You are on page 1of 10

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/259294990

EVALUASI ASPEK GERAKAN DAN


OPERABILITAS DALAM PERANCANGAN
DRILLSHIP DENGAN DISPLASEMEN 35.000
TON

Conference Paper · December 2013

CITATIONS READS

0 513

3 authors:

I Dewa Gede Adi Surya Yuda Eko Budi Djatmiko


President University Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3 PUBLICATIONS 1 CITATION 44 PUBLICATIONS 15 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Wisnu Wardhana
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sustainable Island Development Initiatives (SIDI) View project

All content following this page was uploaded by Eko Budi Djatmiko on 15 December 2013.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


EVALUASI ASPEK GERAKAN DAN OPERABILITAS DALAM PERANCANGAN
DRILLSHIP DENGAN DISPLASEMEN 35.000 TON
*1 1 1
I.D.G Adi Surya YUDA , Eko B. DJATMIKO , dan Wisnu WARDHANA
1
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS-Surabaya
*E-mail: idewagedeadi@gmail.com

Abstract

Operability is the ability to work in a certain sea environment, by comparing the working time to the total time at location, or
in other words is the probability to complete the work by considering the criteria or limiting conditions in a certain sea
severity. Evaluation of motion aspectson the 35,000-ton drillship ”Dewa Oribis”has been performed to identify its
characteristics in waves, followed by the evaluation on its operability in Natuna Sea. General criteria as applied for drilling
operation by MODU (Mobile Offshore Drilling Unit)and criteria based on the operator comforts on floating offshore platforms
have been considered in the evaluation.Motion prediction in regular waves has been performed by running a mathematical
model developed on the basis of a 3-dimensional diffraction theory, and further transformed into the motion in random
waves through the spectral analysis. This latter analysis was conducted for all level of intensities by referring to the wave
scatter data for Natuna Sea, and then correlated to the operational criteria. Results of evaluation exhibits that at full load and
stationary conditions, drilling could be carried out at significant wave heights Hs ranging from 0.245m up to 4.745m, which
has a proportion of occurrence as much as 99.890%. Drilling operation would not be safely conducted at wave heights
higher than those, in which their occurrence in Natuna Sea is only 0.110%. This fact indicates the drillship “DewaOribis” is
appropriate to be considered to support the drilling operation in the corresponding oil and gas field.

Keywords:drillship, motion, regular wave, random wave, offshore drilling criteria, operability

1. Pendahuluan

Produksi minyak dan gas bumi terihat cenderung bergerak ke perairan dalam yang mempunyai
kondisi lingkungan laut yang lebih ganas dan bergelombang lebih besar dibandingkan perairan
dangkal. Kondisi itu menjadi alasan dituntutnya fasilitas dan anjungan pengeboran yang lebih
canggih, mempunyai stabilitas dinamis tinggi dan mampu bekerja pada kondisi gelombang yang
intensif [Buslov & Karsan (1985, 1986)]. Keuntungan terbesar dari Drillship adalah kemampuan
mereka untuk beroperasi di berbagai ladang minyak lepas pantai. Apabila dibandingkan dengan
bangunan apung lainnya, Drillship mempunyai kapasitas penyimpanan yang lebih besar,
khususnya pada daerah dek, tidak memerlukan anchor tugs,dapat menempuh jarak jauh dalam
waktu yang relatif singkat, dan tidak tergantung dari pelayanan supply vessel sehingga sesuai
untuk pengeboran laut dalam. Oleh karena itu, Drillship benar-benar independen jika dibandingkan
dengan Semi-Submersibles dan tongkang Jack-Up (clauss et al,1992).

