Professional Documents
Culture Documents
HASIL PENELITIAN
Puskesmas Induk
3
Dokter
1
Dokter gigi
27
Bidan
32
Perawat Kesehatan
1
Perawat Gigi
2
Sanitarian
1
Analis Kesehatan
1
AA
-
RO
-
Ahli Gizi
3
Juru Rawat
-
Tenaga Umum
1
Tenaga Teknisi Alkes
4
Pekarya Halaman
1
Sopir
2
Jurumasak
Sukowidi - - - 3
Bedagung - - - 3
Ngiliran - 1 - 3
Jabung - - - 5
Rejomulyo - - 1 5
Turi - - - 7
Sidowayah - - - 5
Banjarrejo - 1 - 5
Jumlah 1 5 3 72
pH 5,0 Hb 13,2 mg
BJ 1,020 Leu 2580
Warna Kuning PLT 175.000
kemerahan Hct 36,3
Bau khas OT/PT 61,99/53,62
Kejernihan keruh Widal 1/80
Protein +2 HbsAg -
Nitrit +1
Leukosit 4-5
Eri 6-8
epitel 2-14
PP test -
Diagnosis Kerja : Observasi Jaundice
Leukopenia
Proteinuri
Peningkatan tranasminase
Terapi : IVFD RL 20 tpm, iv Cefotaxim 2x1 gram, iv Ranitidin 2x150mg, Hepa-Q 1x1 tab,
dorbigot 3x1, antasida 3x1, Metamizole 3x1 ampul
Hari 2
Anamnesis :
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh demam semalaman. Pasien mengeluh
penglihatan semakin kabur. Buang air kecil pasien semakin berkurang dan nyeri.
Riwayat penyakit Dahulu : HT (-) DM(-) Penyakit hati Kronis (-)
Riwayat Pengobatan : -
Pemeriksaan Fisik :
GCS 456 Tanda Vital : Nadi : 120x/menit, Tekanan darah : 130/80 Temperatur aksila : 39,3°C
RR : 18x/menit
Kepala/Leher : Anemia (-) Ikterik(+) Pembesaran KGB (-) Faring hiperemi (-) conjuctival
suffution (+)
Thorax : Cor : S1 S2 single kuat teratur M(-) G(-)
Pulmo : SN vesikuler Rh(-) Wh(-)
Abdomen : BU (+) normal, nyeri tekan pada regio hipokondrium kanan, nyeri tekan regio
suprapubik
Ekstrimitas : tampak kuning pada palmar kanan kiri serta pedis kanan kiri, edema (-) akral
hangat kering
Pemeriksaan Laboratorium :
Terapi : IVFD NS 20 tpm, iv Cefotaxim 2x1 gram, iv Ranitidin 2x150mg, Hepa-Q 1x1 tab,
dorbigot 3x1, antasida 3x1, Metamizole 1x1 ampul. Rujuk RSUD Magetan
Keadaan selama Rujukan : TTV : GCS 456 Tekanan darah 130/80 Nadi :120x/menit Laju
pernafasan :30x/menit Suhu : 39°C
Pasien dinyatakan meninggal setelah perawatan 1 hari di RSUD.
Pasien 2
Nama : Tn. AJ
Umur : 32 th
Alamat : Tempel, Banjarerejo
Hari 1
Anamnesis :
Pasien mengeluh lemas badan sejak 1 minggu yang lalu. Diserati mual muntah nafsu makan
turun dan kepala pusing. Seminggu sebelumnya pasien telah dirawat di PKM Kendal selama 1
hari dengan diagnosis Demam Tifoid, pasien meminta pulang paksa. 4 hari dirumah pasien
merasa semakin memburuk, lalu pasien ke PKM Panekan.
Riwayat Penyaklit Dahulu : DM (-) HT(-)
Riwayat Pengobatan : 4 hari sebelumnya dirwat di PKM Kendal dengan diagnosis Tifoid
selama 1 hari.
