You are on page 1of 8

MEMBENTENGI AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH

Oleh : Buya Yahya


(Pengasuh LPD Al-Bahjah)

A. Muqoddimah
Sesuatu yang paling berharga yang diberikan oleh Alloh kepada seorang
hamba adalah aqidah yang benar. Maka ilmu yang membahas tentang aqidah
yang benar adalah ilmu yang amat penting dibandingkan ilmu-ilmu yang
lainnya. Dan diskusi-diskusi yang diadakan jika hal itu untuk membela dan
menjaga aqidah yang benar maka itu adalah sebaik-baik diskusi. Saat ini kami
sungguh sangat berbahagia jika pada kesempatan ini kami para alim ulama
untuk bersama-sama mendiskusikan aqidah dan bagaimana upaya kita untuk
menjaga aqidah umat. Kami yakini bahwa kita semua akan senantiasa dalam
lindungan dan pertolongan Alloh sesuai janji Alloh :

)69‫) ( اعنكبوت‬٦٩( ‫اه ُد فِذينَوا اَونَوَن ْه ِذد َوَننَّلَن ُ ْه ُسبَُنلَونَوا َو ِذ َّل الَّل َو اَو َو َو ْها ُ ْه ِذ نِذ َو‬ ‫ِذ‬
‫َو اَّل َوي َوج َو‬
“Dan mereka yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran-Ku sungguh
Aku akan memberi petunjuk kepada mereka”.

Menjaga aqidah umat adalah sebaik-baik hadiah yang diberikan oleh para
ulama kepada mereka kapan dan dimanapun berada. Lebih-lebih di saat
merebaknya fitnah-fitnah yang menggerogoti aqidah-aqidah seperti yang kita
rasakan dan saksikan pada saat ini. Bahkan ada di antara kita yang sudah
keropos aqidahnya namun ia tidak merasa tergerogoti. Umat islam adalah
umat yang besar akan tetapi sering lengah dengan jumlah yang besar ini
sehingga kadang-kadang kita kurang mencermati hal-hal yang disusupkan
musuh-musuh Alloh dalam tubuh umat Islam. Maka dalam kesempatan
pertemuan ini kami ingin menghadirkan sekilas tentang aqidah yang benar
untuk bisa menjadi bekal bagi kita di dalam menegakkan dan menjaga aqidah
umat Islam dunia dan Indonesia khususnya yang alhamdulillah dari generasi

1
ke gernerasi mereka berada pada aqidah yang benar yaitu ahlussunnah wal-
jama’ah.

B. Pertolongan Pertama Di Zaman Fitnah Aqidah

Yang kami maksud pertolongan pertama di zaman fitnah aqidah ini adalah
bagaimana kita menghadirkan hal terpenting dan mendesak yang dibutuhkan
oleh ummat dalam upaya membentengi aqidah yang benar.
Ada dua hal yang secara subtansi dan maknawi tidak terlalu penting akan
teapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih karena dari situlah kesesatan akan
masuk. Dua hal tersebut yang pertama mengenal sebuah identitas dan yang
kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.

C. Mengenal Sebuah Identitas

Didalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yang benar sangat sulit
kalau seandainya hanya dalam ceramah yang singkat atau dalam pertemuan
yang sesaat. Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah identitas
diri kebenaran aqidahnya bisa dengan sangat mudah dijaga dan dikontrol
agar seseorang tidak terbawa masuk dalam kelompok aqidah yang salah atau
sesat. Dan hal ini bisa kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah di dalam
keseharian mereka mulai dari tawasulan, tahlilan, membaca kitab maulid
secara bersamaan (Asroqolan Atau Marhabanan) yang sungguh itu semua
adalah amaliyah yang benar dan telah menjadi ciri khas aqidah yang benar
biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yang lebih penting, bukan di dalam
amaliah-amaliyah tersebut.

Kalau kita cermati para ulama terdahulu dalam urusan aqidah dan
amaliyah, mereka lebih mementingkan isi daripada kulit. Hingga terkadang
seorang muslim awam ahlussunnah wal-jama’ahdengan kualitas aqidahnya
yang sudah benar, akan tetapi dia tidak mampu untuk menjelaskan
ahlussunnah wal-jama’ah dengan panjang dan lebar dengan pemaparan
ilmiah. Padahal sebetulnya penjabaran makna aqidah ahlussunnah wal-
jama’ahsecara panjang lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh ulama-
ulama terdahulu dengan metode yang sangat sederhana dan kemasyarakatan
sehingga sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.

