You are on page 1of 10

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Komunitas Umum (Puskesmas Panekan)


Kecamatan Panekanmerupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Magetan. Panekan terdiri dari 17 desa yaitu: Terung, Cepoko Milangasri Wates Panekan Manjung
Tanjungasri Sumberdodol Tapak Sukowidi Bedagung Ngiliran Jabung Rejomulyo Turi Sidowayah
Banjarrejo

4.2 Data Geografis


Puskesmas Panekan terletak di Kecamatan Panekan dengan batas-batas desa sebagai
berikut :
Sebelah Selatan : Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kab. Ponorogo.
Sebelah Utara : Desa Tawang Rejo, Kecamatan Gemarang.
Sebelah Barat : Desa Wungu, Kecamatan Wungu, Kab.Madiun.
Sebelah Timur : Desa Dolo, Kecamatan Sawahan, Kab.Nganjuk.

4.3 Data Demografis


Jumlah Penduduk Kecamatan Panekan Tahun 2011 dari data proyeksi penduduk Kabupaten
Magetan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan sejumlah 56.082

Tabel 4.1 Data Kependudukan Panekan 2013


Gender Laki-laki : 46% Perempuan :56 %
Pendidikan TK :33 unit SD: 46 unit SMP : 5 SMA : 2
unit unit
Perumahan Permanen : 10764 unit Lantai tanah :
Semi-permanen : 2870 3284
unit Lantai non tanah :
Tidak permanen :170 10520 unit
unit
Kesejahteraa Pra-sejahtera : 3208 Sejahtera II :
n Keluarga Sejahtera I : 3573 6018
Sejahtera III :
2801

4.4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada

Tabel 4.2 Data Ketenagaan

Jenis Tenaga Jumlah

Puskesmas Induk
3
Dokter
1
Dokter gigi
27
Bidan
32
Perawat Kesehatan
1
Perawat Gigi
2
Sanitarian
1
Analis Kesehatan
1
AA
-
RO
-
Ahli Gizi
3
Juru Rawat
-
Tenaga Umum
1
Tenaga Teknisi Alkes
4
Pekarya Halaman
1
Sopir
2
Jurumasak

4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada

Tabel 4.3 Sarana Pelayanan Kesehatan


Nama Desa Jml.Pus.Induk Jml.Pustu Jml.Polindes Jml.Posyandu Pos lain
Terung - - - 2
Cepoko - 1 - 4
Milangasri - 1 - 5
Wates - - - 4
Panekan 1 - - 6
Manjung - - 1 4
Tanjungasri - - 1 2
Sumberdodol - 1 - 5
Tapak - - - 4

Sukowidi - - - 3
Bedagung - - - 3
Ngiliran - 1 - 3
Jabung - - - 5
Rejomulyo - - 1 5
Turi - - - 7
Sidowayah - - - 5
Banjarrejo - 1 - 5
Jumlah 1 5 3 72

4.5.1 Unit Layanan di Puskesmas Panekan

 Unit Layanan Klinik Umum


 Unit Layanan Klinik Gigi
 Unit Layanan MTBS
 Unit Layanan IGD 24 Jam
 Unit Layanan KIA / KB / Imunisasi
 Unit Layanan Laboratorium
 Unit Layanan Rawat Inap
 Unit Layanan PONED
 Unit Layanan Kamar Obat
 Unit Layanan Loket

