rahayu pada kolom : Terapi. Seluruh resep dan pemesanan obat
harus dicatat dalam rekam medis pasien dengan tulisan yang jelas, mudah
dibaca dan lengkap untuk mencegah kesalahan interpretasi.

4.1.5. Pencatatan
Setiap pemberian obat kepada pasien harus dilakukan pencatatan. Dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) mencatat instruksi pemberian obat di
status pasien. Perawat mencatat permintaan obat sesuai resep yang ditulis
dokter pada formulir Permintaan Obat pasien rawat Inap dan mencatat obat
yang diberikan kepada pasien pada formulir Pencatatan Pemberian Obat
Pasien Rawat Inap. Petugas farmasi melakukan pencatatan pemberian obat
secara elektronik dengan mengentry data pemberian ke rekening pasien.
Kesesuaian antara pencatatan di status, formulir permintaan obat, formulir
pemberian obat pasien rawat inap, resep dan data rincian pemakaian obat di
rekening pasien adalah mutlak.

4.1.6. Pendistribusian
Kegiatan pendistribusian obat merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan obat atau alat kesehatan di instalasi farmasi, laboratorium,
radiologi dan di seluruh ruangan perawatan. Obat dan alat kesehatan
didistribusikan dari gudang perbekalan farmasi ke setiap unit yang
membutuhkan.

13
Pendistribusian obat ke instalasi farmasi menggunakan form Defecta Obat.
Setiap hari petugas farmasi di instalasi farmasi mencetak form Defecta Obat
yang memuat data jenis obat dan jumlah obat yang diminta berdasarkan
perkiraan kebutuhan maksimal untuk tiga hari kemudian diserahkan ke
gudang perbekalan farmasi. Petugas di gudang perbekalan farmasi
menyiapkan kebutuhan instalasi farmasi sesuai permintaan dan obat
didistribusikan ke instalasi farmasi.
Pendistribusian obat dan alat kesehatan ke laboratorium, radiologi dan di
ruangan perawatan juga dilakukan oleh petugas gudang perbekalan farmasi
menggunakan form Permintaan Obat dan Alat Kesehatan ke Instalasi
Farmasi. Setiap hari perawat di ruangan serta petugas di unit laboratorium
dan radiologi menyerahkan form permintaan tersebut yang memuat jenis obat
dan alkes serta jumlah yang diminta. Petugas gudang perbekalan farmasi
menyiapkan kebutuhan ruangan sesuai permintaan dan didistribusikan ke
setiap ruangan dan unit yang membutuhkan.

4.1.7. Persiapan
Persiapan pemberian obat dilakukan di instalasi farmasi yang meliputi
kegiatan mulai dari persiapan peralatan racik dan kemasan yang digunakan,
pengkajian resep, penghitungan dosis, rute pemberian dan penyiapan
label/etiket. Proses persiapan obat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian.
Semua persiapan dilakukan untuk menjamin tercapainya prinsip 7 benar
pemberian obat.

4.1.8. Penyaluran / Dispensing


Dispensing atau penyaluran perbekalan farmasi merupakan kegiatan
menyalurkan obat untuk pelayanan individu bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan
a. Dispensing obat untuk pasien rawat inap
Penyaluran obat pasien rawat inap dilakukan dengan sistem peresepan
individu atau unit dose dispensing dan persediaan lengkap di ruangan
(floor stock). Permintaan obat ke Instalasi Farmasi dilakukan dengan
membawa resep asli dan dicatat pada Formulir Daftar Pemakaian Obat
Instalasi Rawat Inap. Obat yang telah diberikan selanjutnya disimpan pada
rak masing-masing pasien. Tenaga teknis kefarmasian di setiap ruangan