2
Cara penjabaran dan pemaparan luas dan halus amatlah tepat pada masa
di saat fitnah aqidah belum banyak tersebar. Akan tetapi di saat fitnah aqidah
merebak dimana-mana dan pergeseran nilai aqidah mudah terjadi, kita harus
bisa mencermati sebab–sebab umat ini termakan fitnah. Kita bisa saksikan di
saat munculnya ahli fitnah yang tidak henti-hentinya merendahkan dan
mencaci aqidah ahlusunnah wal-jama’ah. Orang-orang awam pun diam
karena tidak tahu kalau mereka sendiri yang dicaci karena mereka tidak
mengenal identitas mereka sendiri.

Maka dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yang secara
hakikatnya memang kurang penting sebab hal itu hanya berurusan dengan
kulit dan bukan substansi aqidah. Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam
membentengi aqidah dalam kondisi mendesak dan darurat kami anggap
mengenal identitas diri saat ini amat diperlukan yaitu di saat merebaknya
fitnah dan banyaknya pemalsu- pemalsu aqidah.

Sebab lain yang menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah
karena banyaknya orang yang memusuhi aqidah para ulama ahlusunnah. Yang
mereka pun yang menggemborkan syi’ar dan slogan ahlussunnah wal-jama’ah
dan menamakan diri mereka ahlussunnah wal- jama’ah. Jadi pengenalan
identitas ini di saat ini sangat penting untuk membedakan ahlussunnah wal-
jama’ahyang sesungguhnya dengan ahlussunnah wal-jama’ah yang palsu. Dan
setelah itu kita akan mencoba satu demi satu untuk menjelaskan perbedaan
antara ahlussunnah wal-jama’ahyang palsu dan yang ahlussunnah yang
sesungguhnya dengan kajian ilmiah di dalam pembahasan berikutnya.

Identitas yang kami maksud adalah:


1. Islam
2. Ahlussunnah wal-jama’ah
3. Asy’ariyah atau Maturidiyah.
4. Shufiyyah
5. Pengikut salah satu 4 madzhab

Seseorang yang beraqidah yang benar adalah seorang Muslim, Sunni,


Asy’ari, Shufi dan Bermadzhab. Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup
seseorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia hanya menyebut dirinya
sebagai seorang muslim saja. Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan
alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Alloh.
3
Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran aqidah, seorang muslim
harus dilanjutkan dengan ikrar bahwa dirinya adalah muslim ahlussunnah
wal-jama’ah. Dengan jawaban sebagai muslim ahlussunnah wal-jama’ahsaja
ternyata belum cukup karena adanya pemalsu-pemalsu ahlussunnah wal-
jama’ahyang mereka adalah musuh-musuh ahlusunnah wal jama’ah. Maka
dari itu harus dilanjutkan ikrar bahwa dirinya adalah pengikut ahlussunnah
wal-jama’ah Asy’ariyah.

Orang yang mengatakan dirinya sebagai Asy’ariy atau pengikut Imam Abul
Hasan Al-Asy’ari ternyata belum cukup, sebab ada sekelompok orang yang
sepertinya mengagungkan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ternyata mereka
adalah musuh-musuh Abul Hasan Al-Asy’ari. Dan pengikut Imam Abul Hasan
yang benar adalah mereka yang berani mengatakan dirinya adakah pengikut
para Ahli Tasawuf (shufiyyah) di dalam ilmu mendekatkan diri kepada Alloh.
Maka seorang Asy’ari yang benar haruslah dia berkeinginan untuk menjadi
seorang shufi dan mencintai ahli Tasawuf .

Termasuk fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat


kepada ahli tasawuf. Dan memang kita akui ada segelintir orang yang menodai
citra tasawuf. Dan itu tergolong orang yang sesat mengaku bertasawuf.
Adapun tasawuf adalah ilmu untuk membersihkan hati dalam irama mencari
ridho Alloh.

Maka sangat sesat orang-orang yang memusuhi tasawuf biarpun dia


mengaku ahlusunnah dan biarpun juga mengakui Abul Hasan Al-Asy’ari.

Dan yang terakhir adalah identitas ahlussunnah wal-jama’ahdi dalam


masalah fiqih mereka adalah orang-orang yang mengikuti kepada Imam
Madzhab yang empat Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam
Ahmad Bin Hanbal. Dalam bahasa fiqih kita sering menyebut dengan istilah
bertaqlid kepada salah satu dari imam 4 madzhab.

Identitas terakhir ini juga sangat perlu dihadirkan sebab pada zaman akhir
ini telah muncul orang yang mengaku ahlussunnah wal-jama’ahakan tetapi
dengan kesombongannya mereka merendahkan dan membenci taqlid bahkan
hingga sampai mencaci-maki dan merendahkan para ulama-ulama yang

4
bertaqlid. Maka bertaqlid adalah termasuk ciri aqidah ahlussunnah wal-
jama’ahyang benar.