Karakteristik gerakan merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kesuksesan
operasi bangunan laut. Gerakan yang berlebihan pada saat berada di atas gelombang akan
menurunkan kinerja bangunan laut, sehingga salah satunya akan berdampak pada biaya operasi.
Dengan kriteria operasi yang terkait, Karakteristik gerakan juga dapat dipakai sebagai prediksi
tingkat operabilitas dari Drillship. Makalah ini disusun untuk menyampaikan evaluasi karakteristik
gerakan dan operabilitas rancangan Drillship dengan displasemen 35000 Ton. Kajian diawali
dengan memprediksi perilaku gerakan Rancangan Drillship di atas gelombang regulerdan
selanjutnya ditransformasikan menjadi karakteristik gerakan pada gelombang laut riil yang bersifat
acak melalui prosedur analisis spektra. Data gelombang perairan Natuna diharapkan dapat
memberi informasi kemampuan operasi Drillship tersebut. Pada akhirnya evaluasi intensitas
gerakan di gelombang acak terhadap kriteria operasi pengeboran secara umum akan dilakukan,
untuk dapat memberikan kesimpulan tentang operabilitas atau kemampuan operasi pada kondisi
gelombang dengan tinggi karakteristik tertentu. (Djatmiko,2004)

2. Uraian Penelitian

Makalah ini dilakukan dengan memanfaatkan berbagai pengalaman penelitian yang telah
dipublikasikan. Pemodelan dan perancangan Awal Drillship mengacu pada publikasi yang
dilakukan oleh The Society of Petrolium Engineer(SPE) dan International Association of Drilling
Contractors(IADC) yaitu jenis Drillship ”Oribis One”. Dari acuan tersebut, perancangan garis dan
General Arrangement dibuat secara mandiri dengan melakukan validasi displasemen dan bentuk
lambung kapal acuan. Tabel 1 merupakan data rancangan Drillship displasemen 35.000 Ton.

C- 21
Gambar 1 dan 2 merupakan Hasil rancangan Drillship displasemen 35.000 Ton yang dinamakan
”Dewa Oribis”.

Tabel 9. Data acuan rancangan Drillship displasemen 35.000 Ton (IADC/SPE, 2008)

Deskripsi Satuan Nilai

Displasemen Operasi Ton 35.000,00


Panjang Kapal (LOA) meter 156,00
Lebar Kapal (BMoulded) Meter 29,90
Tinggi Kapal (H) Meter 15,60
Sarat Operasi Kapal (Toperational) Meter 9,00
Panjang Moonpool Meter 16,90
Lebar Moonpool Meter 10,40

Gambar 2. Model rancangan Drillship Gambar 3. Perancangan garis Drillship

Apabila bentuk lambung kapal rancangan telah selesai dimodelkan seperti Gambar 1 dan 2
dengan data ukuran pada Tabel 1. Kemudian dilakukan perhitungan hidrostatis dan titik berat
kapal. Displasemen kapal rancangan dengan kapal acuan dibandingkan untuk kepentingan
validasi. Displasemen diharapkan bernilai 35.000 ton atau setidaknya mendekati nilai tersebut
dengan toleransi sebanyak 5%. Tabel 2 merupakan tabel validasi yang menunjukkan model layak
untuk dievaluasi lebih lanjut atau tidak.

Tabel 10. Validasi nilai Hidrostatik Drillship “Dewa Oribis”

Nilai
Parameter Satuan Selisih (%) keterangan
Rancangan Data Acuan
Displasemen 35.065,00 35.000,00 Ton 0,00187 OK
Sarat Kapal 9,00 9,00 meter 0,00000 OK
Cp 0,84 -

Cb 0,83 -

Cm 0,99 -

LCB dari midship -3,29 meter


-
KB 4,66 meter
BMt 8,74 - meter
BMl 224,40 - meter
LCG dari midship -3,27 - meter
VCG dari keel 12,05 - meter
Apabila Model rancangan telah dinyatakan layak untuk dievaluasi, selanjutnya dilakukan Analisa
dalam frequency domain. Analisa frequency domain dilakukan untuk mencari RAO dari drillship
pada kondisi free floating dengan menggunakan persamaan gerak yang dinyatakan pada

C- 22
persamaan (1) dan kemudian nilai Response Amplitude Operator (RAO) dihitung dengan mengikuti
konsep persamaan (2).
6