14
perawatan yang menyiapkan obat-obat pasien untuk satu kali pemakaian
selama 24 jam dan ditempatkan pada rak-rak tersendiri yaitu rak obat pagi,
obat siang, obat sore dan obat malam. Untuk sediaan infus dan alat
kesehatan disalurkan dengan sistem persediaan lengkap di ruangan (floor
stock) dan penggantiannya dilakukan setiap hari dengan menggunakan
formulir Permintaan Obat atau Barang dari rawat Inap ke Instalasi
Farmasi ke Gudang Perbekalan Farmasi. Jadi perawat dapat langsung
mengambil di persediaan ruangan dan keesokan harinya stok diganti
dengan permintaan ke gudang perbekalan farmasi.
b. Dispensing obat untuk pasien rawat jalan
Proses penyaluran obat unruk pasien rawat jalan dilakukan pada tiga
lokasi yaitu di Instalasi Farmasi, satelit di poliklinik kebidanan dan satelit
farmasi lantai 2. Satelit farmasi lantai 2 melayani resep bagi pasien klinik
spesialis kulit, urologi, internis, bedah, paru, syaraf, jantung, mata, THT,
anak dan ortopedi. Satelit farmasi poli kebidanan khusus melayani resep
bagi pasien klinik kebidanan dan kandungan. Instalasi farmasi lantai 1
melayani resep bagi pasien IGD, klinik umum, klinik gigi.
Dispensing obat rawat jalan dilakukan berdasarkan resep pasien tersebut.
jadi tenaga teknis kefarmasian menyiapkan dan menyalurkan obat sesuai
jenis dan jumlah yang tertera pada resepnya.

4.1.9. Pemberian Obat


Pemberian obat kepada pasien dilakukan setelah verifikasi akhir untuk
memastikan kesesuaian obat yang disiapkan dengan resep. Pemberian obat
kepada pasien rawat inap didelegasikan kepada perawat. Pemberian obat
kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh tenaga kefarmasian.
Pemberian obat kepada pasien dilakukan setelah verifikasi akhir untuk
memastikan kesesuaian obat yang disiapkan dengan resep dengan
membubuhkan stempel verifikasi akhir yang memuat prinsip 7 benar yaitu :
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute/cara pemakaian, benar waktu
pemberian, benar kadaluarsa, benar pendokumentasian.
Selain itu pada saat pemberian obat, tenaga teknis kefarmasian juga harus
memberikan informasi cara penyimpanan obat di rumah.

15
4.1.10. Pemantauan
Pemantauan obat yang dilakukan meliputi :
a. Pemantauan Formularium
Pemantauan terhadap perubahan formularium (penambahan atau
pengurangan obat). Pemantauan terhadap perubahan formularium
dilakukan sekali setahun dengan membuat daftar obat baru yang
ditambahkan dan daftar obat yang dihapus dari formularium disertai
alasannya.
b. Pemantauan mutu obat
Merupakan kegiatan untuk memastikan mutu obat yang tersedia di
rumah sakit. Kegiatan pemantauan obat dilakukan melalui pelaksanaan
stok opname. Stok. Stok opname dilakukan setiap bulan sesuai jadwal
yang ditentukan.
Pemantauan yang dilakukan meliputi :
- keutuhan kemasan
- masa kadaluarsa obat
- penyusunan obat.
Pada pelaksanaan stok opname, semua obat yang ditemukan masa
kadaluarsanya mendekati 6 bulan kedepan diberi stiker FEFO yang
berwarna kuning dan dikonfirmasi kepada petugas di ruangan untuk
menggunakan obat tersebut terlebih dahulu.
Bila obat ditemukan masa kadaluarsanya mendekati 3 bulan ke depan,
obat tersebut langsung diatarik dari ruangan dan dibawa ke gudang
perbekalan farmasi untuk diretur ke distributor atau dimusnahkan.
Bila ditemukan obat yang rusak maka obat tersebut langsung ditarik dari
ruangan dan dibawa ke gudang perbekalan farmasi untuk dimusnahkan.
Pemusnahan obat/perbekalan farmasi dilakukan 2 kali dalam setahun atas
persetujuan pimpinan rumah sakit (Wakil direktur) dengan cara dibakar
di insenerator dan dibuatkan Berita Acara Pemusnahan Barang.
c. Pemantauan Kesalahan Pemberian Obat
Pemantauan terhadap terjadinya kesalahan pemberian obat dilakukan
secara kolaboratif dengan perawat dan dokter dan dilaporkan ke Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.

