Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh:
Zuhaidah (1503076055)
Anisaturrohmah (1503076064)
PENDIDIKAN KIMIA
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kebersihan Kulit
Beberapa kotoran yang sering menempel pada wajah antara lain (Avi, dkk,
2009) : debu, jelaga (dari udara), keringat, residu kosmetik dan makeup yang
sebelumnya diaplikasikan pada kulit, dan zat lain yang dibawa di udara yang
bervariasi tergantung pada lokasi geografis dan lingkungan terdekat. Semua zat
tersebut menempel pada lapisan tipis dan berminyak di permukaan kulit. Karena
kotoran disematkan pada lapisan minyak, maka pencucian dengan air saja belum
cukup. Pada dasarnya minyak dan air tidak dapat bersatu. Air ditolak oleh minyak,
oleh karena itu tidak mampu mengeluarkan partikel kotoran yang menempel pada
lapisan berminyak dari kulit. Dengan demikian, untuk membersihkan kotoran
yang menempel pada lapisan berminyak akan lebih efektif jika menggunakan
sabun.
Secara alami, kulit kita bersifat asam. Keasaman kulit merupakan mekanisme
pelindung tubuh terhadap bakteri dan jamur infeksi. pH alami kulit bertindak
sebagai mantel asam pelindung. Lalu, apakah yang dimaksud dengan pH? "Faktor
pH" adalah nilai numerik yang mengekspresikan tingkat keasaman atau alkalinitas
larutan. pH kulit normal berkisar antara 4 sampai 6,5.
Bahan aktif dalam sabun terdiri dari berbagai asam lemak, Asam lemak yang
biasa digunakan dalam sabun, yaitu : asam stearat, asam kelapa sawit, asam oleat,
asam myristic, asam laurat.
Surfaktan, atau zat aktif permukaan, adalah senyawa yang larut dalam air yang
membentuk komponen utama dari sabun dan shampo. Agen aktif permukaan
dalam sabun ini bertindak seperti pada sabun biasa. Karena muatan listriknya,
mereka membentuk misel. Partikel kecil minyak terperangkap di dalam misel.
Dengan cara ini, minyak dan partikel kotor disematkan didalamnya sehingga bisa
dicuci bersih dengan air. Semua zat pembersih lainnya terbuat dari agen
permukaan-aktif disebut dengan : sabun buatan, soapless soap, nonsoaps, atau
sabun sintetis, dan kemungkinan dalam bentuk padatan atau cairan.
Seperti yang telah dikatakan, bahan aktif di semua agen pembersih dan sabun
bersifat agen permukaan-aktif (surfaktan). Meski begitu, terlepas dari zat aktif
permukaan, sabun mengandung bahan lainnya seperti: pelembab, pengawet,
pewarna pewangi, parfum dan parfum, zat antibakteri, zat yang mengubah pH,
dan bahan lainnya.
Masker wajah untuk jerawat, merupakan salah satu jenis topeng wajah yang
digunakan dalam pengobatan jerawat. Masker ini didasarkan pada zat yang
menyerap minyak dari kulit, dan penggabungan bahan aktif yang digunakan untuk
mengobati jerawat, seperti belerang atau benzoil peroksida. Masker ini mungkin
merupakan tambahan yang efektif untuk perawatan jerawat lainnya (Avi, dkk,
2009).
2. Timbulnya Jerawat
A. Pengertian Jerawat
1. Sebum
2. Genetik
3. Kosmetik
4. Hormon Endoktrin
5. Bakteri
6. Iklim
7. Faktor Psikis
Pikiran negatif dapat mengakibatkan perubahan patologis dalam fisik
dan dapat berkembang menjadi kepercayaan yang salah yang tidak dapat
diubah sehingga emosi menjadi beku dalam keadaan negatif dan tubuh
memasuki simpatis yang disebut stress. Sebagai hasilnya mekanisme
homeostatis normal gagal berlangsung dan timbul gejala jerawat.
a. Klasifikasi Jerawat
Berdasarkan keparahan klinis jerawat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat.
Klasifikasi dari bagian Ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI / RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusomo sebagai berikut : (Djuanda, 2007).
a. Ringan, bila:
b. Sedang, bila:
c. berat, bila:
Dalam klasifikasi ini dikatakan sedikit apabila jumlah < 5, beberapa 5- 10 dan banyak
>10 lesi. Tak beradang meliputi komedo putih, komedo hitam dan papul. Sedangkan
beradang meliputi pustul, nodus dan kista.
Klasifikasi lainnya yang dinyatakan oleh Plewig dan Kligman (1975) dalam
Djuanda 2010, yang mengelompokkan Jerawat (Acne Vulgaris) menjadi:
1. Jerawat komedonal
2. Jerawat papulopustul
3. Jerawat konglobata
Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang
terjadi.
b. Pencegahan Timbulnya Jerawat
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Jerawat dapat timbul karena adanya peradangan kronik dari folikel sebasea yang
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : sebum, genetik, kosmetik, hormon
endoktrin, iklim, bakteri, psikis.
Andi. Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat.
Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. 2009.
Ayudianti, P & Indramaya, Diah, M., 2014. Retrospective Study: Factors Aggravating Acne
Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soetomo Surabaya. Vol.26/No.1/ April 2014
Graham, B. R., dan Burns, T. 2005. Akne, erupsi akneiformis, dan rosasea, Dalam: Lectures
Notes Dermatologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga Medical Series.
James, W. D., Berger, T. G., dan Elston, D. M. 2011. Acne. Dalam: Andrews’ Diseases of the
skin Clinical Dermatology. Edisi ke-11. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Shai, Avi, dkk, 2009, Handbook of Cosmetic Skin Care second edition, Published in
association with the Journal of Cosmetic and Laser Therapy.
Tjekyan, R. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika Indonesiana.
Wasitaatmadja, S. M. 2010). Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam: Djuanda,
A., Hamzah, M., dan Aisah, S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-4. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Yenni, Amin Safrudin, Djawad Khairuddin. Perbandingan Efektivitas Adapelene 0.1% Gel
Dan Isotretinoin 0.05% Gel Yang Dinilai Dengan Gambaran Klinis Serta
ProfilInterleukin 1 (IL-1) Pada Acne Vulgaris. JST Kesehatan. 2011; 1