You are on page 1of 23

TAR- 305 STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 5

LAPORAN ANALISA TAPAK

Bangunan Teater Pertunjukan Seni (BTPS)

DISUSUN OLEH:
SHARON JULYA / 2014420046

Kelas / Regu: A-1

DOSEN PENANGGUNGJAWAB:
DR. IR. YASMIN SURIANSYAH, MSP.

DOSEN KELAS:
DR. IR. YASMIN SURIANSYAH, MSP.

KOORDINATOR STUDIO:
RYANI GUNAWAN ST., MT.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

BANDUNG 2017
HASIL OBSERVASI

1.DATA TAPAK_DAN KETENTUAN______________________________________________________


Alamat : Jalan Bujanggamanik , Jalan Parahyangan

Luas tapak : 12.428 m2

Area perencanaan : 7.048 m2

KDB : 30% = 3.7284 m2

KLB : 0,8 = 9.942,4 m2

RTH : 30% = 3.7284 m2

KDH : 10% = 1.2428 m2

Basement : maks. 2 lantaidibawah bangunan utama tidak boleh keluar tapak bangunan

di luar bangunan utama kedalaman min. 2 meter dari muka tanah

Garis sempadan basement : 3 m dari batas tapak

GSB
UTARA 10m
TIMUR 15m
SELATAN 15m
BARAT 10m

BATAS KAWASAN
UTARA Kavling tetangga
TIMUR Trotoir : 1,2 m
Saluran air : 0,45 cm
SELATAN Trotoir : 1,2 m
Saluran air : 0,45 cm
BARAT Kavling tetangga

2.PERATURAN BANGUNAN TERKAIT KAWASAN___________________________________________

Kawasan Kota Baru Parahyangan

Berdasarkan Perda RDTRK KBB Nomor.24 Tahun 2009 tentang Kawasan Perkotaan Padalarang 2009-
2028, pembagian kawasan perkotaan Padalarang terbagi ke dalam 3 bagian wilayah kota (BWK) yang
meliputi BWK A,BWK B dan BWK C.

Kota Baru Parahyangan termasuk dalam Kecamatan Padalarang, yaitu BWK B bagian tengah. BWK B
diarahkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional,dan pengembangan permukiman
perkotaan kepadatan sedang dan tinggi.
a. Standar Jalan

 Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga
lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya. (R. Desutama, 2007)

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal
Primer adalah :

1) Kecepatan rencana > 20 km/jam.

2) Lebar badan jalan > 6,0 m.

3) Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa

 Jalan Lokal Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal
Sekunder adalah :

1) Kecepatan rencana > 10 km/jam.

2) Lebar jalan > 5,0 m.

 Penyediaan jaringan jalan sudah sesuai dgn standar pembangunan jaringan jalan utk
kawasan perumahan/permukiman. Dan tdk dibangun pada kawasan lindung sehingga tdk
menimbulkan dampak negatif thdp penggunaan lahan yang ditetapkan.

b. PERDA BANDUNG BARAT

Bagian ketiga Strategi Perencanaan Ruang Pasal 6

(1) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara untuk
menjaga lingkungan yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengendalikan pemanfaatan ruang di WP Lembang dan WP Padalarang bagian Utara;
dan
b. memantapkan fungsi PKL, PPK, dan PPL untuk mendukung pertumbuhan perekonomian
di setiap WP, melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung perkembangan
perekonomiandaerah.
(2) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah selatan dengan
tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d diwujudkan dengan strategi meliputi:

a. membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana


untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari luas kawasan perkotaan; dan
c . membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya

