You are on page 1of 12

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Ekosistem di Kabupaten Tabanan

Wilayah pesisir Kabupaten Tabanan meliputi 12 desa pesisir mulai dari


Desa Selabih, Desa Langlanglinggah, Desa Antap, Desa Berembeng, Desa Tegal
Mengkeb, Desa Beraban, Desa Tibubiu, Desa Kelating, Desa Sudimara, Desa
Pangkung Tibah, Desa Belalang sampai Desa Beraban. Terdapat dua macam
ekosistem yang terdapat di pesisir Tabanan, yaitu ekosistem muara sungai (estuari)
dan ekosistem mangrove.
4.1.1 Ekosistem Muara Sungai (Estuari)
Ekosistem estuari adalah ekosistem muara sungai yang berada di area yang
sebagian tertutup tempat air tawar dan air laut (air asin) bertemu dan bercampur,
dimana ekosistem ini didominasi oleh keberadaan substrat berlumpur (Rahmawati
dkk, 2014). Terdapat 25 aliran sungai yang mengalir menuju daerah pesisir
Kabupaten Tabanan. Pada setiap ujung dari sungai ini memiliki muara sungai.
Ekosistem estuari yang memiliki karakteristik ekologi penting di Kabupaten
Tabanan yaitu muara-muara yang lumayan luas seperti Muara Yeh Sungi, Muara
Yeh Abe, Muara Yeh Matan dan Muara Yeh Otan. Ekosistem estuari dicirikan oleh
vegetasi yang rapat pada tepian dan tepi sungai. Seluruh muara sungai yang ada di
Kabupaten Tabanan ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti pohon butun
(Baringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Hibiscus
tiliaceus), pandan (Pandanus sp.) dan kelapa (Cocos nucifera). Jenis tumbuhan ini
memang banyak tumbuh di pinggiran pantai dan pinggiran muara sungai
dikarenakan tumbuhan ini mampu hidup pada kondisi perairan yang payau. Selain
itu untuk beberapa muara sungai seperti muara sungai Bangbang juga ditumbuhi
beberapa jenis pohon mangrove. Jenis mangrove yang tumbuh disana seperti api-
api (Avicennia marina), buta-buta (Excoecaria agallocha) dan Nypha.
4.1.2 Ekosistem Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis
yang didominasi beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tunbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur tajuk (Dairina dkk, 2009).
Vegetasi mangrove yang ada di Kabupaten Tabanan adalah api-api (Avicennia
30

marina) dan buta-buta (Excoecaria agallocha). Berikut merupakan struktur


komunitas hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Tabanan (Tabel 6 dan
Lampiran 2).

Tabel 6. Struktur komunitas mangrove di Kabupaten Tabanan


A. marina E.agallocha
Semai Pancang Pohon Semai Pancang Pohon
Jumlah (individu) 0 10 25 0 0 2
Kerapatan (ind/ha) 0 400 250 0 0 20
Kerapatan relatif (%) 0 100 92 0 0 8
Frekwensi (ind/ha) 0 0,3 0,9 0 0 0,2
Frekwensi relatif (%) 0 100 81,81 0 0 18,18
Tutupan (ind/ha) 0 0 0,62 0 0 0,26
Tutupan relatif (%) 0 0 70,18 0 0 29,81
Indeks Nilai Penting 0 200 252,01 0 0 55,99

a. Kerapatan Jenis dan kerapatan relatif jenis


Dari Tabel di atas menurut Kepmen LH No 201 Tahun 2004 maka dapat
diketahui bahwa mangrove di Kabupaten Tabanan, masih sangat kurang untuk nilai
semua jenis mangrove baik untuk A.marina dan E.agallocha. Kerapatan mangrove
untuk pancang dan pohon masih di bawah 1000 ind/ha dimana ini tergolong rusak
dan jarang.
b. Frekwensi jenis dan frekwensi relatif jenis
Berdasarkan nilai frekwensi jenis untuk seluruh tingkat pada kawasan ini
didominasi oleh mangrove jenis A.marina, peluang ditemukannya mangrove jenis
ini mencapai 81% dari semua jenis mangrove yang ada pada kawasan ini.
Berdasarkan hal tersebut maka jenis A. marina memiliki peluang kehadiran jenis
atau frekuensi yang lebih tinggi berbanding yang lain.
c. Tutupan jenis dan tutupan relative jenis
Nilai tutupan mangrove hanya dapat dilihat pada tingkat pohon.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dan pengambilan data observasi
lapangan didapatkan hasil tutupan jenis A.marina sebesar 0,62 ind/100m2 dan
tutupan jenis E.agallocha sebesar 0,26 ind/100m2. Sehingga tutupan relatif jenis
A.marina adalah 70,18% dan E.agallocha adalah 42,48%. Dengan demikian
diketahui bahwa mangrove jenis A.marina tergolong dalam kriteria sedang ( > 50
RCi < 75) dan untuk jenis E.agallocha tergolong dalam kriteria jarang/rusak (RCi
< 50).
31

d. Indeks Nilai Penting (INP)