 M   ............................................................ .(1)


i t
jk
 A jk k
 B jk
 k  K jk
 k
F je ; j , k  1 ...... 6
n 1

dengan
Mjk = matriks massa dan momen inersia massa bangunan laut,
Ajk = matriks koefisien-koefisien massa tambah hidrodinamik,
Bjk = matriks koefisien-koefisien redaman hidrodinamik,
Kjk = matriks koefisien-koefisien kekakuan atau gaya dan momen hidrostatik,
Fj = matriksgaya eksitasi (F1, F2, F3) dan momen eksitasi (F4, F5, F6) dalam fungsi kompleks
it
(dinyatakan oleh e ),
F1 = gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan surge,
F2 = gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan sway,
F3 = gaya eksitasi yang menyebabkan gerakan heave,
F4 = momen eksitasi yang menyebabkan gerakan roll,
F5 = momen eksitasi yang menyebabkan gerakan pitch,
F6 = momen eksitasi yang menyebabkan gerakan yaw,
k = elevasi gerakan pada mode ke k,
 k = elevasi kecepatan gerak pada mode ke k,
k = elevasi percepatan gerak pada mode ke k.

Xp (  ) ............................................................................................................................... (2)
RAO 
 ( )
Dengan,
Xp() = Amplitudo gerakan Kapal
 () = Amplitudo gelombang insiden

Menurut teori klasik gerakan kapal di atas gelombang reguler secara matematis dapat difor-
mulasikan dengan mengacu pada hukum Newton ke II, yang selanjutnya memberikan korelasi
antara gaya aksi oleh gelombang insiden dan gaya reaksi berupa respons gerakan kapal.
Selanjutnya persamaan umum gerakan kapal dalam 6-derajat kebebasan dengan memakai
konvensi sistem sumbu tangan kanan sebagai ditunjukkan dalam Gambar 3 yang terdiri dari surge,
sway, heave, roll, pitch dan yaw. Keenam gerakan tersebut adalah merupakan osilasi linier dan
harmonik, yang dapat dinyatakan dalam persamaan diferensial gerakan kopelnya dapat dilihat
kembali pada persamaan (1)

Gambar 4. Sistem sumbu dan definisi gerakan Gambar 4.Pemodelan panel drillship ”Dewa
kapal (Djatmiko, 2012) Oribis”

dengan variabel-variabel yang dapat diperoleh dalam referensi umum. Dalam metoda 3-D lambung
kapal dibagi menjadi panel-panel dengan distribusi source pada panel-panel tersebut. Metoda 3-D
akhirnya dikenal juga sebagai metode panel atau metode difraksi. Gambar 4 ini merupakan hasil
pemodelan Drillship ”Dewa Oribis” berdasarkan Rencana garis dan menerapkan metode panel.
Dari pemodelan dengan metode panel ini dihasilkan prediksi gerakan Drillship di atas gelombang
reguler yang selanjutnya dilakukan evaluasi gerakan di atas gelombang yang bersifat riil atau acak.

C- 23
Evaluasi Operabilitas dilakukan berdasarkan gerakan drillship di Gelombang acak. Data
gelombang yang dipakai adalah sebaran periode puncak(Tp) dan tinggi gelombang signifikan(Hs)
dengan peluang kejadiannya pada perairan natuna. Analisa Spektra terlebih dahulu dilakukan
dengan mengambil konsep JONSWAP yang merupakan modifikasi dari spektra Pierson-
Moskowitz. Persamaan spektrum ini sesuai diterapkan pada perairan tertutup, dengan persamaan
(3) (DNV,2011) :

  2
 
     p   
exp   0 . 5  exp  
 
    
  p  
 
Sj (  )  A  S PM (  )   
....................................................... (3)

Dengan,
SPM = Spektrum Pierson-Moskowitz

4
    
  5 
Hs 
4
5 5
 

2
 . exp ..................................................................... (4)
16
p  4   
  p 

Hs = tinggi gelombang signifikan


p = 2/Tp (angular spectral peak frequency)
 = Non-dimensional parameter bentuk puncak
 = spectral width parameter
 =0.07untuk <p
 =0.09 untuk >p
A = 1-0.287 ln() adalah normalizing factor

Pada kenyataannya, kapal yang bergerak di laut akan mengalami eksitasi yang bersifat acak
(random), sesuai dengan sifat alami dari gelombang laut (takaki, 2004). Dalam hal ini suatu
loncatan dalam pemecahan permasalahan gerak kapal di laut telah ditunjukkan oleh St. Denis dan
Pierson pada awal tahun 50an. Menurut kedua peneliti tersebut gerakan kapal di atas gelombang
acak dapat dihitung dengan mentransformasikan spektrum gelombang, S(), menjadi spektrum
respons, SR(), gerakan kapal. Data yang dibutuhkan adalah RAO dan formula spektra
gelombang, sehingga dengan fungsi transfer pada persamaan (5) berikut akan dihitung spektra
respons:
S R (  )  RAO xSj (  ) ...................................................................................................... (5)
2

