You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Dikarenakan apendiks
mengosongkan diri dengan tidak efisien, dan lumennya kecil, maka apendiks
mudah mengalami obstruksi dan rentan terjadi infeksi (appendicitis).
Appendicitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut,
kuadran kanan rongga abdomen dan penyebab yang paling umum dari
pembedahan abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita,
remaja lebih banyak dari orang dewasa, kejadian kasus Appendicitis tertinggi
adalah yang berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).
Appendisitis dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan
wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini.
Namun penyakit ini paling sering dijumpai pada dewasa muda antar umur 10-
30 tahun (Smeltzer, 2002). Satu dari 15 orang pernah menderita apendisitis
dalam hidupnya. Insiden tertinggi terdapat pada laki-laki usia 10-14 tahun dan
wanita yang berusia 15-19 tahun. Laki-laki lebih banyak menderita
apendisitis dari pada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25 tahun.
Apendisitis jarang terjadi pada bayi dan anak-anak dibawah 2 tahun
(Smeltzer, 2002).
Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non
operasi pada kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan
tetapi untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus segera
dilakukan operasi apendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk
mengangkat appendiks yang meradang (Smeltzer, 2002).
Pembedahan segera dilakukan untuk mencegah rupture, terbentuknya
abses atau peradangan pada selaput rongga parut (peritonitis)
(Smeltzer,2002). Hasil akhir operasi pun berbeda tergantung dari tingkatan
keparahan, komplikasi setelah operasi antara lain perdarahan, perlengketan
organ dalam, atau infeksi pada daerah operasi.

1
Berdasarkan uraian fenomena yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk
membahas tentang operasi apendiktomi dan instek yang digunakan dalam
operasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep appendicitis?
2. Bagaimana pengertian appendiktomi?
3. Bagaimana klasifikasi appendiktomi?
4. Bagaimana indikasi appendiktomi?
5. Bagaimana kontraindikasi appendiktomi?
6. Bagaimana teknik instrumentasi appendiktomi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep appendicitis.
2. Untuk mengetahui pengertian appendiktomi.
3. Untuk mengetahui klasifikasi appendiktomi.
4. Untuk mengetahui indikasi appendiktomi.
5. Untuk mengetahui kontraindikasi appendiktomi.
6. Untuk mengetahui teknik instrumentasi appendiktomi.

1.4 Manfaat Penulisan


Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Institusi Pendidikan bisa digunakan sebagai tambahan wawasan
serta literatur baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
tentang keperawatan perioperatif.
2. Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan tentang konsep dari
appendiktomi beserta teknik instrumentasinya untuk diterapkan di rumah
sakit khususnya kamar operasi pada saat berada di kamar operasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Appendicitis


1. Definisi
Apendiksitis merupakan infeksi pada apendiks yang disebabkan
oleh bakteri atau penumpukan feses.
2. Etiologi
Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi,
terjadinya apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat
banyak faktor pencetus terjadinya penyakit ini diantaranya sumbatan

2
lumen apendiks, hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan
cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang
diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis juga merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit ini.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman
flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut
(Sjamsuhidayat, 2004).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Diane C. Baughman dan JiAnn C. Hackley (2000),
manifestasi klinis apendisitis adalah sebagai berikut:
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam
derajat rendah, mual, dan seringkali muntah
b. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan
dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan
c. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah
nueri tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan
d. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan
bawah , yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)
e. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar;
terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
4. Penatalaksamaan
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah
ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan
dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau
spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang
merupakan metode baru yang sangat efektif (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2 Pengertian Appendiktomi


Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang
meradang (Smeltzer & Bare, 2002). Apendiktomi diindikasikan untuk semua
kasus apendisitis akut yang ditemukan dalam 72 jam pertama, tetapi tidak

3
pada anak-anak. Sesudah 72 jam mungkin terdapat massa peradangan
sehingga apendiktomi dilakukan kira-kira 6 minggu kemudian (Thorek,
1992). Apabila penderita dijumpai dalam dua hari pertama mengalami
serangan apendisitis akut, maka tidak diperlukan untuk pengobatan yang lain.
Umumnya dilakukan pengangkatan apendiks atau sering disebut apendiktomi
(Dudley, 1992).

