Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
SHARON JULYA / 2014420046
DOSEN PENANGGUNGJAWAB:
DR. IR. YASMIN SURIANSYAH, MSP.
DOSEN KELAS:
DR. IR. YASMIN SURIANSYAH, MSP.
KOORDINATOR STUDIO:
RYANI GUNAWAN ST., MT.
BANDUNG 2017
HASIL OBSERVASI
Basement : maks. 2 lantaidibawah bangunan utama tidak boleh keluar tapak bangunan
GSB
UTARA 10m
TIMUR 15m
SELATAN 15m
BARAT 10m
BATAS KAWASAN
UTARA Kavling tetangga
TIMUR Trotoir : 1,2 m
Saluran air : 0,45 cm
SELATAN Trotoir : 1,2 m
Saluran air : 0,45 cm
BARAT Kavling tetangga
Berdasarkan Perda RDTRK KBB Nomor.24 Tahun 2009 tentang Kawasan Perkotaan Padalarang 2009-
2028, pembagian kawasan perkotaan Padalarang terbagi ke dalam 3 bagian wilayah kota (BWK) yang
meliputi BWK A,BWK B dan BWK C.
Kota Baru Parahyangan termasuk dalam Kecamatan Padalarang, yaitu BWK B bagian tengah. BWK B
diarahkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional,dan pengembangan permukiman
perkotaan kepadatan sedang dan tinggi.
a. Standar Jalan
Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga
lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya. (R. Desutama, 2007)
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal
Primer adalah :
Jalan Lokal Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal
Sekunder adalah :
Penyediaan jaringan jalan sudah sesuai dgn standar pembangunan jaringan jalan utk
kawasan perumahan/permukiman. Dan tdk dibangun pada kawasan lindung sehingga tdk
menimbulkan dampak negatif thdp penggunaan lahan yang ditetapkan.
(1) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara untuk
menjaga lingkungan yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengendalikan pemanfaatan ruang di WP Lembang dan WP Padalarang bagian Utara;
dan
b. memantapkan fungsi PKL, PPK, dan PPL untuk mendukung pertumbuhan perekonomian
di setiap WP, melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung perkembangan
perekonomiandaerah.
(2) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah selatan dengan
tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d diwujudkan dengan strategi meliputi:
(3) Strategi untuk penataan dan pengembangan jaringan prasarana wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf e diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan serta kualitas jaringan prasarana
wilayah untuk mendukung pergerakan antar Wilayah Pengembangan (WP);
b. mengembangkan sistem angkutan umum massal;
c. meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung
kegiatan perkotaan dan perdesaan di setiap Wilayah Pengembangan (WP);
d. meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk
menunjang kegiatan perkotaan, industri, dan pertanian;
e. meningkatkan sistem pengelolaan dan pemrosesan sampah di kabupaten, sesuai dengan
proyeksi pertumbuhan penduduk, dan perkembangan kegiatan perkotaan; dan
f. meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama di PKL,
untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi
ke pusat kegiatan di PKN.
(4) Strategi untuk mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP) dalam
mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. Menetapkan 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) untuk meningkatkan efektivitas
pelayanan dan optimalisasi fungsi wilayah;
b. mengoptimalkan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan;
c. mengarahkan pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap WP;
d. mencapai fungsi PKL, PPK, dan PPL dalam setiap Wilayah Pengembangan (WP); dan
e. meningkatkan ketersediaan jaringan prasarana wilayah untuk mendukung mobilitas dan
pemenuhan kebutuhan dasar di setiap Wilayah Pengembangan (WP).
(5) Strategi untuk perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf g diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. merehabilitasi kawasan kritis;
b. menghentikan perusakan kawasan hutan; dan
c. menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan, seluas 30% (tiga puluh persen) dari
luas seluruh kawasan perkotaan.
(6) Strategi untuk pencegahan kerusakan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h
diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. melaksanakan sosialisasi rencana kawasan lindung; dan
b. mewujudkan penegakan hukum.
