You are on page 1of 5

Pada kasus diatas pasien dengan tumor di region clavivula sinistra suspek keganasan

akan dilakukan tindakan eksisi biopsy dengan anestesi TIVA. Berdasarkan pemeriksaan
preoperative diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakit saluran pernapasan,
riwayat penyakit kardiovaskular, alergi, maupun riwayat penyakit metabolic dan didapatkan
pasien dalam keadaan stabil dan tidak didapatkan adanya gangguan sistemik yang dapat
mengganggu proses operasi dan anestesi. Berdasarkan penilaian hasil pemeriksaan
preoperative tersebut dan berdasarkan pemeriksaan status anestesi pasien, pasien digolongkan
pada PS ASA I sesuai dengan klasifikasi penilaian status fisik menurut The American Society
of Anesthesiologist.
Walaupun pada penentuan status ASA pasien termasuk dalam PS ASA I terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan pada pasien karena pasien sudah berumur 78 tahun atau
berdasarkan pembagian umur lanjut usia menurut WHO termasuk dalam lanjut usia tua (old).
Perhatian pada pasien ini berhubungan dengan mulai adanya perubahan kondisi pasien
lanjut usia seperti, menurunnya kemampuan untuk meningkatkan HR dalam merespon
terjadinya hipovolemi, hipotensi atau hipoksia, menurunnya fungsi tubular ginjal, dan
meningkatnya kelemahan terhadap hipotermi.
Frekuensi yang relatif tinggi terhadap gangguan fisiologi yang serius pada orang tua
menjadi hal yang utama dalam mengevaluasi preoperative. Secara umum pada usia lanjut
terjadi penurunan cairan tubuh total dan mean body mass dan juga menurunnya respons
regulasi termal, dengan akibat mudah terjadi intoksikasi obat dan juga mudah terjadi
hipotermi. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga telah terjadi perubahan-
perubahan pada beberapa sistem dalam tubuh, seperti pada sistem saraf, kulit, sistem
kardiovaskular, paru dan sistem pernafasan, ginjal, saluran pencernaan, sistem imun, dan
sitem musculoskeletal,
Selain itu, penentuan PS ASA ini juga berkaitan dengan perubahan farmakologi yang
terjadi pada pasien lanjut usia. Hal ini karena penuaan menimbulkan perubahan terhadap
Farmakokinetik (hubungan antara dosis obat dengan konsentrasi dalam plasma) dan
farmakodinamik (hubungan antara konsentrasi dalam plasma dengan efeknya secara klinik).
Berdasarkan hal tersebut, pada pasien lanjut usia perlu dilakukan penilaian
perioperative dengan seksama untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan gangguan fisiologis pasien lanjut usia. Salah satu penilaian
perioperative yang penting adalah penilaian pre operatif. Pada pasien lanjut usia perlu
dilakukan penilaian mendalam mengenai fungsi masing-masing system tubuh seperti
penilaian fungsi kardiovaskular dari penilaian elektrokardiografi dan fungsi system tubuh
lainnya seperti fungsi ginjal dan hati yang berfungsi pada metabolisme obat-obatan terutama
obat-obatan anestestesi dari penilain hasil pemeriksaan penunjang laboratorium fungsi hati
dan fungsi ginjal dan selanjutnya perlu dilakukan konsultasi ke berbagai bagian yang terkait
mengenai apakah terdapat gangguan pada fungsi-fungsi tersebut dan untuk menentukan
penatalaksanaan anestesi selanjutnya dari hasil konsultasi tersebut.
Pada pasien ini kemudian dilakukan tindakan eksisi biopsy dengan anestesi TIVA
dengan propofol. Anestesi TIVA dipilih pada pasien ini dengan mempertimbangkan beberapa
alasan, yaitu jenis anestesi ini dapat digunakan dalam operasi yang singkat, tidak
mengganggu jalan nafas pasien, mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat serta mesin
anestesi khusus, dapat dikombinasikan atau terpisah dan dapat dititrasi dalam dosis yang
lebih akurat dalam pemakaiannya, dan pada pasien lanjut usia dapat mencegah timbulnya
keadaan patologis akibat rangsangan SSP seperti yang dapat terjadi pada anestesi umum dan
regional.
Pada pasien ini kemudian dilakukan tindakan eksisi dibawah anestesi TIVA dengan
Propofol (TIVA). Propofol dipilih sebagai agen anestesi intravena karena propofol memiliki
kelebihan dibanding agen anestesi lainnya, yaitu propofol memiliki distribus yang cepat dan
luas, serta bersihan metabolic yang cepat pula. Secara umum keuntungan penggunaan TIVA
dnegan propofol adalah: dapat memberikan anestesi dengan onset yang cepat dan durasi yang
singkat sehingga dapat dititrasi sesuai kebutuhan, mengurnagi delirium atau agitasi
pascaoperasi, mengurangii kejadian mual dan muntah, mengurangi polusi udara kamar
operasi dan lingkungan, tidak memerlukan mesin anestesi yang besar, merupakan anestesi
pilihan pada pasien yang diduga hipertermia maligna, teknik anestesi pilihan pada anestesi
yang memerlukan monitoring saraf dan merupakan anestesi pilihan pada kondisi dimana
akses jalan nafas terbatas atau harus berbagi dengan ahli bedah.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai critical point dalam tatalaksana
anestesi pada kasus ini. Critical point pada masing-masing system organ dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Problem Actual Potensial Antisipasi
List
B1 Airway bebas, malampati Aspirasi oleh sekresi O2 nasal atau masker
score : I, gigi palsu (-), saliva, sesuai saturasi O2,
thoraks simetris, ikut gerak jatuhnyapangkal chin lift, suction bila
napas, RR: 20 x/m, perkusi: lidah. perlu
sonor, suara napas vesikuler
+/+, ronkhi-/-, wheezing -/-
B2 Perfusi: hangat, kering, Hipovolemik, Resusitasi cairan,
merah. CRT < 2 detik, BJ: Overload, Bradikardia, monitoring vital sign
I-II murni regular, hipotensi, perdarahan
konjungtiva anemis -/-
B3 Kesadaran Compos Mentis, Penurunan kesadaran, Observasi kesadaran
GCS: 15 (E4V5M6), riwayat peningkatan TIK akibat (GCS), tanda-tanda
kejang (-), riwayat pingsan obat anestesi TTIK
(-) (ketamine)
B4 Terpasang DC, produksi Retensi urin Rehidrasi, Monitoring
urin (+), warna kuning produksi urin
jernih
B5 Perut tampak datar, nyeri Risiko refluks Pemberian Ranitidin
tekan (-), BU (+) normal, gastroesofageal saat dan Ondansentron
hepar dan lien tidak teraba operasi.
membesar
B6 Akral hangat (+), edema (-) Posisikan pasien
dengan tepat