Pemeriksaan Fisik :
GCS 456 Tanda Vital : Nadi : 98x/menit, Tekanan darah : 90/70 Temperatur aksila : 38°C RR :
18x/menit
Kepala/Leher : Anemia (-) Ikterik(+) Pembesaran KGB (-) Faring hiperemi (-)
Thorax : Cor : S1 S2 single kuat teratur M(-) G(-)
Pulmo : SN vesikuler Rh(-) Wh(-)
Abdomen : BU (+) menurun, nyeri tekan difus pada abdomen, defans muskuler (+)
Ekstrimitas : tampak kuning pada palmar kanan kiri serta pedis kanan kiri, edema (-) akral
hangat kering
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb 13
Leu 14.700
PLT 30.000
Hct 41
OT/PT 46/21
Widal -
Albumin 2,8
Terapi : IVFD NS 20 tpm, iv Cefotaxim 2x1 gram, iv Ranitidin 2x150mg, Progesic 3x1 tab,
Antasida 3x,, Metamizole 1x1 ampul Metilprednisolon 2x8 mg Hepa q 1x1
Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala, disertai nyeri otot, lemah (malaise),
conjungtival suffision, dan ada riwayat terpapar dengan lingkungan yang
terkontaminasi atau aktifitas yang merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam kurun waktu 2
minggu.
Faktor risiko tersebut antara lain:
a) kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira atau urine tikus saat terjadi
banjir;
b) kontak dengan sungai atau danau dalam aktifitas mandi, mencuci atau bekerja di
tempat tersebut;
c) kontak dengan persawahan ataupun perkebunan (berkaitan dengan pekerjaan) yang
tidak menggunakan alas kaki;
d) kontak erat dengan binatang, seperti babi, sapi, kambing, anjing yang dinyatakan
terinfeksi Leptospira;
e) Terpapar atau bersentuhan dengan bangkai hewan, cairan infeksius hewan seperti
cairan kemih, placenta, cairan amnion, dan lain-lain;
f) memegang atau menangani specimen hewan/manusia yang diduga terinfeksi
Leptospirosis dalam suatu laboratorium atau tempat lainnya;
g) Pekerjaan atau melakukan kegiatan yang berisiko kontak dengan sumber infeksi,
seperti dokter, dokter hewan, perawat, tim penyelamat atau SAR, tentara, pemburu, dan
para pekerja di rumah potong hewan, toko hewan peliharaan, perkebunan, pertanian,
tambang, serta pendaki gunung, dan lain-lain.
2. Kasus Probable
Dinyatakan probable merupakan saat di mana kasus suspect memiliki dua gejala klinis
di antara tanda-tanda berikut:
a) nyeri betis;
b) ikterus atau jaundice
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian
putih pada bola mata);
c) manifestasi pendarahan;
d) sesak nafas;
e) oliguria atau anuria, yakni ketidakmampuan untuk buang air kecil;
f) aritmia jantung;
g) batuk dengan atau tanpa hemoptisis; dan
h) ruam kulit.
Selain itu, memiliki gambaran laboratorium:
a) Trombositopenia < 100.000 sel/mm;
b) Leukositosis dengan neutropilia > 80%;
c) Kenaikan jumlah bilirubin total > 2gr% atau peningkatan SGPT, amilase, lipase, dan
creatin phosphokinase (CPK); d) penggunaan rapid diagnostic test (RDT) untuk
mendeteksi imunoglobulin M(IgM) anti leptospira.
3. Kasus Konfirmasi
Dinyatakan sebagai kasus konfirmasi di saat kasus probable disertai salah satu
dari gejala berikut:
a) Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
b) Hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) positif; dan
c) Sero konversi microscopic agglutination test (MAT) dari negatif menjadi positif.
Saat ini, belum ada kebijakan dari Kemenkes RI mengenai pengobatan massal,
mengingat Leptospirosis relatif mudah disembuhkan