(3) Strategi untuk penataan dan pengembangan jaringan prasarana wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf e diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan serta kualitas jaringan prasarana
wilayah untuk mendukung pergerakan antar Wilayah Pengembangan (WP);
b. mengembangkan sistem angkutan umum massal;
c. meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung
kegiatan perkotaan dan perdesaan di setiap Wilayah Pengembangan (WP);
d. meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk
menunjang kegiatan perkotaan, industri, dan pertanian;
e. meningkatkan sistem pengelolaan dan pemrosesan sampah di kabupaten, sesuai dengan
proyeksi pertumbuhan penduduk, dan perkembangan kegiatan perkotaan; dan
f. meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama di PKL,
untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi
ke pusat kegiatan di PKN.
(4) Strategi untuk mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP) dalam
mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. Menetapkan 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) untuk meningkatkan efektivitas
pelayanan dan optimalisasi fungsi wilayah;
b. mengoptimalkan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan;
c. mengarahkan pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap WP;
d. mencapai fungsi PKL, PPK, dan PPL dalam setiap Wilayah Pengembangan (WP); dan
e. meningkatkan ketersediaan jaringan prasarana wilayah untuk mendukung mobilitas dan
pemenuhan kebutuhan dasar di setiap Wilayah Pengembangan (WP).
(5) Strategi untuk perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf g diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. merehabilitasi kawasan kritis;
b. menghentikan perusakan kawasan hutan; dan
c. menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan, seluas 30% (tiga puluh persen) dari
luas seluruh kawasan perkotaan.
(6) Strategi untuk pencegahan kerusakan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h
diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. melaksanakan sosialisasi rencana kawasan lindung; dan
b. mewujudkan penegakan hukum.
(7) Strategi untuk perwujudan keterpaduan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
i diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis
dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah
sekitarnya;
b. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan,
sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan
ketahanan pangan;
d. mengembangkan wilayah-wilayah kecamatan untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan
skala ekonomi; dan
e. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya air yang bernilai ekonomi tinggi di
waduk/danau untuk meningkatkan perekonomian.
(8) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. membatasi pengembangan lahan terbangun di kabupaten bagian utara;
b. mengatur bentuk permukaan tanah pertanian tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan untuk
mengendalikan air larian dan mencegah erosi;
c. mengendalikan pembangunan pada lahan yang melampaui daya dukung dan daya tampung; dan
d. mengendalikan kegiatan pertambangan yang berpotensi merusak lingkungan.

Pasal 20

Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terdiri atas:
a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik saluran udara dan bawah tanah;
b. peningkatan cakupan pelayanan listrik ke desa-desa yang belum teraliri listrik;
c. pengembangan sistem jaringan kabel listrik bawah tanah pada jaringan utama dan kawasan
khusus di pusat kota;

Pasal 23

(1) Jaringan prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d
terdiri atas:
a. jaringan prasarana lingkungan; dan
b. jaringan prasarana kabupaten lainnya.
(2) Jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan sistem air minum;
b. pengembangan sistem persampahan; dan
c. penetapan jalur dan ruang evakuasi bencana.
(3) Pengembangan sistem air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. pembangunan perpipaan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) untuk melayani
daerah yang belum terlayani;
b. peningkatan kapasitas produksi PDAM dan menurunkan kehilangan air;
c. perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi;
d. peningkatan cakupan pelayanan sistem distribusi perpipaan di kawasan perkotaan;
dan
e. pengembangan sistem jaringan pelayanan lintas wilayah;
f. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan pengembangan air minum;
g. Pengembangan alternatif pembiayaan; dan
h. Peningkatan kapasitas pengelola.
(4) Pengembangan sistem persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau penyediaan kontainer
di setiap wilayah kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah
tangga.
b. optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Sarimukti;
c. pengembangan sistem pengelolaan dan pemrosesan sampah terpadu melalui
integrasi 3P (pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang) mulai dari
sumber sampah (baik domestik, niaga dan industri) dengan prinsip pengelolaan
sampah tuntas di tempat secara mandiri dan berkesinambungan; dan
d. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan pengelolaan sistem persampahan; dan
e. peningkatan kapasitas pengelola pengembangan alternatif pembiayaan.

(5) Jaringan prasarana kabupaten lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) huruf b terdiri atas:
a. pengembangan sistem drainase; dan
b. pengembangan sistem air limbah.
(6) Pengembangan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a meliputi:
a. pembangunan saluran drainase skala tersier di PPK;
b. pemeliharaan saluran drainase;
c. perbaikan dan normalisasi saluran drainase; dan
d. perencanaan drainase terpadu dengan jaringan jalan.
(7) Pengembangan sistem air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b meliputi:
a. peningkatan pengelolaan limbah rumah tangga di kawasan permukiman;
b. penyediaan sarana pendukung pengelolaan limbah rumah tangga;
c. pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpadu meliputi:
1. Kecamatan Cipatat; dan
2. Kecamatan Batujajar.

