Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pekerjaan teknik sipil dikenal 2 jenis pekerjaan konstruksi yaitu konstruksi berat dan konstruksi
ringan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak lepas dari kebutuhan akan material atau bahan-bahan
tertentu. Dalam pelaksanaannya, sehingga suatu konstruksi bangunan yang kuat dan utuh sesuai
dengan yang diharapkan.
Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi. Ditambah semen dan
air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan tambahan. Sekarang ini
penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan
terbang, waduk, bendungan dan lainya. Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan
beton harus lebih teliti dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan
tersebut, dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut
tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap
material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh dengan baik.
I.II Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar mahasiswa dapat:
Dapat melakukan praktikum pengujian beton dengan prosedur yang baik dan benar.
Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam pengujian beton di laboratorium .
Dapat mengetahui karakteristik dan mutu beton .
Dapat melakukan pengujian secara langsung di laboratorium.
Dapat mengisi “ form pengujian bahan 1 ( BETON ) “
BAB II
DASAR TEORI
A.kelebihan beton
Harganya murah karna menggunakan bahan lokal.
Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi.
Mudah di bentuk sesuai ukuran yang di inginkan.
B.kekurangan beton
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah.
Beton sulit kedap air secara sempurna.
Beton bersifat getas sehingga harus dihitung secara detail dan seksama.
SIFAT – SIFAT BETON
Beton harus memenuhi kekuatan yang direncanakan ,Campuran beton harus mempunyai suatu mibilitas
tertentu
Campuran beton tidak boleh mengalami segregasi (pemisahan selamapengecoran)Beton pada dasarnya
merupakan campuran antara semen, kerikil, pasir, danair dengan perbandingan campuran yang tertentu.
Kadang-kadang beberapa bahantambahan juga ikut digunakan dalam campuran beton ini untuk
membuat beton yangmemiliki sifat-sifat yang diinginkan, misalnya fly ash (abu terbang) atau
materialkimia lainnya. Air dan semen akan bereaksi menjadi pasta semen
yang bertugasuntuk mengikat kerikil dan pasir sehingga terbentuk struktur yang kaku danmemiliki
kekuatan tertentu.Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitupasir,
batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkansecukupnya bahan perekat
semen, dan air sebagai pembantu guna keperluan reaksikimia selama proses dan perawatan beton
berlangsung.Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat tariknya, dan betonmerupakan bahan
berifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% – 15% sajadari kuat tekannya.Pada penggunaan
sebagai komponen struktur bangunan, umumnya betondiperkuat dengan batang tulangan baja sebagai
bahan yang dapat bekerja sama danmampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang
menahan tarik. Dengandemikian tersusun pembagian tugas, dimana tulangan baja bertugas memperkuat
danmenahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan menahan gaya tekan.
Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu
diperhatikan seperti, serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus halus butir,
kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.
3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen
yang digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang digunakan berdasarkan peruntukkan
beton yang akan dibuat. Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat dimana struktur
bangunan yang menggunakan material beton tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan
apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi atau normal.
Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah (additive)
lebih banyak digunakan untuk penyemenan (cementitious), jadi digunakan untuk perbaikan kinerja.
Menurut standar ASTM C 494/C494M – 05a, jenis bahan tambah
kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu :
a) water reducing admixtures
b) retarding admixtures
c) accelerating admixtures
d) water reducing and retarding admixtures
e) water reducing and accelerating admixtures
f) water reducing and high range admixtures
g) water reducing, high range and retarding admixtures
2.3 Agregat
Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat terhadap volume keseluruhan
beton, karena itu agregat mempunyai peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al.,
2003). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998). Dua jenis
agregat adalah :
1. Agregat halus (pasir alami dan buatan)
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah
galian, atau dari hasil pemecahan batu. Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari
4,75 mm (ASTM C 125 – 06). Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm
disebut clay (SK SNI T-15-1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi ideal yang
direkomendasikan terdapat dalam
standar ASTM C 33/ 03 “Standard Spesification for Concrete Aggregates”
2. Àgregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast furnance)
Menurut ASTM C 33 - 03 dan ASTM C 125 - 06, agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih
besar dari 4,75 mm. Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain :
Harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh –
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton,
seperti zat – zat yang relatif alkali.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka agregat
kasar harus dicuci. Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton berdasarkan
standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03 “Standard Spesification for Concrete Aggregates
2.4 Semen (Portland Cement)
Portland cement merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton dan pasangan batu yang
digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen yang
digunakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton. hal ini perlu diketahui tipe
semen yang distandardisasi di Indonesia.
