You are on page 1of 58

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

PADA BY. NY. M DI RUANG PERISTI RUMAH SAKIT

Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh:

Repti Roqima Dianningsi

A01301805

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2016
Program Studi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2016
Repti Roqima Dianningsi¹, Eka Riyanti2, M. Kep, Sp, Kep, Mat

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
PADA BY. NY. M DIRUANG PERISTI RSUD
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar belakang: Nutrisi merupakan kebutuhan tubuh manusia dengan adanya zat gizi yang mengandung bahan
makanan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Tujuan umum: untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien dengan neonatus infeksi.

Dalam pembahasan masalah keperawatan yang muncul khususnya pada klien By. Ny. M yaitu ketidakefektifan pola
makan bayi, hipotermia, resiko infeksi.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola makan bayi yaitu melatih reflek hisap.
Pemberian nutrisi yang diberikan kepada klien menggunakan OGT. Intervensi untuk mengatasi masalah hipotermia
mengukur suhu, mengatur suhu incubator dan menyelimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Intervensi yang dilakukan untuk masalah keperawatan resiko infeksi yaitu mengganti popok dan membersihkan tali
pusat.

Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari yaitu diagnose ketidakefektifan pola makan bayi dapat teratasi dengan
reflek hisap (+), hipotermia dapat teratasi suhu 36,5°C, resiko infeksi dapat teratasi dengan popok diganti yang
bersih, tali pusat bersih.

Kata kunci : asuhan keperawatan, neonatus infeksi dan nutrisi.

iv
Nursing Studies Program D III
Collage of Health Sciences Muhammadiyah Gombong
KTI, July 2016
Repti Roqima Dianningsi¹, Eka Riyanti2, M. Kep, Sp, Kep, Mat

ABSTRACT

MEETING THE NEEDS OF NURSING NUTRITIONAL


IN BY. NY.M IN THE ROOM PERISTI RSUD
Dr.SOEDIRMAN KEBUMEN

Background: Nutrition is a requirement of the human body with the nutrient-containing foods such as carbohydrates,
proteins, fats, vitamins, minerals, and water.

A common goal: to provide an overview of nursing care with the fulfillment of nutritional problems in patients with
neonatal infection

In the discussion of nursing problems that arise, especially on the client By. Ny. M is the ineffectiveness of diet
infants, hypothermia, the risk of infection.

Nursing action to address the problem of ineffectiveness diet suction the baby is trained reflexes. Nutrition provided
to clients using OGT. Interventions to address the problem of hypothermia measure temperature, set temperature and
blanketed incubator clients to prevent the loss of body heat. Interventions for nursing problems the risk of infection
is changing diapers and cleaning the umbilical cord.

Evaluations conducted over three days, the diagnosis of the ineffectiveness of infant feeding patterns can be resolved
with suction reflex (+), hypothermia can be resolved temperature of 36,5° C, the risk of infection can be resolved
with a clean diaper changed, the umbilical cord clean.

Keywords: nursing care, neonatal infections and nutrition.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada By. Ny. M di Ruang Peristi Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen”.
Adapun penulis membuat laporan ini adalah untuk memaparkan hasil Ujian
Komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan
di SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Terwujudnya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat dan yang tersayang:

1. M. Madkhan Anis, S. Kep. Ns Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Muhammadiyah Gombong
2. Sawiji, S. Kep. Ns., M. Sc selaku Ketua DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Gombong
3. Eka Riyanti, S. Kep. Ns selaku dosen penguji ujian komprehensif dan dosen pembimbing
Karya Tulis Ilmiah
4. Sri Abdi Lestari, S. Kep selaku tim penguji ujian komprehensif
5. Segenap dosen dan karyawan STIKes Muhammadiyah Gombong
6. Segenap perawat dan staf RSUD dr. Soedirman Kebumen Ruang Peristi
7. Kedua Orang tuaku tersayang Bapak, Ibu, adikku tersayang, dan keluarga yang selalu
memberikan doa, motivasi, dukungan moral dan material untuk segera menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini
8. Rahma Adi K, Retno Wulandari dan Rifki Arif W sebagai kelompok bersama, tempat
menampung keluh kesah, dan pemberi motivasi

vi
9. Teman- teman seperjuangan di kelas 3C Diploma III Keperawatan dan sahabatku yang
senantiasa selalu membantu dan mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang selalu mendoakan, memberi semangat serta dukungan untuk menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi bentuk maupun isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis
dalam laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.