Maka orang sesat adalah orang yang mengaku Islam tetapi bukan
ahlissunah, membenci Asy’ariyah, membenci tasawuf dan tidak mau
bermadzhab. Ini adalah cara pintas untuk mengenali orang-orang yang
beraqidah benar di tengah-tengah kesesatan ummat.

D. Manhaj Talaqqi

Talaqqi adalah pengambilan ilmu dengan memperhatikan kedisiplinan,


kesinambungan, keilmuan antara guru dengan murid. Hal yang semacam ini
sangat berarti dalam irama menjaga dan mengkaji ahlussunnah wal-
jama’ahyang benar. Di sini bukan berarti seseorang tidak boleh memperluas
ilmu dengan cara membaca, akan tetapi di sini lebih ditekankan kepada
seseorang agar mempunyai dasar-dasar aqidah yang benar yang diambil dari
guru yang jelas terlebih dahulu sebelum dia mengembara dengan akal
pikirannya ke berbagai disiplin ilmu atau untuk menelaah pemikiran-
pemikiran aqidah yang berbeda.

Pada dasarnya cara ini sudah mengakar dan membudaya di lingkungan


pesantren-pesantren salaf yang diasuh oleh para ulama dengan metode
sorogan atau memindah ilmu dengan membaca kitab secara kalimat per
kalimat dari awal hingga akhir. Seperti yang sangat kita sering dengar dengan
pengenalan kitab-kitab aqidah, seperti : Aqidatul awam, Jauharotut tauhid
dan yang lainnya yang secara ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari
aqidah ahlusunnah wal jama’ah. Maka menjaga mata rantai dan
kesinambungan keilmuan seperti ini adalah sangat penting. Dan dalam
pengamatan kenyataan di zaman ini kita tidak menemukan kesesatan kecuali
di saat seseorang tersebut meninggalkan buku-buku aqidah para
pendahulunya dan cara yang dianut oleh pendahulunya dalam mengambil
lmu.

Ada 3 hal yang amat penting untuk kita cermati dalam masalah manhaj
talaqqi terhadap kerusakan aqidah ahlussunnah wal-jama’ah.

1. Dari awal pendidikan agamanya memang tidak dikenalkan dengan aqidah


yang benar melalui kitab-kitab yang benar dengan manhaj talaqqi. Dalam
5
hal ini bisa dibuktikan bahwa jika ada pesantren atau ada lembaga
pendidikan yang tidak berpegang kepada manhaj talaqqi sudah tidak ada
lagi, maka yang terjadi adalah mudah tercemar oleh aqidah yang sesat.

2. Manhaj talaqqi masih diberlakukan, akan tetapi itu hanya sekedar


pembacaan rutin tanpa ditindaklanjuti kajian yang lebih dalam. Hal ini
akan menjadikan seseorang akan mudah tercemar oleh aqidah-aqidah
yang sesat karena disatu sisi mereka kurang mendalami aqidah yang
mereka tekuni. Disisi lain virus kesesatan bertebaran melalui media-
media yang saat ini menjadi lebih dekat kepada masyarakat, seperti :
televisi, radio dan buletin-buletin yang semua itu lebih mudah dibaca
dengan bahasa lokal yang mudah difahami seiring berkembangnya dunia
tekhnologi. Sementara penyeru kesesatan pun sangat gigih dalam
menyebarkan kesesatan.

3. Semangat ingin tahu kepada agama yang tinggi yang tidak dibarengi
dengan bimbingan seorang guru dan hanya hanya mengandalkan
kemampuannya dalam membaca buku-buku yang ditemukannya di toko-
toko buku atau yang dibaca melalui internet. Hal yang semacam inilah
yang kami cermati telah benar-benar menjadikan aqidah kita semakin
hari semakit keropos.

Kita bisa saksikan dengan para perusak aqidah telah dengan gigihnya
membuat radio-radio, mencetak buku-buku murah dan gratis serta selebaran
yang dibagi secara cuma-cuma.

Sebagai contoh, di kebanyakan kota kabupaten penyebar aqidah sesat


itu berusaha untuk mempunyai radio karena mereka yakin dengan adanya
radio mereka bisa mempengaruhi masyarakat luas yang sebenarnya di hati
mereka ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama. Dengan membuat
stasiun radio ternyata tanpa kita sadari pengaruh mereka terhadap kesesatan
sangatlah besar.