Jika spektra respons telah didapat maka nilai-nilai statistik gerakan dapat dihitung dengan mene-
rapkan formulasi matematis yang ditunjukkan pada persamaan (6) sampai dengan (13)

m0   Sj (  ) d  ................................................................................................................ (6)
0

mo sebagai luasan di bawah kurva spektra, maka tinggi gelombang signifikan dapat dihitung seba-
gai

H s  4 .0 m 0 .................................................................................................................... (7)
dan amplitudo signifikan adalah setengah dari tinggi signifikannya, atau

 s  2 . 0 m 0 ...................................................................................................................... (8)
Sedangkan tinggi rata-rata (atau double amplitudo rata-rata) adalah :

H  2 . 54 m 0 .................................................................................................................... (9)
dan amplitudo rata-rata adalah
  1 . 27 m 0 .................................................................................................................... (10)

C- 24
Disamping luasan di bawah spektra, dalam hal ini dapat juga didefinisikan momen spektra ke 2
dan ke 4, sebagai berikut:

2
m2   S (  ) d  .................................................................................................... (11)
0

m4   S (  ) d  ........................................................................................................ (12)
4

0
Berdasar definisi ini maka variable stokastik kecepatan dan percepatan gelombang atau gerak
dapat dihitung, seperti dengan pemakaian untuk displasemen. Misalnya, amplitudo kecepatan rata-
rata adalah

  1 . 27 m2 .............................................................................................................. (13)
dan amplitudo percepatan signifikan adalah

s  2 . 0 m 4 .................................................................................................................. (14)


setelah Nilai-nilai stokastik dari spektra respons telah didapat, maka dikolerasikan terhadap kriteria
operasi. Dalam penelitian kali ini, kriteria Operasi yang dikaji adalah kriteria Operasi pengeboran
yang secara umum diterapkan pada MODU (Mobile Offshore Drilling Unit). Tabel 3 berikut
menunjukkan kriteria Operasi pengeboran lepas pantai yang dipakai.

Tabel 11. Kriteria Operasi pengeboran lepas pantai berdasarkan gerakan (Essar, 2007)

Pitch/Roll
Heave
Operation Single Amp.

2
Kenyamanan Operator 0,2g (m/s ) -
Land BOP on Wellhead 2,4 m 2,5 deg
Running BOP 4,6 m 2,5 deg
Running Casing 4,6 m 2,5 deg
Disconnect riser 5,5 m 2,5 deg
Drilling or Tripping 4,6 m 2,5 deg
Hang-off 2,2 m 2,5 deg
Cementing 2,2 m 2,5 deg
Crane Operation 5,5 m 3,0 deg
End of self propelled transit - 3,0 deg
Supply boat - 2,0 deg
Helicopter 5,5 m

Dengan mengkorelasikan kriteria operasi pengeboran dengan kenaikan Intensitas Gerakan akibat
tinggi gelombang signifikan Hs (gelombang acak) pada perairan natuna maka akan didapat
Operabilitas drillship. Dari kemampuan Operasi tersebut, bisa diketahui berapa lama presentase
durasi drillship untukmelakukan operasi pengeboran di tengah laut dan berapa lama masa
tunggunya (Downtime) dalam rentang waktu satu tahun.

3. Hasil dan Diskusi

Berikut adalah hasil yang didapat dari komputasi dan analisa yang telah dilakukan. Hasil-hasil
berupa RAO drillship saat free floating, spektra JONSWAP menurut sebaran gelombang Natuna,
Respons Spektra, dan korelasi antara Kriteria operasi dengan Intensitas gerakan drillship seiring
dengan kenaikan Hs. Gambar 5 sampai dengan 7 adalah karakteristik gerakan heave, Roll, dan
Pitch di atas gelombang reguler. Gerakan-gerakan ini merupakan mode gerakan vertikal yang
sangat berpengaruh dengan kirteria-kriteria operasi pengeboran lepas pantai. Sedangkan untuk
gambar 8 sampai dengan 10 merupakan karakteristik gerakan surge, sway, yaw di atas gelombang

C- 25
reguler. Gerakan-gerakan ini merupakan mode gerakan horizontal yang tidak berpengaruh dengan
kriteria operasi pengeboran lepas pantai.

