You are on page 1of 17

MAKALAH

PLASMA NUTFAH

“Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Genetika”

Disusun oleh :
Kelompok 5 Kelompok 7
- Ihfal Ansory (24031116039) - Dela Syara Y. (24031116022)
- Agus Dani P. (24031116004) - Adi Adrian (24031116002)
- Nurfalah Zidan P. (24031116059) - Muhammad Ikbal (24031116057)
- Santi Nurhanipah (24031116070) - Ilham Febri M. (24031116041)
Kelompok 6 Kelompok 8
- Rima Aulia (24031116050) - Kiki Zaki Lazuardi (24031116046)
- Aufa Ahida (24031116008) - Lutfi Abdul Gani (24031116049)
- Muhammad Hendri (24031116054) - Risa Maulia (24031116056)
- Kamaludin (24031116043) - Yunira Rahmaningsih (24031116079)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
GARUT
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah yang berjudul “Plasma Nuftah” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, Januari 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Plasma Nutfah ...........................................................................2
2.2 Keragaman Plasma Nutfah .........................................................................2
2.3 Macam Plasma Nutfah ................................................................................3
2.4 Pemanfaatan Plasma Nuftah Melalui Bioteknologi ..................................4
2.5 Usaha Pelestarian .........................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain sumber daya air,
sumber daya tanah dan udara yang penting untuk dilestarikan. Dalam bidang pertanian,
plasma nutfah banyak dikaji dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produk pertanian
dan penyediaan pangan karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi
perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma dan
gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik. Selain itu, plasma nutfah
juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil
tanaman.
Pengembangan budidaya tanaman untuk menghasilkan jenis-jenis unggul perlu
dilakukan dengan identifikasi melalui pengumpulan plasma nutfah. Hal ini disebutkan
pada Undang-Undang No.12 tahun 1992, Pasal 8. dan Pasal 9. Kajian terhadap pasal-
pasal tersebut dapat diartikan sumber daya alam hayati berupa nabati yang merupakan
tanaman budidaya yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan melalui upaya manusia
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan suatu
hasil, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pengembangan tersebut diharapkan
berasal jenis unggul melalui pemuliaan tanaman. Oleh karena itu, keberadaan plasma
nutfah adalah hal yang penting untuk memperoleh jenis-jenis bibit unggul dalam
menghasilkan varietas terbaik sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian plasma nutfah?
2. Apa saja keragaman dari plasma nutfah?
3. Apa-apa saja kah macam –macam plasma nutfah?
4. Apakah manfaat dari plasma nutfah?
5. Bagaimanakah pelestarian plasma nutfah?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui keanekaragaman dari plasma nutfah, macam-macam plasma
nutfah, dan usaha pelestariannya

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Plasma Nutfah
Plasma Nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara
turun termurun, sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi
yang lainnya. Perbedaan yang terjadi itu dapat dinyatakan, misalnya dalam ketahanan
terhadap penyakit, bentuk fisik, daya adaptasi terhadap lingkungannya dan sebagainya.
Dengan kata lain, plasma nutfah merupakan masa organisme (flora dan fauna) yang
masih membawa sifat-sifat genetik asli. Sedangkan menurut Pengertian atau Definsi
yang terdapat pada Kamus Pertanian adalah merupakan substansi sebagai sumber sifat
keturunan yang terdapat di dalam setiap kelompok organisme yang dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan atau dirakit agar tercipta suatu jenis unggul atau kultivar baru. Upaya
pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam hayati tidak dapat dilepaskan dari upaya
pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah selaku pembawa sifat keturunan species
keanekaragaman hayati tersebut (Ja Posman Napitu, 2008). Plasma nutfah adalah
substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat
keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan
jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar
unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan
tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.

2.2 Keragaman Plasma Nutfah


Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan
hutan tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti
Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae,
Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah
pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara
seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain. Di kawasan Indonesia
juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu dan benalu,
Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain.