Pasal 38
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf f dengan luas kurang
lebih 2.266 (dua ribu dua ratus enam puluh enam) hektar terdiri atas:
a. pengendalian kawasan industri yang terdiri dari industri rumah tangga/kecil, sedang, dan besar
yang berada di:
1. Kecamatan Batujajar;
2. Kecamatan Cihampelas;
3. Kecamatan Cikalongwetan;
4. Kecamatan Cipatat;
5. Kecamatan Cipeundeuy;
6. Kecamatan Ngamprah; dan
7. Kecamatan Padalarang.
b. pengembangan kawasan peruntukan industri sedang dan besar berada di Kecamatan
Cipeundeuy; dan
c. pengembangan industri rumah tangga/kecil berada di seluruh kecamatan.
Pasal 40

(1) Pengembangan kawasan perumahan mandiri diarahkan di Kecamatan Padalarang.

Bagian Kedua Kawasan Strategis Kabupaten Pasal 43

(1) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) ditentukan berdasarkan kepentingan dari
sudut:
a. pertumbuhan ekonomi;
b. pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi; dan
c. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. KSK Perkotaan Padalarang meliputi:
a. Kecamatan Padalarang;
b. Kecamatan Ngamprah;
c. Kecamatan Batujajar; dan
d. Kecamatan Cisarua.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Pasal 56
a. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan drainase sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf a disusun dengan memperhatikan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan drainase;
b. pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase wajib
dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi
saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada;
c. setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau sumur
resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang
berlaku;
d. tidak memanfaatkan saluran drainase pembuangan sampah, air limbah atau material padat
lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan
e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan
3.AKSESIBILITAS_DAN SIRKULASI_______________________________________________________

3.1 OBSERVASI AKSESIBILITAS

a.Akses tapak dengan kendaraan :

Tol Padalarang Jl. Parahyangan


Jl. Bujanggamanik
Jl. Gelap Nyawang
Jl. Nanggeleng
Jl. Kertajaya

UTARA – Sirkulasi utama : Jl.Parahyangan

TIMUR – Sirkulasi sekunder : Jl. Bujanggamanik

SELATAN – Sirkulasi tersier : Jl. Kertajaya

BARAT – Jl.Kancahnangkup Kidul ( jalan perkampungan )

 Jalur kendaraan dapat diakses dengan kendaraan roda dua maupun roda empat , Lebar Jl.
Bujanggamanik 15,8 m
 Shuttle Bus dengan rute Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjang via Tol Purbaleunyi
 Jalur sepeda di kedua sisi jalan dengan lebar masing-masing 1,4 m

Sudah terintegrasinya jaringan jalan di Kota Baru Parahyangan dgn jaringan jalan di kawasan
sekitarnya, tapi kemudahan akses pergerakan dari jalan tsb menimbulkan dampak negatif yaitu
kemacetan lalu lintas di beberapa titik tertentu.

Gambar 1. Peta Kawasan


Gambar 2. Jalur sepeda
b.Akses pejalan kaki : Tidak ada fasilitas trotoar untuk memprioritasi pejalan kaki – diasumsikann ada
pada soal ini. Acuan mengikuti trotoir rata-rata Kota Baru Parahyangan dengan lebar 1,2 m
3.2 ANALISIS AKSESIBILITAS

Jl. Bujanggamanik merupakan muka tapak sehingga akses utama menuju kawasan pembangunan
BTPS melaluui jalan tersebut. Adanya bundaran pembatas jalan menjadi pertimbangan perletakann
entrance kendaraan menuju tapak, jika entrance ditempatkan di dekat jalur menuju bundaran
dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan pada jam sibuk atau pada saat adanya pengunjung yang
cukup banyak dan menciptakan arus lalu lintas sepanjang bundaran dan pengguna jalan lain
terhambat meskipun secara keterjangkauan lebih efisien .

Gambar 3. entrance

 Akses dirasa lebih efektif dengan membuat entrace di sisi lebih bawah sehingga manuver
sepanjang bundaran dan engguna jalan lain mendapat ruang yang cukup, kemudian exit langsung
menuju bundaran Jl. Parahyangan tanpa menghalangi sirkulasi kendaraan di jalan.
 Kemudian jalur kecil Jl. Kertajaya dapat dijadikan potensi untuk jalur kendaraan service karena
cukup privat.