Indeks nilai penting untuk jenis A.marina tergolong tinggi (>200).
Sedangkan untuk indeks nilai penting jenis E.agallocha tergolong rendah (<100).
Hal ini menunjukkan bahwa A.marina lebih memiliki peranan dan pengaruh yang
besar terhadap kondisi lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan E.agallocha.
e. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi
Nilai keanekargaman, keseragaman dan dominansi mangrove di Kabupten
Tabanan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
1
0.9 0.86

0.8
0.7
Indeks nilai

0.6
0.5
0.38
0.4
0.3 0.26

0.2
0.1
0
Keanekaragaman (H’) keseragaman (E’) Dominansi
Gambar 1. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi mangrove di Kab. Tabanan

Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi vegetasi mangrove di


Kabupaten Tabanan berada pada kisaran 0 sampai 1. Nilai keanekaragaman
vegetasi mangrove di Kabupaten Tabanan sebesar 0,26, nilai ini kurang dari 0,3
sehingga tergolong rendah. Ini berarti tingkat keanekaragaman mangrove di daerah
ini cukup rendah. Nilai keseragaman vegetasi mangrove bernilai 0,38, keseragaman
vegetasi mangrove pada kawasan ini tergolong sedang karena berkisar antara 0,3
sampai 0,6 sedangkan untuk indeks dominansi mencapai 0,86 dimana hampir
mendekati 1 yang menunjukkan bahwa terdapat jenis mangrove yang mendominasi
pada kawasan tersebut.
Hutan Mangrove yang tumbuh di Kabupaten Tabanan bervegetasi di
sekitaran muara-muara sungai, seperti muara Sungai Yeh Matan, Muara Yeh
Empas, Muara Sungai Bangbang dan Muara Sungai Sungi. Vegetasi mangrove
terluas berada di Desa Pangkung Tibah atau sekitar muara Bangbang. Luasan
mangrove yang terdapat di muara ini sekitar 2 ha. Hutan mangrove di Kabupaten
32

Tabanan merupakan habitat berbagai jenis burung air, burung darat, lepiting bakau
dan ikan glodok.

4.2 Tipe Pantai Pesisir Kabupaten Tabanan

Tipe pantai di wilayah pesisir Kabupaten Tabanan apabila dibagi menjadi


empat tipe yaitu pantai berpasir kelabu hitam, pantai bertebing, pantai campuran
pasir, kerikil dan bongkah serta pantai bermangrove.

Pantai berpasir pantai bertebing


hitam 34%
65%

pantai berbatu
pantai 1%
bermangrove
0%
Pantai berpasir hitam pantai bertebing pantai berbatu pantai bermangrove

Gambar 2. Persentase tipe pantai di Kabupaten Tabanan

Dilihat dari sebarannya, pantai berpasir kelabu hitam mendominasi garis


pantai Kabupaten Tabanan yaitu mencapai 23,42 km (65,24% dari total panjang
pantai), sedangkan pantai bertebing sepanjang 11,98 km (33,38%), pantai
campuran pasir, kerakal dan bongkah sepanjang 0,40 km (1,11%) dan pantai
bermangrove 0,10 km (0,28%). Pantai berpasir hitam terdapat di Desa Selabih,
Langlanglinggah, Tegal Mengkeb, Beraban, Tibubiu, Kelating, Sudimara dan
Pangkung Tibah. Pantai berpasir hitam ini merupakan pasir deposit pasir besi yang
dalam Bahasa Bali disebut bias melila yang biasa digunakan masyarakat bali
sebagai bahan baku ornament tempat suci dan rumah tradisional Bali. Wilayah
Pantai dengan tebing merupakan tipologi pantai bertanjung (enjung), terdapat di
sebagian pantai Desa Langlanglinggah, Antap, Berembeng, Tegal Mengkeb,
Beraban (Selemadeg Timur), Kelating, Pangkung Tibah, Belalang, dan Beraban
(Kediri). Pantai bercampur kerakal dan bongkahan terdapat di ujung barat pantai
Selabih (sekitar Sungai Yeh leh) Sedangkan pantai bermangrove terdapat di Pantai
33