(7) Strategi untuk perwujudan keterpaduan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
i diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis
dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah
sekitarnya;
b. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan,
sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan
ketahanan pangan;
d. mengembangkan wilayah-wilayah kecamatan untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan
skala ekonomi; dan
e. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya air yang bernilai ekonomi tinggi di
waduk/danau untuk meningkatkan perekonomian.
(8) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. membatasi pengembangan lahan terbangun di kabupaten bagian utara;
b. mengatur bentuk permukaan tanah pertanian tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan untuk
mengendalikan air larian dan mencegah erosi;
c. mengendalikan pembangunan pada lahan yang melampaui daya dukung dan daya tampung; dan
d. mengendalikan kegiatan pertambangan yang berpotensi merusak lingkungan.
Pasal 20
Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terdiri atas:
a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik saluran udara dan bawah tanah;
b. peningkatan cakupan pelayanan listrik ke desa-desa yang belum teraliri listrik;
c. pengembangan sistem jaringan kabel listrik bawah tanah pada jaringan utama dan kawasan
khusus di pusat kota;
Pasal 23
(1) Jaringan prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d
terdiri atas:
a. jaringan prasarana lingkungan; dan
b. jaringan prasarana kabupaten lainnya.
(2) Jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan sistem air minum;
b. pengembangan sistem persampahan; dan
c. penetapan jalur dan ruang evakuasi bencana.
(3) Pengembangan sistem air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. pembangunan perpipaan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) untuk melayani
daerah yang belum terlayani;
b. peningkatan kapasitas produksi PDAM dan menurunkan kehilangan air;
c. perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi;
d. peningkatan cakupan pelayanan sistem distribusi perpipaan di kawasan perkotaan;
dan
e. pengembangan sistem jaringan pelayanan lintas wilayah;
f. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan pengembangan air minum;
g. Pengembangan alternatif pembiayaan; dan
h. Peningkatan kapasitas pengelola.
(4) Pengembangan sistem persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau penyediaan kontainer
di setiap wilayah kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah
tangga.
b. optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Sarimukti;
c. pengembangan sistem pengelolaan dan pemrosesan sampah terpadu melalui
integrasi 3P (pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang) mulai dari
sumber sampah (baik domestik, niaga dan industri) dengan prinsip pengelolaan
sampah tuntas di tempat secara mandiri dan berkesinambungan; dan
d. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan pengelolaan sistem persampahan; dan
e. peningkatan kapasitas pengelola pengembangan alternatif pembiayaan.
Pasal 38
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf f dengan luas kurang
lebih 2.266 (dua ribu dua ratus enam puluh enam) hektar terdiri atas:
a. pengendalian kawasan industri yang terdiri dari industri rumah tangga/kecil, sedang, dan besar
yang berada di:
1. Kecamatan Batujajar;
2. Kecamatan Cihampelas;
3. Kecamatan Cikalongwetan;
4. Kecamatan Cipatat;
5. Kecamatan Cipeundeuy;
6. Kecamatan Ngamprah; dan
7. Kecamatan Padalarang.
b. pengembangan kawasan peruntukan industri sedang dan besar berada di Kecamatan
Cipeundeuy; dan
c. pengembangan industri rumah tangga/kecil berada di seluruh kecamatan.
Pasal 40
(1) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) ditentukan berdasarkan kepentingan dari
sudut:
a. pertumbuhan ekonomi;
b. pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi; dan
c. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. KSK Perkotaan Padalarang meliputi:
a. Kecamatan Padalarang;
b. Kecamatan Ngamprah;
c. Kecamatan Batujajar; dan
d. Kecamatan Cisarua.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Pasal 56
a. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan drainase sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf a disusun dengan memperhatikan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan drainase;
b. pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase wajib
dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi
saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada;
c. setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau sumur
resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang
berlaku;
d. tidak memanfaatkan saluran drainase pembuangan sampah, air limbah atau material padat
lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan
e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan
3.AKSESIBILITAS_DAN SIRKULASI_______________________________________________________
Jalur kendaraan dapat diakses dengan kendaraan roda dua maupun roda empat , Lebar Jl.