Masuk
Keluar
Service

Gambar 4. Entrance ,exit, service


3.3 SIRKULASI DALAM TAPAK

Kemungkinan sirkulasi dalam tapak mengikuti kemungkinan


dari entracenya , sehingga sirkulasi publik atau pengunjung
(publik) berada di daerah depan ( dekat Jl. Bujanggamanik ).

Sirkulasi servis diperkirakan di belakang karena jauh dari


jangkauan publik sehingga tidak mengganggu proses
persiapan dan saling mengganggu kenyamanan .

Pegunjung
Servis
Persiapan

Gambar 5. Sirkulasi dalam tapak

4.KONDISI TAPAK___________________________________________________________________

4.1 OBSERVASI MATAHARI

Matahari dari Timur langsung masuk ke tapak sehingga matahari pagi yang didapat cukup dan
maksimal untuk penerangan yang nyaman pada pagi hari , akan tetapi agak silau karena pepohonan
yang ada jauh dari daerah bangun.

Matahari dari Barat juga langsung memasuki kawasan tapak tanpa terhalangi vegetasi sehingga
menjadi aspek yang cukup kurang baik dikarenakan matahari sore yang menyengat serta radiasi tinggi
langsung memasuki tapak tanpa terlindungi pembayangan apapun.

Gambar 6. Matahari timur – dari Jl. Bujanggamanik Gambar 7. Matahari barat – dari bundaran

4.1.1 ANALISIS MATAHARI

Perlunya teritis yang cukup panjang atau menciptakan banyak pembayangan dengan vegetasi, bentuk
bangunan, bentuk atap , dll sehingga cahaya yang masuk merupakan cahaya yang sesuai kenyamanan
visual, cahaya langit yang tidak silau ,cahaya langsung yang tidak mengganggu kegiatan, dan juga
radiasi yang tidak mengganggu suhu kenyamanan ruang dalam.

4.2 OBSERVASI ANGIN

Arah angin dominan berasal dari arah


Barat Laut. Kecepatan angin di tapak ini cukup
kencang dan terus-menerus sehingga kurang
nyaman bagi pejalan kaki. Di sisi lain ini
merupakan potensi tapak karena angin yang
bertiup cukup menyejukkan dan bukan
merupakn angin panas atau lembab.

= Arah angin

Gambar 9. Arah angin


4.2.1 ANALISIS ANGIN

Dibutuhkan pengarah atau pembelok angin berupa fasadd , bentuk , atau elemen pembelok angin lain
di arah angin dominan datang besehingga tidak semerta-merta memasuki ruangan dan memuat
ketidaknyamanan baik dari sisi termal maupun kebisingan.

Gambar 10. Kolding campus


4.3 OBSERVASI POTENSI VIEW

Dari Arah Utara

Pemandangan cukup leluasa , hanya terdapat


pemandangan gunung dari jarah jauh dan
bangunan fasilitas kolam renang dan sekolah.

Gambar 11. Tampak utara 1

Gambar 12. Tampak utara 2

Dari Arah Timur

Gambar 13. Tampak Timur 1 Gambar 14. Tampak Timur 2

Pemandangan berupa bukit yang cukup jelas terlihat dan bersih dari pemandangan permukiman di
perbukitan , hanya ada permukiman di daerah bawah.
Dari Arah Barat

Terlihat lahan kosong yang cukup luas di kavling


di sebrang jalan dengan komposisi pepohonan
yang kurang lebih sama di sepanjang trotoar.

Gambar 15. Tampak Barat

Dari Arah Selatan

Gambar 16. Tampak Selatan 1 Gambar 17. Tampak Selatan 2

Terdapat perkebunan warga dan terlihat perbukitan yang cukup asri tetapi mulai terdominasi
oleh permukiman.

4.3.1 ANALISIS POTENSI VIEW

View yang cukup merarik dan indah berada pada sisi Barat dan Utara , akan tetapi intensitas cahaya
matahari di Barat cukup mengganggu kenyamanan sehingga kontradiktif dengan view.