Selain penentuan pemilihan anestesi pada pasien ini, juga dipertimbangkan mengenai
terapi cairan selama masa perioperative. Terapi cairan sendiri adalah tindakan untuk
memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus
kristaloid atau koloid secara intravena.
Dengan mempertimbangkan hal diatas dan berdasarkan perhitungan kebutuhan cairan
preoperative untuk maintenance dan sekaligus untuk mengganti deficit selama puasa 10 jam
Setelah operasi, pasien diobservasi diruang pemulihan dan dipindahkan ke ruang
perawatan bedah pria. Aktualnya pasien sudah diperbolehkan makan sedikit-sedikit 6 jam
post operasi, sehingga kebutuhan cairan dan kalori dapat terpenuhi bukan hanya dari cairan
infus tetapi juga melalui konsumsi per oral. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa stress
pembedahan menyebabkan pelepasan Aldosteron dan ADH sehingga terjadi kecenderungan
tubuh untuk menahan air dan Natrium. Penggunaan cairan intravena diharapkan dapat
menunjang pemenuhan kebutuhan cairan dan kalori disamping melalui intake oral. Walaupun
pemberian cairan intravena ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
pasien, namun tetap saja harus didukung dengan intake oral yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan kalori perhari.
Untuk membantu mengurangi nyeri pada pasien ini, diberikan antrain (Metamizole
Na), yaitu devirat metansulfanot dari aminoprin yang mempunyai khasiat analgesik.
Metamezole Na (santagesik) adalah obat untuk meringankan rasa sakit/kolik dan rasa nyeri
setelah operasi sehingga pada pasien ini pemberiannya diberikan pada akhir tindakan operasi.
Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan
perifer. Metamizole Na bekerja sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran pencernaan
mempunyai waktu paruh 1 - 4 jam.7
Pasien juga diberikan ranitidin dan ondansentron. Ranitidin merupakan golongan obat
antihistamin reseptor 2 (AH2). Mekanisme kerja ranitidin adalah menghambat reseptor
histamin 2 secara selektif dan reversibel sehingga dapat menghambat sekresi cairan lambung.
Ranitidin mengurangi volume dan kadar ion hidrogen dari sel parietal akan menurun sejalan
dengan penurunan volume cairan lambung. Sedangkan ondansetron adalah suatu antagonis
reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun
mengatasi mual dan muntah.

You might also like