1.60 1.60
0 deg 0 deg
1.40 30 deg 1.40 30 deg
1.20 45 deg 1.20 45 deg

RAO, ζz0/ζ0 (deg/m)


RAO, ζz0/ζ0 (m/m)

90 deg 1.00 90 deg


1.00
135 deg 135 deg
0.80 0.80
150 deg 150 deg
0.60 0.60 180 deg
180 deg
0.40 0.40

0.20 0.20

0.00 0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

encountering Frequency, e (rad/sec) encountering Frequency, e (rad/sec)

Gambar 5. RAO gerakan Heave Gambar 6. RAO gerakan Pitch Drillship “Dewa
Drillship”Dewa Oribis” Oribis”

2.50 1.00
0 deg 0 deg
0.90
30 deg 30 deg
2.00 0.80
45 deg 45 deg
0.70
RAO, ζz0/ζ0 (deg/m)

RAO, ζz0/ζ0 (m/m)

90 deg 90 deg
1.50 0.60
135 deg 135 deg
0.50
150 deg 150 deg
1.00 0.40
180 deg 180 deg
0.30

0.50 0.20
0.10

0.00 0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

encountering Frequency, e (rad/sec) encountering Frequency, e (rad/sec)

Gambar 7. RAO gerakan Roll Drillship “Dewa Gambar 5. RAO gerakan Surge Drillship “Dewa
Oribis” Oribis”

0.80 0.60
0 deg 0 deg
0.70 30 deg 30 deg
0.50
0.60 45 deg 45 deg
RAO, ζz0/ζ0 (deg/m)

RAO, ζz0/ζ0 (deg/m)

90 deg 0.40 90 deg


0.50
135 deg 135 deg
0.40 0.30
150 deg 150 deg
0.30 180 deg 0.20 180 deg
0.20
0.10
0.10

0.00 0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
encountering Frequency, e (rad/sec) encountering Frequency, e (rad/sec)

Gambar 9. RAO gerakan Sway Drillship “Dewa Gambar 10. RAO gerakan Yaw Drillship “Dewa
Oribis” Oribis”

Drillship ini mempunyai gerakan rotasi (roll dan pitch) yang cukup besar pada mode vertikal. Hal ini
disebabkan oleh nilai vertical centre of gravity (VCG) drillship yang besar yaitu 12,05m sehingga
berdampak pada nilai jari-jari girasi dari kapal yang besar juga. Pada puncak RAO pitch terlihat
mempunyai nilai maksimum 1,40 deg/m pada frekuensi 0,70 rad/s dan puncak RAO roll

C- 26
mempunyai nilai maksimum 2,25 deg/m pada frekuensi sekitar 0,47 rad/s yang merupakan
frekuensi naturalnya. Gerakan drillship mode horizontal terlihat sangat baik. Hal ini ditunjukkan
dengan gerakannya bernilai di bawah 1,00 m/m. Ini berarti amplitudo responsnya lebih kecil
daripada eksitasi gelombangnya.

Pada kenyataannya, kapal yang bergerak di laut akan mengalami eksitasi yang bersifat acak
(random), sesuai dengan sifat alami dari gelombang laut. Oleh karena itu, analisa spektra perlu
dilakukan dengan mengaplikasikan sebaran Hs pada perairan Natuna ke dalam formula
JONSWAP. Sebaran periode puncak gelombang di Perairan natuna mempunyai rentang antara
1,45 detik sampai dengan 16,45 detik dan rentang Hs antara 0,245m sampai dengan 5,745m. Di
setiap periode puncaknya terdiri dari variasi tinggi gelombang signifikan(Hs) tertentu. Pada periode
puncak 13,45 detik dan 12,45 detik mempunyai sebaran Hs paling banyak, dari Hs terendah yaitu
0,245 m sampai dengan tertinggi yaitu 5,745 m. Gambar 11 menunjukkan spektrum energi
gelombang perairan natuna pada Tp=13,45 detik dengan menggunakan formula JONSWAP.

