You are on page 1of 13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Angin
Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara
horizontal ataupun vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi
secara dinamis. Angin dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara
antara tempat yang berbeda. Angin selalu mengalir dari tempat yang
bertekanan udara tinggi ke tempat yang bertekanan udara rendah. Apabila tidak
ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung
dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan udara rendah. (Gunawan
Nawawi, 2001: 27)

Gambar 2.1 gaya simpang akibat rotasi bumi (Gunawan


Nawawi, 2001: 27)
Rotasi bumi menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah
pergerakan angin. Gaya ini disebut efek Coriolis. Efek Coriolis ini
mengakibatkan angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan

6
7

udara rendah di belahan bumi bagian selatan. Dan sebaliknya, bergerak dengan
arah berlawanan arah putaran jarum jam mengitari daerah bertekanan udara
rendah di belahan bumi bagian utara. Kecenderungan ini pertama kali
dijelaskan pada tahun 1835 oleh G.G. Coriollis seorang ilmuwan dari Perancis.
Penyimpangan seperti ini kemudian disempurnakan oleh Buys Ballot sebagai
berikut:
1) Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah.
2) Di belahan bumi utara angin berbelok ke kanan, dan di belahan bumi
selatan angin berbelok ke kiri.

Kesimpulan ini untuk selanjutnya dikenal dengan hukum Buys Ballot.


(A. Kurniawan, 2014: 3)

Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara


horizontal yang dipengaruhi oleh gradien barometris letak tempat, tinggi
tempat, dan keadaan topografi suatu tempat.Untuk pengukuran kecepatan
angin yang lebih baik memang dilakukan pada ketinggian 10 m, dengan
pertimbangan efek dari lapisan perbatas. Untuk satuan kecepatan angin dalam
meter per detik, kilometer per jam atau knot (1 m/s = 1,9438 knots = 3,6
km/jam). (Dewi Wijayanti, 2015: 151)

Berdasarkan pengertiannya kecepatan angin tidak pasti atau selalu


berubah-ubah dalam setiap keadaan maka yang harus dilakukan adalah
melakukan pengamatan melalui skala standar internasional yaitu dengan
menggunakan skala Beaufort seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Kekuatan angin menurut skala Beaufort (Sujitno Ah. M. G


1978)

Skala Skala Satuan Nama Uraian Nama


Keterangan
Beaufort M/s Knots Angin Inggris
0,0-
0 0-1 Angin reda Calm Tiang asap tegak
0,2
8

0,3- Angin sepoi-


1 1-3 Light air Tiang asap miring
0,5 sepoi
1,6- Light Daun-daun
2 4-6 Angin lemah
3,3 breeze bergerak
3,4- Gentle Ranting-rantig
3 7-10 Angin sedang
5,4 breeze bergerak
5,5- Moderate Dahan-dahan
4 11-16 Angin tegang
7,9 breeze bergerak
8,0- Fresh Batang pohon
5 17-21 Angin keras
10,7 breeze bergerak
10,8- Angin keras Strong Batang pohon
6 22-27
13,8 sekali breeze besar bergerak
High
13,9- wind, Dahan-dahan
7 28-33 Angin ribut
17,1 Moderate patah
gale
17,2- Angin ribut Gale, Pohon-pohon
8 34-40
20,7 hebat Fresh gale kecil patah
20,8- Strong Pohon-pohon
9 41-47 Angin badai
24,4 gale besar patah
Storm,
24,5- Angin badai Rumah-rumah
10 48-55 Whole
28,4 hebat roboh
gale
28,5- Violent Benda berat
11 56-63 Angin taufan
32,6 storm berterbangan
Angin taufan
12 32,7 >64 Hurricane Kerusakan hebat
hebat

2. Anemometer
Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin yang
banyak dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan
9

cuaca. Nama alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin.
Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450.
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan
angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort).
Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o – 3600 serta arah mata
angin. Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka.
Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkok yang terdapat pada
anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin
meniup mangkok-mangkok tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya
piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat
diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah
yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah
dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort.
Anemometer sendiri terdapat dua tipe secara umum. Tipe tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Anemometer dengan tiga atau empat mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada
jari-jari yang berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok
tersebut terpasang pada poros vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke
satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada
arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan tiupan
angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur
sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin. Anemometer tipe
“cup counter” hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama
suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat
dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan berikutnya, menyatakan
akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua pengamatan
tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi
jarak tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.
2) Anemometer Termal
10