Bujanggamanik 15,8 m
Shuttle Bus dengan rute Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjang via Tol Purbaleunyi
Jalur sepeda di kedua sisi jalan dengan lebar masing-masing 1,4 m
Sudah terintegrasinya jaringan jalan di Kota Baru Parahyangan dgn jaringan jalan di kawasan
sekitarnya, tapi kemudahan akses pergerakan dari jalan tsb menimbulkan dampak negatif yaitu
kemacetan lalu lintas di beberapa titik tertentu.
Jl. Bujanggamanik merupakan muka tapak sehingga akses utama menuju kawasan pembangunan
BTPS melaluui jalan tersebut. Adanya bundaran pembatas jalan menjadi pertimbangan perletakann
entrance kendaraan menuju tapak, jika entrance ditempatkan di dekat jalur menuju bundaran
dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan pada jam sibuk atau pada saat adanya pengunjung yang
cukup banyak dan menciptakan arus lalu lintas sepanjang bundaran dan pengguna jalan lain
terhambat meskipun secara keterjangkauan lebih efisien .
Gambar 3. entrance
Akses dirasa lebih efektif dengan membuat entrace di sisi lebih bawah sehingga manuver
sepanjang bundaran dan engguna jalan lain mendapat ruang yang cukup, kemudian exit langsung
menuju bundaran Jl. Parahyangan tanpa menghalangi sirkulasi kendaraan di jalan.
Kemudian jalur kecil Jl. Kertajaya dapat dijadikan potensi untuk jalur kendaraan service karena
cukup privat.
Masuk
Keluar
Service
Pegunjung
Servis
Persiapan
4.KONDISI TAPAK___________________________________________________________________
Matahari dari Timur langsung masuk ke tapak sehingga matahari pagi yang didapat cukup dan
maksimal untuk penerangan yang nyaman pada pagi hari , akan tetapi agak silau karena pepohonan
yang ada jauh dari daerah bangun.
Matahari dari Barat juga langsung memasuki kawasan tapak tanpa terhalangi vegetasi sehingga
menjadi aspek yang cukup kurang baik dikarenakan matahari sore yang menyengat serta radiasi tinggi
langsung memasuki tapak tanpa terlindungi pembayangan apapun.
Gambar 6. Matahari timur – dari Jl. Bujanggamanik Gambar 7. Matahari barat – dari bundaran
Perlunya teritis yang cukup panjang atau menciptakan banyak pembayangan dengan vegetasi, bentuk
bangunan, bentuk atap , dll sehingga cahaya yang masuk merupakan cahaya yang sesuai kenyamanan
visual, cahaya langit yang tidak silau ,cahaya langsung yang tidak mengganggu kegiatan, dan juga
radiasi yang tidak mengganggu suhu kenyamanan ruang dalam.
= Arah angin
Dibutuhkan pengarah atau pembelok angin berupa fasadd , bentuk , atau elemen pembelok angin lain
di arah angin dominan datang besehingga tidak semerta-merta memasuki ruangan dan memuat
ketidaknyamanan baik dari sisi termal maupun kebisingan.
Pemandangan berupa bukit yang cukup jelas terlihat dan bersih dari pemandangan permukiman di
perbukitan , hanya ada permukiman di daerah bawah.
Dari Arah Barat
Terdapat perkebunan warga dan terlihat perbukitan yang cukup asri tetapi mulai terdominasi
oleh permukiman.
View yang cukup merarik dan indah berada pada sisi Barat dan Utara , akan tetapi intensitas cahaya
matahari di Barat cukup mengganggu kenyamanan sehingga kontradiktif dengan view.
Vegetasi yang terdapat pada tapak hanya berupa pepohonan kecil, rumput dan pepohonan yang
kurang rindang. Pepohonan yang kurang rindang berada di sisi ajlan Timur dengan jarak antar
pohonnya kurang lebih 15 meter sehingga pada sisi timur terdapat 7 pohon. Sedangkan pohon kecil
yang berada di dalam tapak hanya sedikit dan tak tentu. Dalam area ini terdapat kebun singkong
yang memenuhi tapak.
Gambar 18. Vegetasi 1 Gambar 19. Vegetasi 2
Relokasi pohon-pohon kecil ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan vegetasi
pada tapak dan lebih tertata sehingga tidak perlu menebang dan membuangnya.
