You are on page 1of 6

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variabel terhadap


proses elektrokoagulasi secara batch. Dalam percobaan ini dilakukan variasi jarak
elektroda (3 cm dan 4 cm) dan variasi konsentrasi larutan (250 ppm dan 350
ppm). Elektrokoagulasi terdiri dari tiga proses dasar yaitu elektrokimia, koagulasi,
dan flotasi. Ketiga proses ini saling berhubungan untuk menjalankan proses
elektrokoagulasi. Untuk menghasilkan ion logam yang berfungsi sebagai
koagulan diperlukan beda potensial diantara elektroda. Dalam percobaan ini,
elektroda (katoda dan anoda) yang digunakan adalah aluminium. Sedangkan
larutan elektrolit yang digunakan adalah Turkish blue. Pengukuran konsentrasi zat
warna dilakukan dengan pengukuran absorbansi spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 620 nm.
III. 1. Pengaruh Jarak Elektroda Terhadap Perubahan Konsentrasi Setiap
Waktu
Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran absorbansi setiap 5
menit. Konsentrasi larutan dapat dicari melalui persamaan regresi kurva
kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Grafik III.1. menunjukkan perubahan
konsentrasi setiap 5 menit pada setiap variasi percobaan.
300

250
konsentrasi (ppm)

200
250 ppm / 3 cm
150
250 ppm / 5 cm

100 350 ppm / 3cm


350 ppm / 5 cm
50

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
waktu (menit)

Grafik III.1. Perubahan konsentrasi setiap waktu

III-1
Berdasarkan grafik III.1., terlihat bahwa terjadi penurunan
konsentrasi seiring berjalannya waktu. Namun terdapat beberapa anomali
yang terjadi, yaitu adanya konsentrasi yang naik pada waktu tertentu. Hal
ini dikarenakan semakin lama waktu saat proses elektrokoagulasi, semakin
banyak partikel zat warna yang terkoagulasi. Partikel yang terkoagulasi ini
memiliki ukuran yang berbeda dan memiliki densitas yang sama dengan
air sehingga seolah-olah larut dalam air, sehingga perlu dilakukan
sentrifugasi untuk pengendapan partikulat. Partikel yang memiliki ukuran
besar akan mengendap dan ukuran yang lebih kecil sebagian mengapung
dan sebagian masih larut dengan air. Distribusi partikel yang lebih kecil ini
mungkin lebih banyak daripada partikel besar pada setiap proses
pengambilan sampel sehingga akan berpengaruh pada analisa absorbansi.
Seharusnya, konsentrasi larutan terus menurun setiap waktu seiring
berjalannya proses elektrokoagulasi. Berdasarkan teori, pada proses
elektrokoagulasi ion Al3+ yang dihasilkan dari oksidasi anoda akan
bereaksi dengan ion OH- yang dihasilkan dari reduksi katoda dan
menghasilkan Al(OH)3. Al(OH)3 yang terbentuk akan bertindak sebagai
koagulan, dimana Al(OH)3 akan mengikat polutan dan membentuk flok-
flok. Flokflok tersebut kemudian akan terflotasi dengan bantuan gas
hidrogen (H2) yang terbentuk dari reduksi ion H+ yang terjadi pada katoda.
Proses tersebut menyebabkan zat warna terkoagulasi lalu terflotasi
sehingga konsentrasi zat warna akan terus menurun.
Sedangkan pengaruh jarak elektroda terhadap perubahan
konsentrasi akan terlihat melalui persentase penurunan warna. Dari hasil
perhitungan konsentrasi dengan mengukur absorbansi larutan, maka dapat
dihitung persentase penurunan warna. Hasil perhitungan persentase
penurunan warna dapat dilihat pada dalam tabel III.1.

III-2
Tabel III.1. Hasil perhitungan persentase penurunan warna

Konsentrasi Jarak elektroda %penurunan warna


(ppm) (cm) (%)
3 62.55539143
250
5 45.46615581
3 59.14073746
350
5 20.07494647

Pada tabel III.1, terlihat bahwa persentase penurunan zat warna


yang lebih besar terjadi pada jarak elektroda yang lebih kecil. Hal ini
disebabkan oleh jarak elektroda yang lebih kecil akan memperbanyak
pembentukan koagulan karena hambatan listrik yang lebih kecil. Hal ini
sesuai dengan persamaan :

= .

Jika luas penampang elektroda (A) dibuat konstan, semakin kecil jarak
elektroda (l) maka semakin kecil pula hambatan yang timbul dalam larutan
(R) pada sistem elektrolisis tersebut. Pada tegangan (V) konstan, semakin
kecil hambatan yang timbul, maka arus (I) menjadi semakin besar. Sesuai
dengan hukum Ohm :

=

Dengan arus listrik yang semakin besar maka akan mempercepat proses
elektrokimia untuk pembentukan koagulan. Semakin banyak koagulan
yang terbentuk, maka penurunan konsentrasi pewarna lebih besar.

