You are on page 1of 6

Nama : Indah Noormala Santi

NIM : 14711172

Khansa Binti Amri

Nama lengkapnya adalah Al-Khansa Tamadhir binti Amr bin Al-Haris bin Asy-
Syarid. Ia lebih dikenal luas sebagai Al-Khansa, ibunda para syuhada dan penyair
muslimah masyhur. Beliau berasal dari Bani Salim, seorang gadis rupawan, berbakat,
berakhlaq mulia, fasih lisannya, dan senang bersyair sejak usia dini. Al-Khansa adalah
penyair kebanggaan Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah, memanggil Al-Khansa
menggunakan kalimat “Khannas”. Dimana didalamnya ada anjuran dan keinginan dari
penggunaan kata tersebut yang merupakan bentuk tarkhim untu nama sempurnanya,
Khansa.

Khansa lahir pada zaman jahiliyah kaum Quraisy. Ia tumbuh besar di tengah suku Arab,
Bani Mudhar. Khansa digambarkan sebagai sosok yang mulia, murah hari, tenang,
pemberani, dan jujur. Ia juga memiliki kelebihan lain, yakni bersyair. Syairnya indah
seperti jiwanya. Kata-katanya menghujam seperti tekadnya.
Di masa jahiliyah, Al-Khansa’ ra. Memenuhi dunia dengan tangisan dan keluh kesah atas
kematian saudara kandungannya, Shakhr. Setelah ditempa oleh Islam dengan luar biasa
ia sanggup merelakan empat putera kandungnya sendiri untuk meraih mati syahid dalam
perang Qadisiyyah.

Pada masa Jahiliah, predikat dia sebagai Nawwahah (wanita yang bertugas menangisi
mayit) dan di masa Islam, dia sebagai sahabat yang luhur, alim dan terpuji. Dia adalah
Al Khansa`. Al Khansa` berarti wanita yang cantik dan terpuji. Pada masa Jahiliyyah, dia
pernah meratapi saudaranya yang meninggal, yang bernama Sakhr, dia mendendangkan
syair, “Jikalau di sekelilingku tidak ada banyak orang yang menangisi saudara-
saudaranya, maka pastilah aku akan membunuh diriku sendiri. Mereka menangis tidak
seperti tangisan saudaraku, tapi jiwanya berlalu darinya dengan cara yang amat
memilukan” Adapun ketika Islam datang, Al Khansa` berhenti menjadi penyair Bani
Sulaim. Dia sibuk dengan beribadah kepada Allah SWT Yang Maha Esa. Dia memulai
membaca Al Qur`an dan tidak lagi membaca syair. Dia mulai mendengarkan hadits-
hadits Nabi SAW. Dia adalah Al Khansa`. Di balik keagungannya, kecantikannya dan
kelemahlembutannya dia tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Dia tidak
beriman dan beribadah kecuali kepada Allah. Mulutnya tidak lagi mendendangkan syair
ratapan dan tidak lagi ikut beradu syair. Akan tetapi dia menjadi seorang pembaca Al
Qur`an siang dan malam secara tartil.

Masuk Islamnya Al Khansa

Al Khansa binti Umar bin Kharis bin Syarit masuk Islam di saat mendatangi Nabi
Muhammad SAW bersama dengan Bani Syulaim. Semua pakar keilmuan telah sepakat
bahwa tak ada seorang wanita pun, baik sebelum Khansa’ maupun sesudahnya, yang
dapat menandingi kepiawaiannya dan bersyair. Ia dinobatkan sebagai penyair paling
mahir di Arab secara mutlak.

Dan setelah ia masuk Islam, ia pun berujar “dulu aku menangisi kehidupanku, namun
sekarang, aku menangis karena takut akan siksa neraka.” Keempat anaknya pernah
diberi hadiah oleh Umar bin Khathab, masing-masing dari mereka sebanyak 400 dirham.