Tegal Mengkeb (Muara Yeh Matan) dan desa Pangkung Tibah (Muara Sungai
Bungbung). Wilayah pantai di pesisir Tabanan ini memiliki lebar pantai berkisar
antara 16,96 sampai 92,9 m dan kemiringan pantai antara 1,86o sampai 10,32o
pantai tipe ini umumnya mengalami abrasi yang sangat kuat.

Tutupan lahan pantai, berdasarkan susunan vegetasinya di Kabupaten


Tabanan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu formasi pescarpae, dan formasi
baringtonia.

a. Formasi pes-carpae dicirikan substrat berpasir, tumbuhan yang dominan pada


formasi ini adalah tanaman kangkung laut (Ipomoea pes carpae). Tumbuhan
lainnya adalah rumput lari (Spinifex littoreus), gembir laut (Clerodendron
inerme), pandan (Pandanus sp.) dan biduri (Calotropis gingantea). Formasi
pes-caprae ini mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan
kestabilan pasir, baik oleh pengaruh angin atau deburan ombak. Formasi ini
ada di seluruh pesisir pantai Kabupaten Tabanan.
b. Formasi Baringtonia adalah vegetasi pantai yang didominasi oleh pohon butun
(Baringtonia asiatica). Selain itu terdapat juga vegetasi lainnya adalah
nyamplung (Callophyllum inophyllum), waru laut (Thesfesia populnea),
ketapang (Terminalia catappa), bogonala (Hermandia fellata) dan kelapa (C.
nucifera).

4.3 Biota yang Berasosiasi di Kabupaten Tabanan


Pesisir Kabupaten Tabanan menyimpan berbagai jenis biota yang
berasosiasi di dalamnya, mereka hidup, berkembang biak dan mencari makan pada
kawasan ini. Berikut merupakan biota yang terdapat pada kawasan ini (Gambar 3
dan Lampiran 3).
34

90
80
80
67
Jumlah individu 70 64
60
50
40
30
20
9
10 6
2
0
Kepiting hantu Udang barong Bulu babi Ubur-ubur Ular laut Tukik penyu
lekang

Gambar 3. Jumlah biota yang berasosiasi di Kabupaten Tabanan

Ekosistem pantai di pesisir Kabupaten Tabanan merupakan habitat bagi


berbagai macam jenis avertebrata. Hewan avertebrata yang ditemukan di
Kabupaten Tabanan meliputi kepiting, lobster, bulu babi dan ubur-ubur. Pesisir
Tabanan merupakan pantai bertipe pasir hitam, sehingga menjadi habitat bagi
kepiting hantu (Ocypode ceratophthalmus). Kepiting ini memiliki warna seperti
pasir yang terdapat di daerah Tabanan, sehingga kepiting ini sangat pintar untuk
berkamuflase dengan lingkungannya. Kepiting hantu dapat ditemukan diseluruh
pesisir Kabupaten Tabanan. Pesisir Kabupaten Tabanan juga merupakan habitat
bagi lobster. Nelayan pesisir Kabupaten Tabanan biasanya menangkap lobster pada
karang dengan subtrat pasir dengan menggunakan alat tangkap jaring klitik dan
bubu. Lobster di daerah ini dominan adalah lobster berjenis Lobster pasir
(Panulirus Homarus) atau sering disebut dengan udang barong/udang karang.
Lobster ini hidup pada karang dengan substrat pasir, kondisi seperti ini sangat
sesuai dengan kondisi perairan di Tabanan. Namun kondisi lobster ini sudah
terancam, dimana ukuran yang tertangkap lebih kecil dari ukuran matang gonadnya
(Duranta dkk, 2015). Pada perairan pesisir Kabupaten Tabanan juga ditemukan
bulu babi berjenis Echinometra sp. Bulu babi jenis ini banyak ditemukan pada
karang yang terdapat di Desa Belalang dan Desa Beraban Kediri. Kondisi karang
seperti yang berada di Desa Belalang dan Beraban Kediri ini merupakan habitat
yang cocok bagi biota jenis ini. Ubur-ubur juga bisa ditemukan di pesisir Kabupaten
Tabanan ini.
35