Gombong , 19 Juli 2016

Repti Roqima Dianningsi

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Tujuan Penulis ............................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

BAB II KONSEP DASAR


A. Definisi Nutrisi ............................................................................. 6
B. Tindakan Inovasi .......................................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN


A. Pengkajian .................................................................................... 23
B. Analisa Data ................................................................................ 25
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi .............................................. 26

BAB IV PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan ................................................................... 42


B. Analisa Tindakan ......................................................................... 50

viii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 52
B. Saran ........................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 55

LAMPIRAN

Tabel 2.1 Asuhan Keperawatan Dengan


Diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Tabel 2.2 Ukuran selang nasogatrik


Pada anak
Tabel 3.1 Indikator Awal Intervensi Keperawatan
Diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Table 3.2 Indikator Tujuan Intervensi Keperawatan


Diagnosa Ketidakefektifan Pola Makan Bayi

Tabel 3.3 Indikator Awal Intervensi Keperawatan


Diagnosa Hipotermia
Tabel 3.4 Indikator Tujuan Intervensi Keperawatan
Diagnosa Hipotermia

Tabel 3.5 Indikator Awal Intervensi Keperawatan


Diagnosa Resiko Infeksi
Tabel 3.6 Indikator Tujuan Intervensi Keperawatan
Diagnosa Resiko Infeksi

ix
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus merupakan bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari. Bayi
dengan usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
resiko gangguan kesehatan paling tinggi karena sistem imun yang belum
matang sehingga berbagai masalah kesehatan bisa muncul salah satunya
adalah infeksi. Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan
penyakit dan atau kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau
kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan
kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah
pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM).(Kemenkes, 2015).
Dari banyaknya kejadian yang ada pada neonatus yang salah
satunya merupakan infeksi neonatus.Tanda dan gejala neonatus
mengalami infeksi merupakan biasanya bayi malas minum, diare, reflek
menghisap dan menelan lemah, muntah. Dari tanda gejala tersebut maka
bayi akan mengalami penurunan asupan nutrisi. Kebutuhan dasar manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis yang
bertujuan untuk mempertahankan kebutuhan kesehatan (suryono, 2010).
Maslow menyatakan ada lima kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta
aman dan kepemilikan, kebutuhan ekstern dan kebutuhan aktualisasi diri
(Hariyanto, 2010). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling
dasar yang memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow dalam
mempertahankan hidup.
2

Penanganan infeksi yang kurang tepat biasa berakibat buruk


terhadap kondisi bayi. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk
mengendalikan resiko yang dapat muncul pada kelompok ini diantaranya
dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan untuk oleh tenaga
kesehatan difasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Komplikasi yang
menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, BBLR, dan infeksi
(Riskesdas, 2007).
Menurut WHO (World Health Organication) melaporkan bahwa
36% dari kematian neonatus disebabkan oleh infeksi, diantaranya : sepsis,
pneumonia, tetanus, dan diare. Sedangkan 23% disebabkan oleh asfiksia,
7% disebabkan oleh kelaianan bawaan, 27% disebabkan oleh bayi kurang
bulan atau BBLR, serta 7% disebabkan oleh sebab lain infeksi neonatorum
sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih
merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini,
WHO juga melaporkan care fatality rate pada kasus Sepsis Neonatorum
masih tinggi, yaitu sebesar 40% (WHO, 2011).
Angka kejadian infeksi neonatus di Negara maju sekitar 0,5 per
1000 kelahiran hidup sedangkan dinegara sedang berkembang 16,2-29,17
per 100 kelahiran hidup. Angka kejadian di Indonesia secara pasti tidak
ada. Moninja dkk, melaporkan insiden dibeberapa rumah sakit rujukan
sekitar 8,76% - 30,29%. Angka kematian neonatus akibat infeksi sekitar
8% - 80% terutama terjadi pada minggu pertama pasca lahir.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
mendapatkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, 35 bayi per 1000
kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian bayi di sebabkan oleh
BBLR, asfiksia, tetanus, infeksi, dan masalah pemberian minum. Infeksi
neonatal dapat terjadi intrauterine melalui transplasental, didapat
intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses persalinan, atau
pascapartum akibat sumber infeksi luar setelah lahir. Banyak komplikasi
penyakit dan gangguan kandungan yang terjadi sebelum dan sesudah
3