Keadaannya berubah total setelah ia masuk Islam, ujian yang dialaminya menjadi
kesabaran yang didasari iman dan dihiasi oleh takwa, hingga ia tidak lagi merasa sedih
ketika kehilangan apa pun dari kenikmatan duniawi ini.

Syahdan suatu hari ia bersyair untuk ayahnya Mua'wwiyah dan saudara lelakinya Shakhr
yang gugur dalam peperangan di masa jahiliyah. Ia mengucapkan syair sembari
meneteskan air mata. Umat bin Khattab RA yang melihatnya pun bertanya, "Mengapa
engkau menangis Khansa?" Ia pun menjawab, "Aku menangisi ayah dan saudaraku."
Umar pun menegur Khansa karena mereka berdua meninggal dalam keadaan kafir.
"Justru itulah yang membuatku lebih kecewa dan sedih lagi. Dulu aku menangisi Sakhr
atas kehidupannya. Sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka."
Kepiawaiannya dalam ber syair

Dalam sebuah riwayat lain, sahabat Adi bin Hatim dan saudarinya Safanah binti Hatim
datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah. Adi berkata, "Ya Rasulullah, dalam
golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair, orang yang paling pemurah
hati, dan orang yang paling pandai berkuda."

Mendengar hal itu, Baginda meminta Adi bin Hatim menyebutkannya. Adi bin Hatim pun
menyebutkan orang-orang itu. "Yang paling pandai bersyair adalah Umru'ul Qais bin Hujr
dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha'i, ayahku. Sedangkan yang
paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma'dikariba."

Seketika, Rasulullah menukas nama-nama yang disebutkan Adi bin Hatim. Kemudian,
Baginda bersabda, "Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi bin Hatim. Orang
yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru dan orang yang paling murah
hati adalah Muhammad Rasulullah serta orang yang paling pandai berkuda adalah Ali
bin Abi Thalib."

Kemampuannya bersyair pun diakui oleh banyak sahabat Rasulullah. Jarir RA pernah
ditanya oleh sesorang, "Siapakah yang paling pandai bersyair?" Jarir pun berkata "Kalau
tidak ada al-Khansa tentu aku."

Kisah 4 Anaknya

Bakatnya sebagai seorang penyair sangat mumpuni. Begitu pun kasih sayang terhadap
suami dan keempat anaknya yang tiada tara. Muslimah yang memiliki nama lengkap
Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As-Sulamiyah ini menikah dengan
Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu, ia mendapatkan empat orang
anak laki-laki. Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Azis As-Sulami. Dari
pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak laki-laki : Yazid, Mu'awiyah, 'Amr, dan
'Amrah, semuanya memeluk Islam

Kasih sayang dan ilmu yang berlimpah ia berikan kepada anak-anaknya. Sehingga,
keempat anaknya itu menjadi pahlawan Islam yang tersohor. Keempatnya wafat sebagai
syuhada pada perang Qadisiyah.

Sebelum peperangan dimulai, terjadi perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa.


Keempat putranya saling memperebutkan kesempatan untuk ikut berperang melawan
tentara Persia. Mereka juga berdebat tentang siapa yang harus tinggal di rumah bersama
ibunda mereka.

Satu sama lain saling tunjuk menunjuk untuk tinggal di rumah bersama ibunya.
Keempatnya memiliki keinginan besar untuk melawan musuh. Pertengkaran itu pun
terdengar oleh Al-Khansa dan mengumpulkan semua anak-anaknya.

"Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan dan
berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia.
Sesungguhnya, kalian adalah putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang
perempuan yang sama," ujarnya.

Ia melanjutkan, tidak pantas baginya untuk mengkhianati ayahanda dari keempat


anaknya ataupun membuat malu paman mereka atau mencoreng tanda di kening
keluarganya. "Jika kalian melihat perang di jalan-Nya, singsingkanlah lengan baju kalian
dan berangkatlah. Majulah hingga barisan depan, niscaya engkau akan mendapatkan
pahala di akhirat tepatnya di negeri keabadian."