Selain hewan avertebrata, pesisir Kabupaten Tabanan juga merupakan


habitat bagi hewan vertebrata seperti ular laut dan penyu. Ular laut (Laticauda
Laurenti) jenis ini merupakan reptile berbahaya dan berbisa. Ular jenis ini dicirikan
dengan warna hitam putih pada sekujur tubuhnya. Ular laut jenis ini merupakan ular
yang mampu bergerak di darat, berbeda dengan kerabat-kerabatnya. Di Kabupaten
Tabanan sendiri ini dapat ditemukan di Pura Tanah Lot, ular ini dijadikan binatang
suci oleh masyrakat sekitar dan akan keluar pada waktu-waktu tertentu. Selain itu
ular ini di temukan di Pesisir Desa Antap. Selain ular laut, pesisir Kabupaten
Tabanan juga merupakan tempat bagi penyu lekang (Lepidochelys olivacea) untuk
bertelur. Penyu ini biasanya bertelur di wilayah pantai yang ditutupi vegetasi
pandan dan vegetasi baringtonia lainnya, selain itu kemiringan pesisir Kabupaten
Tabanan yang hanya 1,86o- 10,32o (landai) serta pasir hitam menjadi faktor
pendukung untuk penyu bertelur di pesisir Kabupaten Tabanan. Biasanya penyu
bertelur di pesisir Desa Langlanglinggah sampai dengan pesisir Desa Belalang.
Sehingga dibentuk sebuah Kawasan konservasi tukik yang berada di Desa Tegal
Mengkeb (Pantai Klecung) dan Desa Sudimara (Pantai Yeh Gangga) sedangkan
untuk penangkaran penyu skala rumahan terdapat di Desa Langlanglinggah. Tukik
penyu lekang memiliki ciri-ciri berwarna hitam, sisi krapas kehijauan dan berwarna
abu-abu gelap setelah kering. Biasanya tukik-tukik penyu ini akan dijual untuk
wisatawan asing yang menginginkannya untuk dilepas kembali sebagai simbol
keberuntungan bagi mereka.

4.4 Parameter kualitas perairan pesisir Kabupaten Tabanan


Kualitas perairan pesisir dapat digunakan sebagai indikator pendukung
kegiatan ekowisata. Kondisi perairan yang buruk akan menyebabkan kegiatan
ekowisata tidak dapat berjalan dengan baik. Berikut merupakan kisaran rata-rata
kualitas perairan pesisir Tabanan.
Tabel. 7 Kondisi perairan pesisir Kabupaten Tabanan
Baku mutu
No. Parameter Pengamatan Kepmen LH No.51 Tahun
2004
1. Suhu (oC) 26,89 – 28,4 alami
2. pH 7,54 – 8,32 7-8,5
36

Tabel. 7 Lanjutan
Baku mutu
No. Parameter Pengamatan Kepmen LH No.51 Tahun
2004
3. Salinitas (ppt) 31,45 – 33,4 alami
4. Dissolved Oxygen (ppm) 6,201 – 8,76 >5
5. Bau Tidak berbau Tidak berbau
6. Kecepatan arus 0,34-1,24 m/s -

Karateristik umum oseanografi pantai pesisir Kabupaten Tabanan yang


berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, dengan ciri ombak besar dan
gelombang tinggi. Arus pantai pesisir Kabupaten Tabanan memiliki kecepatan arus
yang sangat kuat berkisar 0,34-1,24 m/s. Kisaran suhu pada perairan pesisir
Kabupaten Tabanan berkisar 26,89-280 C. Salinitas perairan 31,45-33,40 ppt, kadar
pH perairan 7,54-8,32. Kadar oksigen terlarut (DO) perairan pesisir Kabupaten
Tabanan berkisar 6,20-8,76 ppm. Dengan kondisi perairan seperti berikut menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 mengenai baku mutu air
laut menunjukkan bahwa perairan di pesisir Kabupaten Tabanan cocok digunakan
sebagai kegiatan wisata bahari dan biota perairan karena sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.

4.5 Kesesuaian Wilayah Pesisir Kabupaten Tabanan

4.5.1 Kesesuaian Pesisir Kabupaten Tabanan Sebagai Ekowisata

Kesesuaian wilayah pesisir merupakan penilaian sebuah kawasan dimana


kawasan tersebut mempunyai nilai sesuai atau tidak apabila dijadikan sebuah
ekowisata. Berikut merupakan kesesuian wilayah berdasarkan desa yang ada di
Kabupaten Tabanan (Tabel 8 dan Lampiran 4).

