Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak
di dalam pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior.
Uterus biasanya terbagi menjadi korpus dan serviks. Korpus dilapisi oleh
endometrium dengan ketebalan bervariasi sesuai usia dan tahap siklus
menstruasi. Endometrium tersusun oleh kelenjar-kelenjar endometrium dan
sel-sel stroma mesenkim, yang keduanya sangat sensitif terhadap kerja
hormon seks wanita. Hormon yang ada di tubuh wanita yaitu estrogen dan
progesteron mengatur perubahan endometrium, dimana estrogen merangsang
pertumbuhan dan progesteron mempertahankannya.1
Pada ostium uteri internum, endometrium bersambungan dengan
kanalis endoserviks, menjadi epitel skuamosa berlapis.
Endometrium adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya
menempelnya ovum yang telah dibuahi. Di dalam lapisan Endometrium
terdapat pembuluh darah yang berguna untuk menyalurkan zat makanan ke
lapisan ini. Saat ovum yang telah dibuahi (yang biasa disebut fertilisasi)
menempel di lapisan endometrium (implantasi), maka ovum akan terhubung
dengan badan induk dengan plasenta yang berhubung dengan tali pusat pada
bayi.
Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka
mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan agar hasil konsepsi bisa
tertanam. Pada suatu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma,
maka korpus luteum akan berhenti memproduksi hormon progesteron dan
berubah menjadi korpus albikan yang menghasilkan sedikit hormon diikuti
meluruhnya lapisan endometrium yang telah menebal, karena
hormon estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi. Pada fase ini,
biasa disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.3,4
2.3.3 Patogenesis
2.3.6 Diagnosis
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa hiperplasia endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan
Kuretase, lakukan pemeriksaan Histeroskopi dan dilakukan juga
pengambilan sampel untuk pemeriksaan PA. Secara mikroskopis sering
disebut Swiss cheese patterns.
Biopsy
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
biopsi yang dapat dikerjakan secara poliklinis dengan menggunakan
mikrokuret.Metode ini juga dapat menegakkan diagnosa keganasan uterus.
Dilatasi dan Kuretase
Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk terapi dan diagnosa perdarahan
uterus.
Histeroskopi
Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan teleskop kecil
kedalam uterus untuk melihat keadaan dalam uterus dengan peralatan ini
selain melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan pengambilan
sediaan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi.
Gambar 5. Sediaan histopatologi
2.3.7 Terapi
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain
sebagai berikut:
1. Tindakan kuretase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai
terapi untuk menghentikan perdarahan.
2. Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar
hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek
samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan
sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan,
gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. Terapi progestin
sangat efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial tanpa atipi, akan
tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan atipi.
Terapi cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20
mg/hari untuk 14 hari setiap bulan) atau terapi continuous progestin
(megestrol asetat 20-40 mg/hari) merupakan terapi yang efektif untuk
pasien dengan hiperplasia endometrial tanpa atipi. Terapi continuous
progestin dengan megestrol asetat (40 mg/hari) kemungkinan merupakan
terapi yang paling dapat diandalkan untuk pasien dengan hiperplasia
atipikal atau kompleks. Terapi dilanjutkan selama 2-3 bulan dan dilakukan
biopsi endometrial 3-4 minggu setelah terapi selesai untuk mengevaluasi
respon pengobatan.
Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus
haid kembali normal. Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa
mempersiapkan diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah
baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama
pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik,
apakah memiliki sel telur dan sebagainya.
2.3.8 Prognosis
Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi
dengan terapi progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang
lebih tinggi ketika terapi dihentikan dibandingkan dengan lesi pada
hiperplasia tanpa atipi.
Penelitian terbaru menemukan bahwa pada saat histerektomi
62,5% pasien dengan hiperplasia endometrium atipikal yang tidak diterapi
ternyata juga mengalami karsinoma endometrial pada saat yang
bersamaan. Sedangkan pasien dengan hiperplasia endometrial tanpa atipi
yang di histerektomi hanya 5% diantaranya yang juga memiliki karsinoma
endometrial.
2.3.9 Pencegahan
Langkah-langkah yang bisa disarankan untuk pencegahan, seperti :
1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin,
untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan
dinding rahim.
2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar
menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak
ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama.
3. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan
pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.
Terapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
5. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Isra Saleh
Umur : 26 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Martadinata
Tgl.Masuk RS : 20.40 WITA
No.RM : 416314
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Nyeri perut
d. Riwayat Haid :
- Menarche : usia 15 tahun.
- Sikus : Tidak teratu
- Lama : 7-16 hari.
e. Riwayat KB :
- Menggunakan (-)
f. Riwayat Pernikahan :
Perkawinan pertama dengan usia perkawinan 2 tahun
g. Riwayat Kebiasaan
Berat Badan : 82 Kg
Tanda Vital
Suhu : 37 °C
Thorax
Paru
Jantung
Perkusi : Redup
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : normal
Status Ginekologi:
1. Pemeriksaan luar
INSPEKSI :
PALPASI :
2. Pemeriksaan Dalam
Vulva, perineum, anus: peradangan (-), massa (-), fistel (-), sekret
(-)
Dinding vagina: ruggae (+), polip (-), massa (-), septum (-), fistel ()
3. Inspekulo
Tidak dilakukan
USG :
V. DIAGNOSIS KERJA
hiperplasia endometrium
DAFTAR PUSTAKA