Professional Documents
Culture Documents
I. 1. Tinjauan Umum
Menurut Danang Priatmojo, kata gereja berasal dari bahasa Portugis “igreja” yang
diambil dari bahasa latin “ekklesia” yang berarti kumpulan. Selanjutnya gereja memiliki 2
arti, yaitu :
Kristen.
1. Arti pertama ialah “umat” atau lebih tepat persekutuan orang Kristen.
Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukan
sebuah gedung.
2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa
bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, atau pun tempat rekreasi. Jadi,
Kristen.
5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat
Kristen sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah nama agama yang
disampaikan oleh Kristus (nabi Isa). Kata Kristen, atau Christian dalam bahasa Inggris
awalnya diberikan oleh para penghujat yang memusuhi para pengikut Yesus sebagai
hinaan untuk menunjuk orang-orang buronan. Kata ini menjadi resmi pada abad ke IV
Kata Protestan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) berarti penganut
Protestantisme dimana arti Protestantisme itu sendiri adalah aliran dalam agama Kristen
yang terpisah dari Gereja Katolik Roma pada zaman reformasi (abad ke 16), yang
Mazhab dalam agama Kristen. Mazhab atau denominasi ini muncul setelah protes Martin
Luther pada tahun 1517. Martin Luther sendiri sebelumnya adalah seorang Pastur Jerman
dan ahli teologia Kristen. Dia menjadi tokoh pendiri gereja-gereja Protestan dan juga tokoh
Kata Oikumene atau Ekumenis diartikan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sebagai
sesuatu yang bersifat mewakili seluruh dunia Kristen. Menurut Wikipedia (19
oikoumenisme, oikumenisme) berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah) dan menein (tinggal),
sehingga oikoumene berarti “dunia yang ditinggali” atau “didiami”. Dalam pengertiannya
yang paling luas ekumenisme berarti inisiatif keagamaan menuju keesaan di seluruh dunia.
Tujuan yang lebih terbatas dari ekumenisme adalah peningkatan kerja sama dan saling
pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok agama atau denominasi di dalam
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Gereja Kristen Protestan Oikumene
berarti bangunan ibadah bagi para pengikut Kristus beraliran Protestan yang
terpisah dari otoritas gereja Katolik setelah reformasi gereja yang dipelopori oleh
Martin
Luther yang bersifat mewakili seluruh denominasi dalam tubuh
Agama Kristen pada dasarnya adalah suatu agama sejarah. Artinya, landasan utama
berdirinya agama ini bukanlah terletak pada asas- asas yang bersifat umum, tetapi didasarkan
pada kejadian-kejadian nyata, yaitu pada peristiwa-peristiwa yang sesunguhnya terjadi dalam
sejarah.
Kristen diajarkan Yesus Kristus di Palestina pada awal masehi. Penganut agama Kristen
percaya bahwa Allah mengutus putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus Turín ke dunia untuk
menyelamatkan manusia.
kehidupannya, orang Kristen seharusnya dapat menunjukan jati diri mereka sebagai umat
Kristen yang saling mengasihi dan melakukan perintah-perintah Tuhan yang diajarkan dan
diteladani dari Yesus Kristus sendiri. Kasih pula yang mendasari pengorbanan Yesus di
kayu saib, mulai dari penderitaan, kematian, hingga pada kebangkitan-Nya untuk
menyelamatkan umat manusia yang percaya kepada-Nya. Karena kasih- Nya, maka manusia
Kristen harus mempunyai visi dan misi yang jelas untuk mewartakan kasih-Nya tersebut
yaitu:
1. Gereja Katolik Roma yang berpusat di Vatikan Roma dan dari sana menyebar ke
seluruh dunia, menjadi aliran yang paling menonjol secara keseluruhan, melewati Eropa
3. Gereja Kristen Protestan yang menguasai Eropa, Inggris, Skotlandia dan Amerika
Utara.