Tabel 8. Nilai kesesuain wilayah pesisir Kabupaten Tabanan


Stasiun
No Parameter
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 St.9 St.10 St.11 St.12
Kedalaman
1 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Perairan (m)
2 Tipe Pantai 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Lebar Pantai
3 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
(m)
37

Tabel 8. Lanjutan
Stasiun
No Parameter
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 St.9 St.10 St.11 St.12
Material
4 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Dasar Pantai
Kecepatan
5 8 4 4 4 4 4 8 4 4 4 12 4
Arus (m/s)
Kemiringan
6 16 16 12 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Pantai
7 Transportasi 16 16 16 8 12 16 16 16 16 16 16 12
Fasilitas
8 8 8 8 4 8 4 12 12 12 12 16 8
rekreasi
Baku mutu
9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
air
Penutupan
10 Lahan 9 6 6 9 6 6 6 9 6 6 6 6
Pantai
Biota
11 9 12 9 12 12 9 9 9 12 12 9 9
Berbahaya
Ketersediaan
12 Air Tawar 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
(km)
13 IKW (%) 82,9 80,8 77,2 76,1 78,7 77,1 83,5 82,9 84,57 82,98 90,43 75,53

Ket :
IKW = Sangat sesuai, dengan nilai 80 - 100 %
IKW = Cukup sesuai, dengan nilai 60 < 80 %
IKW = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 < 60 %
IKW = Tidak sesuai, dengan nilai < 35 %

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan maka di


dapatkan indeks kesesuaian wilayah untuk di 12 Desa pesisir Kabupaten Tabanan.
Indeks kesesuaian wilayah berkisar antara 76,06 sampai 90,43 dengan kategori
sangat sesuai untuk Desa Selabih, Langlanglinggah, Tibubiu, Kelating, Sudimara,
Pangkung Tibah dan Belalang. Sedangkan untuk kategori cukup sesuai adalah Desa
Antap, Berembeng, Tegal Mengkeb, Beraban Selemadeg Timur dan Beraban
Kediri.

Nilai indeks kesesuaian wilayah tertinggi terdapat di desa Belalang yaitu


sebesar 90,43 ini disebabkan karena pada pesisir desa ini memiliki faktor yang lebih
mendukung seperti kecepatan arus yang tidak terlalu keras dibandingkan dengan
pesisir desa lainnya, serta adanya fasilitas olahraga air seperti berselancar juga
38

menjadi pendukung tingginya nilai kesesuain wilayah di Desa Belalang. Nilai


indeks kesesuaian terendah terdapat di desa Beraban Kediri yaitu sebesar 75,33.
Dengan nilai seperti ini, semestinya kawasan ini sudah cukup dijadikan sebagai
ekowisata pantai, tetapi apabila dibandingkan dengan pesisir desa lain, nilai
kesesuaian wilayah menunjukkan nilai terkecil, hal ini disebabkan karena untuk
akses transportasinya masih hanya mobil saja yang dapat melaluinya, kecepatan
arus di kawasan ini juga cukup kencang dan belum adanya fasilitas yang
mendukung adanya kegiatan ekowisata pantai.

Faktor yang mendukung wilayah Kabupaten Tabanan sesuai dijadikan


ekowisata pantai dikarenakan wilayah Kabupaten Tabanan memiliki lebar pantai
yang cukup luas, kemiringan pantai yang tidak begitu landai, material dasar pantai
berpasir, serta mudahnya ketersediaan air tawar di sepanjang pesisir pantai
Kabupaten Tabanan. Dengan faktor pendukung ini pengunjung diharapkan nyaman
melakukan kegiatan ekowisata di kawasan pesisir Tabanan. Sedangkan faktor yang
tidak mendukung kawasan Kabupaten Tabanan di jadikan ekowisata dikarena
wilayah pesisir Kabupaten Tabanan memiliki jenis pantai berpasir hitam yang
apabila dilihat dari segi keindahannya memang kurang indah dibandingkan dengan
pantai berpasir putih. Selain itu kecepatan arus yang kuat

4.5.2 Daya Dukung Kawasan (DDK)

Daya dukung kawasan merupakan jumlah maksimum pengunjung yang


secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Berikut merupakan daya dukung
kawasan di pesisir Kabupaten Tabanan (Gambar 4 dan Lampiran 5).
39