4.4 OBSERVASI VEGETASI

Vegetasi yang terdapat pada tapak hanya berupa pepohonan kecil, rumput dan pepohonan yang
kurang rindang. Pepohonan yang kurang rindang berada di sisi ajlan Timur dengan jarak antar
pohonnya kurang lebih 15 meter sehingga pada sisi timur terdapat 7 pohon. Sedangkan pohon kecil
yang berada di dalam tapak hanya sedikit dan tak tentu. Dalam area ini terdapat kebun singkong
yang memenuhi tapak.
Gambar 18. Vegetasi 1 Gambar 19. Vegetasi 2

4.41 ANALISIS VEGETASI

Relokasi pohon-pohon kecil ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan vegetasi
pada tapak dan lebih tertata sehingga tidak perlu menebang dan membuangnya.

4.5 OBSERVASI HUJAN

Hujan langsung menuruni kawasan tapak tanpa ada pelindung , pepohonan rindang tidak ada di
daldam daerah bangun.Kondisi eksisting yang memiliki drainase berupa selokan tidak terawat dengan
baik, pembangunan yang belum selesai dan tertata membuat selokann menjadi tempat sampahh dan
tidak memiliki kelanjutan penanggulangan karena di titik ujugnya terputus. Lalu adanya lubang-lubang
drainase jalan menjadi solusi pengaliran air dari jalan.

Gambar 20. Drainase 1 Gambar 21. Drainase 2

4.5.1 ANALISIS HUJAN

Perlunya penanganan drainase yang baik, berpenutup dan terawat agar tidak sia-sia terhadap
kelancaran utilitas kawasan karena jika tidak dirawat akan terjadi banjir dan penurunan
kualitas kesehatan pada tapak maupun kawasan.
5.FASILITAS KAWASAN_______________________________________________________________

fasilitas pendidikan
 Bandung Alliance Intercultural School (BAIS), jarak = ±300m

Gambar 22. BAIS


 Cahaya Bangsa Classical School, jangkauan ±450m

Gambar 23. Cahaya Bangsa

 TKK-SDK BPK Penabur Bandung, jangkauan 1.300m

Gambar 24. BPK Penabur


Ruang ibadah
 Newlife Church Kota Baru Parahyangan, jangkauan ±700m
 Masjid Al Irsyad Satya, jangkauan ±1.640m
Gambar 25. Masjid Al-Irsyad
Rumah sakit
 RS. Cahya Kawaluyan , jangkauan ±1.300m

Gambar 26. Rumah Sakit


Transportasi
 Shuttle Bus dengan rute Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjang via Tol Purbaleunyi
 Tidak terdapat transportasi umum.

Waduk
 waduk saguling, jangkauan 580m

Fasilitas lain

- Akademi Bahasa Asing Internasional (ABA)


- Al Irsyad Satya Islamic School
- Amazing 4D Theatre
- Bale Pare The Shop n Dine Experience
- Bale Seni Barli
- Bandung Alliance International School
- Bumi Indraprasta Home & Living Center
 Bedding Solution
 Cellini Flagship Store
 House of Roman
 Lorenza
 Marketing Gallery
- Bumi Palangkawati Health, Beauty & Bridal Centre
- Bumi Pancasona Sport Centre
- Bumi Paranggelung Office & Business Park
- Bumi Pratistana Automotive Centre
- Cahaya Bangsa Classical School
- Damian School
- Giant Supermarket
- Kota Baru Parahyangan Citylink
- Masjid Al Irsyad Satya
- Mason Pine Hotel
- Patung Panyawangan
- Pemadam Kebakaran
- Rumah Sakit Cahya Kawaluyan
- Shuttle Bus
- STIkes Borromeus
- Sundial
- Taman Bertema

6. ZONING DAN BLOCKING____________________________________________________________

6.1 ZONING

1 .Zona Penerimaan (Publik)

Parkir, Lobby, Fasilitas p3k, Lavatory, R.Informasi,


Foodcourt , cafe, merchandise booth,r.tiket , dll

2. Zona Semi-publik ( setelah pembelian tiket bagi


pengunjung )
3 22 1
publik

4
1
1 1
1
Hall of fame, pre-function hall,auditorium, dll

3.Zona Semi-privat ( stage )

Stage , side stage , control, teknisi ,dll

4.Zona Servis /Persiapan

Backstage dan persiapan performer (make up,


wardrobe , green room ,dll) ; ruang penunjang dan
servis seperti ME , panel, ruang OB, dll.
Gambar 27. Zoning Tapak
6.2 BLOKING

Kotak biru merupakaran rencana awal perletakan


masa

pengelola
rehearsal

Ruang persiapan performer

Penerima / publik

Entance
utama
auditorium
backstage
Loading

stage
dock

service
Persiapan / servis

Entrance 2

Gambar 28. Blocking


Drop-off Jalur kendaraan
Masuk parkir
Keluar
Jalur keluar parkir
Service

6. UTILITAS________________________________________________________________________

6.1 I LISTRIK

tersedia gardu per kawasan satu blok kavling, misalya kavling ini termasuk dalam Kertajaya,
sudah ada lampu-lampu jalan sebagai fasilitas peneranan kawasan tepi jalan dan trotoir.