Ajaran Kristen yang dilahirkan di tengah-tengah bangsa Yahudi ternyata tidak dapat
diterima oleh bangsa tersebut. Maka para rasul bergerak meninggalkan Yerusalem
dan menyebar untuk mewartakan injil ke segala penjuru. Petrus pergi ke Roma dan
sebagai martir.
Pada masa ini kebaktian dan ekaristi mereka lakukan di rumah-rumah penduduk dan
bangunan gereja sesudahnya, dengan adanya atrium, yaitu semacam inner court dengan bak
permandian di tengahnya.
Katakombe bagi orang Kristen sangat bersejarah, sebab para martir mereka dimakamkan di
situ. Penggunaan katakombe sebagai tempat kebaktian masih dipertentangkan, tapi dari
peninggalan serta pengaruh yang masih terasa, menunjukan bahwa orang Kristen pernah
Gambar 2.1.3.1
Milan, yang berisi pengakuan terhadap agama Kristen. Sejak saat itu
agama Kristen dijadikan sebagai agama resmi Negara, dan dibuatkan gedung-gedung untuk
beribadah.
Bangunan gereja pada waktu itu mengambil bentuk basilica, yaitu gedung pertemuan dan
pemindahan pintu masuk utama, kemudian juga ditambahkan atrium dan bak permandian
Contoh bangunan gereja pada masa Kristen awal adalah Basilika Santo Petrus di Roma,
kekaisaran Romawi terpecah menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur pada akhir abad 4.
Pada tahun 476, Romawi Barat jatuh oleh serbuan bangsa Barbar. Sejak itu sampai 4 abad
sesudahnya, Romawi Barat mengalami zaman kegelapan (dark ages), dan perkembangan
Konstantinopel.
(sekarang Istambul).
Di wilayah Romawi Timur ini kemudian dibangun gereja- gereja dengan cirri khas :
denah memusat, dan atap kubah. Ketika Romawi Barat mengalami abad gelap, sebaliknya
Konstantinopel pada tahun 532-537. bangunan ini masih berdiri megah hingga saat ini.
Gambar 2.1.3.2
berkembang dan membawa pengaruhnya ke bagian dunia lain. Pengaruh ini sampai
berakhir pula dominasi arsitektur Byzantium selama lebih dari 10 abad telah memberikan
Setelah mengalami zaman kegelapan selama beberapa ratus tahun, maka pada sekitar abad
pertengahan arsitektur Romawi muncul lagi dan berkembang dengan corak baru, yang
penghubung kolom-kolom yang berjajar rapat. Pada masa ini diperkenalkan pula skala
shock pada bangunan gereja, yaitu ketinggian ruangan yang menyolok dibandingkan
manusia.bentuk denah salib untuk bangunan gereja juga dimulai oleh arsitektur Romanesk.
Arsitektur Romanesk yang berpengaruh pada beberapa negara di Eropa Barat disebut
juga arsitektur pra-Gotik, karena merupakan peralihan atau perantara kea rah perkembangan
Salah satu peninggalan arsitektur Romanesk yang tidak mudah dilupakan adalah
Katedral Pisa di kota Tuscany, Italia, yang dibangun pada tahun 1063-1118. bangunan ini
sangat terkenal,
karena sesaat setelah berdiri, terjadi penurunan tanah yang
Gaya Gotik mulai berkembang di perancis, merupakan kelanjutan gaya Romanesk dengan
mengubah busur melengkung menjadi busur meruncing. Kalau gaya Romanesk yang
berkesan kokoh disebut “benteng Allah”, maka gaya Gotik yang ringan, runcing, tinggi,
Pengaruh Gotik ini kemudian melanda negara-negara Eropa lain seperti Spanyol, Inggris
Jerman, dan Italia Utara. Kemudian selama 400 tahun, gaya Gotik berkembang
karena pada saat itu gereja sedang mendapat tempat terbaik di hati rakyat, sehingga seluruh
pekerjaan kesenian, yaitu seni pahat, lukis, arsitektur, semata-mata dipusatkan untuk
Arsitektur Gotik juga menjadi saksi atas persatuan umat, sebab gereja-gereja Gotik
dibangun atas hasil kerjasama seluruh lapisan masyarakat. Kerjasama ini berbentuk
sumbangan sukarela berupa uang, benda, dan tenaga kerja dari penduduk kota dan desa.