4.2. Pelayanan Kefarmasian

16
4.2.1. Pengkajian Resep Rawat Inap dan Rawat Jalan
Pengkajian resep dilakukan oleh petugas farmasi setiap menyiapkan suatu
resep baik untuk resep rawat inap maupun rawat jalan.
Kegiatan pengkajian resep dilakukan terhadap penilaian :
a. Persyaratan kelengkapan administrasi meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
Tanggal resep
Ruangan/unit asal resep
b. Persyaratan kefarmasian meliputi :
Bentuk dan kekuatan sediaan
Dosis dan Jumlah obat
Stabilitas dan ketersediaan
Aturan, cara dan tehnik penggunaan
c. Persyaratan klinis meliputi :
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Duplikasi pengobatan
Alergi, interaksi dan efek samping obat
Kontra indikasi
Polifarmasi
Efek aditif

a. Peresepan yang tidak jelas.


Petugas farmasi harus menghubungi dokter penulis resep apabila ditemukan
hal yang tidak jelas atau patut dipertanyakan, misalnya ;
a. penulisan resep tidak jelas
b. nama obat ditulis 2 kali
c. jumlah obat tidak jelas
d. bila data identitas pasien tidak sesuai dengan nama yang ditulis dokter
penulis resep
e. signatura obat tidak biasa
f. kondisi lain yang meragukan

17
b. Obat yang tidak tersedia di rumah sakit
Apabila dokter meresepkan obat yang tidak tersedia di rumah sakit, petugas
instalasi farmasi harus menghubungi dokter penulis resep untuk mengganti
dengan obat sejenis yang tersedia. Apabila obat pengganti yang sejenis tidak
tersedia/kosong, petugas instalasi farmasi dapat membeli ke rumah sakit/apotek
lain atas ijin dari apoteker penanggung jawab dan mencatat di buku pembelian
obat ke Apotek/rumah sakit lain.

4.2.2. Dispensing
Penyaluran obat adalah proses penyiapan dan penyerahan obat oleh petugas
farmasi kepada pasien bagi pasien rawat jalan dan bagi pasien rawat inap oleh
perawat. Petugas di instalasi farmasi yang boleh menyalurkan obat adalah
tenaga farmasi dan atau tenaga teknis farmasi yang sudah terdaftar dan
memiliki ijin dan sertifikat. Obat disiapkan berdasarkan resep. Khusus bagi
pasien rawat inap, selain lembaran resep juga disertakan formulir Daftar
Pemakaian Obat Instalasi Rawat Inap yang dibawa oleh perawat. Nama obat
dan jumlah obat juga harus tertulis pada lembaran ini. Petugas farmasi yang
menyerahkan obat dan perawat yang mengambil obat harus menulis nama jelas
pada lembaran formulir permintaan obat pasien rawat inap
Penyiapan resep harus dilakukan di ruangan farmasi sesuai dengan cara yang
telah ditetapkan. Apabila menyiapkan resep berupa racikan obat, petugas harus
menggunakan perlengkapan yang telah ditentukan (sarung tangan, masker).
Setiap obat yang disiapkan dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi
label/etiket obat yang memuat informasi :
a. nama dan alamat rumah sakit
b. nomor MR pasien
c. nama pasien
d. aturan pakai/waktu pemakaian obat
e. informasi khusus (misal : bila nyeri, dll)

4.2.3. Pemantauan dan Pelaporan Efek samping Obat


Semua kejadian efek yang tidak diharapkan harus didokumentasikan pada data
rekam medis pasien. Apoteker melakukan identifikasi dan pemantauan
terhadap efek yang tidak diharapkan dan membuat laporan kepada Tim
Farmasi dan Terapi dengan formulir Pelaporan Efek Samping Obat

18
Pemantauan efek samping obat dilakukan secara kolaboratif antara dokter,
perawat dan petugas farmasi (Apoteker).

4.2.4. PIO (Pelayanan Informasi Obat)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.Kegiatan yang
dilakukan berupa :
Membuat brosur informasi obat
Menjawab pertanyaan pasien, perawat, dokter, karyawan rumah sakit
mengenai obat melalui telepon atau tatap muka
Melakukan pelatihan-pelatihan internal farmasi mengenai
perkembangan obat dan ilmu pengetahuan
Dalam memberikan pelayanan informasi obat maka sumber informasi yang
digunakan harus tersedia, akurat dan terkini.