Menurut ASTM C150, semen Portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu :
Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk
penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat,
kekuatan awal).
Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap sulfat sedang dan
mempunyai panas hidrasi sedang.
Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah,
dengan kekuatan awal rendah.
Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap kadar sulfat tinggi.
Selain semen Portland di atas, juga terdapat beberapa jenis semen lain :
1. Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland.
Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai pencampur. Jenis semen
campur :
a) Portland Pozzolan Cement (PPC)
b) Portland Blast Furnace Slag Cement
c) Semen Mosonry
d) Portland Composite Cement (PCC)
2. Water Proofed Cement
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil.
3. White Cement (Semen Putih)
Semen putih dibuat untuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
4. High Alumina Cement
High alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengerasan yang cepat dan tahan
terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali.
5. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “anti bacterial agent”
seperti germicide.
2.5 Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan pengaduk antara semen dan
agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton,
air ini harus bebas dari padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari
material organik (Mindess et al.,2003).
Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat
menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organik
dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan
senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
JOB 1
“UJI KADAR AIR AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS “
Dasar Teori
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan berat agregat
keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat perlu diketahui, karena akan
mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak
mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat:
Menentukan kadar air agregat
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air agregat.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengolah data kedalam form pegujian.
3.2 JOB 2
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
Dasar Teori
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume sama pada
suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi
kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry )
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Langkah Kerja
Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan
agregat.
Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar16 - 24 jam.
Benda uji dikeluarkan dari perendaman, dan dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang ( agregat ini dinyatakan dalam kondisi jenuh permukaan kering / SSD )
Sediakan 2 loyang dan di tandai.
Masukkan benda uji sebanyak 500 gr
Benda uji dimasukkan kedalam piknometer / gelas ukur, tambahkan air hingga benda uji terendam dan
permukaan air sampai tanda batas ( 1000 ml ), kemudian timbang beratnya
Benda uji dikeluarkan dan dikeringkan benda uji dengan talam / cawan didalam oven dengan suhu ( 110
± 5 ) °C, sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan dan timbang beratnya .
Piknometer diisi dengan air sampai pada tanda batas,kemudian timbang beratnya ( hanya air saja )
Dan lakukan langkah yang keduanya sama seperti cara kerja yang sebelumnya.
3.3 JOB 3
“BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS”
Dasar Teori
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume sama pada
suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi
kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry )
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus.
Dapat menggunakan peralatan dengan terampil.
Dapat mengisi form pengujian secara benar .
Langkah Kerja
Sediakan satu loyang pasir dan satu loyang kosong .
Memindahkan sebagian pasir ke benda uji ke loyang kososng
Tambahkan air secukupnya .
Siapkan kerucut dan stik penumbuk .
Masukan benda uji tersebut dalam kerucut sebanyak tiga lapisan. Lapisan pertama di tumbuk sampai 25
kali tumbukan di berbagai arah . dan lakukan penumbukan yang sama sebanyak 3 lapis sebanyak 25 kali
tumbukan . dan dilapisan terahir juga seperti itu sampai penuh dan di tumbuk di bagian akhir satu kali
tepat dibagian tengah.
Kemudian angkat kerucut secara perlahan dan lihat apakah kondisi pasir tersebut sudah memenuhi
kriteria SSD .
Sediakan loyang lain juga di beri air lebih dari campuran air yang pertama . dan melakukan sama seperti
yang dilakukan pada tahap sebelumnya untuk membedakan dua benda uji yang berbeda .
Pasir tadi dimasukan ke dalam pikno sebanyak 500 gr .
Dan tambahkan air sampai pikno penuh ( 1000 ml ) dan timbang
Dan keringkan kedua benda uji selama 16-24 jam dengan suhu 110° .
Dan keluarkan kembali benda uji dan menimbang .