proses persalinan yang berkaitan dengan peningkatan resiko infeksi pada


neonatus baru lahir. Komplikasi ini meliputi persalinan kurang bulan,
ketuban pecah dini yang berkepanjangan, intersin uterin dengan eksteraksi
forceps tinggi, dan demam pada ibu (Depkes, 2010).
Kejadian kematian tertinggi pada bayi dan balita terjadi pada masa
neonatus, Hasil Riskesdas (2007) menunjukan bahwa 78,5% dari kematian
neonatus terjadi pada umur 0-6 hari. Dengan melihat adanya resiko
kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi pada minggu
pertama kelahiran maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan
pemeriksaan sesuai standar lebih sering, minimal dua kali dalam minggu
pertama.Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat
penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat
segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat
menyebabkan kematian.Kunjungan neonatus merupakan salah satu
intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru lahir.
Di Kabupaten kebumen pada tahun 2015 kematian bayi masih
cukup tinggi dari 100 kelahiran bayi hidup terdapat 10-12 bayi meninggal,
padahal target di tahun 2015 hanya sebesar 5 per 100 kelahiran bayi hidup.
Urutan penyebab angka kematian bayi (AKB) terutama neonatal umur 0-6
hari disebabkan oleh gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%),
sepsis (12%), hipotermi (6,3%), icterus (5,6%), posmatur ( 2,8%), dan
kelainan kongenital (1,4%) (Riskesda, 2007).
Kebutuhan makanan merupakan salah satu dari kebutuhan nutrisi,
sebagai sumber tenaga dalam aktifitas sehari-hari dan sebagai zat
pembangun dan pengatur suhu tubuh.Sumber tenaga nutrisi dapat
diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-59%, lemak sebanyak 30-35%,
dan protein sebanyak 15% (Wong, 2008).Tubuh manusia mempunyai
kebutuhan esensial terhadap nutrisi, walaupun tubuh dapat bertahan tanpa
makanan lebih lama dari pada cairan. Seperti kebutuhan fisiologis lainnya,
kebutuhan nutrisi mungkin tidak terpenuhi pada manusia dalam berbagai
usia. Proses metabolik mengontrol pencernaan, menyimpan zat makanan,
4

dan mengeluarkan produk sampah. Pada neonatus, pemenuhan kebutuhan


kalori dapat diperoleh dari ASI.Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal
untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, perkembangan bayi secara
optimal.ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, nutrient mikro dan
anti bodi dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan otak
dan pertumbuhan bayi.
Dengan latar belakang diatas disimpulkan pada By. Ny. M diruang
Peristi RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 9 Juni 2016
didapatkan data Obyektif : reflek menghisap belum kuat, pasien terpasang
OGT, Berat Badan Lahir 2500gram. BB saat pengkajian 2530gram, pasien
tampak rewel.Dari data yang sudah didapatkan maka penulis tertarik untuk
membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah Asuhan keperawatan pada By.Ny.
M di ruangPeristi RSUD Dr. Soedirman Kebumen dengan masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan Neonatus Infeksi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD
Dr. Soedirman Kebumen
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien
dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny.
M di RSUD Dr. Soedirman Kebumen
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada klien dengan
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD
Dr. Soedirman Kebumen
5

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan masalah


pemenuhan kebutuhan nutrisi pada By. Ny. M di RSUD Dr.
Soedirman Kebumen
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat keilmuan
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mempunyai wawasan baru tentang pasien dengan
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan neonatus infeksi dan
sebagai pembelajaran bagi mahasiswa dan pemenuhan kebutuhan
belajar.
b. Bagi penulis
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan pustaka bagi sekolah
tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah gombong khususnya pada
program studi D III keperawatan.
2. Manfaat aplikasi
a. Bagi rumah sakit
Hasil karya tulis ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi
karya tulis bagi pihak rumah sakit tentang asuhan keperawatan,
khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b. Bagi klien dan keluarga
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi.
55