4.2.5. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan membantu
menyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling
dilakukan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien yang meliputi nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. Dengan
memberikan konseling diharapkan kepatuhan pasien u ntuk minum obat
meningkat sehingga hasil terai maksimal. Konseling terutama dilakukan
terhadap :
Faktor yang perlu diperhatikan :
Pasien dengan penyakit kronis
Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi
Pasien geriatrik.
Pasien pediatrik.
Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas

19
Konseling dilakukan di ruangan khusus dan didokumentasikan. Untuk saat ini,
konseling diutamakan dilakukan pada pasien ODHA bekerjasama dengan unit
keperawatan.

4.2.6. Ronde/Visite Pasien


Merupakan kegiatan mengunjungi pasien rawat inap dan menilai
perkembangan pasien dengan terapi yang diterimanya. Apoteker juga
melakukan pengkajian terhadap catatan perawat dan memberikan keterangan
pada formulir resep atau daftar pemakaian obat untuk menjamin penggunaan
obat yang benar. Apabila apoteker menemukan ketidaksesuaian antara resep
dengan catatan perawat, atau dengan jumlah obat, nama obat, dosis obat, atau
ditemukan hal-hal yang meragukan maka apoteker akan melakukan konfirmasi
kepada perawat penanggungjawab ruangan tersebut

4.2.7. Identifikasi dan penyimpanan obat yang dibawa pasien dari luar
Obat yang dimaksud dalam hal ini adalah obat yang dibawa pasien dari rumah
atau dari rumah sakit lain ketika pasien tersebut diopname. Obat tersebut
diterima oleh perawat ruangan, dicatat pada formulir Daftar Obat Yang Dibawa
Pasien Dari Rumah, kemudian diberitahukan kepada dokter penanggungjawab
perawatan. Dokter mencatat di lembar pengkajian awal atau catatan
terintegrasi. Apabila dokter menyarankan obat tersebut tetap dilanjutkan, maka
obat itu diserahkan pada petugas farmasi ruangan untuk disimpan pada rak obat
pasien tersebut. Apabila dokter menyarankan obat tersebut dihentikan, maka
perawat mengembalikan obat tersebut pada keluarga pasien.

4.2.8. Penanganan Obat Sampel


Dalam hal obat sampel, Rumah Sakit Bhakti rahayu tidak menerima obat-obat
sampel dari pihak manapun. Rumah sakit secara mandiri memenuhi kebutuhan
obat-obat dan perbekalan farmasi lain sesuai kebutuhan.

20
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

5.1 Pengertian
Keselamatan pasien secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu upaya
untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Dalam kaitannya dengan
farmasi, maka bahaya yang dimaksud adalah bahaya terkait penggunaan obat
atau alat kesehatan. Dalam proses pelayanan kefarmasian, bahaya yang banyak
terjadi adalah kejadian obat yang merugikan (adverse drug events), kesalahan
pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug
reaction). Terkait dalam upaya mengatasi hal ini maka pendekatan sistem perlu
dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko dan mempromosikan upaya
keselamatan obat termasuk alat kesehatan yang menyertai. Dalam aplikasi
praktek pelayanan kefarmasian untuk keselamatan pasien terutama medication
error adalah : menurunkan risiko dan promosi penggunaan obat yang aman.
Ada beberapa pengelompokan medication error berdasarkan dampak dan
proses. Pengelompokan tersebut yaitu :
Indeks medication errors untuk kategorisasi errors (berdasarkan dampak)