Anemometer ini merupakan satu sensor yang digunakan untuk mengukur


kecepatan fluida (angin) sesaat. Cara kerja dari sensor ini berdasarkan pada
jumlah panas yang hilang secara konvektif dari sensor ke lingkungan
sekeliling sensor. Besarnya panas yang dipindahkan dari sensor secara
langsung berhubungan dengan kecepatan fluida yang melewati sensor.
Jika hanya kecepatan fluida yang berubah, maka panas yang hilang bisa
diinterpretasikan sebagai kecepatan fluida tersebut. Kerja Anemometer ini
mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan
tekanan kecepatan.
Angin atau aliran massa udara dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
mempunyai energi kinetik, apabila menumbuk penghalang bebas dan
penghalang bebas tersebut akan bergerak (tergantung gesekan penghalang).
Sebagai penghalang bebas pada perancangan alat ukur kecepatan angin ini
digunakan kincir dengan daun kincir dari bola pingpong. Pandang suatu bagian
daun kincir dari bola pingpong sebagai berikut:

Gambar 2.2 Alur tekanan pada daun bola pingpong (Totok


Suprayitno, 2011: 65)
Pada saat angin menumbuk bagian depan daun bola pingpong, tekanan
di P1 lebih besar dari pada di P2. Dengan adanya perbedaan tekanan tersebut,
terjadi gaya yang mendorong daun bola pingpong. Karena hambatan di sekitar
udara bebas konstan bergesekan dengan daun kincir, ada 4 daun kincir, maka
gerak daun kincir kecepatannya konstan dan hampir eqivalent dengan
kecepatan udara yang bergerak (kecepatan angin). (Totok Suprayitno, 2011:
65)
11

Dengan mengabaikan faktor gesekan pada poros baling-baling, maka


menggunakan rumus kecepatan dan keliling lingkaran.
𝑣=𝑟𝜔
𝐾 = 2𝜋𝑟
Dari persamaan diatas didapatkan dari hubungan kecepatan sudut dan
kecepatan linier. Jika suatu benda tegar berotasi mengelilingi sebuah sumbu
tetap, setiap partikel pada benda akan bergerak melingkar (Halliday, 1978).
Dengan r jarak dari sumbu ke titik p di dalam benda, sehingga titik itu bergerak
dalam lingkaran berjari-jari r, seperti pada gambar. Bila jari-jari membentuk
sudut θ dengan sumbu acuan, jarak s ke titik p, diukur sepanjang lintasan
lingkaran, ialah:
𝑆 = 𝑟 𝜃.............................. (1)
Jika θ dinyatakan dalam radian p.

Gambar 2.3 Jarak yang ditempuh titik p sama dengan 𝜃


(Halliday, 1978)
Mendiferensialkan persamaan diatas terhadap t, dengan r konstan,
sehingga diperoleh:
𝜕𝑠 𝜕𝜃
= 𝑟 𝜕𝑡 ..................................... (2)
𝜕𝑡
𝜕𝑠 𝜕𝜃
Dengan adalah besaran kecepatan linier v titik p, dan adalah
𝜕𝑡 𝜕𝑡

kecepatan sudut ω benda yang berputar dari persamaan tersebut di dapatkan:


𝑣 = 𝑟 𝜔...................................... (3)
Dan besar υ kecepatan linier sama dengan hasil kali kecepatan sudut ω
dengan jarak r dari titik ke sumbu dan persamaan:
12

𝜔 = 2 𝜋 𝑓................................. (4)
dengan mensubtitusikan ke persamaan (4) ke persamaan (3) di atas,
diperoleh:
𝑣 = 𝑟 (2𝜋𝑓)............................... (5)
𝑣 = (2𝜋𝑟)𝑓................................. (6)
karena (2 π r ) = keliling lingkaran dan f adalah frekuensi maka,
𝑣 = 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 × 𝑓 ........ (7)
frekuensi yang dimaksud pada hal ini merupakan hasil counter dari
banyaknya putaran baling – baling. (Dewi Wijayanti, 2015: 151)
3. IC LM2917

IC LM2917 merupakan chip IC yang di desain khusus sebagai


Frequency to Voltage Converter atau pengubah Frekuensi menjadi Tegangan.
Dalam penggunaanya untuk aplikasi Frequency to Voltage Converter IC
LM2917 ini memerlukan sedikit komponen eksternal. Ada beberapa contoh
aplikasi Frequency to Voltage Converter dari IC LM2917 ini yang disertakan
dalam datahseet IC LM2917 tersebut.