Gambar 11. Spektrum energi gelombang formula Gambar 12. Spektrum respons gerakan Roll
JONSWAP di Perairan natuna pada Tp=13,45
detik

Gambar 13. Spektrum respons gerakan Heave Gambar 14. Spektrum respons gerakan pitch

Dengan melakukan komputasi menggunakan transfer function pada persamaan (5) maka
didapatkan spektra respons seperti terlihat pada gambar 12 sampai dengan 14. Dalam Komputasi
Spektra respons ini hanya dilakukan pada mode gerakan vertikal (heave, roll, dan pitch) yang
sesuai dengan kebutuhan kriteria operasi.

Luasan dibawah kurva spektra respons tiap gerakan atau disebut m0 perlu didapatkan untuk
nantinya diperoleh nilai statistik tiap gerakan dengan mengaplikasikan persamaan (6). Selanjutnya,
Dengan menggunakan persamaan (8) dan (10), nilai amplitudo signifikan dan amplitudo rata-rata
bisa didapat. Nilai amplitudo respons rata-rata di tiap gerakan inilah yang dikorelasikan dengan
operabilitas di tiap periode puncak dan tinggi gelombang signifikan. Gambar 15 sampai dengan 18
ini adalah grafik kenaikan gerakan sebagai fungsi kenaikan Hs.

Pada gambar 21 kenaikan gerakan sebagai fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan pada
periode puncak 13,45 detik terlampaui pada aspek gerakan roll. Pada tinggi gelombang
signifikan(Hs) melebihi 5m drillship mengalami gerakan roll melebihi 2,50derajat yang merupakan

C- 27
kriteria operasi. Sedangkan untuk kriteria heave, pitch,dan percepatan heave masih memenuhi
kriteria operasi pengeboran lepas pantai sampai tinggi gelombang 5,745m. Hal ini berarti bahwa
pada periode 12,45 detik dan tinggi gelombang di atas 5m drillship tidak mampu melakukan
operasi drilling karena gerakan roll yang berlebihan. Metode yang sama diterapkan pada setiap
periode puncak(Tp) dengan kenaikan tinggi gelombang signifikan, sesuai dengan data sebaran
gelombang pada perairan natuna. Untuk periode puncak selain 12,45 dan 13,45 detik tidak ada
kriteria operasi yang terlampaui. Selanjutnya, presentase operabilitas dari drillship bisa ditemukan.
Presentase operabilitas drillship bisa dihitung dengan mengakumulasi peluang kejadian
gelombang yang tidak melampaui kriteria operasi. Tabel 4 menginformasikan operabilitas drillship
pada perairan Natuna.

Gambar 15. Kenaikan gerakan Heave sebagai Gambar 16. Kenaikan gerakan Roll sebagai
fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan

Gambar 17. Kenaikan gerakan Pitch sebagai Gambar 6. Kenaikan percepatan Heave
fungsi kenaikan tinggi gelombang signifikan sebagai fungsi kenaikan tinggi gelombang
signifikan

Tabel 12. Tabel Operabilitas Drillship “Dewa Oribis” di perairan Natuna


0.24 0.74 1.24 1.74 2.24 2.74 3.24 3.74 4.24 4.74 5.24 5.74
Hs total
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Operability( 99.8
16.3 32.1 19.4 12.4 7.8 5.8 3.2 1.7 0.5 0.3 0.0 0
%) 9
Downtime(%
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.07 0.04 0.11
)

Tabel 4 diatas memberikan informasi bahwa persentase Operabilitas Drillship selama satu tahun
adalah 99,89% dan waktu tidak beroperasinya adalah 0,11%. Dengan kata lain dalam setahun
(365 hari) Drillship mampu beroperasi selama 364,5 hari. Informasi lain yang dapat dilihat dari
tabel 4 adalah bahwa Drillship tersebut mampu melakukan operasi pengeboran lepas pantai pada
tinggi gelombang 5,245 meter atau seastate level 6. Untuk tinggi gelombang di atas nilai tersebut,
drillship tidak bisa melakukan operasinya. Ini cukup untuk memberikan pertimbangan pada
pemilihan fasilitas pengeboran lepas pantai.

