Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
A01301805
2016
Program Studi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2016
Repti Roqima Dianningsi¹, Eka Riyanti2, M. Kep, Sp, Kep, Mat
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
PADA BY. NY. M DIRUANG PERISTI RSUD
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar belakang: Nutrisi merupakan kebutuhan tubuh manusia dengan adanya zat gizi yang mengandung bahan
makanan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Tujuan umum: untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien dengan neonatus infeksi.
Dalam pembahasan masalah keperawatan yang muncul khususnya pada klien By. Ny. M yaitu ketidakefektifan pola
makan bayi, hipotermia, resiko infeksi.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola makan bayi yaitu melatih reflek hisap.
Pemberian nutrisi yang diberikan kepada klien menggunakan OGT. Intervensi untuk mengatasi masalah hipotermia
mengukur suhu, mengatur suhu incubator dan menyelimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Intervensi yang dilakukan untuk masalah keperawatan resiko infeksi yaitu mengganti popok dan membersihkan tali
pusat.
Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari yaitu diagnose ketidakefektifan pola makan bayi dapat teratasi dengan
reflek hisap (+), hipotermia dapat teratasi suhu 36,5°C, resiko infeksi dapat teratasi dengan popok diganti yang
bersih, tali pusat bersih.
iv
Nursing Studies Program D III
Collage of Health Sciences Muhammadiyah Gombong
KTI, July 2016
Repti Roqima Dianningsi¹, Eka Riyanti2, M. Kep, Sp, Kep, Mat
ABSTRACT
Background: Nutrition is a requirement of the human body with the nutrient-containing foods such as carbohydrates,
proteins, fats, vitamins, minerals, and water.
A common goal: to provide an overview of nursing care with the fulfillment of nutritional problems in patients with
neonatal infection
In the discussion of nursing problems that arise, especially on the client By. Ny. M is the ineffectiveness of diet
infants, hypothermia, the risk of infection.
Nursing action to address the problem of ineffectiveness diet suction the baby is trained reflexes. Nutrition provided
to clients using OGT. Interventions to address the problem of hypothermia measure temperature, set temperature and
blanketed incubator clients to prevent the loss of body heat. Interventions for nursing problems the risk of infection
is changing diapers and cleaning the umbilical cord.
Evaluations conducted over three days, the diagnosis of the ineffectiveness of infant feeding patterns can be resolved
with suction reflex (+), hypothermia can be resolved temperature of 36,5° C, the risk of infection can be resolved
with a clean diaper changed, the umbilical cord clean.
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada By. Ny. M di Ruang Peristi Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen”.
Adapun penulis membuat laporan ini adalah untuk memaparkan hasil Ujian
Komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan
di SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Terwujudnya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat dan yang tersayang:
vi
9. Teman- teman seperjuangan di kelas 3C Diploma III Keperawatan dan sahabatku yang
senantiasa selalu membantu dan mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang selalu mendoakan, memberi semangat serta dukungan untuk menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi bentuk maupun isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis
dalam laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 52
B. Saran ........................................................................................... 54
LAMPIRAN
ix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus merupakan bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari. Bayi
dengan usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
resiko gangguan kesehatan paling tinggi karena sistem imun yang belum
matang sehingga berbagai masalah kesehatan bisa muncul salah satunya
adalah infeksi. Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan
penyakit dan atau kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau
kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan
kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah
pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM).(Kemenkes, 2015).
Dari banyaknya kejadian yang ada pada neonatus yang salah
satunya merupakan infeksi neonatus.Tanda dan gejala neonatus
mengalami infeksi merupakan biasanya bayi malas minum, diare, reflek
menghisap dan menelan lemah, muntah. Dari tanda gejala tersebut maka
bayi akan mengalami penurunan asupan nutrisi. Kebutuhan dasar manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis yang
bertujuan untuk mempertahankan kebutuhan kesehatan (suryono, 2010).
Maslow menyatakan ada lima kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta
aman dan kepemilikan, kebutuhan ekstern dan kebutuhan aktualisasi diri
(Hariyanto, 2010). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling
dasar yang memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow dalam
mempertahankan hidup.
2
DAFTAR PUSTAKA
At Tock, 2007. Karya Tulis Ilmiah Haris Sofyana FK UI. Perbedaan Dampak
Pemberian Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif Terhadap Perubahan
Ukuran Antropometri Dan Status Imunitas Pada Neonatus Dirumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
Anita Apriliawati, 2010. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli
2012.
Asosiasi Dietisien Indonesia Cabang Bandung, 2005. Panduan Pemberian Nutrisi
Enteral, Jakarta:Jaya Pratama.
Bowling TE, Cliff B & Wright JW, 2008. The effects of bolus and continuous
nasogastric feeding on gastro-oesophageal reflux and gastric emptying in
healthy volunteers: a randomised three-way crossover pilot study. Journal
Clinical Nutrition 2008 Aug; 27 (4): 60813.doi:10.1016/j.clnu.2008.04.003.
Epub 2008 May 29.
Christine, 2001.Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.
Depkes, 2010.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Depkes RI., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
De Laune & Ladner P.K, 2002.Fundamental of nursing: standar and practice.
Second edition. Delmar, a devision of Thomson Learning,inc. Anita
Apriliwati. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.