3.4 JOB 4
”PENGUJIAN BERAT ISI PADAT AGREGAT KASAR”
Dasar Teori
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi /
volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan
ditakar dengan ukuran volume.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan berat isi agregat halus dan kasar.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat isi agregat halus dan kasar.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
Alat dan Bahan
C.1. ALAT C.2. BAHAN
Timbangan 1. Aregat kasar
Talam 2. Air
Tongkat pemadat.
Mistar perata
Sendok/ sekop
Wadah (mould).
Kain Pembersih / majun
Langkah Kerja
Menyiapkan alat yaitu mold, 2 Loyang,
Menyiapkan bahan yaitu Batu
Menyiapkan mold dan 2 loyang bersihkan terlebih dahulu menggunakan kain majun dan kuas sebelum
digunakan. Dan memberi nama benda uji pada Loyang dengan nama benda uji 1 dan benda uji 2,
menggunakan kertas dan spidol.
Menimbang berat mold di penimbangangn dan catat hasilnya {Berat mold (W1)}
Memasukkan batu kedalam dua Loyang tersebut.
Masukkan isi dari benda uji 1 kedalam muluk mold sebanyak 1/3 dari tinggi mold dengan stick tumbuk
sebanyak 25 kali pukulan (perhatian pukulannya harus merata), kedua masukkan batu kedalam muluk
mold sebanyak ¼ dari tinggi mold dengan stick tumbuk sebanyak 25 kali pukulan (perhatian pukulannya
harus merata ke segala arah), ketiga masukkan batu kedalam muluk mold sebanyak fuul mol dari tinggi
mold dengan stick tumbuk sebanyak 25 kali pukulan (perhatian pukulannya harus merata), dan terakhir
gilas batu itu dan harus rata dengan mulut mold.Menimbang berat benda uji 1 maka hasilnya { berat mold
+ benda uji (W2)}.
Begitu juga degan pengujian benda uji 2 langkah sama dengan no 6,7,8.
Mengeluarkan isi mold. Masukkan air kedalam mold dan hampir mendekati penuh timbang mold + air
tersebut di penimbangan dan tambah lagi air sampai rata denga bibir mold. Dan baca hasilnya {mold + air
(W4)}.
3.5 JOB 5
”PENGUJIAN BERAT ISI PADAT AGREGAT HALUS”
Dasar Teori
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi /
volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan
ditakar dengan ukuran volume.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan berat isi agregat halus dan halus.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat isi agregat halus dan kasar.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
Alat dan Bahan
C.1. ALAT C.2. BAHAN
Timbangan 1. Agregat halus
Talam 2. Air
Tongkat pemadat.
Mistar perata
Sendok/ sekop
Wadah (mould).
Kain Pembersih / majun
Langkah Kerja
Menyiapkan alat yaitu mold, 2 Loyang,
Menyiapkan bahan yaitu Pasir
Menyiapkan mold dan 2 loyang bersihkan terlebih dahulu menggunakan kain majun dan kuas sebelum
digunakan. Dan memberi nama benda uji pada Loyang dengan nama benda uji 1 dan benda uji 2,
menggunakan kertas dan spidol.
Menimbang berat mo di penimbangangn dan catat hasilnya {Berat mold (W1)}
Memasukkan pasir kedalam dua Loyang tersebut.
Masukkan isi dari benda uji 1 kedalam mold sebanyak 1/3 mol dari tinggi mold kemudian tumbuk
sebanyak 25 kali pukulan dengan stick tumbuk (perhatian pukulannya harus merata), kedua masukkan
pasir kedalam mold sebanyak 1/4 mol dari tinggi mold dengan stick tumbuk sebanyak 25 kali pukulan
(perhatian pukulannya harus merata ke segala arah), ketiga masukkan pasir kedalam mold hingga penuh
lalu tumbyk dengan stick tumbuk sebanyak 25 kali pukulan (perhatian pukulannya harus merata), dan
terakhir gilas batu itu dan harus rata dengan mulut mold.Menimbang berat benda uji 1 maka hasilnya {
berat mold + benda uji (W2)}.
Begitu juga degan pengujian benda uji 2 langkah sama dengan no 6,7,8.
Mengeluarkan isi mold. Masukkan air kedalam mold dan hampir mendekati penuh timbang mold + air
tersebut di penimbangan dan tambah lagi air sampai rata denga bibir mold. Dan baca hasilnya {mold + air
(W4)}.