2
Sumber : http://omahkendeng.org/2013-02/1255/keanekaragaman-hayati/

2.3 Macam Plasma Nutfah


Macam plasma nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif,
varietas pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan
varietas unggul masa kini.
1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat
digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Jenis-jenis yang mungkin mempunyai nilai ekonomi, tetapi sama sekali
belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.
b. Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan hasilnya tetapi belum
atau tidak di-budidayakan.
c. Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi setelah mengalami
atau melalui hi-bridisasi baru kemudian dibudidayakan dan
dimanfaatkan.
2. Varietas primitive
Semua jenis yang dibudidayakan secara langsung atau tidak berasal dari liar.
Varietas primitif adalah kultivar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum
mengalami pemuliaan. Tumbuhannya yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah
tumbuhnya mempunyai daya daptasi yang lebih baik, lebih tahan terhadap tekanan
lingkungan yang bersifat fisik maupun biologi. Hal ini dimungkinkan karena sudah ada

3
seleksi gen secara alamiah yang tahan terhadap dingin, panas, hama ataupun penyakit di
daerah tumbuh.
3. Varietas sumber sifat yang khusus
Kultivar yang mempunyai kelebihan dalam sifat-sifat tertentu, misalnya
kepekaannya terhadap pemupukan. Sinar ketahanan terhadap hama atau penyakit
tertentu atau sifat khusus yang lain seperti produksi.
4. Varietas unggul
Karena kemajuan di bidang pemuliaan, varietas unggul dapat diciptakan dengan
merakit sifat-sifat yang baik dari beberapa sumber plasma nutfah. Semakin besar sifat
keanekaragaman yang dimilikinya, akan semakin bebas pemulia untuk merakit sifat-
sifat yang baik. Dengan silih bergantinya zaman, varietas unggul tidak dapat langgeng
bertahan dipakai oleh petani. Memang pada saat tertentu atau pada kondisi yang
memadai varietas unggul mampu mengatasi atau melebihi hasil varietas lain, akan tetapi
pada kondisi yang lain untuk lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya
munculnya kembali penyakit atau hama di daerah penanamannya dapat memukul parah
bahkan mengakibatkan fatal.

2.4 Pemanfaatan Plasma Nuftah Melalui Bioteknologi


Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi untuk
dimanfaatkan dalam industri pertanian. Oleh sebab itu saat ini plasma nutfah harus
banyak dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian seperti
tanaman padi dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan karena plasma nutfah
merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk
ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap
cekaman lingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti kekeringan. Selain
dari itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang lebih baik.
Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat
berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma
nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.

4
Di lain pihak, bioteknologi dapat memanfaatkan semua gen dari organisme
hidup tanpa ada batasan taksonomi. Hal ini disebabkan karena transfer gen pada
bioteknologi tidak dilakukan dengan melalui penyerbukan silang. Bioteknologi memiliki
peluang untuk mengakses kekayaan plasma nutfah yang tidak dapat dilakukan melalui
pemuliaan tanaman secara konvensional. Sehingga bioteknologi diharapkan dapat
digunakan sebagai pelengkap pemuliaan tanaman konvensional.
Tanaman transgenik seperti padi merupakan hasil pemanfaatan plasma nutfah
melalui bioteknologi. Saat ini lebih dari 70 varietas tanaman transgenik telah terdaftar
dan dikomersialisasi secara luas di dunia. Menurut data dari ISAAA, hampir 54% dari
tanaman transgenik di dunia merupakan kedelai transgenik, 28% merupakan jagung
transgenik, 9% kapas transgenik dan lainnya. Pemanfaatan plasma nutfah melalui
bioteknologi dalam industri pertanian Plasma nutfah merupakan bahan baku yang
penting untuk pembangunan industri pertanian. Penggunaan bioteknologi dibutuhkan
untuk pemanfaatan plasma nutfah dalam pertanian secara luas. Di bawah ini diuraikan
beberapa contoh pemanfaatan plasma nutfah untuk menanggulangi masalah-masalah
pertanian.