Gambar 29. Gardu Gambar 30. Lampu dan trotoir


tersangkut kotoran dari lingkungan. Kemudian tersedianya listrik per blok sudah ukup
menjamin ketersediaan listrik tapak cukup baik.

Gambar 31. Jaringan Telepon Gambar 32. Jaringan listrik

6.2 AIR BERSIH

-Sumur Artesis (Water Treatment Plan),


-Sistem jaringan penyediaan air bersih juga masih terkoneksi dengan Kota Induk (PDAM Kota
Padalarang) Tersedianya instalasi pengolahan air bersih

6.3 AIR KOTOR DAN PEMBUANGAN LIMBAH

Sistem jaringan penyediaan pengolahan air dan pembuangan limbah (limbah rumah tangga) hasil dari
Kota baru Parahyangan menggunakan ”BIOFILTER / Sewage Treatment Plan”. Sehingga limbah yang
dikeluarkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan perumahan di Kota Baru Parahyangan

Gambar 33. biofil

6.4 DRAINASE

Sistem jaringan drainase di Kota Baru Parahyangan menggunakan sistem ”Underground”. Dan aliran
airnya diarahkan menuju Danau Saguling.

Gambar 34. selokan Gambar 35. Sumur air kotor


6.5 SAMPAH

Sistem pembuangan sampah dilakukan per unit rumah, dan terdapat TPS disetiap unit lingkungan. Di
Kota Baru Parahyangan terhadap program pengolahan sampah menjadi ’Kompos’(frekuensi
pembuangan di jalan Utama setiap hari & di setiap cluster dilakukan dua hari sekali)

Gambar 36. Sampah cluster

Gambar 37. Pengolahan kompos

6.6 PROTEKSI KEBAKARAN

Adanya markas pemadam kebakaran Kabupaten Bandung Barat yang berlokasi di Jl. Wangsa Niaga
Wetan kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung

Gambar 38. Markas Pemadam Kebakaran


6.7 BIOPORI

Gambar 39. Biopori

Mempraktekan biopori pada kawasan-kawasan yang berada di Kota Baru Parahyangan sehingga
resapan-resapan air terjaga dan juga berpotensi mengolahh limbah dengan baik.

6.7 ANALISA UTILITAS

 Jaringan listrik berupa kabel-kabel dan susunannya tertata rapih dan terencana di bawah
tanah sehingga tidak ada ganggguan kenyamanan visual terhadap kabel yang menggantung
atau menjuntai berantakan
 Pengolahan limabh dan air kotor sudah tertata baik dan sistematik di bawah tanag sehingga
tidak mengganggu infrastruktur diatas tanah / pedestrian
 Air bersih yang disediakan cukup memadai dengan adanya PDAM juga penggunaan sumur
artesis untukk mencukupi kebutuhan air bersih kawasan
 Pengolahan sampah dan limbah rumah tangga diberi ruang tersendiri dan diproses
terencana untuk prmupukan sehingga mengurangi tingkat penumpukan sampah yangg
mengganggu kesehatan atau tidak dimanfaatkan dengan baik. Menjadi potensi
perekonomian sekaligus mengurangi biaya pembeliann kebutuhan perawatan tanaman
kawasan.
 Ketersediaan sumber daya kawasan sangat memadai dari segi utilitas yang terlihat
terencana dan terus dikembangkan sehingga pemanfaatannya dapat langsung dinikmati dan
dipakai untuk kebutuhan pembangunan.
7. LITERATUR_______________________________________________________________________

PERDA BANDUNG BARAT

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/pwk/article/download/17762/17726

https://static.dezeen.com/uploads/2015/07/SDU-Kolding-campus-by-Henning-
Larsen_dezeen_sqb.jpg

You might also like