Errors Kate- Hasil


gori
No error Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya
A kesalahan

Error No B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien


Harm Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan
c
pasien tetapi tidak membahayakan pasien
Terjadi kesalahan sehingga monitoring ketat harus
D
dilakukan tapi tidak membahayakan pasien
Error, harm Terjadi kesalahan hingga terapi dan intervensi lanjut
E diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara
Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus
F dirawat lebih lama di rumah sakit serta memberikan
efek buruk yang sifatnya sementara
Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk
G
yang bersifat permanen
Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien
H
contoh stok anafilaktik
Error,death
I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia

21
Jenis-jenis medication errors (berdasarkan alur proses pengobatan)
Tipe Medication Keterangan
Errors
Unauthorized drug Obat yang terlanjur diserahkan pada pasien
padahal diresepkan oleh bukan dokter yang
berwenang
Improper dose/quantity Dosis, kekuatan atau jumlah obat yang tidak sesuai
dengan yang dimaksud dalam resep
Wrong dose preparation Penyiapan/ formulasi atau pencampuran obat yang
method tidak sesuai
Wrong dose form Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara
pemberian yang tidak sesuai dengan yang
diperintahkan di dalam resep
Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang
keliru yang tidak sesuai dengan yang tertera di
dalam resep
Omission error Gagal dalam memberikan dosis seuai permintaan,
mengabaikan penolakan pasien atau keputusan
klinik yang mengisyaratkan untuk tidak diberikan
obat yang bersangkutan
Extra dose Memberikan duplikasi obat pada waktu yang
berbeda
Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau perintah
diberikan secara lisan atau diresepkan oleh dokter
yang tidak berkompeten
Wrong administration Menggunakan cara pemberian yang keliru
technique termasuk misalnya menyiapkan obat dengan
teknik yang tidak dibenarkan (misalkan obat im
diberikan iv)
Wrong time Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal
pemberian atau diluar jadwal yang ditetapkan

Titik kritis dalam proses manajemen obat yang perlu diperhatikan dalam upaya
keamanannya yaitu : sistem seleksi (selection), sistem penyimpanan sampai
distribusi (storage and distribution), sistem permintaan obat, interpretasi dan
verifikasi (ordering and transcribing), sistem penyiapan, labelisasi/etiket,
peracikan, dokumentasi, penyerahan ke pasien disertai kecukupan informasi
(preparing and dispensing), teknik penggunaan obat pasien (administration), dan
pemantauan efektifitas penggunaan (monitoring).

5.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan
kefarmasian dalam melaksanakan program keselamatan pasien rumah sakit

22
b. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya program keselamatan pasien di instalasi farmasi
2. Terlaksananya pencatatan kejadian yang tidak diinginkan akibat
penggunaan obat di rumah sakit

5.3 Tata Laksana


Tata laksana pengelolaan keamanan pasien di instalasi farmasi :
a. Pemilihan
1. Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, item obat dan obat sejenis
yang diadakan dikendalikan jumlahnya
2. Penggunaan obat/alat kesehatan di rumah sakit sesuai formularium
b. Pengadaan
Perbekalan farmasi dipesan hanya dari distributor resmi
c. Penyimpanan
1. Obat disimpan sesuai persyaratan penyimpanan
2. Sistem penyimpanan secara FEFO dan FIFO
3. Obat yang tergolong LASA (Look Alike Sound Alike ) disimpan secara
terpisah. Daftar obat LASA telampir
4. Pemberian stiker penanda obat-obat khusus yaitu untuk obat mendekati
kadaluarsa, stiker FEFO,
5. Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) disimpan di
tempat khusus.Daftar obat dengan peringatan khusus terlampir
d. Skrining resep
1. Pelayanan resep wajib dibubuhi stempel kendali dan wajib diisi oleh
setiap petugas.