Hujan langsung menuruni kawasan tapak tanpa ada pelindung , pepohonan rindang tidak ada di
daldam daerah bangun.Kondisi eksisting yang memiliki drainase berupa selokan tidak terawat dengan
baik, pembangunan yang belum selesai dan tertata membuat selokann menjadi tempat sampahh dan
tidak memiliki kelanjutan penanggulangan karena di titik ujugnya terputus. Lalu adanya lubang-lubang
drainase jalan menjadi solusi pengaliran air dari jalan.
Perlunya penanganan drainase yang baik, berpenutup dan terawat agar tidak sia-sia terhadap
kelancaran utilitas kawasan karena jika tidak dirawat akan terjadi banjir dan penurunan
kualitas kesehatan pada tapak maupun kawasan.
5.FASILITAS KAWASAN_______________________________________________________________
fasilitas pendidikan
Bandung Alliance Intercultural School (BAIS), jarak = ±300m
Waduk
waduk saguling, jangkauan 580m
Fasilitas lain
6.1 ZONING
4
1
1 1
1
Hall of fame, pre-function hall,auditorium, dll
pengelola
rehearsal
Penerima / publik
Entance
utama
auditorium
backstage
Loading
stage
dock
service
Persiapan / servis
Entrance 2
6. UTILITAS________________________________________________________________________
6.1 I LISTRIK
tersedia gardu per kawasan satu blok kavling, misalya kavling ini termasuk dalam Kertajaya,
sudah ada lampu-lampu jalan sebagai fasilitas peneranan kawasan tepi jalan dan trotoir.
Sistem jaringan penyediaan pengolahan air dan pembuangan limbah (limbah rumah tangga) hasil dari
Kota baru Parahyangan menggunakan ”BIOFILTER / Sewage Treatment Plan”. Sehingga limbah yang
dikeluarkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan perumahan di Kota Baru Parahyangan
6.4 DRAINASE
Sistem jaringan drainase di Kota Baru Parahyangan menggunakan sistem ”Underground”. Dan aliran
airnya diarahkan menuju Danau Saguling.
Sistem pembuangan sampah dilakukan per unit rumah, dan terdapat TPS disetiap unit lingkungan. Di
Kota Baru Parahyangan terhadap program pengolahan sampah menjadi ’Kompos’(frekuensi
pembuangan di jalan Utama setiap hari & di setiap cluster dilakukan dua hari sekali)
Adanya markas pemadam kebakaran Kabupaten Bandung Barat yang berlokasi di Jl. Wangsa Niaga
Wetan kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung
Mempraktekan biopori pada kawasan-kawasan yang berada di Kota Baru Parahyangan sehingga
resapan-resapan air terjaga dan juga berpotensi mengolahh limbah dengan baik.
Jaringan listrik berupa kabel-kabel dan susunannya tertata rapih dan terencana di bawah
tanah sehingga tidak ada ganggguan kenyamanan visual terhadap kabel yang menggantung
atau menjuntai berantakan
Pengolahan limabh dan air kotor sudah tertata baik dan sistematik di bawah tanag sehingga
tidak mengganggu infrastruktur diatas tanah / pedestrian
Air bersih yang disediakan cukup memadai dengan adanya PDAM juga penggunaan sumur
artesis untukk mencukupi kebutuhan air bersih kawasan
Pengolahan sampah dan limbah rumah tangga diberi ruang tersendiri dan diproses
terencana untuk prmupukan sehingga mengurangi tingkat penumpukan sampah yangg
mengganggu kesehatan atau tidak dimanfaatkan dengan baik. Menjadi potensi
perekonomian sekaligus mengurangi biaya pembeliann kebutuhan perawatan tanaman
kawasan.
Ketersediaan sumber daya kawasan sangat memadai dari segi utilitas yang terlihat
terencana dan terus dikembangkan sehingga pemanfaatannya dapat langsung dinikmati dan
dipakai untuk kebutuhan pembangunan.
7. LITERATUR_______________________________________________________________________
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/pwk/article/download/17762/17726
https://static.dezeen.com/uploads/2015/07/SDU-Kolding-campus-by-Henning-
Larsen_dezeen_sqb.jpg