C- 28
4. Kesimpulan

Dari Komputasi dan Analisa yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik
gerak drillship yang dirancang dengan mengacu pada ”Oribis-One” 35.000 ton mempunyai gerakan
rotasional vertikal (Roll, dan pitch) yang cukup besar. Nilai RAO maksimmum gerakan Heave, Roll,
Pitch sebagai gerakan vertikal berturut-turut adalah 0,98 m/m, 2,25 deg/m, dan 1,40 deg/m.
Sedangkan nilai RAO maksimum gerakan Surge, Sway, dan Yaw sebagai gerakan Horizontal
berturut-turut adalah 0,92 m/m, 0,76 m/m, dan 0,56 deg/m. Periode Natural Kapal berada pada
frekuensi 0,25 rad/s untuk gerakan heave, 0,65 rad/s untuk gerakan pitch dan 0,45 rad/s untuk
gerakan roll .

Evaluasi gerakan drillship di gelombak acak didapat dari analisa spektra gelombang dan respons
spektranya. Dari analisa ini didapatkan nilai puncak spektra gelombang tertinggi adalah sebesar
10,24m²/(rad/s), pada Hs 5,745m dan Tp 13,45 detik. Selanjutnya analisa spektra respons dilakukan
untuk gerakan heave, roll, dan pitch. RAO yang diambil untuk analisis ini adalah RAO pada arah
pembebanan gelombang yang menghasilkan nilai ekstrim. Didapatkan nilai spektra respons
terbesar berturut-turut untuk gerakan heave, roll, dan pitch adalah 7,24m²/(rad/s), 51,83
deg²/(rad/s), dan 6,54 deg²/(rad/s). Kenaikan amplitudo gerakan rata-rata dalam fungsi tinggi
gelombang signifikan dilakukan dari periode puncak spektra yg rendah sampai periode puncak
spektra yang tinggi, gerakan maksimal dalam gerakan heave, roll dan pitch pada Tp 13,45 detik
berturut-turut sebagai berikut 1,25 m, 2,89 derajat, 1,54 derajat pada tinggi gelombang signifikan
5,745 meter.

Kemampuan operasi drillship ”Dewa Oribis” dengan displasemen 35.000 Ton adalah sampai
dengan tinggi gelombang 5,245 meter dan periode puncak 11,45 detik. Selebihnya dari nilai tinggi
dan periode puncak gelombang tersebut, drillship tidak dapat melakukan operasi pengeboran
lepas pantai. Persentase Operabilitas Drillship selama satu tahun adalah 99,89 % dan waktu tidak
beroperasinya adalah 0,11 %. Dengan kata lain dalam setahun (365 hari) Drillship mampu
beroperasi selama 364,5 hari.

5. Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT.Global Maritime dan PT.Citramas yang telah
mendukung dalam hal data teknis serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam
pengerjaan penelitian ini.

6. Daftar Pustaka

Buslov, V.M. and Karsan, D.I. (1985, 1986): Deepwater Platform Designs: An Illustrated Review (3
parts), Ocean Industry, Part 1, pp. 47-52, Part 2, pp. 51-55, pp. 53-62.
Chan et al.,(1992): Structural Loading Aspects in the Design of SWATH Ships,Proceedings of the
th
5 Symposium on PRADS’92, Newcastle upon Tyne, UK.
Clauss G et al.,(1992): Meerestechnische Konstruktionen, Springer Verlag, Berlin.
Djatmiko, E.B. (2004): Evaluasi Operabilitas Kapal Cepat 35M, Pros. Seminar Nasional Teori dan
Aplikasi Teknologi Kelautan, Surabaya.
Djatmiko, E.B. (2012): Perilaku dan Operabilitas Bangunan Laut di Atas Gelombang Acak, ITS
Press, Surabaya.
DNV.(2011): Modelling and Analysis of Marine Operations, DNV Recommended Practice H103.
Essar.(2007): General Information of Marine Operations Manual,Essar Wildcat.
IADC/SPE.(2008): IADC/SPE Drilling Conference.Orlando, Florida, U.S.A.
Takaki, M. (2004): Prediction of Ship Motions in Irregular Waves, Proceedings of JSPS Seminar,
LHI.

C- 29

View publication stats

You might also like