Ketika terjadi krisis kewibawaan gereja pada abad 15, perkembangan arsitektur Gotik mulai
memudar. Paham humanisme yang melanda Eropa melahirkan Renaisans, yang membawa
Gambar 2.1.3.3
Lahirnya Renaisans pada abad 15 merupakan babak baru bagi arsitektur Eropa. Khususnya
arsitektur gereja. kesenian telah memisahkan diri dari gereja, dan menempuh jalannya sendiri
gereja, sebab perhatian arsitektur sudah beralih ke bidang lain seperti gedung kesenian, istana
Bangunan gereja yang paling menonjol pada zaman ini adalah Gereja santo Petrus di
Roma, Italia. Gereja raksasa ini dibangun pada tahun 1506-1626, sebagai hasil merombak
Basilika santo Petrus, yang telah ada sejak tahun 330. pembangunan gereja tersebut dilakukan
dalam beberapa tahap yang memakan waktu lebih dari seabad, dan melibatkan beberapa
“pemerintahan” untuk umat Katolik di seluruh dunia, yang disebut negara Vatikan.
Akhir arsitektur Renaisans ditandai oleh gaya Barok dan Rokoko, dengan cirri khas berupa
g. Arsitektur Eklektik
Setelah jenuh oleh gaya Barok dan Rokoko, yang ruwet, maka muncul kecenderungan
gaya yang telah ada sebelumnya, yaitu gaya Renaisans, Gotik, Romanesk, dan seterusnya.
Demikian juga gereja-gereja yang dibangun pada abad 19, banyak yang menganut aliran
Eklektik dengan segala variasinya. Aliran ini antara lain melahirkan gaya Neo-Gotik yang
sempat menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, pada sekitar pergantian abad 19 ke
20.
Arsitektur Eklektik tidak bisa bertahan lama, sebab segera terdesak oleh kemajuan
teknologi, yang akhirnya melahirkan aliran modern. Tidak terkecuali arsitektur gereja,
bersamaan dengan timbulnya gerakan pembaruan gereja, ikut terdorong membangun gereja-
Abad 20 adalah abad yang membawa pembaruan di segala bidang. Revolusi Industri telah
menampakan buah, dengan dibuatnya berbagai mesin yang dapat menghasilkan berbagai
macam barang.
Dalam bidang bangunan, telah ditemukan beraneka jenis bahan serta system konstruksi
dan ditunjang oleh kemamuan teknologi modern pula. Hasilnya berupa bangunan-bangunan
dengan konsep ruang, bahan, struktur, dan system konstruksi yang serba baru.
menghembuskan semangat pembaruan, sehingga lahirnya aliran baru dalam bidang arsitektur
segera pula dapat diterima gereja. maka tidaklah mengherankan apabila banyak gereja baru
yang dibangun pada abad 20 ini mempunyai gaya yang sama sekali berbeda dengan gaya-
Gereja yang mula-mula dibangun di Indonesia menggunakan gaya Eklektik, sesuai dengan
langgam yang sedang digemari di Eropa pada saat yang sama. Namun demikian, pada
arsitektur tradisional.
Kristen berkebangsaan Eropa yang pada waktu itu banyak tingal di ibukota propinsi dan kota-
Gambar 2.1.3.4
Sekarang ini masih dapat kita saksikan berupa katedral- katedral yang terdapat di Jakarta,
Bogor, Bandung, Surabaya, dan lain-lain, yang dibangun antara tahun 1900-1930.
kebanyakan katedral (gereja) tersebut menggunakan gaya Neo-Gotik atau cabang gaya
tengah jamaah pribumi yang telah berhasil dipermandikan oleh para misionaris pada awal
Sampai sekarang jenis gereja seperti ini banyak di jumpai di wilayah-wilayah gereja di
Gereja-gereja baru yang dibangun saat ini mempunyai perbedaan yang cukup mencolok
dibandingkan dengan gereja-gereja yang telah ada sebelumnya. Selain menggunakan bahan
bangunan dan sistem struktur modern, juga dilakukan penyederhanaan tata ruang sesuai
dengan semangat pembaruan gereja. Gereja baru seperti ini jumlahnya belum begitu
banyak, hanya terdapat di kota-kota besar, yang dibangun pada tahun 70-an.
