Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perdagangan
Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari
suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau
pada waktu yang berikut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Dalam
Buku I Bab 1 Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD diatur tentang pedagang dan
Dagang (KUHD) adalah membeli barang untuk dijual kembali dalam jumlah
banyak atau sedikit, masih berupa bahan atau sudah jadi, atau hanya untuk
perbuatan membeli, tidak meliputi perbuatan menjual. Menjual adalah tujuan dari
h) Semua asuransi.
timbul, antara lain tabrakan kapal atau mendorong kapal lain, pertolongan dan
penyimpanan barang dari kapal karam, atau penemuan barang di laut, membuang
barang ke laut.
barang tidak bergerak, seperti tanah, gedung, rumah dan lain sebagainya.
6
Ibid, hlm. 14-15.
11
perbuatan perdagangan.7
dan/atau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak
atas barang dan/atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi. Kegiatan
perdagangan tentu saja mencakup juga kegiatan jual beli, karena pada dasarnya
Menurut Burgerlijk Wetboek (BW) jual beli adalah perjanjian timbal balik dimana
pihak yang satu berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang
pihak lainnya berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang
sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut, sedangkan menurut Pasal 1457
suatu kebendaan dan pihak yang lain membayar harga yang telah djanjikan.8
Berdasarkan pada rumusan tersebut, dapat kita ketahui bahwa jual beli merupakan
7
Ibid.
8
Gunawan Widjaja, Jual Beli, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 7.
12
memberikan sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan
kebendaan yang dijual oleh penjual dan penyerahan uang oleh pembeli kepada
penjual.
keterkaitan antara satu dengan lainnya, karena kegiatan perdagangan yang utama
terbatas pada kegiatan menjual kembali, jual beli memiliki arti yang lebih luas.
Dalam kegiatan jual beli, pembeli tidak hanya dapat secara langsung
keuntungan.
bersifat nasional, apabila terjadi antara penjual dan pembeli dalam wilayah Negara
antara penjual dan pembeli yang bertempat tinggal di dalam wilayah Negara yang
yaitu:
eksportir);
konsumen).
pabrik);
mendatangkan barang dari luar negeri untuk dijual kembali keluar negeri.
dan/atau impor atas barang dan/atau perdagangan jasa yang melampaui batas
1. Perizinan;
2. Standar; serta
Ekspor.
membeli barang dari luar negeri kemudian memasukkan barang tersebut ke dalam
perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah
9
http://repository.usu.ac.id
15
a) Inpres No. 4 Tahun 1985, yaitu tentang penyempurnaan dalam tata cara
impor.
b) Paket Kebijaksanaan Mei (PAKEM) tahun 1986, yaitu tentang tata cara
tambahan.
antara lain:
Indonesia,
a) Pelaku Usaha
usaha, istilah ini memiliki abstraksi yang tinggi karena dapat mencakup berbagai
10
Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara menjual
barang ke luar negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri.
17
(crafter). Pasal 1 Angka 3 UUPK mengartikan pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
selanjutnya dalam penjelasan pasal tersebut dijelaskan bahwa pelaku usaha yang
Berkaitan dengan hal diatas, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) membagi
pelaku usaha tersebut kedalam 3 (tiga) kelompok besar pelaku usaha ekonomi,
(1) Pihak Investor yaitu penyedia dana untuk digunakan pelaku usaha atau
konsumen seperti bank, lembaga keuangan non-bank, dan para penyedia dana
lainnya;
(2) Pihak Produsen yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang
11
Jonathan Eliezer, op.cit, hlm.22.
18
Pelaku usaha pakaian impor bekas adalah setiap orang perseorangan atau badan
kegiatan usaha dalam bidang impor pakaian bekas dan mengedarkan atau
peraturan tersebut jelas dikatakan bahwa impor barang harus dalam keadaan baru,
maka UUPK telah merumuskan hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen
Eksportir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha atau instansi
produk dari batas wilayah suatu negara ke negara yang lain. Disebutkan dalam
orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum, yang melakukan ekspor, sedangkan importir
19
perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum, yang melakukan Impor, dengan kata lain importir
importir yaitu:
yaitu produsen yang mendapatkan izin untuk mengimpor sendiri barang yang
yaitu produsen yang mendapatkan izin untuk mengimpor barang yang sejenis
yang diageninya dan diakui sebagai agent tunggal oleh menteri Perindustrian
dan perdagangan.