2.5 Usaha Pelestarian


2.5.1. Konservasi in-situ
Plasma nutfah harus dikonversi karena plasma nutfah sering mengalami erosi
genetic yang mengakibatkan jumlah plasma nutfah semakin menurun. Salah satu yang
perlu diperhatikan dalam pelestarian plasma nutfah adalah penyimpanan. Metode
konservasi sumber daya genetic secara luas terbagi menjadi dua yaitu secara in-situ dan
ex-situ.
Konservasi in-situ yaitu konservasi didalam kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam. Khususnya untuk tumbuhan meskipun untuk populasi yang dibiakkan
secara alami, konservasi in-situ mungkin termasuk regenerasi buatan apabila penanaman
dilakukan tanpa seleksi yang disengaja dan pada area yang sama bila benih atau materi
reproduksi lainnya dikumpulkan secara acak.
Memanfaatkan plasma nutfah dengan in-situ memungkinkan karakterisasi dan
evaluasi tanaman serta memudahkan program persilangan melalui persendian bunga

5
atau serbuk sari secara cepat. Selain itu proses produksi secara klonal dapat
mempertahankan kemasan genetic materi. Namun demikian, metode koleksi ini rawan
punah, trutama di Negara-negara berkembang yang disebabkan oleh berbagai factor
seperti hama penyakit (baik dilapangan maupun penyimpanan), iklim yang ektrim,
kebakaran lahan, konflik social, serta perubahan pemanfaatan lahan yang tadinya untuk
koleksi plasma nutfah.
Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan cara konvensional ataupun
modern/bioteknologi. Kedua cara ini membutuhkan tindakan yang cermat karena sudah
barang tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya. Dhanutirto (1990) mengungkapkan
bahwa kelebihan cara konvensional adalah menggunakan lahan yang luas (aneka ragam
plasma nutfah dapat dilestarikan), sedang kekurangannya sulit memonitor dan kestabilan
plasma nutfah sulit dijamin. Lebih lanjut diungkapkan mengenai kelebihan cara modern
membutuhkan ruang yang sempit (karena dilakukan secara in vitro), mudah memonitor,
tenaga kerja tidak banyak, sedang kekurangannya adalah investasi awal tinggi dan
membutuhkan tenaga ahli yang berkualitas. Para ahli mengungkapkan bahwa kedua cara
ini tidak dapat dipisahkan, karena pada pelaksanaanya akan saling menunjang. Sejauh
ini metode konvensional sudah banyak berhasil dalam menyelamatkan plasma nutfah
yang tentunya sangat berguna bagi kelangsungan hidup mahluk hidup di muka bumi ini.
Memelihara di tempat dimana tanaman tumbuh merupakan tindakan yang sudah
berabad-abad dilakukan.dengan cara ini tanamna tidak akan strees terhadap keadaan
lingkungan yang baru. Namun demikian keadaan alami ini akan nlebih membiarkan
tanaman tersebut danakan berkembang secara sendirib tanpa terlalu banyak, atau bahkan
tidak ada jamahan tangan manusia sebagai pengelola. Sudah tentu akan seperti komuniti
alami. Keuntungan lain adalah ekosistem akan lebih terjaga.
Dengan adanya evolusi, kemajuan perkembangan budaya manusia tanaman
banyak dipindah tempatkan oleh manusia dengan unsur kesengajaan, perlakuan ini
dikenal dengan istilah domestikasi. Tindakan ini ternyata membawa dampak positif
terhadap kemajuan pertanian, mereka belajar menanam dengan baik, mencoba
memperbanyak agar dapat memperoleh kesinambungan daerri keberadaan tanamanyang
dipelihara. Namun demikian kita masih tetap dapat memelihara secara in situ, sesuai
dengan tempat dimana tanaman itu tumbuh dan berkembang; karena biasanya tanaman