2.3 Klasifikasi Appendiktomi


Pembedahan untuk mengangkat apendiks dapat dilakukan dengan
apendiktomi terbuka dan apendiktomi laparoskopi.
1. Apendiktomi Terbuka
Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney paling banyak dipilih oleh
ahli bedah. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting adalah sayatan
berubah-ubah sesuai serabut otot.
2. Apendiktomi Laparoscopi
Pengangkatan usus buntu ini dilakukan untuk usus buntu akut.
Apendiktomi laparoskopi merupakan alternatif yang baik untuk pasien
dengan usus buntu akut, khususnya wanita muda pada usia subur, karena
prosedur laparoskopi memiliki keunggulan diagnosa untuk diagnosa yang
belum pasti. Keunggulan lainnya termasuk hasil kosmetik lebih baik,
nyeri berkurang dan pemulihan lebih cepat.

2.4 Indikasi Appendiktomi


1. Apendiktomi terbuka
a. Apendisitis akut
b. Periapendikuler infiltrate
c. Apendisitis perforate
2. Apendiktomi Laparoskopi
a. Apendisitis akut
b. Dan Appendicitis kronik

2.5 Kontraindikasi Appendiktomi


1. Wanita dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga.
2. Penyulit radang pelvis dan endometriosis.
3. Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian atas, disertai
dengan distensi dinding perut, sebab kelainan ini merupakan
kontraindikasi untuk melakukan pneumoperitonium.
4. Diatese hemoragik sehingga mengganggu fungsi pembekuan darah

4
5. Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk memasukkan
trokar kedalam rongga pelvis oleh karena trokar dapat melukai tumor
tersebut.
6. Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus pada saat
memasukkan trokar ke dalam rongga pelvis, atau memperberat hernia
pada saat dilakukan pneumoperitonium.
7. Kelainan atau insufisiensi paru, jantung, hepar, atau kelainan pembuluh
darah vena porta, goiter atau kelainan metabolisme lain yang sulit
menyerap gas CO2.
2.6 Komplikasi Appendiktomi
1. Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan
sekum atau usus lain.
2. Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus,
peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal.

2.7 Teknik Instrumentasi Appendiktomi


1. Appendiktomi Terbuka
a. Persiapan perawat
 Operator, perawat instrumen, dan asisten operator melakukan cuci
tangan dengan air mengalir, hibiscrub, dan disikat selama 3-5
menit.
 Menggunakan gaun steril yang sudah disiapkan oleh sirkulating
nurse.
 Memakai gloving (sarung tangan) dibantu perawat instrumen.
 Circulating nurse membuka pembungkus instrumen dengan tidak
menyentuh bagian yang steril dan diterima oleh scrub nurse.
 Memasang slop meja mayo, serta perlak dan dialasi dengan duk
steril.
 Memasang mess dan canul suction.
 Menyiapkan betadine 10% dan alkohol 70% didalam kom dibantu
circulating nurse.
 Setelah itu mendesinfeksi dan drapping (memasang duk steril).
 Mendekatkan meja instrumen atau mayo.
 Menyambung dan menfiksasi selang suction, electric couter.
 Instrumen operasi dan scrub nurse telah siap.
b. Persiapan Tempat dan Alat
Alat steril
Basic set :
 Desinfeksi Klem (Sponge Holding Forceps) :1
 Doek Klem (Towel Forceps) :5

5
 Pincet Chirurgie :2
 Pincet Anatomie :2
 Hand vat mes (Knifehandle) :1
Set tambahan :
 Arteri klem van pean lurus :8
 Arteri klem van pean bengkok (chrorn kiern) :8

 Arteri klem van Kocher :6

 Gunting Benang (Ligature Scissors) :2

 Gunting Metzembaum panjang / pendek : 1/1

 Nald Voerder panjang/pendek : 1/1

 Woundhag gigi 4 tajam :2

 Langenbeck :2

 Crush klem :1

Set dan bahan penunjang operasi


 Linen Set.
 Sarung tangan bermacam-macam ukuran

 Desinfektan dan Alkohol 70 %, NS 0.9 %

 Kanul Diathermi + Kabel.

 Kanul + Selang Suction.

 Pisau bedah no. 10.

 Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok, korentang pada


tempatnya.

 Jarum 1/2 bulat (round), tajam (cutting).

 Benang nonabsorbtable 2/0, absortable no.1, 3/0 , 0.


Alat tidak steril
 Plester lebar

6
 Gunting Verban/ Bandage scissors.

 Plat Diatermi.

 Mesin Diatermi.

 Mesin Suction.

 Lampu Operasi.

 Meja Operasi.

 Meja Mayo.

 Meja Instrumen.

 Standar Infus.

 Tempat sampah

c. Persiapan pasien
 Persetujuan operasi.
 Alat-alat dan obat-obatan.
 Puasa
 Lavement
Setelah pasien dilakukan anaesthesi
 Mengatur posisi terlentang
 Memasang plat diatermi di bawah paha penderita

 Memasang folley cathetera (kalau perlu)


d. Prosedur
 Perawat instrumen cuci tangan.
 Operator dan asisten cuci tangan.