Gazzaneo, M.C., Suryawan, A., Orellana.,R.A., et.all, 2011. Intermittent Bolus
Feeding Has a Greater Stimulatory Effect on Protein Synthesis in Skeletal
Muscle ThanContinuous Feeding in NeonatalPigs. The Journal of
Nutrition:October 19, 2011, doi: 10.3945/jn.111.147520
Haryanto, 2010.Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 2. Penerbit CV. Agung
Seto, Jakarta
Haris Sofyana, 2011. Karya Tulis Ilmiah FK UI.Perbedaan Dampak Pemberian
Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif Terhadap Perubahan Ukuran
Antropometri Dan Status Imunitas Pada Neonatus Dirumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
Hermand t & k, 2015.Diagnosa Keperawatan Definisi dan klasifikasi. Jakarta:
EGC
Judarwanto, W., 2006. Pemilihan susu formula terbaik bagi bayi. Jakarta: Pusat
data informasi Persatuan Rumah Sakit Indonesia.
56
DI SUSUN OLEH :
Repti Roqima Dianningsi
(A01301805)
B. Etiologi
Penyebab infeksi neonatus adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur.
Resiko terjadinya infeksi meningkat pada:
Ketuban pecah sebelum waktunya
Perdarahan atau infeksi pada ibu.
Infeksi pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:
Bakteri escherichia koli
Streptococus group B
Stophylococus aureus
Enterococus
Listeria monocytogenes
Klepsiella
Entererobacter sp
Pseudemonas aeruginosa
Proteus sp
Organisme anaerobic
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling
tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita
hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur
yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun
mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-
prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan
bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang
normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke
dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar,
yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis.
Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi
tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia
tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia
ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian
menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial
di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan
sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan
sampai 3 tahun.
C. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel.
Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok,
yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3
serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan
aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit
lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme
yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak
tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.col
li.
D. Klasifikasi
1. Infeksi berat (major infection)
a. Sifilis kongenital
Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.
b. Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal.
c. Meningitis
Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli, pneumokokus,
stafilokokus, dan sebagainya.
d. Pneumonia kongenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion yang septik.
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi
BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan
karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
f. Pneumonia karena airborn infection
Infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita infeksi
saluran pernapasan.
g. Pneumonia stafilokokus
Biasanya terjai pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
h. Diare epidemik
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi,disebabkan oleh E.colli yang
bersifat patogen.
· Gastroenteritis E.colli
· Salmonelosis
i. Pielonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
j. Ostitis akut
Disebabakan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus.
k. Tetanus neonatorum
Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan eksotopin
yang neurotropik.
2. Infeksi ringan
a. Pemfigus neonatorum
Gelombang jernih yang berisih nanah yang kemudian kemerahan pada kulit
disebabkan oleh stafilokokus.
b. Oftalmia neonatorum
Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir.
c. Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah, edema, dan
kemerahan pada ujung pusat.
d. Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.
D. Manisfestasi Klinik
1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air
kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan
kultur urin.
− Leukositosis ( >34.000×109/L)
− Leukopenia ( < 4.000x 109/L)
− Netrofil muda 10%
− Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen) atau
I/T ratio >0,2
− Trombositopenia ( < 100.000 x 109/L)
− CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
F. Penatalaksanaan Medis
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24
jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7
hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg
BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,
urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses
(atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel,
kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan
2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan
Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika
minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi:
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
G. Diagnosa
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :
1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di
saluran napas.
2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan malas minum, diare, dan muntah.
4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui.
5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
H. Intervensi
1. Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya
sekret di saluran napas.
Data objektif: bayi t ampak sesak napas, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat,
dan sekret berlebihan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan dapat
diatasi.
Kriteria hasil: bayi tidak sesak lagi, bayi tenang, frekuensi pernapasan menurun,
sekret di saluran napas tidak ada lagi.
Intervensi:
a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya
digendong).
Rasional: posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.
b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.
Rasional: O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan
napas akan mengurangi sumbatan di saluran napas.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.
2. Diagnosis 2: gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas
minum, diare, dan muntah.
Data objektif: bayi malas minum atau menyusui, muntah, diare, berat badan
menurun, dan gelisah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan nutrisi
dapat diatasi.
Kriteria hasil: muntah dan diare berhenti, bayi mau disusui.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.
Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan
imunitas.
b. Auskultasi bising usus.
Rasional: penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan
pemberian cairan.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.
3. Diagnosis 3: kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan diare,
muntah, dan malas minum.
Data objektif:
a. Turgor buruk dan kulit kering.
b. Membran mukosa kering.
c. Hipertermi.
d. Masa menyusui.
e. Diare.
f. Muntah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali normal.
Kriteria hasil: suhu normal,membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.
Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan
imunitas.
b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan
kehilangan cairan.
Rasional: perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan
dan peningkatan risiko dehidrasi.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.
Rasional: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.
4. Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali
normal.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) ; perhatikan bunyi menggigil / diaforesis.
Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit
infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
b. Pantau suhu lungkunagn, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
d. Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Berikan antibiotik
Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.
5. Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bayi tidak rewel
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda nyeri,bayi nampak tenang.
Intervensi :
a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga klien.
Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu
b. Beri lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : menurunkan reaksi terhadap terhadap stimulus dari luar agar dapat
meningkatkan istrahat atau relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta :
EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI
Behrman., Kliegman. & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15, vol. 2).
Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–
Proses Penyakit .Vol. 1, Edisi 6, Jakarta : EGC