BAB II. PENINJAUAN GPIB JEMAAT ZEBULON
1. LOKASI TAPAK
Gereja protestan GPIB JEMAAT ZEBULON beralamat di Jl. Tiban V, Patam Lestari, Sekupang,
Kota Batam, Kepulauan Riau 29426, Indonesia. Gereja ini berseberangan dengan Gereja
Katolik Kerahiman Ilahi.
2. RUANG DALAM GEREJA GPIB JEMAAT ZEBULON
3. Ruang Konseling
6. Ruang Pemusik
9. Parkiran
1. Ruang Berkumpul (Gathering space)
Ruang berkumpul adalah merupakan satu ruang liturgis utama yang dibutuhkan,
karena komunitas Kristen perlu berkumpul untuk beribadah sebagai sebuah kegiatan
jemaat yang paling penting. Hal ini tebukti dari gereja mula-mula yang cukup bergairah
beribadah, dan itu menumbuhkan semangat bersaksi bahkan martir demi Kristus.
Ruang ini adalah ruang jemaat yang memiliki ukuran yang besar. Ruang berkumpul
-menurut James White- merupakan tanda dikhususkannya persekutuan itu dari dunia
luar yang di dalamnya individu-individu menjadi suatu persekutuan.
Dengan demikian ruang berkumpul bagi jemaat memiliki makna yang sangat
mendalam dan teologis. Tetapi harus diwaspadai agar jangan terjadi pengkultusan
ruang berkumpul tersebut, yang akhirnya menimbulkan sikap eksklusif dari jemaat, dan
memisahkan ibadah dalam ruang berkumpul dengan aktifitas hidup sehari-hari.
Jemaat sebagai Tubuh Kristus memang dikhususkan mengabdi kepada Kristus, tetapi
dalam pengabdian itu justru jemaat diutus ke dalam dunia untuk mengemban misi
Allah untuk menjaga dan memelihara kehidupan yang telah Dia berikan.
2. Ruang Untuk Bergerak (Movement Space )
Ruang untuk bergerak penting, sebab ibadah Kristen bukanlah ibadah yang statis
tetapi menuntut gerak. Seluruh aktivitas dalam ibadah seperti berdoa, bernyanyi,
prosesi, baptisan, ekaristi, persembahan, semuanya melibatkan gerakan yang
berlanjut dari awal hingga akhir ibadah dan untuk itu membutuhkan penataan bangku-
bangku, lorong-lorong di antara bangku serta persimpangan jalan.
Penataan bangku dan lorong di antara bangku-bangku penting, karena hal ini banyak
mempengaruhi suasana ibadah. Apabila jemaat duduk dengan penataan bangku yang
baik maka kemungkinan besar mereka akan mengikuti alur liturgi dengan tenang dan
baik.
khususnya jika ada ketidakpastian tentang peran paduan suara dalam ibadah. Apabila
paduan suara berperan hanya sesekali untuk menggantikan nyanyian jemaat pada
bagian liturgi, ada yang berpendapat sebaiknya ruang khusus untuk paduan suara
tidak perlu ditata khusus, sebab mereka bukanlah untuk menunjukkan suatu konser
melalui nyanyian mereka. Tempat duduk mereka dapat bergabung dengan anggota
jemaat. Tetapi apabila paduan suara berperan bersama-sama dengan pemain musik
untuk memandu nyanyian jemaat, memang dibutuhkan ruang khusus bagi mereka dan
ditempatkan bersama-sama dengan pemain musik.
Dengan kata lain, peran utama atau peran-peran yang diembankan kepada paduan
suara akan menentukan lokasi dan rancang bangun tipe ruang ini.