20
Hak pelaku usaha dalam UUPK merupakan hak-hak yang bersifat umum dan
sudah menjadi standar. Hak-hak pelaku usaha atau pelaku bisnis dalam kaitannya
(a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
(b) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
(d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan.12
(b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
12
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 196.
21
(c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
yang berlaku.
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
(f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
diperdagangkan.
perjanjian.13
b) Konsumen
Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika),
itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harfiah arti kata consumer
adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan
13
Ibid. 197.
22
Pengertian konsumen dalam Pasal 1 ayat (2) UUPK adalah setiap orang pemakai
barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
a. Setiap Orang
Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai
apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke persoon atau
termasuk juga badan hukum (rechtspersoon). Hal ini berbeda dengan pengertian
yang diberikan untuk “pelaku usaha” dalam Pasal 1 angka (3) UUPK, yang secara
kata-kata “ orang-perseorangan atau badan usaha”. Tentu yang paling tepat tidak
konsumen harus mencakup juga badan usaha dengan makna lebih luas daripada
badan hukum.
b. Pemakai
Sesuai dengan bunyi Pasal 1 angka (2) UUPK, kata “pemakai” menekankan,
14
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), Hlm. 22.
15
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 4-9.
23
Istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan
tersebut, sekaligus menunjukkan, barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta-
merta hasil dari transaksi jual beli, artinya sebagai konsumen tidak selalu harus
dan/atau jasa itu, dengan kata lain dasar hubungan hukum antara konsumen dan
Berkaitan dengan istilah barang dan/ atau jasa, sebagai pengganti terminologi
tersebut digunakan kata produk. Saat ini “produk” sudah berkonotasi barang
dan/atau jasa. UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang dapat
Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
kepada masyarakat, artinya harus lebih dari satu orang. Jika demikian halnya,
layanan yang bersifat khusus (tertutup) dan individual, tidak tercakup dalam
pengertian tersebut.
Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf e UUPK, barang dan/atau jasa yang ditawarkan
Lain.16
lain, dan mahkluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba
ditujukan untuk diri sendiri, keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu
diperuntukkan bagi orang lain (diluar diri sendiri dan keluarganya), bahkan untuk
Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir.
Pengertian konsumen sebenarnya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, antara lain
sebagai berikut:
(1) Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang dan/atau jasa untuk
16
Ibid.
17
Ibid.
25
ayat (2) merupakan konsumen akhir, kemudian dikaitkan dengan istilah pemakai,
pengguna, atau pemanfaat, oleh UUPK tidak diberi penjelasan. Berkaitan dengan
(1) Pemakai, yaitu setiap konsumen yang memakai barang yang tidak
tenaga.
seperti jasa kesehatan, jasa jasa transportasi, jasa perbankan, dan produk jasa
lainnya.19
Secara umum, konsumen dapat diartikan setiap orang yang menggunakan atau
memakai suatu barang dan/atau jasa yang tersedia di masyarakat, yang menjadi
18
Jonathan Eliezer HG, Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Produk Obat Kuat
Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Skripsi),
(Depok: Universitas Indonesia, 2011), hlm. 20, www.digilib.ui.ac.id
19
Ibid, hlm. 21.
26
Konsumen pakaian impor bekas adalah setiap orang yang menggunakan atau
memakai pakaian impor bekas. Konsumen membeli pakaian impor bekas dari
pelaku usaha dengan harga yang murah dan kualitas pakaian yang baik. Pakaian
kesehatan konsumen. Pelaku usaha pakaian impor bekas telah melanggar hak-hak
konsumen yang tercantum dalam UUPK, salah satu hak yang dimiliki oleh
pakaian impor bekas juga memiliki hak dan kewajiban yang telah ditentukan
dalam UUPK.
1) Hak Konsumen
karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Dengan kata lain,
(b) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
(c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
20
Zaeni Asyhadie, op.cit, hlm. 194.
27
(d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
(g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
didiskriminatif;
(h) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
Hak untuk mendapatkan kompensasi (The Right to Redress) adalah salah satu hak
tambahan bagi konsumen yang telah diakui secara universal diseluruh dunia. Di
yang membuat kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
pelaku usaha yang dapat merugikan konsumen, namun masih ada saja pelaku
usaha yang sering kali tidak berorientasi pada konsumen dan memberikan ketidak
memperoleh laba.