4.6 Data Kesehatan Masyarakat (Primer)

4.6.1 Rekam medis


Data Pasien
Nama : Ny. RK
Umur : 40 th
Alamat : Turi 7/4 Panekan
Hari 1
Anamnesis :
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD pada tanggal 8 Feb 2017 pukul 10.00,
pasien datang dengan keluhan demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh
kuning pada mata sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri di seluruh badan disertai mual
muntah. Terdapat nyeri di bagian perut sebelah kanan dan semakin memburuk. Terdapat nyeri
di bagian betis. Pasien juga mengeluhkan sesak sejak 2 hari terakhir.
Riwayat penyakit Dahulu : HT (-) DM(-) Penyakit hati Kronis (-)
Riwayat Pengobatan : Pasien membeli obat penurun demam di warung
Pemeriksaan Fisik :
Tanda Vital : Nadi : 100x/menit, Tekanan darah : 130/80 Temperatur aksila : 35,8°C RR :
18x/menit
Kepala/Leher : Anemia (-) Ikterik(+) Pembesaran KGB (-) Faring hiperemi (-)
Thorax : Cor : S1 S2 single kuat teratur M(-) G(-)
Pulmo : SN vesikuler Rh(-) Wh(-)
Abdomen : BU (+) normal, nyeri tekan pada regio hipokondrium kanan
Ekstrimitas : tampak kuning pada palmar kanan kiri serta pedis kanan kiri, edema (-) akral
hangat basah
Pemeriksaan Laboratorium :

pH 5,0 Hb 13,2 mg
BJ 1,020 Leu 2580
Warna Kuning PLT 175.000
kemerahan Hct 36,3
Bau khas OT/PT 61,99/53,62
Kejernihan keruh Widal 1/80
Protein +2 HbsAg -
Nitrit +1
Leukosit 4-5
Eri 6-8
epitel 2-14
PP test -
Diagnosis Kerja : Observasi Jaundice
Leukopenia
Proteinuri
Peningkatan tranasminase
Terapi : IVFD RL 20 tpm, iv Cefotaxim 2x1 gram, iv Ranitidin 2x150mg, Hepa-Q 1x1 tab,
dorbigot 3x1, antasida 3x1, Metamizole 3x1 ampul

Hari 2
Anamnesis :
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh demam semalaman. Pasien mengeluh
penglihatan semakin kabur. Buang air kecil pasien semakin berkurang dan nyeri.
Riwayat penyakit Dahulu : HT (-) DM(-) Penyakit hati Kronis (-)
Riwayat Pengobatan : -
Pemeriksaan Fisik :
GCS 456 Tanda Vital : Nadi : 120x/menit, Tekanan darah : 130/80 Temperatur aksila : 39,3°C
RR : 18x/menit
Kepala/Leher : Anemia (-) Ikterik(+) Pembesaran KGB (-) Faring hiperemi (-) conjuctival
suffution (+)
Thorax : Cor : S1 S2 single kuat teratur M(-) G(-)
Pulmo : SN vesikuler Rh(-) Wh(-)
Abdomen : BU (+) normal, nyeri tekan pada regio hipokondrium kanan, nyeri tekan regio
suprapubik
Ekstrimitas : tampak kuning pada palmar kanan kiri serta pedis kanan kiri, edema (-) akral
hangat kering
Pemeriksaan Laboratorium :

Hb 12,6 mg Alkali Phosphatase 87


Leu 25.770 BUN/Creatinin 111/5,8
PLT 180.000 RDT -
Hct 34,3
OT/PT 46/21
Widal 1/80
Albumin 2,8
Diagnosis Kerja : Suspek Leptospirosis dd Weils Disease
Proteinuri
Leukositosis
Azotemia Renal
Hipoalbumin