6. Ruang Konsistori
Hampir semua gereja menyediakan tempat seperti ini. Di Jerman tempat ini disebutkan
dengan “Sakritei” (berasal dari kata Sacretarium atau tempat yang tersembunyi).
Tempat ini digunakan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan ibadah, juga sebagai tempat penggembalaan bagi orang-orang
yang membutuhkannya setelah ibadah selesai atau pada waktu-waktu tertentu.
Umumnya ruang ini ditempatkan di bagian sudut belakang gedung gereja.
Dari komponen-komponen ruang ibadah yang telah diuraikan di atas terlihat hal yang
mendasar dalam ibadah Kristen adalah persekutuan (perkumpulan) jemaat yang
menggambarkan kesatuan di dalam Tubuh Kristus sebagai pusat ibadah Kristen.
Karena itu tata ruang bangunan, yang ditata sebagai ruang berkumpul (pertemuan)
mesti mempertimbangkan hal-hal yang memungkinkan orang yang beribadah terlibat
aktif dalam kegiatan ibadah.
1. Tempat duduk
Ruang ibadah harus dibedakan dengan teater. Dalam teater yang penting hanyalah
bahwa orang dapat melihat ke satu titik (panggung). Lain halnya dengan ibadah.
Dalam ibadah penting diperhatikan bahwa umat juga dapat melihat satu sama lain,
bukan hanya melihat tengkuk salah seorang yang berada di depannya. Masing-masing
anggota jemaat tidak merasa terlalu jauh dari apa yang sedang berlangsung dalam
ibadah, sebab yang sedang berlangsung itu dilakukan secara bersama-sama; dalam
ruangan tersebut orang dapat bergerak dengan leluasa.
Karena itu tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga umat sungguh merasa
dirinya sebagai bagian satu jemaat dan dapat dengan mudah melibatkan diri dalam
ibadah. Untuk itu bentuk dan susunan tempat duduk jemaat sebaiknya melingkar,
sehingga mereka dapat saling memandang dan mengenal satu sama lain. Jika
anggota jemaat jumlahnya sedikit dapat difikirkan ibadah tanpa kursi yaitu duduk di
tikar seperti biasa dilakukan dalam kebaktian rumah tangga. Dalam kaitan itu, tempat
duduk bagi para pelayan dirancang dan diatur sedemikian rupa, sehingga nampak
bahwa merupakan bagian utuh dari jemaat yang berhimpun. Penempatannya juga
haruslah sedemikian rupa, sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh umat.
Konkritnya, karena bentuk tempat duduk jemaat melingkar, baiklah tempat duduk
pelayan ditempatkan di antara tempat duduk jemaat. Tidak perlu mempersiapkan jenis
tempat duduk yang khusus bagi pelayan yang berbeda dari tempat duduk jemaat,
sebab hal itu juga menimbulkan kesan bahwa pelayan tersebut memiliki kelas atau
tingkat derajat kemanusiaan yang lebih tinggi dari jemaat.
3. Altar
Altar dirancang dan dibuat seanggun dan seindah mungkin. Di meja altar inilah
diletakkan roti, anggur, buku-buku yang dipakai dalam ibadah umum ataupun khusus.
Ukurannya hendaknya tidak terlalu panjang/besar, tetapi harus menarik, anggun,
berwibawa. Kain yang digunakan untuk menutup altar disesuaikan dengan tahun
gerejawi dan tata warna liturgi.
Tiga hal yang telah dipaparkan di atas merupakan bagian yang penting diperhatikan
dalam merancang dan membangun sebuah gedung gereja. Hal-hal tersebut di atas
tidak mengharuskan gedung gereja yang megah dan menakjubkan, tetapi yang paling
penting adalah bagaimana arsitektur gereja dirancang untuk fungsi pelayanan. Dan
satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah gereja berfungsi bukan hanya pada hari
Minggu, tetapi juga pada hari-hari biasa. Karena itu ruang gereja perlu dibuka, untuk
melayani setiap orang setiap hari.