21
Ibid. Hlm. 195.
22
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2002), hlm.389.
28
2) Kewajiban Konsumen
(a) Membaca atau mengikuti petunjuak informasi dan prosedur pemakaian atau
(b) Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
secara patut.
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan
ini karena sering pelaku usaha telah menyampaikan peringatan secara jelas pada
pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena bagi
Kewajiban konsumen membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati dengan
pelaku usaha adalah hal yang sudah biasa dan sudah semestinya dilakukan oleh
konsumen. Kewajiban seperti ini yang diatur dalam UUPK dianggap tepat, sebab
juga pada obyek hukum. Obyek hukum perdagangan impor berupa produk yang
terdiri atas barang-barang dan jasa-jasa. Terkait dengan barang sebagai obyek
diperdagangkan dan terdapat pula jenis barang yang tidak diperbolehkan untuk
diperdagangkan.
Hukum perlindungan konsumen sangat peduli terhadap dampak atau akibat yang
Obyek perdagangan (produk) yang akan dibahas secara khusus dalam penelitian
ini yaitu berupa barang. Produk berupa barang-barang dalam UUPK diberikan
pengertian yang luas, tidak hanya dibedakan dari sifatnya yaitu barang bergerak
(movable) dan tidak bergerak (immovable), tetapi juga barang yang berwujud
4) Dibungkus atau kemasan yang terdiri dari susuna bahan, bentuk, alat
pembungkusnya;
5) Memiliki nama dan tanda yang dapat dibedakan dari sifat dan asalnya;
6) Pengawasan produk;
Arti barang dalam UUPK adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
Pasal 4 ayat (2) Permendag 48 tahun 2015 tentang Ketentuan Umum Bidang
impor, kecuali barang yang dilarang, dibatasi, atau ditentukan lain oleh undang-
undang.
Barang merupakan obyek perdagangan impor, dimana semua jenis barang dapat
menjadi obyek perdagangan impor kecuali barang yang dilarang, dibatasi, atau
23
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen,
(Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2007), hlm. 67-69.
31
negeri;
(b) Limbah B3, seperti: minyak petroleum dan minyak yang diperoleh dari
mineral yang mengandung bitumen, sisa dan skrap dari sel primer, baterai
(B3).
(c) Mesin yang menggunakan BPO, seperti: mesin pengatur suhu ruangan, lemari
(d) Udang dengan spesies tertentu, seperti: udang kecil dan udang biasa (dari
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan benda sebagai obyek perdagangan
impor adalah pakaian impor bekas, pakaian impor bekas merupakan benda
dimanfaatkan oleh konsumen. Pakaian impor bekas ini merupakan salah satu
konsumennya, namun sampai saat ini pakaian impor bekas masih banyak
Pakaian impor bekas merupakan obyek dalam penelitian ini, dimana pakaian
hal ini tentu saja membuat pakaian impor bekas menjadi pakaian yang tidak layak
untuk digunakan karena telah menyimpang dari fungsi pakaian yang semestinya
24
http://beacukaipasarbaru.com/, diakses pada tanggal 11 oktober 2015 jam 08.34 WIB.
34
Sebagaimana kita ketahui bahwa pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain
tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas
Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya agar
terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin
sifat insulasi termal umumnya lebih penting. Pakaian melindungi bagian tubuh
yang tidak terlihat. Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang
merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari
matahari. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja
atau olahraga. Pakaian juga dapat dipakai sebagai perlindungan dari bahaya
lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan kontak
dengan zat abrasif, sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pakaian dapat menjadi pelindung bagi
pemakainya dari berbagai hal seperti melindungi kulit dari sengatan matahari
35
secara langsung, dan lain sebagainya, namun akan berbeda fungsinya apabila
bakteri dan jamur, hal ini tentu saja akan berdampak buruk terutama bagi
kesehatan.
Pakaian bekas merupakan pakaian yang telah dikonsumsi oleh masyarakat luar
negeri maupun dalam negeri berupa baju kaos, kemeja, celana, jaket, dan lain
sebagainya. Pakaian impor bekas adalah pakaian bekas pakai masyarakat luar
negeri yang kemudian diimpor masuk ke Indonesia yang kemudian diedarkan dan
dikarenakan harga yang ditawarkan lebih murah serta memiliki kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan pakaian baru yang diproduksi oleh masyarakat
Pakaian impor bekas memiliki kandungan bakteri dan jamur yang cukup tinggi.