III-3
III. 2. Pengukuran pH Setiap Waktu

8
7
6
5
250ppm/3cm
Ph

4 250 ppm/5cm
3 350 ppm/3cm
2 350ppm/5cm
1
0
0 10 20 30 40 50
waktu

Grafik III.2. Pengukuran pH setiap waktu

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pH setiap 5 menit


sehingga diperoleh grafik III.2 yang menggambarkan hubungan pH dalam
waktu tertentu. Dari percobaan, diperoleh nilai pH operasi berkisar 5.5 7
pada variasi konsentrasi dan jarak elektroda tertentu. Hal ini, menunjukan
bahwa kondisi optimum proses elektrokoagulasi berada pada pH 6-7.
Menurut literatur nilai pH optimum berada pada rentang 4-10. Hal ini
disebabkan pada rentang pH tersebut terjadi proses hidrolisis ion Al yang
menghasilkan senyawa yang efektif dalam proses koagulasi, sedangkan
pada pH di bawah 4 senyawa yang terbentuk adalah ion Al3+ dan pada pH
di atas 10 senyawa yang terbentuk adalah Al(OH)4-. Keduanya memiliki
sifat kurang efektif dalam proses koagulasi.

III-4
III. 3. Analisa Total Suspended Solid (TSS)
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian TSS dengan cara
grafimetri, sehingga diperoleh massa TSS pada awal dan akhir percobaan.
Dari massa yang diperoleh dapat dihitung persentase perubahan massa
TSS yang dirangkum dalam Tabel III.1.

Tabel III.2 Hasil Analisa massa TSS


Persentase
Konsentrasi Jarak elektroda
penurunan TSS Keterangan
(ppm) (cm)
(%)
Tidak Terjadi
3 cm 51.09489051
kenaikkan TSS
250
Tidak Terjadi
5 cm 2.941176471
kenaikkan TSS
3 cm -2.564102564 Terjadi kenaikkan TSS
350 Tidak Terjadi
5 cm 90,3571
kenaikkan TSS

Dari Tabel III.2, dapat terlihat bahwa dalam percobaan ini


beberapa anomali, yaitu pada konsentrasi zat warna 350 ppm dan jarak
elektroda 3 cm terjadi peningkatan massa TSS. Terjadi kenaikan TSS pada
penimbangan. Seharusnya massa setelah pengeringan lebih rendah
daripada massa sebelum pengeringan, disebabkan karena berkurangnya
kandungan air.
Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana massa TSS setelah
elektrokoagulasi seharusnya menjadi semakin kecil, karena polutan (zat
warna) telah terkoagulasi. Hal ini bisa disebabkan karena flok-flok yang
terbentuk tersebut ikut terbawa pada saat analisa TSS sehingga
menyebabkan peningkatan massa TSS.
Seahrusnya apabila jarak elektroda (d) semakin kecil dengan total
arus yang sudah ditetapkan. Dengan semakin besar arus listrik, larutnya
anoda akan naik, sehingga jumlah kompleks hydroxo cationic akan naik
dan menyebabkan TSS dan zat warna yang ada akan membentuk
gumpalan yang lebih besar dengan terbentuk flok yang lebih banyak dan
mengakibatkan jumlah sludge akan lebih banyak, sehingga TSS yang

III-5
dihilangkan juga lebih banyak . Polutan yang merupakan zat warna
tersebut akan membentuk ligands yang mengikat pada alumunium
hidroksida dengan reaksi sebagai berikut (Dalvand dkk., 2011) :
III. 4. Perubahan Massa Elektroda
Dari hasil percobaan, diperoleh hasil penimbangan berat anoda dan
katoda pada saat awal dan akhir percobaan (untuk setiap variabel).
Sehingga diperoleh perubahan massa elektroda untuk setiap percobaan
yang dirangkum dalam Tabel III.3.
Tabel III.3. Hasil perhitungan massa elektroda

Konsentrasi Jarak Penurunan Penurunan Massa


No. zat warna elektroda berat anoda berat katoda aluminium
(ppm) (cm) (gr) (gr) terlarut (gr)

1. 3 -0.2293 -0.0597 -0.289


250
2. 5 -0.0011 -0.1429 -0.144
3. 3 -0.1597 -0.1056 -0,2653
350
4. 5 -0.0907 -0,104 -0,1947

Dalam Tabel III.3. dapat terlihat bahwa pada saat variabel nomor
1-4, terjadi penambahan massa pada kedua elektroda. Pada percobaan ini
terjadi perbedaan dengan apa yang ada pada teori hal ini mungkin
disebabkan pada saat pencucian elekroda masih terdapat sisa sisa flokulan
yang menempel di elektroda sehingga saat penimbangan masih adanya air
dan kotoran yang menempel pada saat penimbangan berlangsung,
sehingga menambah berat katoda/anoda.
Seharusnya menurut teori, anoda akan mengalami pengurangan
massa karena mengalami oksidasi. Anoda, yaitu aluminium akan
teroksidasi menjadi ion Al3+. Kemudian ion Al3+ ini akan bereaksi dengan
ion OH- yang terbentuk dari hasil reduksi pada katoda, menjadi Al(OH)3
yang merupakan koagulan.
Anoda : Al(S) Al3+ + 3e-
Katoda : 3H2O(l) + 3e- (3/2)H2(g) + 3OH-(aq)
Keseluruhan : Al3+ + 3OH- Al(OH)3

III-6

You might also like