DAFTAR PUSTAKA

At Tock, 2007. Karya Tulis Ilmiah Haris Sofyana FK UI. Perbedaan Dampak
Pemberian Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif Terhadap Perubahan
Ukuran Antropometri Dan Status Imunitas Pada Neonatus Dirumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
Anita Apriliawati, 2010. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli
2012.
Asosiasi Dietisien Indonesia Cabang Bandung, 2005. Panduan Pemberian Nutrisi
Enteral, Jakarta:Jaya Pratama.
Bowling TE, Cliff B & Wright JW, 2008. The effects of bolus and continuous
nasogastric feeding on gastro-oesophageal reflux and gastric emptying in
healthy volunteers: a randomised three-way crossover pilot study. Journal
Clinical Nutrition 2008 Aug; 27 (4): 60813.doi:10.1016/j.clnu.2008.04.003.
Epub 2008 May 29.
Christine, 2001.Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.
Depkes, 2010.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Depkes RI., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
De Laune & Ladner P.K, 2002.Fundamental of nursing: standar and practice.
Second edition. Delmar, a devision of Thomson Learning,inc. Anita
Apriliwati. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.
Gazzaneo, M.C., Suryawan, A., Orellana.,R.A., et.all, 2011. Intermittent Bolus
Feeding Has a Greater Stimulatory Effect on Protein Synthesis in Skeletal
Muscle ThanContinuous Feeding in NeonatalPigs. The Journal of
Nutrition:October 19, 2011, doi: 10.3945/jn.111.147520
Haryanto, 2010.Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 2. Penerbit CV. Agung
Seto, Jakarta
Haris Sofyana, 2011. Karya Tulis Ilmiah FK UI.Perbedaan Dampak Pemberian
Nutrisi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif Terhadap Perubahan Ukuran
Antropometri Dan Status Imunitas Pada Neonatus Dirumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
Hermand t & k, 2015.Diagnosa Keperawatan Definisi dan klasifikasi. Jakarta:
EGC
Judarwanto, W., 2006. Pemilihan susu formula terbaik bagi bayi. Jakarta: Pusat
data informasi Persatuan Rumah Sakit Indonesia.
56

Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia
Kusmiyati, 2012.Karya Tulis FKIP Unram. Nutrisi Diawal Perkembangan, Vol. 7
No.1 Maret.
Lydia Nafratilofa, 2013. Karya Tulis Ilmiah FK UI. Pemberian Nutrisi enternal
untuk menghindari Gejala gastro-Eosophageal Refluk pada Pasien
Gastrektomi.
Metheny & meert 2004 dan Weinberg & skewes 2006.Verifikasi Penempatan
Selang Nasograstrik Pada Pasien Anak dan Bayi.Anita Apriliawati Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.
Purwitasari & Maryanti, 2009.Buku Ajar Gizi. Yogyakarta: Nuha Offset
Riskesdas, 2007.Profil Kesehatan Indonesia. Riset Kesehatan Dasar.
Suryono dan Widianti 2010.Kebutuhan dasar manusia. Yogyakarta: Penerbit
nuha medika.
Supariasa, 2008.Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sanyoto dan Eveline, 2008.Air Susu Ibu dan Hak Bayi. Jakarta. EGC
Sylviati M, 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. In:
sholeh Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi: Badan Penerbit IDAI, 11-30.
Sidi, P, dkk, 2010.Bahan bacaan manajemen laktasi, menuju persalinan aman
dan bayi baru lahir sehat. Jakarta: Perinasia Indonesia.
Utami, R, 2008. Mengenal ASI eksklusive. Jakarta: Trubus Agriwijaya.
Wong, 2008.Buku ajar Keperawatan pediatric, volume 1. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC
Waryana, 2010.Buku Ajar Gizi. Yogyakarta: Pustaka rihama
Wiryana 2007.Nutrisi Pada Penderita Sakit Kritis. Jurnal Penyakit Dalam,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2007.
Walley & Wong, 2000).Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol.6, No.2, Juli 2012.
LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI Ny. M DENGAN
NEONATUS INFEKSI Diruang PERISTI
RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Dibuat untuk memenuhi tugas ujian akhir program

DI SUSUN OLEH :
Repti Roqima Dianningsi
(A01301805)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Infeksi Neonatus atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan
syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Infeksi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).
Infeksi Neonatus adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu
orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan
pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan
(extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri
(streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John
Mersch, MD, FAAP, 2009).