Kandungan bakteri dan jamur yang terdapat dalam pakaian impor bekas ini dapat
diare, dan yang mengerikan dampak panjang yang dapat ditimbulkan terhadap
penggunaan pakaian impor bekas ini yaitu konsumen dapat terkena penyakit
saluran kelamin.
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Permendag 54 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
ditetapkan pengaturan impor tersendiri, kecuali kecuali barang yang secara tegas
36
a) Perlindungan keamanan;
dan tumbuh-tumbuhan;
perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat, dan iklim usaha yang
kondusif; dan/atau
Mengingat bahwa pakaian impor bekas memiliki banyak kandungan bakteri dan
jamur yang dapat menjadi penyebab munculnya berbagai macam penyakit, oleh
Bidang Impor, dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa impor barang harus
ditetapkan pada tanggal 3 Juli 2015 dan mulai diberlakukan pada tanggal 1
Januari 2016.
ayat (1) jelas dikatakan bahwa setiap importir wajib mengimpor barang dalam
keadaan baru.
Larangan Impor Pakaian Bekas, dalam pasal 2 peraturan ini jelas disebutkan
1. Perlindungan Hukum
unsur-unsur, yaitu (1) unsur tindakan melindungi; (2) unsur pihak-pihak yang
Perlindungan konsumen yang paling utama dan yang menjadi topik pembahasan
25
Wahyu Sasongko, op.cit, hlm. 30.
38
memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di dalam negara, sehingga
institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi atau politik misalnya, yang bersifat
dengan:27
pengawasan;
26
Ibid
27
Ibid, hlm.31
39
2. Perlindungan Konsumen
dalam perlindungan konsumen, yaitu adanya jaminan hukum (law guarantee) dan
adanya kepastian hukum (law certanty). Tolak ukur adanya jaminan hukum
konsumen untuk digunakan terhadap perbuatan yang tidak atau kurang baik dari
tersebut, setidaknya memberikan suatu pengharapan agar pelaku usaha tidak lagi
maka konsumen memiliki posisi yang berimbang dengan pelaku usaha. Apabila
terjadi suatu pelanggaran atau tindakan yang merugikan hak-hak konsumen, maka
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat diketahui adanya kerangka umum tentang
bidang;
nasional.29
tujuan guna memberikan arahan dalam implementasinya. Dengan adaya asas dan
Dalam setiap undang-undang, biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang
melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar
belakang peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem
yang merupakan hukum positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat
diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima asas yang relevan dalam
1. Asas manfaat
sebagai contoh UUPK mengatur bahwa pelaku usaha harus memberikan informasi
tidak hanya memberikan manfaat kepada konsumen saja, akan tetapi juga
pada produk yang diperdagangkan, maka akan menimbulkan adanya sifat saling
ketergantungan.
2. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
UUPK mengatur bahwa adanya hak dan kewajiban sebagai konsumen dan pelaku
usaha. Beritikad baik merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh
konsumen dalam hal melakukan transaksi dengan pelaku usaha, dan apabila
30
Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, cet. 1,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 25.
42
berlaku dalam hal ini, sehingga dapat dikatakan bahwa sifatnya asli bagi kedua
belah pihak karena adanya hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-
masing pihak.