1200

1000

(Orang/hari) 800

600

400

200

0
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8 St.9 St.10 St.11 St.12
Rekreasi pantai 277 497 404 20 201 79 246 174 177 184 19 84
Berjemur, berenang 111 199 162 8 80 32 98 70 71 74 8 34
Memancing 554 994 808 40 402 158 492 348 354 368 38 168

Gambar 4. Jumlah kunjungan maksimal perhari

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui kawasan yang memiliki nilai


daya dukung kawasan (DDK) yang tertinggi untuk rekreasi pantai adalah pada st.2
(Desa Langlanglinggah). Ini berarti kawasan tersebut dapat menampung orang
dengan kegiatan berekreasi dengan selang waktu 8 jam perhari sebanyak 497
orang/hari. Hal ini disebabkan karena wilayah tersebut memiliki panjang pantai
dan lebar pantai yang lumayan luas yang dapat dimanfaatkan, sehingga daya
dukung kawasan untuk kegiatan rekreasi pantainya juga cukup tinggi. Sedangkan
untuk pesisir yang memiliki daya dukung kawasan untuk aktifitas rekreasi paling
kecil terlihat pada st.11 (Desa Belalang), hal ini disebabkan karena wilayah pesisir
hanya memiliki panjang dan lebar pantai yang sedikit untuk dimanfaatkan untuk
rekreasi pantai.

Untuk daya dukung kawasan dalam kegiatan berenang dan berjemur dapat
dlihat pada Tabel 12, menunjukkan bahwa st.2 (Desa Langlanglinggah) memiliki
nilai daya dukung untuk kegiatan berenang yang paling tinggi, hal ini disebabkan
kawasan tersebut memiliki panjang pantai cukup luas untuk dijadikan kegiatan
berenang atau berjemur. Tetapi untuk kegiatan berenang ini perlu dilakukan
pengawasan dikarenakan kawasan pesisir Tabanan memiliki kecepatan arus yang
cukup kuat. Tidak jauh berbeda dengan daya dukung kawasan untuk kegiatan
memancing dapat dilihat bahwa st.2 (Desa Langlanglinggah) juga menunjukkan
nilai daya dukung kawasan yang tinggi. Pada umumnya nelayan pesisir banyak
mencari ikan pada pesisir Kabupaten Tabanan ini.
40

4.5.3 Tingkat Kenyamanan dan Keindahan


Berikut merupakan nilai persentase antara kenyamanan dan keindahan
pesisir Kabupaten Tabanan (Gambar 5 dan Lampiran 6).

Kenyamanan Keindahan

38% 51%
62% 49%

Tidak Nyaman Nyaman Tidak indah Indah

Gambar 5. Nilai kenyaman dan keindahan pesisir Kabupaten Tabanan

Berdasarkan wawancara terhadap 105 responden yang telah dilakukan,


menunjukkan bahwa wilayah pesisir Kabupaten Tabanan termasuk dalam kategori
nyaman dengan nilai 62%. Hal ini dikarenakan wilayah pesisir Kabupaten Tabanan
tidak terdapat konflik antar masyrakat, serta sifat dari masyrakat Bali yang ramah
membuat kawasan pesisir ini nyaman. Begitu juga dengan keamanan yang ada pada
setiap desa pesisir, dikarenakan untuk setiap desa sudah terdapat pecalang yang
selalu menjaga wilayah desanya termasuk kawasan di pesisir Kabupaten Tabanan.

Hasil yang diperoleh untuk tingkat keindahan kawasan disajikan pada


Gambar 5. Menunjukkan bahwa kawasan pesisir Kabupaten Tabanan memiliki nilai
keindahan 49%. Kawasan ini dikatakan tidak indah karena kondisi pantai yang
bertipe pantai pasir hitam dan kawasan pesisir Kabupaten Tabanan memiliki
banyak sungai yang bermuara di sepanjang pantai sehingga pada waktu-waktu
tertentu akan menyisakan sampah-sampah yang berserakan di sepanjang pesisir.
Apabila dihubungkan antara tingkat kenyaman dan tingkat keindahan dapat dilihat
bahwa kawasan yang indah belum tentu nyaman karena tingkat kenyamanan juga
dilihat dari keamanan sebuah kawasan serta sifat dan kearifan lokal dari lingkungan
sekitar.

You might also like