3.6 JOB 6
“ PENGUJIAN ANALISA AYAKAN AGREGAT KASAR “
Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat kasar dan agregat
halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila
butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya
bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil,
akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata
lain kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran
yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan
pengikat saja.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
Langkah Kerja
Menyiapkan alat yaitu ayakan no 31.5, 25.40, 19.10, 16.00, 12.7, 9.5, 4.75, 0, bejana dan timbangan
Menyiapkan bahan yaitu batu.
Menyiapkan kedelapan saringan dan bejana, bersihkan saringan dengan menggunakan kain majun dan
kuas.
Masukkan batu kedalam bejana.
Meletakkan bejana di atas timbangan dan stel dengan angka nol masukan batu sampai 500 gr.
Memidahkan batu yang sudah di timbang masukan di dalam tempat pengujian 1. Begitu juga dengan
pengujian 2 langkah sama dengan no 5,6.
Menyiapkan 8 loyang yang no ayakan yang sudah di urutkan. Masukkan batu yang di atas Loyang. Dan
goncang lah sampai hasil PAN.
Menimbang berat benda uji 1 yang tertahan setiap no ayakan.
Mengambil bejana dan letakkan bejana diatas timbangan dan yang telah dinolkan.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 31.5 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 25,40 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 19,10 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 16 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 12.5 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 9.5 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 4.75 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada pan masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai persen lolos kumulatif.
Membersihakan alat yang sudah digunakan kemudian simpan pada tempat yang aman.
3.7 JOB 7
“ PENGUJIAN ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS “
Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat kasar dan agregat
halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila
butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori akan besar. Sebaliknya
bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil,
akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata
lain kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran
yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan
pengikat saja.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
Langkah Kerja
Menyiapkan alat yaitu ayakan no 9,50, 4.75, 2.36, 1.18, 0.6, 0.3, 0.15, 0.075, pan
Menyiapkan bahan yaitu pasir.
Menyiapkan kesembilan saringan dan bejana, bersihkan saringan dengan menggunakankan kain majun
dan kuas.
Masukkan pasir kedalam bejana.
Menyiapkan 9 loyang yang dan no ayakan yang sudah di urutkan. Masukkan pasir yang di atas Loyang.
Dan goncang lah sampai hasil PAN.
Menimbang berat benda uji yang tertahan setiap no ayakan.
Mengambil bejana dan letakkan bejana diatas timbangan dan yang sudah dinolkan.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 4.75 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 2.36 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 1.18 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 0.6 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 0.3 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 0.150 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada ayakan no 0.0075 masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Mengambil berat yang tertahan pada PAN masukkan kedalam bejana dan baca hasilnya.
Melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai persen lolos kumulatif dan menentukan zona agregat
halus
Membersihakan alat yang sudah digunakan kemudian simpan pada tempat yang aman.
3.8 JOB 8
“PERENCANAAN CAMPURAN BETON”
Dasar Teori
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002).
Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan
rencana pada usia 28 hari.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
3.9 JOB 9
“ PENGUJIAN SLUMP “
Dasar Teori
Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji
setiap kedatangan). Hasil dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam
satuan internasional (SI) dan mempunyai standar.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Dapat mengetahui proses kerja pengujian slump
untuk memperoleh angka slump beton.
Dapat menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
C.2. BAHAN
1. Adukan dari perencanaan campuran beton
Langkah Kerja
Langkah Kerja
Menyiapak alat yaitu slump,
Menyiapkan bahan yang sudah di aduk yaitu adonan semen + air + batu + pasir..
Memasukkan adukan kedalam slump sebanyak 3 lapisan . lapisan pertama sebanyak 1/3 slump
kemudian tumbuk dengan stik penumbuk sebanyak 25 kali, masukan lagi adukan kedalam slump
sebanyak 1/4 slump kemudian tumbuk dengan stik penumbuk sebanyak 25 kali, masukan lagi adukan
kedalam slump sebanyak full sampai bibir slump kemudian tumbuk dengan stik penumbuk sebanyak 25
kali, masukan lagi sedikit adukan kemudian ratakan dengan stik pemukul.