Terapi : IVFD NS 20 tpm, iv Cefotaxim 2x1 gram, iv Ranitidin 2x150mg, Hepa-Q 1x1 tab,
dorbigot 3x1, antasida 3x1, Metamizole 1x1 ampul. Rujuk RSUD Magetan
Keadaan selama Rujukan : TTV : GCS 456 Tekanan darah 130/80 Nadi :120x/menit Laju
pernafasan :30x/menit Suhu : 39°C
Pasien dinyatakan meninggal setelah perawatan 1 hari di RSUD.
Pasien 2
Nama : Tn. AJ
Umur : 32 th
Alamat : Tempel, Banjarerejo
Hari 1
Anamnesis :
Pasien mengeluh lemas badan sejak 1 minggu yang lalu. Diserati mual muntah nafsu makan
turun dan kepala pusing. Seminggu sebelumnya pasien telah dirawat di PKM Kendal selama 1
hari dengan diagnosis Demam Tifoid, pasien meminta pulang paksa. 4 hari dirumah pasien
merasa semakin memburuk, lalu pasien ke PKM Panekan.
Riwayat Penyaklit Dahulu : DM (-) HT(-)
Riwayat Pengobatan : 4 hari sebelumnya dirwat di PKM Kendal dengan diagnosis Tifoid
selama 1 hari.
Pemeriksaan Fisik :
GCS 456 Tanda Vital : Nadi : 98x/menit, Tekanan darah : 90/70 Temperatur aksila : 38°C RR :
18x/menit
Kepala/Leher : Anemia (-) Ikterik(+) Pembesaran KGB (-) Faring hiperemi (-)
Thorax : Cor : S1 S2 single kuat teratur M(-) G(-)
Pulmo : SN vesikuler Rh(-) Wh(-)
Abdomen : BU (+) menurun, nyeri tekan difus pada abdomen, defans muskuler (+)
Ekstrimitas : tampak kuning pada palmar kanan kiri serta pedis kanan kiri, edema (-) akral
hangat kering
Pemeriksaan Laboratorium :

Hb 13
Leu 14.700
PLT 30.000
Hct 41
OT/PT 46/21
Widal -
Albumin 2,8

Diagnosis Kerja : Obs Jaundice


Susp. peritonitis
Trombositopenia
Leukositosis

Terapi : IVFD NS 20 tpm, iv Cefotaxim 2x1 gram, iv Ranitidin 2x150mg, Progesic 3x1 tab,
Antasida 3x,, Metamizole 1x1 ampul Metilprednisolon 2x8 mg Hepa q 1x1

4.6.2 Kondisi Lingkungan


Kondisi lingkungan pasien di dominasi oleh daerah persawahan dan ladang. Rumah
pasien terletak di daerah turunan. Kondisi rumah pasien termasuk kategori kumuh. Ruang tamu
sudah di keramik tetapi kamar serta bagian belakang (dapur dan kamar mandi) masih berupa
tanah. Kamar pasien banyak baju berserakan serta kain kumal. Dapur dan kamar mandi hanya
dibatasi gorden. Atap rumah pasien tidak terdapat plafon. Bagian belakang rumah pasien
terdapat kubangan. Lantai tanah rumah pasien sangat lembab.

4.7 Data Kesehatan Masyarakat (Sekunder)


Selama tahun 2016 tidak ditemukan samasekali laporan adanya kasus Leptospirosis di
Unit Rawat Jalan maupun Rawat Inap. Namun, selama 2017 ditemukan 2 kasus probable
Leptospirosis di Unit Gawat Darurat/Rawat Jalan, kedua-duanya diruju ke RSUD Magetan,
seorang Pasien dinyatakan meninggal setelah 1 hari perawatan

4.8 Kriteria kasus Leptospirosis menurut Departemen Kesehatan 2017


1 ) Kasus Suspek

Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala, disertai nyeri otot, lemah (malaise),
conjungtival suffision, dan ada riwayat terpapar dengan lingkungan yang
terkontaminasi atau aktifitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam kurun waktu 2
minggu.
Faktor risiko tersebut antara lain:
a) kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira atau urine tikus saat terjadi
banjir;
b) kontak dengan sungai atau danau dalam aktifitas mandi, mencuci atau bekerja di
tempat tersebut;
c) kontak dengan persawahan ataupun perkebunan (berkaitan dengan pekerjaan) yang
tidak menggunakan alas kaki;
d) kontak erat dengan binatang, seperti babi, sapi, kambing, anjing yang dinyatakan
terinfeksi Leptospira;
e) Terpapar atau bersentuhan dengan bangkai hewan, cairan infeksius hewan seperti
cairan kemih, placenta, cairan amnion, dan lain-lain;
f) memegang atau menangani specimen hewan/manusia yang diduga terinfeksi
Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya;
g) Pekerjaan atau melakukan kegiatan yang berisiko kontak dengan sumber infeksi,
seperti dokter, dokter hewan, perawat, tim penyelamat atau SAR, tentara, pemburu, dan
para pekerja di rumah potong hewan, toko hewan peliharaan, perkebunan, pertanian,
tambang, serta pendaki gunung, dan lain-lain.