6
yang didomestikasikan berarti sudah menyesuaikan diri dengan keadaan tempat yang
baru.
Hal-hal yang diperhatikan dalam melaksanaan pelestarian plasma nutfah adalah:
1) Pengkajian teknologi pelestarian
2) Penyediaan tenaga ahli
3) Pembangunan sarana dan prasarana (Dhanutirto,1990).
Pemerintah dengan rekomendasi dari panitia Nasional Bioteknologi telah
menetapkan LIPI dalam hal ini sebagai pusat penelitian dan pembangunan
Bioteknologi menangani Pusat Plasma Nutfah Nasional. Pemilihan kawasan tertentu
dengan menggunakan kriteria tertentu dengan pertimbangan habitat perwakilan biota
serta penelaahan keterlaksanaan yang baik. Lebih lanjut diungkapkan bahwa sistem
pengeloaanya yang perlu disempurnakan (Anonimous,1992).
Pemeliharaan intensif pada metode konvensional in situ dapat dilakukan dengan
mengikat sertakan daerah dan masyarakat bersama sama mengelola suatu lahan milik
Negara seperti halnya hutan, pantai, prairi/padang rumput dalam hamparan luas dan
lainnya dibatasi oleh perundang-unangan. Pada pelaksanaannya akan memerlukan
tenaga kerja dengan jumlah yang banyak dengan struktur organisasi yang jelas.
Walaupun sebenarnya ada perundang -undangan yang pasti, namun karna
memelihara dalam hamparan luas yang tidak mungkin. Kasus-kasus yang paling
menyedihkan terjadi kehilangan beberapa plasma nutfah akibat terbang ke negeri orang
melalui tangan-tangan jahil manusia. Sudah barang tentu hal ini sulit untuk di lacak
siapa sebenarnya pelaku-pelaku yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Dalam usaha melestarikan hutan-hutan yang kaya akan berbagai macam flora
dan fauna telah di programkan adanya beberapa daerah konservasil, penghijauan
kembali (reboisasi), pembatasan pembukaan lahan, dan pemeliharaan intensif untuk
kawasan-kawasan tertentu yaitu daerah hutan, tanam industri, taman-taman
nasional, marga satwa.

2.5.2. Konservasi ex-situ


Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi spesies
diluar distribusi alami dari populasi aslinya. Konservasi ini merupakan proses

7
melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat
yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya di bawah perlindungan manusia.
Tujuan konservasi ex-situ untuk mendapatkan kondisi penyimpanan yang ideal sehingga
penyimpana plasma nutfah dapat diprtahankan dengan menekan proses metabolism pada
tingkat yang sangat mini. Menurut Harington dalam Robert dan King (1979)
penyimpanan benih adalah salah satu metode preservasi genotif ang termudah dan
termurah.
Konservari ex-situ, menghilangkan spesies dari konteks ekologi lainnya,
melindunginya dibawah kondisi semi terisolasi dimana evolusi alami dan proses
adaptasi dihentikan sementara atau diubah dengan mengintroduksi specimen pada
habitat yang tidak alami (buatan).
Pelestarian tanaman dengan cara memindah tempatkan dari tempat asal tumbuhnya,
dengan sendirinya tercermin ada unsur kesengajaan untuk memelihara lebih intensif
dengan cara mengurangi luas areal penanaman, menggunakan tenaga kerja yang cukup,
sarana yang memadai, atau bahkan menggunakan bahan-bahan, alat-alat yang canggih
seperti yang di peruntukkan pada kultur teknik in vitro.
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya adalah di perlukan
tenaga terampil yang terdidik dan mempunyai rasa tanggung jawab penuh pada
pekerjaannya, kelengkapan bahan dan alat yang di butuhkan seringkali sangat terbatas,
menyimpan cara ini khususnya dengan kebun pembibitan tidak dapat menjamin
penyimpan jangka panjang. Dipihak lain keuntungan yang dapat di harapkan tidak
sedikit. Dengan menggunakan cara ini kita dapat lebih memantau penyelamatan koleksi,
baik secara budidaya maupun masalah vandalisme. Selain itu dapat ditambah koleksi
setiap saat bila mana memungkinkan, baik yang sudah teridentifikasi maupun yang
masih sedang dalam taraf eksplorisasi. Sering para peneliti mengalami kesukaran bila di
minta usulan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan varietas-varietas lanras
untuk tanaman tertentu.
Secara umum sitem pelestarian plasma nutfah secara ex-situ belum memadai.
Sampai saat sekarang sistem nasional pelestarian ex-situ yang ada dapat digambarkan
sebagai berikut:

8
Kebun raya Indonesia, bertanggung jawab pada jenis botani, jadi diutamakan
penempatan kelengkapan koleksi tanaman pribumi yang ada di Indonesia. Karena
keterbatasan lahan atau areal kebun maka masih diperlukan adanya tambahan
terhadapkoleksi botani yang ada dalam kebun raya itu yang dapat ditanam diberbagai
tipe tapak pelestairian lainnya. Keanekaragaman plasma nutfah tidak menjadi mandat
kebun raya sebab koleksi lebih di tunjukkan kepada keragaman jenis botani.
Kebun plasma nutfah, seperti pada PUSPITEK menekankan pada tumbuhan
yang berpotensi ekonomi. Oleh karena itu ditanam populasi jenis untuk menangkap
keaneka ragaman plasma nutfah. Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus
hanya di isi dengan koleksi jenis pepohonan. Karena sifatnya dapat pula
keanekaragaman pohon diwakili didalamnnya, sehingga arboretum dapat berfungsi
sebagi kebun pohon-pohon hutan.
 Taman hutan raya, adalah arboretum yang di beri fungsi tambahan sebagai tempat
rekreasi. Memiliki sifatnya itu tempat ini paling tepat dikelola pihak departemen
kehutanan.
 Kebun raja (bukan kebun raya) adalah penerus budaya bangsa dalam membina
paru-paru kota yang diisi dengan beraneka tumbuhan setempat.Karena itu kebun
raja sangat cocok untuk ditangani oleh provinsi untuk memungkinkan pemerintah
daerah setempat dapat memanfaatkan plasma nutfah daerahnya untuk mberbagai
macam keperluan.
 Kebun kampus seyogyanya sebagai suatu kebun koleksi untuk keperluan
pendidikan serta laboratorium lapangan guna pendidikan perplasmanutfahan.
 Kebun koleksi adalah kebun yang ditangani lembaga-lembaga penelitian yang
umumnya berisi koleksi plasma nutfah jenis unggul masa lalu serta perangkat
plasma nutfah lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan dalam perakitan jenis
unggul baru.
 Kebun binatang mencoba meliputi semua macam dan tipe kebun tumbuhan diatas
hanya membatasi diri pada binatang liar dan hewan peliharaan. Disamping itu
bukannya tidak mungkin menggabungkan kebun binatang dengan kebun raja,
karena pada mula sejarahnya keduanya menyatu.

9
Usaha pelestarian dilakukan dengan konservasi secara ex-situ yaitu penanaman
di tempat koleksi baru/di luar habitat alaminya. Contoh tanaman yang dikumpulkan dari
eksplorasi berupa biji, umbi, setek dan organ tanaman lainnya. Materi berupa organ
tanaman disterilisasi menggunakan Rootone-F, selanjutnya ditanam di pot-pot
pemeliharaan di rumah kaca dan kebun pemeliharaan (visitor plot). Pemeliharaan
tanaman dilaksanakan dengan penyiraman, pemupukan baik pupuk Gandasil maupun
pupuk NPK, pengendalian hama dan penyakit, dan pemangkasan (Ronny Yuniar
Galingging, 2006)
Menurut Suharto. (2004), sampai dengan saat ini belum ada suatu kebijakan
yang berskala nasional, terintegrasi dan komprehensif tentang pengelolaan plasma
nutfah. Pengelolaan plasma nutfah terkotak-kotak sesuai dengan lembaga
pengelolaanya. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada lembaga
pengelola yang satu tidak berdampak pada lembaga lainnya. Selain permasalahan diatas,
dalam kebijakan yang adapun hanya tertuang dalam beberapa pasal dalam Undang
Undang dan Peraturan-Peraturan pelaksanaan, yang merupakan kebijakan yang bersifat
parsial dan (mungkin) kontemporer.dan itu pun tidak secara inflisitmenegaskan makna
akan plasma nutfah. Bila dikaji kebijakan-kebijakan yang di keluarkan terakait lembaga
pegelola sumber daya alam hayati maka di sangat kurang tegas dinyatakan akan upaya-
upaya pengelolaan sumberdaya genetik (plasma nutfah)-nya.
Sektor pertanian yang lebih dahulu maju dalam pengembangan rekayasa
genetika, dapat dikatakan mulai memperhatikan unsur plasma nutfah tersebut dalam
kebijakannya itupun sifatnya sangat persial dan mungkin temporal. Pengelolaan
smberdaya alam hayati lebih di fokuskan pada pemanfaatan keanekaragam jenis dan
hanya pada jenis-jenis yang memiliki nilai-nilai komersial. Kurangnya perhatian
pengembangan jenis-jenis komesial dan jenis lainnya tersebut, tentu disebabkan tidak
adanya keberpihakan kebijakan yang dikeluarkan kearah pengembangan genetic.
Para ahli pertanian dan ahli konservasi biologi harus berterimakasih kepada para
petani tradisional yang mempunyai peranan penting dalam mengelola dan menjaga
keanekaragaman sumber plasma nutfah. Keanekaragama sumber plasma nutfah sangat
penting dalam upaya memperbaiki jenis-jenis tanaman budidaya.