B. Etiologi
Penyebab infeksi neonatus adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur.
Resiko terjadinya infeksi meningkat pada:
Ketuban pecah sebelum waktunya
Perdarahan atau infeksi pada ibu.
Infeksi pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:
Bakteri escherichia koli
Streptococus group B
Stophylococus aureus
Enterococus
Listeria monocytogenes
Klepsiella
Entererobacter sp
Pseudemonas aeruginosa
Proteus sp
Organisme anaerobic
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling
tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita
hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur
yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun
mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-
prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan
bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang
normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke
dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar,
yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis.
Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi
tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia
tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia
ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian
menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial
di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan
sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan
sampai 3 tahun.

C. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel.
Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok,
yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3
serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan
aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit
lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme
yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak
tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.col
li.
D. Klasifikasi
1. Infeksi berat (major infection)
a. Sifilis kongenital
Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.
b. Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal.
c. Meningitis
Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli, pneumokokus,
stafilokokus, dan sebagainya.
d. Pneumonia kongenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion yang septik.
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama pada bayi
BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan
karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
f. Pneumonia karena airborn infection
Infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita infeksi
saluran pernapasan.
g. Pneumonia stafilokokus
Biasanya terjai pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
h. Diare epidemik
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi,disebabkan oleh E.colli yang
bersifat patogen.
· Gastroenteritis E.colli
· Salmonelosis
i. Pielonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
j. Ostitis akut
Disebabakan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus.
k. Tetanus neonatorum
Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan eksotopin
yang neurotropik.
2. Infeksi ringan
a. Pemfigus neonatorum
Gelombang jernih yang berisih nanah yang kemudian kemerahan pada kulit
disebabkan oleh stafilokokus.
b. Oftalmia neonatorum
Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir.
c. Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah, edema, dan
kemerahan pada ujung pusat.
d. Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.

D. Manisfestasi Klinik
1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air
kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan
kultur urin.
− Leukositosis ( >34.000×109/L)
− Leukopenia ( < 4.000x 109/L)
− Netrofil muda 10%
− Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen) atau
I/T ratio >0,2
− Trombositopenia ( < 100.000 x 109/L)
− CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

F. Penatalaksanaan Medis
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24
jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7
hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg
BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,
urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses
(atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel,
kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan
2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan
Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika
minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi:
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

G. Diagnosa
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :
1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di
saluran napas.
2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan malas minum, diare, dan muntah.
4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui.
5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
H. Intervensi
1. Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya
sekret di saluran napas.
Data objektif: bayi t ampak sesak napas, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat,
dan sekret berlebihan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan dapat
diatasi.
Kriteria hasil: bayi tidak sesak lagi, bayi tenang, frekuensi pernapasan menurun,
sekret di saluran napas tidak ada lagi.
Intervensi:
a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya
digendong).
Rasional: posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.
b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.
Rasional: O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan
napas akan mengurangi sumbatan di saluran napas.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.
2. Diagnosis 2: gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas
minum, diare, dan muntah.
Data objektif: bayi malas minum atau menyusui, muntah, diare, berat badan
menurun, dan gelisah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan nutrisi
dapat diatasi.
Kriteria hasil: muntah dan diare berhenti, bayi mau disusui.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.
Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan
imunitas.
b. Auskultasi bising usus.
Rasional: penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan
pemberian cairan.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.
3. Diagnosis 3: kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan diare,
muntah, dan malas minum.
Data objektif:
a. Turgor buruk dan kulit kering.
b. Membran mukosa kering.
c. Hipertermi.
d. Masa menyusui.
e. Diare.
f. Muntah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali normal.
Kriteria hasil: suhu normal,membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.
Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan
imunitas.
b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan
kehilangan cairan.
Rasional: perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan
dan peningkatan risiko dehidrasi.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.
Rasional: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.
4. Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali
normal.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi

Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) ; perhatikan bunyi menggigil / diaforesis.
Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit
infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
b. Pantau suhu lungkunagn, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
d. Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Berikan antibiotik
Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.
5. Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bayi tidak rewel
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda nyeri,bayi nampak tenang.
Intervensi :
a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga klien.
Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu
b. Beri lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : menurunkan reaksi terhadap terhadap stimulus dari luar agar dapat
meningkatkan istrahat atau relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta :
EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI
Behrman., Kliegman. & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak( edisi: 15, vol. 2).
Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–
Proses Penyakit .Vol. 1, Edisi 6, Jakarta : EGC

You might also like