2. Kasus Probable

Dinyatakan probable merupakan saat di mana kasus suspect memiliki dua gejala klinis
di antara tanda-tanda berikut:
a) nyeri betis;
b) ikterus atau jaundice
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian
putih pada bola mata);
c) manifestasi pendarahan;
d) sesak nafas;
e) oliguria atau anuria, yakni ketidakmampuan untuk buang air kecil;
f) aritmia jantung;
g) batuk dengan atau tanpa hemoptisis; dan
h) ruam kulit.
Selain itu, memiliki gambaran laboratorium:
a) Trombositopenia < 100.000 sel/mm;
b) Leukositosis dengan neutropilia > 80%;
c) Kenaikan jumlah bilirubin total > 2gr% atau peningkatan SGPT, amilase, lipase, dan
creatin phosphokinase (CPK); d) penggunaan rapid diagnostic test (RDT) untuk
mendeteksi imunoglobulin M(IgM) anti leptospira.

3. Kasus Konfirmasi

Dinyatakan sebagai kasus konfirmasi di saat kasus probable disertai salah satu
dari gejala berikut:
a) Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
b) Hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) positif; dan
c) Sero konversi microscopic agglutination test (MAT) dari negatif menjadi positif.

Saat ini, belum ada kebijakan dari Kemenkes RI mengenai pengobatan massal,
mengingat Leptospirosis relatif mudah disembuhkan

4.9 Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit Leptospirosis


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, ada beberapa program
yaitu Kesehatan Lingkungan dan Gaya Hidup. Dengan demikian, upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan.
Serta masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. (DEPKES, 2005)
Dari hasil penelusuran oleh pihak PUSKESMAS kerumah penderita untuk mengetahui
perilaku sehari-hari di rumah. Didapatkan hasil perilaku penderita kurang memerhatikan
kesehatan diri sendiri seperti terbiasa memasak air minum tapi karena daerahnya padat
dan kumuh maka besar kemungkinan terjadinya rekontaminasi air minum oleh bakteri.
Pada penelitian ini diketahui bahwa sarana penyimpanan makanan yang memenuhi syarat
dengan kejadian leptospirosis. Dengan kejadian ini perilaku yang baik harus bisa
mengontrol dan melindungi diri dari kontaminasi kuman leptospira pada dengan menjaga
makanan dari binatang pengerat (rodent) dan sumber penular leptospirosis lainnya.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik juga berhubungan terhadap kejadian
leptospirosis. Hal ini disebabkan bahwa adanya kebiasaan penderita membuang sampah
sembarangan di sekitar rumah.
Diketahui bahwa tingkat sosial ekonomi yang kurang/rendah berhubungan terhadap
kejadian leptospirosis. Sejalan dengan penelitian Ismail (1994) bahwa penghasilan
keluarga yang rendah merupakan problem dalam mengatur kebutuhan sehari-hari
termasuk yang menyangkut kesehatan diri.
Pengetahuan yang rendah sangat berhubungan dengan kejadian leptospirosis,
dimana hasil penelitian membuktikan bahwa pengetahuan responden yang rendah
beresiko 17,7 kali terkena leptospirosis dibandingkan dengan responden yang
berpengatahuan tinggi. Sejalan dengan penelitian Ismail (1994) bahwa aspek pengetahuan
pada masyarakat pemukiman padat dan kumuh masih relatif kurang, kondisi ini
menyebabkan kurang optimalnya kualitas dan sumber daya manusia yang ada..
Untuk menghindari kontaminasi leptospira pada tubuh manusia diwajibkan untuk
mengenakan masker, sarung tangan, pakaian kerja dan alas kaki saat akan melakukan
kegiatan di dalam maupun di dalam rumah karena dirumah penderita ditemukan lantai
masih beralas tanah.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor dominan terhadap kejadian
leptospirosis adalah pengetahuan, sarana air bersih, keadaan dan penataan rumah yang
belum memadai.

You might also like