3. Asas keseimbangan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual,
tidak ada yang lebih kuat dari yang lainnya, saling mempengaruhi dan memiliki
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan, sebagai contoh UUPK mengatur
bahwa produksi barang dan/atau jasa oleh pelaku usaha harus sesuai dengan
Asas ini dimaksudkan agar pelaku usaha dan konsumen menaati hukum dan
hukum, maka apabila ada pelaku usaha yang melakukan perbuatan yang dilarang,
usaha dan konsumen harus mengacu dan mengikuti kelima asas tersebut, karena
hukum dapat dibedakan pada dua tingkatan, yaitu asas-asas atau prinsip-prinsip
hukum umum (the general principle of law) dan asas-asas atau prinsip-prinsip
hukum khusus (the specilalis principle of law). Prinsip-prinsip hukum umum ini
berlaku umum pada seluruh bidang hukum dan biasanya merupakan asas tentang
Indonesia).31
Asas-asas hukum di Indonesia berasal dari hukum Belanda yang dipengaruhi oleh
hukum Romawi dan Yunani. Asas-asas hukum itu hingga kini masih eksis, di
lain, yaitu:
a) Privity of contract: hubungan antara dua atau lebih pihak yang mengadakan
perjanjian atau kontrak. Asas ini mensyaratkan harus adanya kontrak yang
indikator adanya hubungan hukum. Hal ini, tidak sesuai dengan kepentingan
b) Caveat emptor (let the buyer beware): biarkan pembeli berhati-hati. Asas ini
Suatu produk yang cacat, dapat disebabkan karena proses pembuatan dan
c) Caveat venditor (let the seller beware): biarkan penjual berhati-hati. Menurut
produk atau komoditi yang akan dijual. Dalam praktiknya, penjual dapat
dirinya telah memenuhi kewajibannya secara berhati-hati dan untuk itu dia
meminta bukti kesalahan. Jika tidak ada kesalahan, maka tidak dapat
pelaku usaha. 33
32
Ibid, hlm.39.
33
Ibid
45
Penggunaan asas caveat emptor telah membuat konsumen berada dalam posisi
yang lemah, karena dengan adanya asas ini konsumen tidak dapat berbuat banyak
konsumen kepada pelaku usaha. Dalam asas ini, jika konsumen tidak berhati-hati
dan memikul resiko atas pembelian produk tersebut. Dalam praktiknya, penjual
dapat berkilah tentang produk cacat yang dipasarkan dengan menyatakan bahwa
dirinya telah memenuhi kewajibannya secara berhati-hati dan untuk itu dia
meminta bukti kesalahan. Jika tidak ada kesalahan, maka tidak dapat dimintakan
karena itu akan lebih baik apabila dilakukan penerapan terhadap prinsip strict
liability memiliki arti bahwa unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak
penggugat sebagai dasar ganti rugi, hal ini diatur secara implisit dalam Pasal 19
UUPK.
Pelaku usaha juga harus dapat bertanggungjawab dalam menjual produk kepada
penjual atau pelaku usaha. Adanya asas ini dimaksudkan untuk melindungi
melindungi diri;
informasi;
berusaha;
keselamatan konsumen.
nasional yang menjadi sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan
tersebut hanya dapat tercapai secara maksimal, apabila didukung oleh keseluruhan
47
sub system perlindungan yang diatur dalam UUPK, tanpa mengabaikan fasilitas
agar melakukan aktifitas usahanya secara professional, jujur, beretika bisnis, tertib
Pembinaan itu sendiri dilaksanakan oleh menteri dan/atau menteri teknis terkait.36
konsumen agar dapat mengetahui apabila pelaku usaha lalai untuk memperhatikan
34
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 35.
35
Direktorat Perlindungan Konsumen Depdagri, Peran Pemerintah dan Platform
Kebijakan Perlindungan Konsumen, http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=platform
diunduh pada 7 Juli 2015 Jam 08.23 WIB.
36
Ibid.
48
daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan, salah satu tujuan dari
upaya pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk
memperoleh haknya.38
Pasal 29 ayat (1) UUPK, dalam hal ini Menteri yang ruang lingkup tugas dan
lainnya yang sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (2) jo. Pasal 1 angka 13
upaya untuk:
1) Terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku
pengawasan dapat dilihat pada ketentuan Pasal 30 ayat (6) UUPK, yang
kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri dan menteri teknis.
40
Ibid, hlm.187.
50
G. KERANGKA PIKIR
Pelaku Konsumen
Usaha/Pedagang Pakaian Impor
Pakaian Impor Bekas
Bekas
Keterangan:
terjadi perdagangan pakaian impor bekas, dimana pakaian bekas tersebut diimpor
keuntungan, namun oleh pemerintah pakaian impor bekas ini dilarang untuk
bekas yang dijual tersebut, dibeli oleh konsumen dengan harga yang murah dan
kualitas yang baik, hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen
untuk tetap membeli pakaian impor bekas. Proses jual beli yang dilakukan oleh
Mengingat bahwa pakaian impor bekas mengandung banyak sekali bakteri, maka
hal ini tentu saja dapat menimbulkan kerugian terhadap konsumen itu sendiri
konsumen.
usaha pakaian impor bekas untuk tetap melanjutkan bisnisnya tersebut, sehingga
dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai pengawasan yang dilakukan oleh