Ia pun memberikan ridha bagi keempat anaknya untuk berjihad. "Berangkatlah kalian dan
bertempurlah hingga syahid menjemput kalian." Keempatnya pun bergegas menuju
medan perang. Mereka saling berjuang melawan musuh-musuh Allah dan berhasil
membunuh banyak pasukan Persia. Pada akhirnya syahid datang dan menjemput
mereka.

Al-Khansa pun mendengar syahid keempat anak-anaknya. Namun, bukanlah air mata
yang mengalir deras dari matanya, melainkan binaran tanda syukur dan ia berkata
"Alhamdulillah, yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga
Allah, segera menjemputku dan mempertemukan aku dengan mereka dalam naungan
rahmat-Nya di Firdaus-Nya yang luas."
Al Khansa dikenal sebagai ibunda para syuhada yang bernama Tumadhir binti Amr bin
Al Harits bin Syarid. Ia adalah seorang penyair wanita yang andal pada masa Jahiliah.
Banyak sudah syair yang lahir darinya, apalagi setelah ia kehilangan saudaranya
bernama Shakhr.

Setelah Islam datang, Al Khansa menghadap Rasulullah SAW untuk menyatakan


keislamannya. Ia menjadi muslimah yang baik. Syair-syairnya disukai oleh Rasulullah
karena berhasil menciptakan atmosfer yang menyenangkan dan membuat hari menjadi
indah.

Al Khansa juga seorang ibu dari empat putra yang memiliki semangat juang tinggi. Hal
itu mereka dapatkan dari ibunya yang senang menasehati dan memotivasi anak-
anaknya. Hingga pada suatu saat, ketika perang qadisiyah (Perang Salib) terjadi, Al
Khansa membawa keluar anak-anaknya untuk bergabung dengan kaum muslimin
dengan dibekali motivasi. Satu per satu anaknya maju dan semuanya gugur di medan
perang.

Mendengar kabar anak-anaknya terbunuh, Al Khansa tidak merasa sedih. Santunan


anak-anak Al Khansa tetap diberikan oleh Khalifah Umar bin Khattab hingga Umar wafat.
Pada tahun 24 Hijriah, pada awal kekhalifahan Utsman bin Affan, Al Khansa wafat di
sebuah perkampungan Badui

Disebut sebagai Ibunda para syuhada karena keimanan dan kecintaannya kepada islam
sehingga mendorong keempat anaknya untuk berjihad di jalan Allah di medan perang
Qadisiyah (sekitar 636 M).

Sebelum perangan Qadisiyah dimulai, terjadilah perdebatan sengit di rumah Khansa RA.
Di antara keempat putranya saling berebut kesempatan mengenai siapakah yang akan
ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah
bersama ibunda mereka. Keempatnya saling menunjuk yang lain untuk tinggal di rumah.
Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rupanya perdebatan
mereka itu terdengar oleh Khansa RA.

Maka Khansa (r.ha) mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, “Wahai anak-
anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah
dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian
ini putra-putra dari seorang lelaki dan seorang perempuan yang sama. Tidak pantas
bagiku untuk mengkhianati ayahmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng
arang di kening keluargamu.”

Khansa RA berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, “Jika kalian telah melihat perang,
singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah. Majulah paling depan, niscaya kalian akan
mendapatkan pahala di akhirat, negeri keabadian. Sesungguhnya tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah kebenaran sejati, maka berperanglah
dan bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya kalian dianugerahi
hidup.”

Keempat anaknya pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian
melawan musuh, sehingga banyak yang tewas di tangan mereka. Akhirnya mereka pun
satu per satu gugur sebagai syahid. Ketika Khansa mendengar kematian dan kesyahidan
putra-putranya, sedikit pun ia tak merasa sedih. Bahkan ia berkata, “Segala puji bagi
Allah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera
memanggilku dan berkenan mempertemukanku dengan mereka dalam naungan rahmat-
Nya yang luas.”

You might also like