Dan angkat slump dengan perlahan untuk memeriksa slump apakah sudah sampai dengan kondisi ssd.
Letakkan slump disamping hasil cetakan kemudian ukur penurunan hasil cetakan dengan menggunakan
penggaris, dan baca hasilnya. (sebelum pengukuran didiamkan selama 1 menit baru di ukur tinggi slump
yang sudah dibuka tadi)
tahap terakhir adalah pembersihan alat dan bahan dan letakkan ketempat
3.10 JOB 10
“PENGUJIAN HAMMER TEST”
Dasar Teori
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Disamping itu dengan
menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan
biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada
permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang
besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan
permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat
memberikan pengujian ini adalah jenis "Hammer". Alat ini sangat berguna untuk mengetahui
keseragaman material beton pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan
alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Dapat mengetahui proses kerja hammer test
Dapat menggunakan peralatan dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton hammer test .
Langkah Kerja
Menyiap alat yaitu hammer test
Menyiapkan bahan yaitu beton kolom, tangga, balok, lantai
Menguji kolom
Membuat kotak di kolom berukuran 15x15cm lalu bagi lah 9 titik di koak tersebut
Menguji tangga
Membuat kotak di tangga berukuran 15x15cm lalu bagi lah 9 titik di koak tersebut
Menguji balok
Membuat kotak di balok berukuran 15x15cm lalu bagi lah 9 titik di koak tersebut
Menguji lantai
Membuat kotak di lantai berukuran 15x15cm lalu bagi lah 9 titik di koak tersebut
3. 11 JOB 11
“ PENGUJIAN ABRASI “
Dasar Teori
Metode pengujian abrasi ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan dengan
berbagai macam ukuran dari saringan terbesar dan halus pun dapat dengan menggunakan mesin abrasi
Los Angeles ini.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Menentukan abrasi butiran agregat kasar dan agregat halus sesuai dengan nomor ayakannya.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.
Menggunakan peralatan Los Angel dengan terampil.
Mengisi form pengujian beton .
Langkah Kerja
JOB 12
“ PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON “
Dasar Teori
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.
Semakin tinggi kekuatan struktur dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton
yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Nilai kuat tekan beton didapat dari pengujian standar dengan benda uji
yang lazim digunakan berbentuk silinder. Dimensi benda uji standar adalah tinggi
300 mm dan diameter 150 mm. Tata cara pengujian yang umumnya dipakai
adalah standar ASTM C39-86. Kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan
oleh tegangan tekan tertinggi (fc’) yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat
beban tekan selama percobaan (Dipohusodo, 1996).
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :
Dapat mengetahui uji tekan beton
Dapat menggunakan peralatan dengan terampil.
Dapat menggunakan mesin uji kuat tekan beton dengan baik.
Langkah Kerja
Menyiapkan mesin ujia kuat tekan beton
Ambil beton dari bak perndam dan lap dengan kain majun
Masukkan beton ke dalam mesin uji pastikan beton pada posisi yang tepat dan tutup pintu mesin
Masukkan ukuran dan bentuk beton yang ingin kita uji
Lalu jalankan lah mesin
No uji beton Perbandingan campuran dalam beton Slump Berat Diameter tinggi Luas penampang Berat
isi umur Beban maximum Ketentuan tekan
1
2
3
4
5
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian beton ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Dalam pembagian kerja di praktek ini adalah kunci untuk dapat mengetahui cara kerja alat / prosedur
kerja dengan benar dan juga dapat mempersingkat waktu apabila kerja dilakukan bersama-sama.
Pada setiap tahap tahap dalam pengerjaan dibutuhkan banyak orang untuk dapat memaksimalkan
pengujian ini .
Pelaksanaan jenis kontruksi dapat dibagi beberapa segmen untuk mendapatkan perencanaan yang
ekonomis.
Kerjasama antar kelompok sangat diperlukan agar mendapatkan hasil yang sempurna dan
meminimalkan kesalahan dalam praktek berlangsung .
Pelaksanaan pengujian yang dilakukan dengan cermat dan ketelitian akan mendapatkan hasil yang
maksimal .
Setelah semua peralatan digunakan harus segera dibersihkan dari tanah-tanah agar alat benda uji tidak
mudah rusak.