Justru kita sebagai pembawa aqidah yang benar kita kurang berfikir maju
untuk menguasai media informasi demi membendung arus penyesatan
aqidah. Hubungannya dengan manhaj talaqqi yang kami sebut adalah : Kita
jangan memulai belajar aqidah kecuali dengan manhaj talaqqi. Dan kita harus
berusaha agar media-media yang ada dan juga toko-toko buku bisa dipenuhi
6
oleh orang-orang yang mempunyai aqidah yang benar dan menekuni manhaj
talaqqi. Dan jangan membaca buku aqidah kecuali atas petunjuk guru yang
mempunyai manhaj talaqqi.

E. Hakekat Ahlussunnah wal-jama’ah

Ahlussunnah wal-jama’ahadalah manhaj beraqidah yang benar dengan


dua ciri. Pertama ; mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW.
Kedua ; mereka juga sangat mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW.

Maka tidak cukup orang mengaku beragama Islam akan tetapi dengan
mudah mereka mencaci para sahabat Nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar
dari ahlussunnah waljamaah model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah )Syi’ah
Imamiyah Itsnata ’asyariyah( dengan ciri khas paling menonjol dari mereka
adalah mengagungkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW akan tetapi
merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Begitu juga tidak cukup orang mengaku Islam, akan tetapi dia
merendahkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari
ahlusunnah waljama’ah model ini diwakili oleh mereka yang mempunyai ciri
khas yaitu yang tidak peduli dengan urusan ahlul bait Nabi Muhammad SAW,
mencoba merendahkan Sayyidina Ali bin Abi Tholib biarpun di sisi lain mereka
mengakui para sahabat Nabi Muhammad SAW .

Ringkasnya, ahlussunnah wal-jama’ah adalah mereka yang memuliakan


ahlu bait dan sekaligus mengagungkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ada di antara orang-orang yang mengaku mengagungkan dan memuliakan
para sahabat Nabi Muhammad SAW dan ahlu bait Nabi Muhammad SAW,
akan tetapi mereka punya penafsiran-penafsiran tentang aqidah yang jauh
dari kitab Alloh dan sunnah Rasululloh SAW yaitu dari kaum Jabariah dan
Qodariyah.

Di saat seperti itu muncullah seorang yang dinobatkan sebagai Imam


besar yang telah berusaha untuk membersihkan aqidah ahlussunnah wal-
jama’ahyang benar dari unsur luar dan menjerumuskan. Dan muncullah
cetusan-cetusan ilmu aqidah yang benar yang dari masa ke masa dan menjadi
pegangan umat Islam sedunia, yaitu : Aqidah Ahlussunnah wal-jama’ah
Asy’ariyah.
7
Asy’ariyah adalah sebuah pergerakan pemikiran pemurnian aqidah yang
dinisbatkan kepada Imam Abul Hasan Al-Asy’ariy. Beliau lahir di Bashrah
tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di
Bashrah pada tahun 324 H / 975 - 6 M.

Imam Al-Asy’ari pernah belajar kepada ayah tiri beliau yang bernama Al-
Jubba’i, seorang tokoh dan guru dari kalangan Mu’tazilah. Sehingga Al-Asy’ari
mula-mula menjadi penganut Mu’tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah
beliau mendalami paham Mu’tazilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat
panjang antara beliu dengan gurunya, Al-Jubba’i dalam berbagai masalah.
Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu’tazilah dan beliau pun
keluar dari paham itu dan kembali kepada pemahanan Ahlusunnah wal
jama’ah.

Imam Al-Asy’ari telah berhasil mengembalikan pemahaman sesat kepada


aqidah yang benar dengan kembali kepada apa yang pernah dibangun oleh
para salaf (ulama sebelumnya) dengan senantiasa memadukan antara dalil
nash (naql) dan logika (‘aql). Dengan itu belaiu berhasil melumpuhkan para
pendukung Mu’tazilah yang selama ini menebar fitnah di tengah-tengah
ummat Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan sejak berkembangya aliran Asy’ariyah
inilah Mu’tazilah berhasil diruntuhkan.

Kaum Asya’iroh dari masa ke masa selalu mempunyai peran dalam


membela aqidah yang benar, Aqidah Ahlusunnah wal jama’ah. Terbukti
dalam sejarah perkembangan Islam ulama Asya’iroh-lah yang memenuhi
penjuru dunia. Merekalah ahlussunnah yang sesungguhnya.

Adalagi pakar aqidah yang semasa dengan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari,
yaitu Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Secara umum tidak ada perbedaan di
antara keduanya. Hanya karena yang tersebar di Indonesia adalah dari Imam
Abul Hasan Al-Asy’ari, maka kami sebut lebih sering Asy’ariyah.
Wallohu a’lam bishshowab

You might also like