You are on page 1of 3

PENYAKIT TIPS KONSULTASI NUTRISI HERBAL WANITA Perdarahan Post Partum :

Penyebab dan Penanganan Oleh dr. Ahmad MuhlisinReview medis oleh dr. Ahmad Muhlisin
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian ibu pasca persalinan. Semua
wanita yang melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu beresiko untuk mengalami
perdarahan post partum dan gejala sisanya. Meskipun angka kematian ibu telah sangat
menurun di negara maju, kasus ini tetap menjadi penyebab utama kematian ibu di tempat lain.
Angka kematian ibu terkait kehamilan di Amerika Serikat adalah sekitar 7-10 wanita per
100.000 kelahiran hidup dan statistik menunjukkan bahwa sekitar 8% dari kematian ini
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Di negara berkembang, angka kematian ibu dapat
melebihi 1000 wanita per 100.000 kelahiran hidup, sementara itu di Indonesia berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 angka kematian ibu adalah
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa 25% kematian ibu terjadi karena disebabkan oleh perdarahan postpartum, yang
mencapai 100.000 kematian ibu per tahun, dan American College of Obstetricians dan
Gynecologists (ACOG) memperkirakan terjadi 140.000 kematian ibu per tahun atau 1 wanita
setiap 4 menit. Baca juga: Kenali 6 Tanda Bahaya Masa Nifas Perdarahan postpartum
didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL setelah persalinan vaginal atau lebih
dari 1000 mL setelah sesar. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama
setelah persalinan, sementara perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan
pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.
Perkiraan kehilangan darah saat melahirkan 500 ml bersifat subjektif dan umumnya tidak
akurat. oleh karena itu, suatu penelitian menyarankan menggunakan 10% penurunan nilai
hematokrit untuk menentukan adanya perdarahan postpartum Penyebab Perdarahan Post
Partum Sebelum membahas penyebab kita perlu mengetahui ada beberapa faktor risiko yang
telah diteliti memiliki signifikansi terhadapa terjadinya perdarahan postpartum yaitu: Retensi
Plasenta (OR 3,5, 95% CI 2,1-5,8) Kala II persalinan yang lama (OR 3,4, 95% CI 2,4-4,7)
Plasenta akreta (OR 3,3, 95% CI 1,7-6,4) Laserasi (OR 2,4, 95% CI 2,0-2,8) Persalinan
Instrumental (OR 2,3, 95% CI 1,6-3,4) Janin Besar-untuk-usia kehamilan (LGA) yang baru lahir
(OR 1,9, 95% CI 1,6-2,4) Gangguan hipertensi (OR 1,7, 95% CI 1,2-2,1) Induksi persalinan (OR
1,4, 95% CI 1,1-1,7) Augmentation persalinan dengan oksitosin (OR 1,4, 95% CI 1,2-1,7).
Sebagai cara untuk mengingat penyebab perdarahan postpartum, beberapa sumber telah
menyarankan menggunakan singkatan 4T yaitu Tonus, Tissue, Trauma, Trombosis 1. Tonus
Uterus atonia adalah suatu keadaan dimana rahim tidak berkontraksi atau berkontraksi lemah
yang dapat disebabkan oleh overdistensi rahim dan kelelahan rahim. Overdistensi rahim
merupakan faktor risiko utama untuk atonia dapat disebabkan oleh kehamilan multifetal,
makrosomia janin, polihidramnion, atau kelainan janin (misalnya, hidrosefalus berat).
Sementara kelelahan rahim dapat terjadi karena disebabkan oleh persalinan lama atau tenaga
melahirkan yang kuat dan cepat, terutama jika dirangsang. Uterus atonia dapat menimbulkan
komplikasi yang lebih berat yaang disebut uterus inversio, yaitu suatu keadaan dimana puncak
uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri hingga keluar melewati
vagina. 2. Tissue kontraksi uterus dan retraksi uterus menyebabkan pelepasan dan
pengeluaran plasenta. Pelepasan plasenta yang lengkap memungkinkan uterus mengecil
sehingga oklusi pembuluh darah menjadi optimal. Pada saat persalinan seorang penolong
persalinan harus cermat melakukan pemeriksaan terhadap plasenta, karena bisa saja plasenta
tidak keluar secara lengkap dan tersisa di dalam rahim sehingga menimbulkan perdarahan
postpartum. Selain karena sisa plasenta, perlekatan plasenta yang terlalu kuat dapat
menyebabkan plasenta tertahan didalam rahim atau disebut dengan retensi plasenta. 3.
Trauma Kerusakan pada jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau akibat tindakan yang
perlu dilakukan pada saat melakukan persalinan bayi. Trauma dapat terjadi setelah persalinan
sangat lama atau kuat yang dirangsang dengan oksitosin atau prostaglandin, setelah