 Perawat instrumen memakai baju steril. dan sarung tangan .

 Beri dan pakaikan baju operasi, sarung tangan pada asisten dan
operator.

 Atur instrumen di meja mayo sesuai kebutuhan.

7
 Berikan klem dan deper desinfektan untuk desinfeksi lapangan
operasi.

 Siapkan duk besar 2 biji, duk kecil 5 biji, duk klem 4 buah untuk
draping.

 Pasang dan atur selang suction, kabel diathermi, klem dengan duk
klem dan memberitahu operator bahwa instrurnen siap
dipergunakan.

 Berikan pincet chirurgie, hand vat mes, mes no.10 pada operator
untuk incisi, arteri klem van pean, kasa dan diathermi untuk
merawat perdarahan.

 Berikan dua hak tajam untuk memperlebar permukaan kulit.

 Berikan pincet chirurgie, dan gunting metzenbaum untuk


membuka fascia, dua arteri klem van kocher untuk memegang
fasia yang sudah terbuka.

 Berikan dua pinset chirurgie dan gunting metzenbaum dan


mikulitz untuk memegang peritonium yang sudah dibuka.

 Berikan deppers kecil untuk mengait appendik dan pincet


anatomis panjang untuk mengambil appendik.

 Berikan bab cock untuk menjepit appendik kemudian pisahkan


dari meso appendik dengan couter.

 Berikan crushing klem untuk menjepit pangkal appendik


kemudian berikan benang non absorbable 2/0 untuk mengikat
pangkal appendik 2 x.

 Berikan crusing klem lagi untuk menjepit diatas ikatan da berikan


pisau bedah no 10 yang telah dibasahi dengan desinfektan untuk
memotong appendik.

8
 Berikan pinset panjang untuk mengkoter ujung potongan
appendik dan untuk merawat perdarahan.

 Inventaris alat dan kasa

 Jahit lapis demi lapis dengan benang absorbtabel 2/0 , 3/0. dan
tutup dengan kasa & plester.

 Cuci tangan, cuci instrumen dan setting kembali instrumen

e. Evaluasi
 Kelengkapan instrument
 Proses operasi

 Bahan pemeriksaan

2. Apendiktomi Laparaskopi
a. Persiapan alat
 Satu set lengkap standar peralatan laparoskopi
 Sistem optik Laparoskopi (laparoskop)
 Kabel serat optik
 Endovideocamera
 Video monitor
 Sumber cahaya Endoskopi
 Elektronik insufflator CO2
 Koagulasi dan / atau penyegelan perangkat
 Sistem aspirasi dan irigasi
 Trocars
 Tang
 Gunting
 Jarum pemegang
 Clip-aplikator
b. Prosedur
 Penderita posisi supine dan dalam narkose
 Desinfeksi pada dada bagian bawah dan seluruh abdomen.
 Insisi dibawah umbilikalis sepanjang 10-12 mm. Dengan veress
needle dimasukkan CO2 sampai tekanan 10-12 cmHg. Trokar I
(10-12 mm) dimasukkan secara buta → untuk port kamera.
 Trokar kedua 5 mm dimasukkan di kwadran kiri bawah disebelah
lateral m. rectus abdominis → untuk port tindakan tangan kanan

9
 Trokar ketiga 5 mm dimasukkan pada linea mediana didaerah
supra pubis dengan menghindari kandung kemih → untuk port
tindakan tangan kiri.
 Posisi penderita diubah menjadi Trendelenberg dan sedikit miring
kekiri.
 Dengan forcep messo apendiks dipegang.
 Dengan alat diseksi, messo apendik dibebaskan dari apendiks.
dengan kauter dan klip.
 Dilakukan pemasangan 2 buah lasso (endoloop) pada basis
apendiks, kemudian apendiks dipotong di antara kedua lasso
dengan alat diseksi.
 Apendiks dipegang dengan grasper pada bagian pangkal dan
dikeluarkan melalui port umbilicus.
 Daerah apendik dicuci dan diperiksa keadaan caecum dan ileum.
 Port 5 mm dicabut dengan dilihat langsung melalui video scope
untuk meyakinkan tidak terjadi perdarahan dari pembuluh darah
dinding abdomen.
 Port umbilicus dicabut dan fascia dijahit kembali.

10
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C dan Hackley, JiAnn C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah:


Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
Noc. Jakarta: EGC.

11

You might also like