Single chip Frequency to Voltage Converter LM2917 ini hanya


membutuhkan konfigurasi RC saja dalam doubling frequncy. Dan memiliki
zener regulator internal untuk mengahasilkan akurasi dan stabilitas dalam
proses konversi frekuensi ke tegangan.

IC LM2917 terbagi menjadi dua bagian utama yaitu; pompa muatan,


dan penguat OP AMP. Pompa muatan adalah DC to DC converter yang
menggunakan kapasitor sebagai elemen penyimpanan energi untuk membuat
naik atau turunnya sumber tegangan. Sedangkan penguat OP AMP sebagai
regulator arus dan tegangan yang berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan
yang masuk ke rangkaian. Pada kaki IC LM2917 terdapat tachometer input
yang berfungsi untuk mengukur putaran (RPM).
13

Gambar 2.4 Arsitektur LM2917 (Texas Instrumens, 2000: 4)

Feature yang dimiliki single chip Frequency to Voltage Converter


LM2917:

1) Referensi ke ground secara langsung dengan variabel reluctance.


2) Op Amp / Komparator dengan output transistor.
3) Arus maksimal output 50 mA untuk aplikasi langsung ke beban.
4) Frequency doubling untuk ripel rendah.
5) Output yang linier ±0.3%.

Disini rangkaian Frequency to Voltage Converter diambil juga dari


datasheet IC LM2917. Kelebihan dari single chip Frequency to Voltage
Converter LM2917 ini adalah mampu memberikan output 0 volt seketika pada
waktu frekuensi berubah 0 Hz. Sangat mudah diaplikasikan dalam pengukuran
14

frekuensi dengan rumusan output single chip Frequency to Voltage Converter


ini adalah:

Vout = fin x Vcc x Resistor 1 x Capasitor 1


di mana :
fin = Frekuensi sinyal input (Hz)
Vcc = Tegangan/voltage sumber yg dipakai (volt)
Resistor 1 = Resistor di pin 3 IC LM2917 (Ohm)
Capasitor 1 = Kapasitor/kondensator di pin 2 IC LM2917 (Farad)
(Texas Instrumen, 2000: 8)
Skema rangkaian converter frekuensi menjadi tegangan tersebut
dipakai di alat ukur kecepatan, alat ukur jarak tempuh dan alat ukur kecepatan
putaran. Skema rangkaian converter frekuensi ke tegangan memakai IC
LM2917 adalah converter frekuensi ke tegangan DC yang mudah dipahami
karena IC LM2917 didesain spesial oleh National semiconductor sebagai
frequency to voltage converter hingga tidak memerlukan komponen eksternal
yg banyak. Skema rangkaian converter frekuensi ke tegangan dengan IC
LM2917 tersebut dapat dioperasikan dengan tegangan kerja +12 volt DC
sampai +24 volt DC. IC LM2917 tersebut mempunyai output yang linier
dengan arus output optimal 30mA. Skema rangkaian converter frekuensi jadi
tegangan dan komponen untuk membuat converter itu dapat dilihat langsung
di gambar skema rangkaian dibawah ini.
15

Gambar 2.5 Breaker point dwell meter (Texas Instrumen, 2000: 10)
Skema rangkaian converter frekuensi ke tegangan/voltage memakai IC
LM2917 kerap diterapkan di pengukuran kecepatan memakai mikrokontroler
maupun meter analog. Untuk aplikasi dngn piranti digital output dari skema
rangkaian converter frekuensi ke tegangan/voltage memerlukan Analog to
Digital Converter (ADC) dan untuk aplikasi dengan meter analog bisa segera
dihubungkan ke penguat untuk menggerakan LED maupun VU meter. (Texas
Instrumen. 2000)
4. Sensor TCRT5000
Sensor TCRT5000 menggunakan prinsip pantulan cahaya inframerah
untuk menentukan nilai outputnya. Ketika pantulan cahaya infrared dinilai
kurang atau tidak ada (pada objek berwarna gelap atau hitam), phototransistor
akan dalam kondisi of dan terminal output dari modul akan memberikan nilai
HIGH.
16