manipulasi janin ekstraauterus atau intrauterus, risiko tertinggi terkait dengan versi internal dan
ekstraksi kembar kedua, dan pada saat membersihkan sisa plasenta baik secara manual atau
dengan instrumentasi. Laserasi serviks paling sering dikaitkan dengan forceps, namun laserasi
serviks juga dapat terjadi secara spontan karena ibu mengedan sebelum waktunya. Perineum
juga dapat mengalami laserasi secara spontan atau akibat tindakan episiotomi, dan ruptur uteri
dapat terjadi pada persalinan yang sebelumnya pernah mengalami persalinan sesar. 4.
Trombosis Gangguan sistem koagulasi dan trombositopenia mungkin berhubungan dengan
penyakit yang sudah ada sebelumnya, seperti purpura thrombocytopenic idiopatik,
hipofibrinogenemia familial dan penyakit von Willebrand, atau diperoleh pada saat kehamilan
seperti pada sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit yang
rendah), solusio plasenta, koagulasi intravascular diseminata (DIC), atau sepsis. Cara
Menangani Perdarahan Post Partum Dalam melakukan penanganan perdarahan postpartum
secara sistematis terdapat dua tingkat penatalaksanaan yaitu tatalaksana umum dan
tatalaksana khusus. 1. Tatalaksana Umum Memanggil bantuan tim untuk melakukan
tatalaksana secara simultan Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Apabila
menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok Memberikan oksigen.
Memasang infus intravena dengan jarum besar Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl
0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Melakukan
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan. Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan
darah lengkap. Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk. Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri.
Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina). Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban. Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan
keadaan anemia berat Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana
spesifik sesuai penyebab 2. Tatalaksana Khusus Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10
unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti. Retensio Plasenta : Melakukan plasenta
manual secara hati-hati Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase. Robekan
Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan dinding vagina lakukan penjahitan seperti
biasa, untuk robekan Serviks lakukan penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan
kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit Gangguan Pembekuan Darah :
Memberikan transfusi darah lengkap segar untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel
darah merah. Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak
sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan
dapat melakukan operasi untuk dilakukan laparotomi. Bila laparotomi tidak berhasil dapat
dilakukan histerektomi sub total hingga total. Ruptura uteri : Merujuk ke fasilitas yang lebih
memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila
histerorafi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total. Baca juga: 8 Jenis
Pantangan Makanan Setelah Melahirkan, Apa Sajakah Itu? Masa Nifas Normal itu seperti Ini
Kenali 6 Tanda Bahaya Masa Nifas ARTIKEL TERBARU Cara Alami Mengobati Tukak
Lambung yang Efektif dan Aman Ciri-ciri Terkena Racun Sianida dan Obat Penawarnya
Benjolan di Ketiak Sakit Bila Ditekan? Ketahui Penyebab dan Obatnya Cara Mengobati Kelenjar
Getah Bening Bengkak di Leher DISKUSI TERKAIT KB Setelah Melahirkan Dok, saya mau
tanya? bulan 09- 2015 saya melahirkan, tapi sampai sekarang saya belum haid . Apakah saya
boleh kb ? Nifas Tak Kunjung Berhenti Saya mau tanya dok. . Saya baru melahirkan 2 bulan
lalu. melalui cesar. tapi sampai sekarang nifas masih keluar. Hanya flek coklat dan keluarnya
tidak teratur. misal hari ini keluar, besok […] Tags: bahaya masa nifas, masa nifas, perdarahan
Copyright © 2017 Mediskus. BeriklanPrivacyContactAbout mari kita berteman di Situs ini hanya
sebagai sumber informasi, tidak boleh dianggap sebagai nasihat medis, diagnosis ataupun
anjuran pengobatan. Baca disclaimer
Sumber: Perdarahan Post Partum : Penyebab dan Penanganan - Mediskus

You might also like