Stempel kendali berupa :


ETIKET
PENYIAPAN
RACIK
HARGA
VERIFIKASI
PENYERAHAN
2. Skrining resep dilakukan saat membuat etiket/label
3. Skrining resep meliputi :
Identitas pasien pada resep sesuai dengan identitas pendaftaran

23
Tanggal penulisan resep
Nama obat, kekuatan, jumlah obat, aturan pakai tertulis jelas
Nama dokter
4. Apabila ditemui tulisan yang tidak jelas, resep yang tidak terbaca,
identitas pasien tidak sesuai, dosis atau aturan pakai obat tidak lazim
wajib langsung ditanyakan pada dokter penulis resep
e. Dispensing
1. Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SPO
2. Penempelan etiket/label harus tepat. Etiket harus dibaca pada saat
menempelkan pada kemasan, pada saat menyerahkan obat pada pasien
3. Penyiapan obat dan penyerahan obat dilakukan oleh orang yang berbeda
4. Pemeriksaan pada saat penyerahan meliputi kelengkapan permintaan,
ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap
obat, kesesuaian resep terhadap isi etiket
5. Identifikasi pasien dilakukan sebelum pemberian obat menggunakan tiga
identitas yaitu nama pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis.
f. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pada saat penyerahan obat pasien diberi penjelasan mengenai hal-hal penting
terkait obatnya yaitu :
Aturan pakai obat
Cara pemakaian obat
Cara penyimpanan obat
Peringatan yang berkaitan dengan pengobatan
g. Monitoring dan evaluasi
Setiap ada kejadian efek samping obat didokumentasikan
Proses monitoring efek samping obat dilakukan secara kolaboratif
antara perawat, dokter dan apoteker
h. Pelaporan dan pencatatan Insiden
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
dan Kejadian Sentinel wajib dilaporkan kepada apoteker
Pelaporan dilakukan dengan mengisi Formulir Laporan Insiden
Pelaporan wajib dilakukan pada akhir shift atau maksimal 2 x 24 jam
dan diserahkan kepada kepala instalasi
Kepala instalasi memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
dan menyerahkan laporan pada Tim Keselamatan Pasien rumah sakit

24
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

7.1 Pengertian
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Instalasi farmasi rumah sakit Bhakti rahayu adalah suatu
divisi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi yang
meliputi obat, alkes, reagensia dan merupakan tempat yang berpotensi
menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pegawai instalasi
farmasi.
Ancaman bahaya di instalasi farmasi terdiri atas :
1. Ancaman bahaya biologi
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh mikroorganisme hidup seperti virus, bakteri, parasit, riketsia dan jamur.
Contoh ancaman biologi di instalasi farmasi : infeksi nosokomial,
tuberculosis, hepatitis B, AIDS, dll.
2. Ancaman bahaya kimia
Adanya bahan-bahan kimia di instalasi farmasi dapat menimbulkan bahaya
bagi karyawan instalasi farmasi. Kecelakaan akibat bahan-bahan kimia dapat
menyebabkan keracunan kronik.
Bahan-bahan kimia yang mempunyai risiko mengakibatkan gangguan
kesehatan di instalasi farmasi yaitu alcohol, hydrogen peroksida, debu
3. Ancaman bahaya fisika dan ergonomi
Bahaya fisika dan ergonomi juga merupakan ancaman yang perlu dilakukan
upaya penanggulangannya agar tidak menyebabkan penyakit akibat kerja.
Faktor fisika di instalasi farmasi yaitu bising, panas, cahaya dan listrik.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitan
dengan pekerjaannya. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia, contohnya dengan menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban yang sesuai dengan tubuh manusia.
Contoh faktor ergonomi di instalasi farmasi yaitu suhu AC, kesesuaian
lampu dengan ruangan, tata letak alat-alat sealur dengan pekerjaan,dll

25
4. Ancaman bahaya psikososial
Pekerjaan yang dilakukan di instalasi farmasi dapat menjadi sumber
kebahagiaan atau malah kesengsaraan bagi karyawannya sehingga
menimbulkan stress.
Faktor yang dapat menimbulkan kesengsaraan di instalasi farmasi contohnya
beban kerja yang tinggi karena lembur terlalu banyak, bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan karyawan tidak sesuai dengan tuntutan
pekerjaan, pertentangan dengan rekan kerja yang berlarut-larut, dll.

