You are on page 1of 4

TUGAS MATA KULIAH

PENGINDERAAN JAUH TERAPAN


(Individu)

Disusun Oleh:

Yoanna Anita Christy


14/364066/TK/41871

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
Perbandingan Foto Udara dengan LiDAR dan Foto Udara

dalam pembuatan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)

Informasi Geospasial Dasar (IGD) meliputi peta dasar dan jaring kontrol geodesi. Peta
Rupabumi Indonesia adalah peta dasar yang memberikan informasi secara khusus untuk
wilayah darat (Undang-Undang Republik Indonesia tentang Informasi Geospasial Nomor 4
Tahun 2011). Dalam penyelenggaraan informasi geospasial dasar diperlukan pengumpulan
data geospasial. Menurut Wisnu (2016), penyelenggaraan informasi geospasial dasar yaitu
peta dasar darat yang dilakukan di Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi (PPRT), Badan
Informasi Geospasial (BIG) meliputi pemetaan skala besar, menengah, dan kecil. Akuisisi
datanya antara lain foto udara, Light Detection and Ranging (LiDAR), Radio Detection and
Ranging (RADAR), dan citra optis.
BIG sepanjang tahun 2016 melakukan kegiatan pembuatan unsur peta rupabumi
Indonesia skala 1:5.000 di beberapa wilayah. Kegiatan tersebut dilakukan menggunakan foto
udara dan LiDAR atau data citra tegak satelit resolusi tinggi. Terdapat 2 perbedaan mendasar
dalam penyelenggaraan RBI menggunakan foto udara dan LiDAR yaitu menyangkut
ketelitian geometri peta yang dihasilkan yaitu ketelitian horizontal dan vertikal. Perbedaan
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Ketelitian vertikal dalam pembuatan kontur
Menurut Duantari (2017), pengolahan data LiDAR diawali dengan proses
editing masspoint dan menghilangkan noise serta spike. Setelah proses editing
dilakukan, dilakukan pembuatan model Triangulated Irregular Network (TIN)
untuk mendapatkan kontur dari Digital Terrain Model (DTM). Sedangkan, data
foto udara diolah dengan menggunakan cara stereoplotting. Proses stereoplotting
ini diawali dengan pembuatan stereomate dan pembentukan model stereo. Hasil
stereoplotting tersebut yang kemudian menghasilkan kontur. Pengolahan tersebut
dilakukan pada penelitian Analisis Perbandingan DTM dari LiDAR dan Foto
Udara dalam Pembuatan Kontur Peta Rupa Bumi Indonesia studi kasus di Sei
Mangke, Sumatra Utara.
Hasil analisis penelitian menyatakan hasil hitung ketelitian uji LE90
pengolahan data DTM LiDAR yang dibandingkan dengan nilai GCP/ICP sebesar
0,571 m sedangkan DTM foto udara 1,009 m. Berdasarkan Peraturan Kepala BIG
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar hasil
pengolahan data LiDAR pada ketelitian peta skala 1:5000 masuk ke dalam
klasifikasi kelas 1 sedangkan hasil pengolahan data foto udara masuk ke dalam
klasifikasi kelas 2. Hasil analisis di area studi penelitian tersebut menunjukan
bahwa pengambilan titik sampel menghasilkan selisih rata-rata paling besar atau
perbedaan yang signifikan antara data LiDAR dan foto udara yaitu vegetasi sebesar
0,640 m. Sedangkan, untuk jalan memiliki rata-rata paling kecil sebesar 0,218 m.
Berdasarkan hasil kontur yang dihasilkan, kontur hasil stereoplotting lebih
sederhana, bersih, dan tidak membingungkan sesuai dengan syarat peta apabila
dibandingkan dengan hasil kontur LiDAR. Kontur data LiDAR tergantung pada
model TIN yang dihasilkan. Sedangkan, untuk kontur data foto udara sangat
tergantung pada pembuatan breakline dan masspoint pada proses stereoplotting.
2. Ketelitian horizontal dalam pembuatan obyek planimetris
Ketelitian data jarak LiDAR tergantung dari konfigurasi spesifik dari sistem
LiDAR. Sampai saat ini ketelitian sistem LiDAR komersial mencapai 15 cm secara
vertikal dan 30 cm secara horisontal (Fowler, 1999 dalam Istarno, 2011). Menurut
Gularso, dkk. (2015), teknik fotogrametri dengan wahana tak berawak dapat
menghasilkan foto yang lebih jelas, karena tinggi terbang sekitar 200 meter di atas
permukaan tanah menghasilkan foto dengan resolusi 0,5 cm. Dalam penelitian
Penggunaan Foto Udara Format Kecil Menggunakan Wahana Udara NIR-Awak
dalam Pemetaan Skala Besar, Gularso, dkk. (2015) mendapatkan nilai akurasi
horizontal sebesar 0,270319 meter. Dalam penelitian tersebut perlu dilakukan
kajian lebih lanjut dalam penggunaan foto udara format kecil untuk pemetaan
rupabumi skala besar (RBI skala besar) dikarenakan masih banyaknya parameter-
parameter yang belum diikutsertakan.
Selama tahun 2016, BIG menyelenggarakan akuisisi foto udara menggunakan
teknologi LiDAR. Hal tersebut merupakan bagian dari pengumpulan data geospasial (DG).
Akuisisi dilakukan sepanjang 3758.33 km2 yang tersebar di beberapa daerah seperti Banda
Aceh, Sabang, Meuloboh, Sei Mangke, Maloy Batuta Trans Kalimantan, Mandalika, dan
Tanjung Lesung. Berikut ini adalah perbandingan akuisisi foto udara dengan foto udara dan
LiDAR:
No Proses Foto Udara Foto Udara dan LiDAR
1. Sensor Pasif Pasif dan Aktif
2. Ketelitian planimetrik Relatif tinggi Relatif tinggi
3. Ketelitian tinggi Relatif sedang Relatif tinggi (10 cm 15 cm)
4. Luas Area Luas Sangat Luas
5. Wahana terbang Pesawat tanpa awak Pesawat dengan atau tanpa awak
6. Media akuisisi Kamera Kamera dan sistem laser
7. Pembentukan DTM Stereoplotting Model TIN
8. Jumlah Informasi Sebanyak yang mampu Sebanyak yang mampu
diinterpretasikan dari diinterpretasikan dari foto
foto
9. Area tutupan lahan Cocok didaerah terbuka Cocok didaerah terbuka maupun
tertutup
10. Kerapatan kontur Rapat Sangat rapat
11. Proses Akuisisi Sedang Cepat
12. Biaya Murah Relatif Murah

DAFTAR PUSTAKA

Badan Informasi Geospasial. 2016. Laporan Akuntabilitas Kerja Badan Informasi


Geospasial Tahun 2016.
Duantari, Novita. 2017. ANALISIS PERBANDINGAN DTM (DIGITAL TERRAIN
MODEL) DARI LIDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) DAN FOTO UDARA
DALAM PEMBUATAN KONTUR PETA RUPA BUMI INDONESIA. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Istarno. 2011. Teknologi LiDAR. Sleman: Universitas Gadjah Mada.
Meizani, Aan. 2009. Teknologi LiDAR dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang
Batubara. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Informasi Geospasial Nomor 4 Tahun
2011.
Wisnu, Batoro. 2016. Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar Daerah Kepri,
Bangka Belitung, dan Lampung. Bogor: Badan Informasi Geospasial.

You might also like