Gambar 2.6 Bentuk Fisis sensor TRCT5000


http://showmeyourcode.org/how-to-use-tcrt5000-with-
arduino/
Sensor TRCT5000 memiliki dua bagian yaitu bagian transmitter dan
reciver. Pada transmitter dibangun dari sebuah LED inframerah. Jika
dibandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah memiliki
ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya yang dipancarkan
oleh LED inframerah tidak terlihat oleh mata telanjang. Pada bagian receiver
dibangun dengan dasar komponen phototransistor. Phototransistor merupakan
suatu transistor yang peka terhadap tenaga cahaya. Suatu sumber cahaya
menghasilkan energi panas, begitu pula dengan spektrum inframerah. Karena
spekrum inframerah mempunyai efek panas yang lebih besar dari cahaya
tampak, maka phototransistor lebih peka untuk menangkap radiasi dari sinar
infra merah.
Jika terdapat pantulan cahaya yang dinilai memadai (pada permukaan
terang atau putih) maka intensitas cahaya yang dipantulkan dan diterima oleh
phototransistor akan cukup besar untuk berada dalam kondisi on dan modul
akan memberikan output LOW (indikator led akan menyala). (Vishay, 2009:
1)
B. Kerangka Berpikir

Udara yang bergerak (angin) dengan kecepatan tertentu dapat diketahui


besarnya dengan alat pengukur kecepatan angin yaitu Anemometer. Anemometer
yang digunakan pada stasiun pengamatan cuaca adalah Anemometer jenis cup
counter yang menerapkan metode mekanik dalam pengukurannya. Karena
mahalnya peralatan yang biasa digunakan, sehingga membuat masyarakat
kebanyakan tidak dapat memiliki alat tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa
prinsip kerja dari alat pengukur kecepatan angin yang biasa digunakan, cukup
sederhana yaitu cup yang berjumlah tiga buah berputar pada suatu tiang yang
dihubungkan dengan counter. Dengan mengetahui prinsip yang sederhana tersebut
kita dapat mengembangkan alat ini, yaitu dengan merancang alat pengukur
kecepatan angin dari bahan-bahan yang mudah didapat.
17

Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui prinsip kerja dari
anemometer jenis cup dengan menggunakan sensor yang diaplikasikan untuk
pengukuran kecepatan angin yaitu sensor optik TCRT5000 dengan IC LM2917
sebagai converter frekuensi ke tegangan yang kerap diterapkan pada pengukuran
kecepatan memakai meter analog.
Pembuatan alaat pengukur kecepatan angin menggunakan anemometer ini
bertujuan untuk menampilkan kecepatan angin pada VU meter atau meter analog.
Langkah percobaan mengukur kecepatan angin dengan anemometer yaitu dengan
membandingkan hasil pengukuran alat anemometer komersial atau buatan pabrik
dengan alat anemometer rancangan yang akan dibuat. Kedua alat anemometer
disejajarkan menghadap kipas angin yang nanti akan dicari kecepatan angin dari
kipas angin. Variasi data di dapatkan pada tombol kipas angin yang memiliki
perbedaan kecepatan.
Berdasarkan alur pemikiran peneliti, maka dapat digambarkan paradigma
pemikiran seperti yang ditunjukkan bagan pada Gambar 2.7.
18

1. Pengukuran kecepatan angin menggunakan anemometer


2. Pada stasiun pengamatan cuaca Anemometer jenis cup
counte menggunakan metode mekanik pada pengukurannya

Masalah

1. Peralatan pada alat anemometer yang biasa digunakan mahal


2. Masyarakat tidak dapat dengan mudah memiliki alat
Anemometer

Solusi

Pembuatan alat pengukur kecepatan angin menggunakan


anemometer dengan metode cup counter yang
menggunakan sensor TCRT5000 dan IC LM2917

1. Data percobaan valid  Percobaan Berhasil


2. Praktikkan memahami materi

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir


C. Hipotesis
Dari uraian kajian teori dan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis
yaitu: Pembuatan alat percobaan pengukuran kecepatan angin menggunakan
anemometer dengan metode cup counter menggunakan sensor TRCT5000 dan IC
LM2917 dapat menampilkan kecepatan pada meter analog sehingga siswa dapat
mengetahui konsep fisika dan aplikasinya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di masyarakat.

You might also like