You are on page 1of 11

Kata Pengantar

Puji syukur tim penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya tim penyusun
dapat menyelesaikan buku panduan ini dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan penyusunan buku panduan ini tidak lain sebagai
bentuk upaya kami untuk mensosialisasikan tentang Tuli
terkait lingkungan, budaya, cara berinteraksi, dan metode
komunikasi yang sebaiknya dilakukan guna meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap para penyandang difabel
khususnya Tuli, sehingga tercipta kesetaraan dilingkungan
masyarakat, seperti yang selama ini kami perjuangkan.
Tim penyusun menyadari bahwa buku panduan ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril
maupun materiil.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam buku panduan
ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan di masa mendatang.

Tim Penyusun, 2017

i|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
Tuna Rungu atau Tuli??
Tuna rungu dan Tuli adalah dua istilah yang mirip, tetapi
memiliki definisi yang berbeda. Tuna rungu diartikan
sebagai hearing impired atau kerusakan pendengaran yang
dibuat oleh dunia kedokteran. Hal tersebut berarti bahwa
tuna rungu adalah kondisi seseorang yang memiliki
kerusakan alat pendengaran dan menderita gangguan pada
pendengaran.
Tuli adalah kondisi dimana seseorang tidak bisa
mendengar yang disandang sejak lahir atau karena suatu
kejadian tertentu yang mengakibatkan seseorang tidak bisa
mendengar dan tidak dapat disembuhkan dengan bantuan
medis tetapi penyandangnya tidak menderita sakit. Lebih
spesifik lagi Tuli diartikan sebagai suatu identitas dan
kebanggaan atas penggunaan bahasa isyarat yang
menunjukkan kemajuan dan kemampuan berpikir yang luas
dengan tidak ada perasaan minder atas cara komunikasi
yang berbeda.
Dari kedua penjelasan tersebut, maka penggunaan
istilah yang benar adalah Tuli, karena Tuli bukanlah suatu
penyakit, dan merupakan identitas yang dibanggakan oleh
penyandang Tuli atas penggunaan bahasa isyarat sebagai
bentuk kesetaraan dengan hearing.

1|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
Budaya Tuli vs Budaya Hearing

Tuli dan hearing (istilah untuk orang dengan


kemampuan pendengaran) memiliki budaya yang berbeda
dalam hal berkomunikasi, hal ini terjadi dikarenakan
adanya perbedaan bahasa yang digunakan. Perbedaan
antara budaya tersebut dapat ditunjukkan pada tabel
berikut:

Budaya Tuli Budaya Hearing


 Berkomunikasi harus  Berkomunikasi dapat
dilakukan di tempat yang dilakukan di tempat yang
terang, karena menggunakan redup/gelap karena
Bahasa isyarat. menggunakan suara.
 Menunjuk diperbolehkan dan  Menunjuk dianggap tidak
dianggap sopan. sopan.
 Memiliki nama isyarat.  Memiliki nama panggilan.
 Berbicara dengan mulut  Berbicara dengan mulut
penuh makanan penuh makanan dianggap
diperbolehkan, karena tidak sopan, Karena
menggunakan Bahasa berkomunikasi
isyarat. menggunakan suara.
 Komunikasi jarak jauh  Komunikasi jarak jauh
menggunakan panggilan cukup dengan telepon.
video (video call).
 Tepuk tangan dilakukan  Tepuk tangan dilakukan
dengan menggerak-gerakkan dengan menepukkan kedua
telapak tangan ke atas, telapak tangan untuk
Karena yang dilihat adalah menimbulkan suara.
visual.

2|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
Etika Berkomunikasi
Etika berkomunikasi dengan Tuli dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Yang sebaiknya Anda lakukan:
 Gunakan bahasa isyarat yang sesuai dengan
kebutuhan Tuli.
 Gunakanlah metode komunikasi yang
paling mudah (Bahasa Isyarat,
Oral/Membaca bibir, atau Tulisan).
 Bila tidak paham dengan apa yang
dikatakan, sebaiknya meminta Tuli untuk
mengulangi.
 Berilah perhatian secara penuh ketika
berkomunikasi (fokus).
b. Yang tidak boleh Anda lakukan:
 Jangan tertawa atau tersenyum ketika
mereka berbicara, karena dapat membuat
mereka tidak nyaman.
 Jangan memotong pembicaraan.

3|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
Bahasa Isyarat
Komunikasi Tuli dilakukan dengan menggunakan
bahasa isyarat. Di Indonesia terdapat dua jenis bahasa
isyarat yang digunakan yaitu Sistim Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
SIBI merupakan sistim bahasa isyarat yang dibuat oleh
pemerintah Indonesia tanpa melibatkan penyandang Tuli,
sementara BISINDO adalah bahasa isyarat yang dibuat
oleh teman-teman Tuli, sementara untuk bahasa isyarat
secara internasional menggunakan American Sign
Language (ASL).
Fungsi dari isyarat alfabet baik SIBI maupun BISINDO
adalah untuk mengeja kata-kata yang belum ada isyaratnya,
sementara pada percakapan sehari-hari terdapat isyarat-
isyarat untuk masing-masing kata. Terdapat beberapa
perbedaan untuk bahasa isyarat yang dipakai oleh
penyandang Tuli, hal ini terjadi dikarenakan beragamnya
asal wilayah dari penyandang Tuli. Analoginya adalah
seperti bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa isyarat
yang digunakan di Malang adalah isyarat Malang.

4|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
SIBI
(Sistim Isyarat Bahasa Indonesia)

5|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
BISINDO
(Bahasa Isyarat Indonesia)

6|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g
Let’s Improve Our Dissability Awareness

7|K o m u n i t a s A k a r T u l i M a l a n g

You might also like