10
Dalam upaya menjaga kelestarian jenis-jenis tanaman local yang memiliki
keunggulan tertentu diperlukan upaya konservasi ex-situ yang diperlukan para pemulia
sebagai bahan sumber genetik dalam upaya menemukan jenis yang mempunyai
keunggulan. Walaupun demikian para ilmuwan ahli genetika dan ahli pemulia masih
tetap memerlukan usaha in-situ jenis dan kultivar-kultivar lokal sebagai sumber genetic
dalam rekayasa genetika untuk memeperbaiki jenis tanaman budidaya.
Dalam rangka konservasi in-situ keanekaragaman jenis tanaman budidaya,
masyarakat lokal memiliki peran sangat penting terutama dalam mengembangkan dan
mengelola keanekaragaman plasma nutfah jenis-jenis tanaman budidaya tersebut.
Walaupun strategi konservasi ex-situ mendominasi upaya kenservasi sumber daya
genetik, tetapi pada decade terakhir banyak ilmuwan pertanian khususnya para pemulia
tanaman telah menggunakan pula strategi konservasi in-situ kultivar-kultivar lokal atau
jenis lokal yang memiliki keunggulan spesifik sebagai sumber genetic pemuliaan
tanaman dimasa depan.
 Kelebihan dan kekurangan konservasi in-situ dan konservasi ex-situ
Konservasi in-situ
Kelebihan Kekurangan
• upaya konservasi paling • penyebaran sempit
efektif • tanpa diketahui terjadi
• perlindungan dilakukan di perubahan habitat
dalam habitat asli • jika terjadi bencana
• tidak diperlukan proses (kebakaran), seluruh jenis
adaptasi tumbuhan ke yang terdapat di dalamnya
tempat yang baru terancam musnah dan tidak
ada yang dapat
dicadangkan
Konservasi ex-situ
Kelebihan Kekurangan
• mencegah kepunahan lokal • memerlukan kegiatan
berbagai jenis tumbuhan, eksplorasi dan penelitian
akibat bencana alam dan terlebih dahulu

11
kegiatan manusia • dibutuhkan dana yang
• dapat dipakai untuk arena cukup besar
perkenalan berbagai jenis • dibutuhkan tenaga ahli dan
tumbuhan dan wisata alam orang yang berpengalaman
bagi masyarakat luas
• berguna untuk
pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
terutama yang berkaitan
dalam kegiatan budidaya
tumbuhan

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aplikasi bioteknologi dalam industri pertanian memungkinkan pemanfaatan gen-
gen dari plasma nutfah yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan melalui pemuliaan
tanaman secara konvensional. Gen-gen dari tanaman yang tidak dapat di pindah
silangkan telah disisipkan pada tanaman budidaya dan menjadi sumber ketahanan untuk
berbagai hama dan penyakit serta cekaman lingkungan seperti kekeringan dan salinitas.
Plasma nutfah seharusnya dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan
produksi pertanian seperti tanaman padi dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan
karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman
seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk
ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti
kekeringan. Selain dari itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang
lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://plus.google.com/109167495674320581180/posts/4VHxjt3zQi6 (diakses pada
tanggal 28/12/2017)
http://sherlysishera.blogspot.co.id/2013/03/makalah-plasma-nutfah.html ( diakses pada
tanggal 28/12/2017)
https://distan.bulelengkab.go.id/artikel/plasma-nutfah-58 (diakses pada tanggal
30/12/2017)
Ariyanti Dianita. 2012. Jurnal Pemanfaatan Plasma Nuftah Melalui Bioteknologi
Dalam Peningkatan Produksi Tanaman Padi. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang
Ja Posman Napitu. 2008. Kajian Yuridis Plasma Nutfah Bagi Ketahanan Ekonomi
Negara. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Y. Purwanto. 2000. Etnobotani Dan Konservasi Plasma Nutfah Hortikultura. Bogor :
Kebun Raya Bogor

14

You might also like