7.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Terlaksanya kesehatan dan keselamatan kerja di IFRS Bhakti rahayu agar
tercapai pelayanan kefarmasian dan produktifitas kerja yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Memberikan perlindungan kepada karyawan farmasi IFRS Bhakti
rahayu, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya,
kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan hasil produksi
d. Menciptakan cara bekerja yang baik dan benar

7.3 Tata Laksana Keselamatan Kerja


1. Kebakaran
Tersedia APAR
2. Bahan-bahan Berbahaya
Bahan berbahaya dipesan hanya melalui distributor resmi
Tersedia MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk setiap bahan
berbahaya
Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan kemasan yaitu :
Utuh
Nama barang
Isi dan komposisi dalam nama kimia
Nomor registrasi
Petunjuk cara penggunaan
Petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya

26
Tanda peringatan lain
Nama dan alamat pabrik yang memproduksi
Cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya
Bahan berbahaya disimpan pada lemari tersendiri
Bahan berbahaya diberi label khusus pada kemasannya
3. Sediaan sitostatika
Sediaan sitostatika ditangani dan dicampur pada ruangan khusus
Penanganan sediaan sitostatika menggunakan APD dan sesuai SPO
masing-masing
4. Bahaya biologi
Melakukan pekerjaan sesuai SPO
Cuci tangan sebelum bekerja
Menggunakan masker dan sarung tangan saat meracik obat

5. Bahaya fisika dan ergonomi


Tersedia AC
Tersedia meja dan kursi kerja yang memadai
Tersedia air minum di ruangan kerja
Tersedia lampu dengan penerangan yang memadai
6. Bahaya psikososial dan stress
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis

27
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

7.1 Pengertian
Pengendalian mutu di instalasi farmasi merupakan kegiatan pengawasan,
pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan farmasi untuk menjamin mutu,
mencegah kehilangan,kadaluarsa, rusak atau ditarik dari peredaran, serta
pemantauan kualitas pelayanan terhadap pasien yang diwujudkan dalam bentuk
pemantauan waktu tunggu obat di instalasi farmasi. Dalam pelayanan
kefarmasian, pengendalian mutu juga berarti tercapainya kualitas pelayanan
kefarmasian sesuai standar yang telah ditetapkan rumah sakit.

7.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar yang telah ditetapkan dan
tercapainya kepuasan pelanggan
b. Tujuan khusus
1. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan
keamanan pasien
2. Meningkatkan efisiensi pelayanan
3. Meningkatkan kepuasan pasien dan pengunjung
4. Menurunkan keluhan pasien atau unit kerja terkait

7.3 Tata Laksana


Laporan pencapaian sasaran mutu dilaporkan kepada tim Pengendalian Mutu
Rumah Sakit.
Pengendalian mutu di farmasi diwujudkan dalam sasaran mutu yang hendak
dicapai yang mencakup 4 hal yaitu :
1. Penetapan waktu tunggu pelayanan obat jadi < 10 menit
Standar yang ditetapkan yaitu 90%. Data diperoleh dari data komputer
selama pelayanan. Hasil pencapaian dilaporkan setiap bulan dan
dievaluasi setiap 3 bulan.
2. Penetapan waktu tunggu pelayanan obat racikan < 20 menit

28
Standar yang ditetapkan yaitu 90%. Data diperoleh dari data komputer
selama pelayanan. Hasil pencapaian dilaporkan setiap bulan dan
dievaluasi setiap 3 bulan.
3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
Standar yang ditetapkan yaitu 0%. Data diperoleh dari laporan KTD
yang ada pada tim Patient Safety, dilaporkan setiap bulan dan
dievaluasi oleh apoteker bersama Tim Pasien Safety .
4. Penulisan resep sesuai formularium
Standar yang ditetapkan yaitu 100%. Data diperoleh dari catatan
pembelian obat keluar yang dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi
setiap.

29
BAB VIII
PENUTUP

Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang berprinsip patient oriented dengan filosofi


pharmaceutical care adalah sasaran yang hendak dituju pada akhirnya oleh istalasi
farmasi RS Bhakti rahayu. Dalam praktek di lapangan, hal ini tentu saja menemui
berbagai kendala. Oleh karena itu adanya pedoman pelayanan farmasi ini hendaknya
dapat menjadi pegangan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

30

You might also like